13
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Pembangunan
merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung terencana dan berkelanjutan
dengan sasaran utama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat
suatu bangsa. Hal ini berarti bahwa pembangunan senatiasa beranjak dari suatu
keadaan atau kondisi kehidupan yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan
nasional, dengan demikian konekuensi dari pelaksanaan pembangunan nasional
adalah untuk membawa perubahan di sektor pembangunan ekonomi masyarakat. Selam
ini pembangunan selalu di
prioritaskan pada sektor ekonomi, sedang pada sektor
lain hanya bersifat menunjang dan melengkapi sektor ekonomi adanya pembangunan
selain memberi dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan
oleh berbagai masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja. Pembangunan dapat di
konseptualisasi kedalam suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu
masyarakat atau suatu sistem sosial secara kesinambungan menuju kehidupan yang
lebih baik atau manusiawi (Iryanti, 2003).
Pertumbuhan
ekonomi wilayah adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat yang terjadi di
wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang
terjadi. Namun agar dapat melihat pertambahan dari satu kurun waktu ke kurun
waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya dalam nilai
konstan. Pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan di sektor pertanian,
kehutanan, perikanan, industri, pariwisata, pertambangan, perdagangan
14
dan
jasa. Sektor pertanian merupakan sektor yang dinadalkan dalam pemulihan
perekonomian nasional. Sektor ini menopang sebagian besar penduduk melalui
penyediaan pangan dan juga memberi lapangan pekerjaan. Hal ini disebabkan
negara kita merupakan negara agrari sehingga peran sektor pertanian masih
merupakan sektor yang memberi kontribusi yang besar bagi pembentukan PDB tahun
2007, yaitu sebesar Rp. 271,509,3 Milyar, di tahun 2008 mengalami peningkatan
menjadi Rp. 284,620.7 Milyar dan tahun 2009 juga mengalami peningkatan hingga
Rp. 296,369.3 Milyar (BPS). Selain dari sektor pertanian, sektor perdagangan
juga dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian nasional. Dari data tahun
2007 hingga 2009 sektor perdagangan mengalami peningkatan. Tahun 2007 PDB sektor
perdagangan adalah Rp. 282,115.8 Milyar sedangkan tahun 2008 mengalami
peningkatan menjadi rp. 301.936.6 dan tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi
Rp. 301,983.5 Milyar (BPS).
Sumatera Utara
juga menunjukkan kondisi yang tidak jauh berbeda. Sebagian besar wilayah
Sumatera Utara juga masih mengandalkan sektor pertanian yang memberi kontribusi
cukup besar bagi PDRB Sumut, yaitu pada tahun 2007 PDRB Sumatera Utara ialah Rp
41.010,15 Milyar mengalami kenaikan di tahun 2008 menjadi Rp. 48.871,77 Milyar
pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi Rp. 14.217,21 Milyar (BPS). Selain
sektor pertanian, sektor perdagangan juga dapat diandalkan dalam pemulihan
perekonomian Sumatera Utara. Tahun 2007 PDRB Sumatera Utara adalah Rp.
34.846,21 Milyar, tahun 2008 mencapai Rp. 41.281,12 Milyar dan tahun 2009
mencapai Rp. 12.043,33 Milyar (BPS).
15
Kota
medan merupakan bagian dari Sumatera Utara. Masyarakat Kota Medan merupakan
masyarakat yang heterogen. Masyarakat kota Medan mempunyai berbagi macam
pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup diantaranya pegawai negeri, pegawai
swasta, dan berdagang. Sektor yang dapat diandalkan untuk memulihkan
perekonomian kota Medan adalah sektor perdagangan. Kontribusi sektor
perdagangan terhadap PDRB masyarakat kota Medan mata pencaharian adalah
berdagang, diantarannya berdagang buah-buahan, berdagang pakaian, berdagang
obat-obatan dan masih banyak kegiatan perdagangan yang dilakukan masyarakat
kota Medan. Masyarakat Kota Medan yang mata pencahariannya berdagang membuka
usahanya dengan cara membangun toko di dekat rumah, menyewa atau membeli toko
pasar, menyewa atau membeli lokasi berjualan yang disediakan oleh perusahaan
daerah.
Mengingat peran
sektor informal yang cukup positif daam proses pembangunan, sudah sewajarnya
nasib para pekerja dipikirkan. Beberapa kebijakan, baik langsung maupun tidak
langsung, untuk membantu pengembangan masyarakat melalui pembinaan keigatan
usaha pekerja di sektor informal memang sudah dilakukan. Namun ada
kecenderungan kegiatan ekonomi di sektor informal dan nasib pekerja sektor
informal belum banyak mengalami perubahan. Tanpa bermaksud mengurangi arti
pentingnya kebijakan yang telah ada, kebijakan yang biasa diberikan kepada
pengusaha besar mungkin dapat dikurangi, kemudian prioritas diberikan pada
kegiatan sektor informal dan memihak pada kepentingan masyarakat.
16
Pada
saat krisis dan samppai degan saat ini salah satu sektor yang masih mampu
bertahan ialah sektor usaha kecil dan menengah atau sektor mikro yang sering
kita kenal dengan nama sektor informa. Kita tidak dapat meremehkan sektor
pengusaha ini karena sektor ini banyak menyerap tenaga kerja, walau tenaga
kerja tersebut produktivitasnya rendah, namun telah berperan positif dalam
memberikan kesempatan kerja. Oleh karena itu pengusaha informal tidak bisa
diabaikan begitu saja.
Disatu sisi
pengusaha informal masih memegang peranan penting menampung angkatan kerja,
terutama angkatan kerja yang masih belum pengalaman atau angkatan kerja yang
pertama kali masuk kerja. Keadaan ini mempunyai dampak positif karena
mengurangi tingkat pengangguran terbuka. Tetapi di segi lain menunjukkan gejala
tingkat produktivitas yang rendah, karena masih menggunakan alat tradisional
dengan tingkat pendidikan serta keterampilan yang relatif rendah. Mengingat
peran pengusaha informal yang cukup positif dalam proses pembangunan, sudah
sewajarnya nasib pekerjaanya dipikirkan dengan kebijakan secara langsung maupun
tidak langsung. Untuk membantu pengembangan masyarakat melalui pembinaan
pengusaha informal yang telah ditentukan. Sebagai contoh data pekerja Indonesia
pada tahun 1998 yang berusaha di sektor informal sebesar 65,4 persen. Menurut
lapangan usaha atau pekerjaan utama, peranan sektor informal lebih tinggi di
banding dengan sektor formal.
Di Kota Medan
banyak di jumpai pedagang buah-buahan, diantarannya didaerah pasar sambu, pasar
sekambing, daerah pasar petisah, dan hampir setiap pasar ada pedagang buah, dan
ada juga yang menjual buah-buahan di pinggir jalan
17
contohnya
didaerah sepanjang jalan letda sujono, di daerah sepanjang jalan kapten muslim
dan didaerah jalan tanjung sari. Dari menjual buah-buahan pedagang buah dapat
memenuhi kebutuhan keluarganya seperti makan, dan menyekolahkan anak-anaknya.
Pedagang buah hidup dari hasil menjual buah-buahan, karena semakin tinggi
penjualan pedagang buah maka tingkat kesejahteraan pedagang buah semakin tinggi
dan semakin menurun penjualan pedagang buah semakin rendah tingkat kesejahtraan
pedagang buah. Pedagang buah menjual berbagai macam buah-buahan kepada
konsumen. Diantarannya : jeruk, apel, mangga, papaya, anggur, pisang. Bagi
pedagang, modal merupakan hal yang penting untuk memulai suatu usaha. Modal
awal untuk membuka usaha buah-buahan adalah minimal Rp. 1.500.000. Secara teori
mengatakan semakin besar modal usaha pedagang buah maka semakin besar
keuntungan, semakin kecil tingkat risiko pedagang buah tersebut. sebaliknya,
semakin kecil modal usaha pedagang buah maka semakin kecil keuntungan dan
semakin besar tingkat risiko pedagang buah. (Gregory Mankiw).
Selain faktor
yang mempengaruhi suatu usaha adalah modal, pelaku usaha harus menentukan
dimana lokasi yang tepat untuk menjalankan usaha yang akan didirikannya. Apakah
lokasi usaha tersebut strategis atau tidak untuk menjual suautu produk, apakah
lokasi usaha tersebut banyak atau tidak dilalui oleh manusia atau konsumen,
apakah lokasi usaha terletak di pinggir jalan atau terletak di suatu pasar.
Bahwa prioritas utama aspek teknis adalah menganalia masalah penentuan lokasi.
Lokasi sangat penting mengingat apabila salah dalam menganalisis akan berakibat
meningkatkan biaya yang akan dikeluarkan nantinya.
18
Faktor
lain yang dapat mempengaruhi pendapatan pedagang buah adalah lama usaha. Karena
semakin lama usaha di jalankan, semakin banyak manusia atau konsumen mengenal
usaha yang di jalankan, sehingga semakin mudah untuk memasarkan produk yang
dijual dan dapat meningkatkan pendapatan pengusaha. Apabila usaha tersebut baru
berdiri, semakin sedikit manusia atau konsumen mengenal usaha supaya manusia
atau konsumen mau membeli produk yang dijual oleh para pedagang. Dalam
menjalankan usaha buah-buahan, lama usaha sangat mempengaruhi volume penjualan
dan pendapatan pedagang buah-buahan. Semakin lama suatu usaha berjalan, semakin
di kenal oleh konsumen, sehingga dalam menjual buah-buahan semakin mudah, maka
dapat meningkatkan pendapatan pedagang buah-buahan. Apabila usaha buah-buahan
baru dibuka atau baru berjalan, semakin sedikit manusia atau konsumen mengenal
pedagang buah-buahan tersebut sehingga dalam menjual buah-buahan, pedagangg
tersebut merasa kesulitan untuk menjual buah-buahan. Sehingga dapat
mengakibatkan penurunan pendapatan pedagang buah.
Kuantitas
buah-buahan yang laku dijual juga sangat mempengaruhi pendapatan para pedagang
buah. Karena semakin tinggi kuantitas buah-buahan yang laku di jual, semakin
tinggi volume penjualan buah-buahan mengakibatkan semakin meningkat pendapatan
pedagang buah. Semakin rendah kuantitas buah-buahan yang laku di jual, semakin
rendah volume penjualan buah-buahan mengakibatkan semakin rendah pendapatan
pedagang buah.
Adapun
permasalahan diatas tentunya akan mempengaruhi pendapatan pedaang buah-buahan
di kota Medan. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik
19
untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Pedagang Buah di Kota Medan”.
1.2.Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:
1. Apakah modal usaha pedagang
buah berpengaruh terhadap pendapatan pedagang buah di kota Medan?
2. Apakah lama usaha berpengaruh
terhadap pendapatan pedagang buah di kota Medan?
3. Apakah kuantitas berpengaruh
terhadap pendapatan buah di kota Medan?
4. Apakah lokasi
usaha berpengaruh terhadap pendapatan pedagang buah di kota Medan?
1.3.Hipotesis
Hipotesis
merupakan jawaban sementara dari suatu masalah yang telah dirumuskan dan perlu
diuji kebenarannya. Sehubungan dengan masalah yang dihadapi tersebut diatas,
maka anggapan bahwa masalah yang dihadapi hendaknya diperbaiki agar benar-benar
dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adapun hipotesis yang dirumuskan
sebagai berikut :
1. Modal usaha berpengaruh
positif terhadap pendapatan pedagang buah di kota Medan
2. Lama usaha
berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang buah di kota Medan.
20
3. Kuantitas usaha pedagang buah
berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang buah di kota Medan.
4. Modal
berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang buah di kota Medan.
1.4.Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan
penelitian yang dilakukan adalah :
1. Untuk mengetahui apakah modal
usaha pedagang buah-buahan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang buah-buahan
di kota Medan.
2. Untuk mengetahui apakah lama
usaha berpengaruh terhadap pendapatan pedagang buah-buahan di kota Medan.
3. Untuk mengetahui apakah
kuantitas berpengaruh terhadap pendapatan pedagang buah-buahan di kota Medan.
4. Untuk
mengetahui apakah lokasi usaha berpengaruh terhadap pendapatan pedagang
buah-buahan di kota Medan.
1.5. Manfaat
Penelitian
1. Sebagai bahan masukan kepada
para pedagang buah faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan.
2. Sebagai
pedoman atau referensi dalam melakukan penelitian sejenis.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi