Jumat, 28 Februari 2014

Skrippsi Ekonomi Pembangunan: ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN BUMN


 BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di perlukan dalam menopang perekonomian yang modern. Sektor Perbankan merupakan salah satu sektor ekonomi yang berperan aktip dalam pembangunan ekonomi, yang diharapkan dapat meningkatkan peran serta dalam mewujudkan perkembangan industri ekonomi
yang diharapkan akan berkembang dengan pesat guna menghadapi persaingan global dan perkembangan investasi dewasa ini telah demikian pesatnya terutama pada pasar keuangan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan jumlah transaksi perusahaan go public yang terus bertambah, yang pada dasarnya investasi adalah suatu aktivitas untuk menempatkan dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas dana tertentu.
Pada umumnya investasi pada pasar keuangan (financial market) dibagi atas dua bagian yaitu Pasar modal (Capital market) dan Pasar Uang (Money Market). Pembagian ini didasarkan atas instrumen keuangan atau surat berharga yang di perjualbelikan.
1

Pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga jangka panjang seperti saham, obligasi, warrant, right, dan berbagai produk untuk surat berharga jangka panjang seperti Put and Call sedangkan Pasar Uang merupakan pasar untuk surat berharga jangka pendek seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang ( SBPU ), Call Money, Treasury Bills, dll.
Pasar modal (Capital Market) adalah salah satu sarana untuk menghimpun sumber dana ekonomi dalam jangka panjang yang tersedia di perbankan dan masyarakat. Pasar Modal menyedian dua fungsi pokok bagi masyarakat yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.
Dalam fungsi ekonominya pasar modal menyediakan saran untuk memindahkan dana dari pihak ketiga yang kelebihan dana (investor) kepada pihak yang memerlukan dana ( emiten ). Pihak yang kekurangan dana memperolah dana dengan cara menjual sebahagian dari kepemilikannya dengan menerbitkan sekuritasnya, yang digunakan dalam pengembangan usahanya sedangkan yang kelebihan dana akan mendapatkan hasil dari dana yang di tanamkannya.
Dalam fungsi keuangannya pasar modal menyediakan dana yang diperlukan oleh para peminjam dana, dimana penyandang dana menyerahkan dana tersebut tanpa harus terlibat secara langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang digunakan dalam kegiatan investasi tersebut.
Investor memiliki banyak pilihan dalam menginvestasikan dananya, namun dalam pembuatan keputusan investor harus mempertimbangkan faktor –

faktor yang akan mempengaruhi yang dibuat harus berdasrkan analisis dan perhitungan yang matang dalam berinvestasi.
Investasi merupakan penundaan konsumsi pada saat ini dengan tujuan mendapatkan tingkat pengembalian (return) yang akan diterima dimasa yang akan datang. Investasi pada saham dianggap mempunyai tingkat resiko yang lebih besar dibandingkan dengan dengan alternatif investasi lain seperti obligasi, deposito dan tabungan. Investor maupun calon investor dapat memeperkirakan berapa tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan. Apabila kesempatan investasi mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi, maka investor akan mengisyaratkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi pula, dengan kata lain, semakin tinggi resiko suatu kesempatan investasi maka akan semakin tinggi pula tingkat keuntungan (return) yang diisyaratkan oleh investor dalam menanamkan sahamnya.
Saham memiliki resiko paling tinggi di antara semua jenis instrumen. Investor bisa kehilangan semua modalnya apabila emiten bangkrut. Namun kejadian bangkrutnya emiten jarang terjadi, Investor selalu mencari alternatif lain yang memberikan return yang tinggi dengan tingkat resiko tertentu, untuk melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk mengukur nilai saham , yaitu analisis Fundamental.
Dimana analisis fundamental pada dasarnya adalah melakukan analisis histories atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan, dimana proses ini sering

juga disebut sebagai analisis perusahaan (company analysis). Data histories mencerminkan keadaan keuangan yang telah lalu yang digunakan sebagai dasar untuk memproyeksikan keadaan keuangan perusahaan dimasa depan. Dalam Company analysis para investor atau pemodal akan mempelajari laporan keuangan perusahaan dengan tujuan untuk menganalisis kinerja perusahaan dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan serta memahami sifat dasar dan karakter operasional perusahaan, analisis fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan, tentang efektivitas perusahaan mencapai sasarannya.
Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio keuangan yang terbagi dalam berbagai kelompok, yaitu rasio likuiditas, leverange, Profitabilitas, dan aktivitas, dengan analisis tersebut para analisis mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai dari faktor faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor fundamental yang menerapkan hubungan faktor faktor tersebut sehingga di peroleh taksiran harga saham. Disamping analisis fundamental, investor harus memperhatikan resiko sistematis yang berhubungan erat dengan perubahan harga saham jenis tertentu atau kelompok tertentu yang disebabkan oleh antisipasi investor terhadap perubahan tingkat kembalian yang diharapkan.
Kondisi ekonomi merupakan salah satu informasi teknikal yang merupakan dasar dari analisis sekuritas, dimana jika kondisi ekonomi buruk, maka kemungkinan besar tingkat kembalian saham - saham yang beredar akan

merefleksikan penurunan yang sebanding, namun jika kondisi ekonomi baik, maka refleksi harga saham akan baik pula.
Analisis ekonomi ini menggunakan harga indikator ekonomi yang ada pada suatu negara maupun berbagai variabel sasaran menengah yang digunakan didalam menentukan kebijakan moneter. Secara teori, banyak terdapat indikator yang dapat mengukur variabel makro, termasuk didalamnya indikator politik ekonomi, namun demikian dari sekian banyak indikator yang cukup lazim digunakan untuk memprediksi fluktuasi saham adalah variabel yang secara langsung di kendalikan melalui kebijakan moneter dengan mekanisme transmisi melalui pasar keuangan. Variabel – variabel tersebut meliputi tingkat bunga dan kurs valuta asing. Terkait dengan hubungan antar faktor fundamental ekonomi terhadap saham perbankan adalah : Earning per share (EPS), Net Interest Margin (NIM), Return on Assets (ROA), Price to Book Value (PBV), maupun kondisi ekonomi yang dalam hal ini nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga.
Perusahaan Perbankan merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat, juga tidak terlepas dari kondisi ekonomi, terutama bagi perusahaan perbankan yang go public. Salah satu yang menunjukkan keberhasilan kinerja perusahaan adalah tingkat pengembalian sahamnya dimana sektor perbankan merupakan sektor yang rentan terhadap resiko, karena sektor ini sangat erat kaitannya dengan kondisi makro ekonomi yaitu faktor - faktor fundamental.

Kondisi perekonomian indonesia dimana tingkat inflasi yang tinggi dan tingkat suku bunga yang tinggi merupakan isyarat buruk bagi pasar, dengan tingkat suku bunga yang tinggi maka investor lebih tertarik untuk membeli saham atau menginvestasikan dananya di bank dengan perhitungan akan memberikan return yang tinggi dengan tingkat resiko yang lebih rendah, sedangkan nilai tukar mencerminkan keseimbangan antara permintaan dan penawaran terhadap mata uang dalam negeri (Rupiah) maupun mata uang asing (US Dolar). Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap US dolar merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat internasional terhadap mata uang rupiah karena permintaan masyarakat internasional terhadap mata uang Rupiah menurun. Menurunnya permintaan masyarakat internasional terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peranan ekonomi nasional, atau meningkatnya permintaan uang asing US $ oleh karena peranannya sebagai alat tukar internasional.
Aktivitas investasi yang dilakukan para investor selalu berorientasi pada pendapatan saham dimasa yang akan datang. Sehingga para investor perlu melakukan penilaian kewajaran harga saham melalui pendekatan faktor fundamental ekonomi maupun faktor lain.
Kinerja perusahaan dapat dilihat melalui berbagai macam variabel atau indikator. Variabel atau indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Apabila kinerja sebuah perusahaan publik meningkat, nilai keusahaannya akan semakin tinggi. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 1995), kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi dan kinerja

keuangan dimasa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja dimasa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran deviden, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya.
Menurut Usman (2005), kinerja perbankan dapat diukur dengan menggunakan rata-rata tingkat bunga pinjaman, rata-rata tingkat bunga simpanan, dan profitabilitas perbankan. Lebih lanjut lagi dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat bunga simpanan merupakan ukuran kinerja yang lemah dan menimbulkan masalah, sehingga dalam penelitiannya diisimpulkan bahwa profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Ukuran profitabilitas yang digunakan adalah rate of return equity (ROE) untuk perusahaan pada umumnya dan return on asset (ROA) pada industri perbankan. Return on Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan, sedangkan Return on Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut, sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan.
Alasan dipilihnya Return on Asset (ROA) sebagai ukuran kinerja adalah karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham.

Dalam kenyataannya, tidak semua teori seperti yang telah dipaparkan diatas, (dimana pengaruh Earning Per Share (EPS), dan Book Value Share (BVS) berbanding lurus terhadap Return On Asset (ROA) dan Net Interst Margin (NIM) berbanding terbalik terhadap (ROA) sejalan dengan bukti empiris yang ada. Seperti yang terjadi dalam perkembangan industri perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam kurun waktu periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, terjadi ketidaksesuaian antara teori dengan bukti empiris yang ada. Adapun data tentang dinamika pergerakan rasio-rasio keuangan perbankan yang tercatat di BEI dari periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, 
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi