Selasa, 04 Maret 2014

Skripsi Ekonomi Pembangunan: Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, PMDN dan PMA Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan ekonomi suatu Negara secara umum beroreintasi pada pertumbuhan (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat kegiatan ekonomi masa sekarang lebih tinggi dari pada yang dicapai pada masa sebelumnya dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Dalam konsepsi dan pelaksanaan pembangunan sering dirasakan adanya masalah yang merupakan dua kutub yang bertentangan, yaitu antara pertumbuhan ekonomi dan sumberdaya manusia yang besar. Untuk menciptakan pertubuhan ekonomi yang tinggi dibutuhkan modal pembangunan yang besar.
Berbagai kebijakan telah ditempuh pemerintah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi seperti promosi untuk menarik investor baik dari dalam negeri maupun luar negeri dengan keluarnya undang-undang penanaman modal pada tahun 1966, juga dengan pemberian kredit serta suku bunga yang lunak. Dengan semakin banyaknya investasi yang masuk, memberikan kesempatan yang lebih luas bagi penduduk serta mengurangi tingkat penganguran terbuka.
Badan Pusat Statistik (BPS) dengan menggunakan data dari Survei Angkatan Kerja Nasinal (Sakernas) tahun 2005 mengganbarkan bahwa jumlah angkatan kerja Indonesia mencapai 105.8 juta orang atau meningkat 1.76% dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari keseluruhan angkatan kerja tahun 2005, sekitar 62,2 juta orang (58,8%) berada diwilayah pedesaan, 43,6 juta orang (41,2%) berada diwilayah perkotaan. Dari angka tersebut, angkatan kerja yang termasuk kedalam kategori pengagguran terbuka berjumlah 10,8 juta orang (10,3%), atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 10,4 juta orang (9,9%). Secara geografis sejumlah 5 juta orang (45.7%) pengangguran terbuka berada
diwilayah pedesaan dan 5,9 juta orang (54,3%) berada diwilayah perkotaan. Selanjutnya, sebanyak 3,9 juta orang dari total angka pengangguran terbuka merupakan penganggur usia muda (15-24 tahun) atau meningkat dibandingkan tahun 2004 yang berjumlah 3,4 juta orang (BPS, 2006).
Secara ekonomis, upaya menurunkan jumlah pengangguran terbuka melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi masih belum mampu mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Disamping kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang masih terbatas, kemampuan menciptakan lapangan kerja relatif kecil dan terdapat kecenderungan mengalami penurunan.
Secara teoritis, meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dengan asumsi terjadi peningkatan investasi. Selama terjadi krisis ekonomi, penyerapan tenaga kerja secara nasional mengalami penurunan sehingga banyak terjadi pengangguran. Pengangguran merupakan masalah dibidang ketenagakerjaan. Di satu sisi yang menjadi sasaran adalah pemerataan distribusi pendapatan dalam menjaga serta meningkatkan stabilitas nasional.
Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja (demand of labor) dan penawaran tenaga kerja (suppy of labor), pada satu tingkat upah. Penyediaan kesempatan kerja yang luas sangat diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk usia muda yang masuk ke pasar tenaga kerja. Sempitnya lapangan kerja yang tersedia akan menyebabkan terjadinya pengangguran yang akan membawa masalah yang lebih besar lagi.
Rata-rata persentase kemiskinan propinsi Sumatera Utara untuk tahun 2006 adalah sekitar 16,5% , berarti mendekati rata-rata nasional. Artinya kemiskinan Sumatera Utara tidak memberikan kontribusi negatif terhadap kemiskinan nasional. Namun yang mengkwatirkan

adalah adanya ketimpangan tingkat kemiskinan antar kabupaten/ kota yang sangat lebar jaraknya.
Dari sisi penduduk, Sumatera Utara urutan keempat terbesar setelah Jatim, Jabar dan jateng. Jumlah penduduk tahun 1990 adalah 10,26 juta jiwa dan sampai dengan tahun 2005 meningkat menjadi 12.326.399 jiwa atau bertambah lebih dua juta jiwa dengan kepadatan bertambah pada periode yang sama dari 143 jiwa/km2 menjadi 172 jiwa/km2, dengan laju pertumbuhan penduduk (2000-2005) sebesar 1,37% pertahun dan meningkat untuk tahun selanjutnya.
Dari sisi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Sumatera Utara, pada tahun 2005 dari target 389 hanya dapat direalisasikan 186 penanaman modal. Sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA), dari rencana 23 investor (2005) tercapai 5 investor dengan nilai investasi US$ 27.515.000.
Perkembangan investasi dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Sejak tahun 1968 sampai September 2008, rencana investasi PMDN sejumlah 457 proyek senilai Rp. 43,4 triliun terealisasi sejumlah 359 proyek senilai Rp.9,8 triliun. Sedangkan rencana investasi PMA sejumlah 477 proyek senilai US$ 9.847 milyar terealisasi sejumlah 260 proyek senilai US$ 4,6 milyar.
Dalam tahun 2008, tercatat rencana investasi PMDN sejumlah 14 proyek senilai Rp. 615,4 milyar terealisasi sejumlah 9 proyek senilai Rp. 346,5 milyar dan rencana investasi PMA sejumlah 36 proyek senilai US$ 347,144 juta dan terealisasi sejumlah 11 proyek senilai US$ 118,45 Juta.
Kebijakan-kebijakan yang tepat dibutuhkan dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kestabilan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja bagi seluruh rakyat Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan tidak disertai dengan perbaikan struktur perekonomian yang kokoh, dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dalam negeri,

tingkat inflasi yang tinggi, neraca pembayaran yang kurang seimbang akibat banyaknya keuntungan dari perusahaan penanam modal asing yang ditarik kembali ke negerinya, serta kesenjangan antar penduduk dan regional yang semakin mencolok. Dari sisi penawaran uang semakin tidak terkendali karena ekspansifnya dunia perbankan memberikan kredit, akibat penurunan suku bunga.
Secara teori kita mengetahui bahwa pertumbuhan uang mempengaruhi tingkat bunga. Mankiw(2000:162), menjelaskan keterkaitan antara uang, harga, dan tingkat bunga sebagai berikut : “penawaran uang dan permintaan uang menentukan tingkat harga. Perubahan dalam tingkat harga menentukan tingkat inflasi. Tingkat inflasi mempengaruhi tingkat bunga nominal. Karena merupakan biaya dari memegang uang, tingkat bunga nominal bisa mempengaruhi permintaan uang.
Menurut Nanga (2000:253), inflasi juga cenderung mempengaruhi tingkat bunga riil sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan di pasar modal. Hal ini akan menyebabkan penawaran dana untuk investasi akan menurun, dan sebagai akibatnya investasi sektor swasta tertekan sampai kebawah tingkat keseimbangan(yang disebabkan oleh terbatasnya penawaran dana yang dapat dipinjamkan). Karenanya, sejauh inflasi menuntun kearah tingkat bunga yang rendah dan ketidakseimbangan pasar modal, inflasi dapat memperkecil investasi dan pertumbuhan.
Kondisi perekonomian dengan tingkat inflasi yang tinggi dapat menyebabkan perubahan-perubahan dalam output dan kesempatan kerja. Tingkat inflasi yang tinggi berdampak pada pengangguran. Bila tingkat inflasi tinggi, dapat menyebabkan angka pengangguran tinggi, ini berarti perkembangan kesempatan kerja menjadi semakin mengecil atau dengan kata lain jumlah tenaga kerja yang diserap juga akan kecil. Dari sini terlihat bahwa pemerintah harus menjalankan kebijakan makro yang tepat. Untuk menjaga tingkat
inflasi agar tidak tinggi maka jumlah uang yang beredar di masyarakat juga harus dikendalikan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin menganalisa atau melihat perkembangan keadaan jumlah tenaga kerja bila dihadapkan dengan keadaan tingkat inflasi dan tingkat investasi. Apakah pembangunan ekonomi Negara Indonesia, khususnya propinsi Sumatera Utara mampu untuk menyerap jumlah angkatan kerja yang cukup banyak setiap tahunnya.
Untuk maksud tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, PMDN dan PMA terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Sumatera Utara”.
B. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh inflasi terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara.
2. Apakah ada pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap penyerapan tenaga kerja di Sumatera utara.
C. Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian, dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau di uji. Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian adalah :
1. Adanya pengaruh negatif tingkat inflasi terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara

2. Adanya pengaruh positif Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap penyerapan tenaga kerja di Sumatera utara.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat inflasi terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara.
E. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan studi tambahan bagi mahasiswa-mahasiswa fakultas ekonomi, khususnya mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan .
2. Sebagai referensi dan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
3. Sebagai proses pembelajaran dan menambah wawasan bagi penulis dalam hal menganalisa dan berfikir.

4. Hasil penelitan ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, khususnya untuk menentukan kebijakan yang berhubungan dengan jumlah penyerapan tenaga kerja.  
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi