Selasa, 04 Maret 2014

Skripsi Ekonomi Pembangunan: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI JERUK

BAB I PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh negara kita karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi. Keadaan inilah yang menampakkan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang andal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional (Husodo et al, 2004). Peran pertanian sebagai tulang punggung perekonomian nasional (R. Abdoel Djamali, 2000:2) terbukti tidak hanya pada saat situasi normal, tetapi terlebih lagi dalam waktu krisis. Tahun 1986-1987 pada saat harga minyak turun sangat tajam dalam waktu yang sangat singkat. Tahun 1997-1999
adanya krisis ekonomi dan krisis keuangan atau moneter. Kedua peristiwa tersebut, sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat. Sektor pertanian berperan sebagai katup pengaman ekonomi nasional. Sektor pertanian berfungsi sebagai penyedia pangan dan penciptaan kesempatan kerja bagi yang terkena dampak secara langsung dari krisis moneter yaitu dengan pemutusan hubungan kerja (PHK). Dalam kerangka pembangunan nasional, mandat utama sektor pertanian adalah sebagai penyedia pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung pengembangan sektor-sektor lainnya. Misi utama sektor pertanian adalah menghasilkan pangan yang cukup dan berkualitas untuk seluruh penduduknya dengan harga yang wajar (Suryana : 2003)
Sektor pertanian dengan produksi berbagai komoditas bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan nasional telah menunjukkan kontribusi yang cukup signifikan sebagai penyangga perekonomian nasional. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, menunjukkan bahwa sektor pertanian satu-satunya sektor ekonomi yang mampu bertahan dengan hubungan yang positif pada tahun 1998 sebesar 0,26% sementara sektor-sektor lainnya terpuruk diantara pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh negatif (-13%) hal ini membuktikan bahwa dalam era reformasi, sektor pertanian mempunyai posisi yang strategis dan diharapkan berperan di garis depan sebagai sektor andalan dan menjadi penghela ekonomi dalam mengatasi krisis seperti sekarang ini. Hal tersebut bukanlah mustahil, mengingat Indonesia telah lama di kenal sebagai Negara agraris lebih dari 50% penduduknya hidup dari kegiatan yang langsung berhubungan dengan pertanian dan pedesaan. Dengan lahan yang luas, tingkat kesuburan yang tinggi serta jumlah tenaga kerja yang melimpah dapat diharapkan sektor pertanian menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi nasional kita ( Oudejan, 2006). Bagi Negara berkembang sektor pertanian merupakan sektor penting seperti Indonesia yang dapat memberikan sumbangan dalam kegiatan ekonomi. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebagaian besar penduduknya dan memberikan lapangan pekerjaan.
Berdasarkan hasil Sensus Pertanian, jumlah petani dalam kurun waktu 1983-2003 meningkat namun dengan jumlah lahan pertanian menurun, sehingga rata-rata pemilikan lahan per petani menyempit dari 1,30 Ha menjadi 0,70 Ha per petani. Dengan luasan lahan usahatani seperti ini, meskipun produktivitas per luas
lahan tinggi, namun tidak dapat memberikan pendapatan petani yang cukup untuk menghidupi rumah tangga dan pengembangan usaha mereka. Untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan peran tersebut, sektor pertanian menghadapi berbagai perubahan sebagai akibat dari globalisasi yaitu: (i) semakin terbukanya pasar dan meningkatnya persaingan; (ii) meningkatnya tuntutan kebijakan pertanian yang berlandaskan mekanisme pasar (market oriented policy) dan (iii) semakin berperannya selera konsumen (demand driven) dalam menentukan aktivitas di sektor pertanian. Sektor pertanian, yang mencakup tanaman bahan makanan, peternakan, hortikultura, perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pada tahun 2003 menyerap 46,3 persen tenaga kerja dari total angkatan kerja, menyumbang 6,9 persen dari total nilai ekspor non migas, dan memberikan kontribusi sebesar 15 persen dari PDB nasional. Sektor pertanian juga berperan besar dalam penyediaan pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan dalam rangka memenuhi hak atas pangan.
Untuk tanaman hortikultura, Indonesia memiliki 323 komoditas hortikultura, yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, biofarmaka dan tanaman hias. dan dalam hal ini sudah sejak tahun 2000 Departemen Pertanian menetapkan 10 komoditas hortikultura utama, yaitu pisang, jeruk, mangga, manggis dan durian untuk buah-buahannya; kentang, cabe dan bawang merah untuk sayuran; anggrek untuk tanaman hias dan rimpang untuk biofarmaka.(www.amarta.net).
Tanaman jeruk merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia dan di negara-negara tropis Asia lainnya. Tanaman jeruk memang berasal dari negara-negara tropis Asia, termasuk di
wilayah Indonesia. Jeruk yang ada di kawasan Indonesia dan juga di kawasan Asia lainnya sangat diminati oleh orang-orang dari Negara Eropa (AAK, 1994). Hingga saat ini buah jeruk masih merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang menjadi andalan di sektor pertanian indonesia. Komoditas ini tumbuh dan berkembang di beberapa daerah dan masing-masing mempunyai spesifikasi sendiri. Perbedaan iklim dan faktor lingkungan lainnya menjadikan komoditas ini berkembang menurut kondisi tempat tumbuhnya. Dengan demikian, jenis jeruk yang berkembang terdiri dari beberapa macam dan menyebar menjadi terkenal sebagai buahan spesifik daerah. Contoh di Indonesia dikenal jeruk siem madu yang disebut jeruk Medan yang banyak di tanami di Kabupaten Karo, jeruk siem Pontianak, jeruk keprok Malang, jeruk keprok maga dan jeruk kacang. Masing-masing jenis spesial ini mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri sehingga sulit dibandingkan mana yang lebih unggul.
Buah jeruk bukan hanya dinikmati rasanya yang segar saja, melainkan buah jeruk juga sebagai pelepas dahaga dan sebagai buah pencuci mulut, ternyata buah jeruk memiliki khasiat ganda, yaitu disamping dapat diolah menjadi minuman atau makanan juga dapat dimanfaatkan untuk obat. Contohnya jeruk dapat menurunkan demam dengan cara mengompreskan cairan jeruk dikening orang yang menderita sakit. air buah jeruk juga dapat dipakai untuk tetes mata penyembuh radang, setelah dicampur dengan air bersih. jeruk dapat juga diperas dan dicampur dengan air panas untuk dijadikan minuman segar. Sehubungan dengan tingginya kadar vitamin C pada buah jeruk, maka buah jeruk dapat diolah menjadi tablet-tablet Vitamin C atau dimakan langsung untuk menyembuhkan penyakit gusi berdarah dan penyakit influensa. Kulit-kulit buah jeruk dapat
digunakan untuk campuran sabun pencuci piring, untuk menghilangkan bauh anyir pada permukaan piring. apalagi jika pemeliharaan dan pengolahannya diperhatikan dengan baik, diharapkan usaha ini akan mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda.(AAK, 1994). Untuk perkembangan tanaman jeruk di Indonesia juga harus memperhatikan pengembangan pertanian secara keseluruhan. Pengembangan suatu jenis komoditi sering mengakibatkan pengembangan jenis komoditi lainnya yang mematikan seperti kasus kontroversi lahan sawah menjadi lahan Hortikultura. Masalah ini banyak kepentingan yang perlu dipertimbangkan. Pihak petani yang satu berkepentingan meningkatkan pendapatan dan dipihak yang lain petani berkepentingan untuk mempertahankan swasembada beras (Anonimous, 1993). Hingga saat ini pengembangan sentra produksi jeruk baru terbatas di 10 provinsi dengan luas areal tidak kurang 5.651.388 hektar, dan daerah sentra produksi utamanya masih terbatas di Provinsi Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat. Namun pada dasarnya usahatani jeruk dikembangkan di hampir seluruh wilayah Indonesia hanya belum berbentuk suatu hamparan melainkan berupa kantung-kantung produksi dengan luasan 1-5 hektar (Sinar Tani, Agustus, 2005).
Sentra produksi jeruk utama di Provinsi Sumatera Utara dan wilayah pengembangannya terdapat di Kabupaten Karo dan daerah lainnya seperti Langkat, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Simalungun dan Tapanuli Tengah. Pada kurun waktu tahun 2005-2009, luas areal tanam komoditas jeruk di Kabupaten Karo memperlihatkan kecenderungan penurunan sebesar 0,30 persen

per tahun. Demikian pula pertumbuhan luas areal panen komoditas jeruk di lokasi penelitian yaitu di Kabupaten Karo menunjukkan penurunan sebesar 1,23 persen per tahun. Bila dilihat dari segi peningkatan produksinya yaitu mencapai 1,22 persen/tahun di Kabupaten Karo. Peningkatan produksi jeruk di wilayah ini tampaknya lebih dominan disebabkan oleh meningkatnya luas panen. Hal ini terlihat karena laju peningkatan peroduktivitasnya relatif kecil yaitu 0,01 persen/tahun di Kabupaten Karo. 
Berastagi merupakan salah satu daerah yang ada di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara, memiliki potensi yang cukup besar dalam pengembangan usahatani jeruk. Tetapi dalam perkembangannya terjadi
penyempitan lahan yang disebabkan oleh pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi pengembangan pariwisata. Dalam hal ini tanaman jeruk di berastagi selain jumlah dan luas pertanaman dan produksinya masih perlu ditingkatkan, juga perlu adanya penerapan teknologi budidayanya yang ditingkatkan, khususnya di tingkat petani. Rendahnya produksi dan pendeknya umur jeruk di berastagi yang disebabkan oleh serangan penyakit yang membuktikan bahwa teknik budidaya belum sepenuhnya diterapkan. Dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh usahatani jeruk seperti di atas maka penulis ingin menganalisis dan tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jeruk Di Berastagi ( studi kasus Kabupaten Karo ). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut yaitu:
1. Apakah harga jeruk berpengaruh terhadap pendapatan petani jeruk di Berastagi kabupaten Karo ?
2. Apakah biaya pupuk berpengaruh terhadap pendapatan petani jeruk di Berastagi kabupaten Karo ?
3. Apakah hasil panen berpengaruh terhadap pendapatan petani jeruk di Berastagi kabupaten Karo ?

1.3 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus di uji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut : 1. Harga jeruk berpengaruh positif terhadap pendapatan petani jeruk di Berastagi kabupaten Karo, ceteris paribus. 2. biaya pupuk berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani jeruk di Berastagi kabupaten Karo, ceteris paribus. 3. Hasil panen berpengaruh positif terhadap pendapatan petani jeruk di Berastagi kabupaten Karo, ceteris paribus. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut yaitu untuk:
1. Mengetahui apakah Harga jeruk berpengaruh terhadap pendapatan petani jeruk di Berastagi.
2. Mengetahui apakah Biaya pupuk berpengaruh terhadap pendapatan petani jeruk di Berastagi.
3. Mengetahui apakah Hasil panen berpengaruh terhadap pendapatan petani jeruk di Berastagi.

1.5 Manfaat Penelitian Adapun Manfaat dan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai:
1. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pemerintah ataupun bagi instansi yang terkait, khususnya Dinas Pertanian Kabupaten Karo.
2. Bahan informasi dan referensi bagi pihak – pihak yang membutuhkan khususnya penelitian mengenai analisis pendapatan petani jeruk.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.
4. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.


Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi