BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pembangunan
ekonomi suatu Negara secara umum beroreintasi pada pertumbuhan (growth).
Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat kegiatan
ekonomi masa sekarang lebih tinggi dari pada yang dicapai pada masa sebelumnya
dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Dalam konsepsi
dan pelaksanaan pembangunan sering dirasakan adanya masalah yang merupakan dua
kutub yang bertentangan, yaitu antara pertumbuhan ekonomi dan sumberdaya
manusia yang besar. Untuk menciptakan pertubuhan ekonomi yang tinggi dibutuhkan
modal pembangunan yang besar.
Berbagai
kebijakan telah ditempuh pemerintah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi
seperti promosi untuk menarik investor baik dari dalam negeri maupun luar
negeri dengan keluarnya undang-undang penanaman modal pada tahun 1966, juga
dengan pemberian kredit serta suku bunga yang lunak. Dengan semakin banyaknya
investasi yang masuk, memberikan kesempatan yang lebih luas bagi penduduk serta
mengurangi tingkat penganguran terbuka.
Badan Pusat
Statistik (BPS) dengan menggunakan data dari Survei Angkatan Kerja Nasinal
(Sakernas) tahun 2005 mengganbarkan bahwa jumlah angkatan kerja Indonesia
mencapai 105.8 juta orang atau meningkat 1.76% dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari keseluruhan
angkatan kerja tahun 2005, sekitar 62,2 juta orang (58,8%) berada diwilayah
pedesaan, 43,6 juta orang (41,2%) berada diwilayah perkotaan. Dari angka
tersebut, angkatan kerja yang termasuk kedalam kategori pengagguran terbuka
berjumlah 10,8 juta orang (10,3%), atau meningkat dari tahun sebelumnya yang
mencapai 10,4 juta orang (9,9%). Secara geografis sejumlah 5 juta orang (45.7%)
pengangguran terbuka berada
diwilayah
pedesaan dan 5,9 juta orang (54,3%) berada diwilayah perkotaan. Selanjutnya,
sebanyak 3,9 juta orang dari total angka pengangguran terbuka merupakan
penganggur usia muda (15-24 tahun) atau meningkat dibandingkan tahun 2004 yang
berjumlah 3,4 juta orang (BPS, 2006).
Secara ekonomis,
upaya menurunkan jumlah pengangguran terbuka melalui peningkatan pertumbuhan
ekonomi masih belum mampu mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Disamping
kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang masih terbatas, kemampuan
menciptakan lapangan kerja relatif kecil dan terdapat kecenderungan mengalami
penurunan.
Secara teoritis,
meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja
dengan asumsi terjadi peningkatan investasi. Selama terjadi krisis ekonomi,
penyerapan tenaga kerja secara nasional mengalami penurunan sehingga banyak
terjadi pengangguran. Pengangguran merupakan masalah dibidang ketenagakerjaan.
Di satu sisi yang menjadi sasaran adalah pemerataan distribusi pendapatan dalam
menjaga serta meningkatkan stabilitas nasional.
Salah satu
masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah ketidakseimbangan
antara permintaan tenaga kerja (demand of labor) dan penawaran tenaga
kerja (suppy of labor), pada satu tingkat upah. Penyediaan kesempatan
kerja yang luas sangat diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk
usia muda yang masuk ke pasar tenaga kerja. Sempitnya lapangan kerja yang
tersedia akan menyebabkan terjadinya pengangguran yang akan membawa masalah
yang lebih besar lagi.
Rata-rata persentase
kemiskinan propinsi Sumatera Utara untuk tahun 2006 adalah sekitar 16,5% ,
berarti mendekati rata-rata nasional. Artinya kemiskinan Sumatera Utara tidak
memberikan kontribusi negatif terhadap kemiskinan nasional. Namun yang
mengkwatirkan
adalah adanya
ketimpangan tingkat kemiskinan antar kabupaten/ kota yang sangat lebar
jaraknya.
Dari sisi
penduduk, Sumatera Utara urutan keempat terbesar setelah Jatim, Jabar dan
jateng. Jumlah penduduk tahun 1990 adalah 10,26 juta jiwa dan sampai dengan
tahun 2005 meningkat menjadi 12.326.399 jiwa atau bertambah lebih dua juta jiwa
dengan kepadatan bertambah pada periode yang sama dari 143 jiwa/km2 menjadi 172
jiwa/km2, dengan laju
pertumbuhan penduduk (2000-2005) sebesar 1,37% pertahun dan meningkat untuk
tahun selanjutnya.
Dari sisi
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Sumatera Utara, pada tahun 2005 dari
target 389 hanya dapat direalisasikan 186 penanaman modal. Sedangkan Penanaman
Modal Asing (PMA), dari rencana 23 investor (2005) tercapai 5 investor dengan
nilai investasi US$ 27.515.000.
Perkembangan
investasi dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Sejak tahun 1968 sampai
September 2008, rencana investasi PMDN sejumlah 457 proyek senilai Rp. 43,4
triliun terealisasi sejumlah 359 proyek senilai Rp.9,8 triliun. Sedangkan
rencana investasi PMA sejumlah 477 proyek senilai US$ 9.847 milyar terealisasi
sejumlah 260 proyek senilai US$ 4,6 milyar.
Dalam tahun
2008, tercatat rencana investasi PMDN sejumlah 14 proyek senilai Rp. 615,4
milyar terealisasi sejumlah 9 proyek senilai Rp. 346,5 milyar dan rencana
investasi PMA sejumlah 36 proyek senilai US$ 347,144 juta dan terealisasi
sejumlah 11 proyek senilai US$ 118,45 Juta.
Kebijakan-kebijakan
yang tepat dibutuhkan dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
kestabilan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan tidak disertai dengan perbaikan struktur
perekonomian yang kokoh, dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dalam negeri,
tingkat inflasi
yang tinggi, neraca pembayaran yang kurang seimbang akibat banyaknya keuntungan
dari perusahaan penanam modal asing yang ditarik kembali ke negerinya, serta
kesenjangan antar penduduk dan regional yang semakin mencolok. Dari sisi
penawaran uang semakin tidak terkendali karena ekspansifnya dunia perbankan
memberikan kredit, akibat penurunan suku bunga.
Secara teori
kita mengetahui bahwa pertumbuhan uang mempengaruhi tingkat bunga. Mankiw(2000:162),
menjelaskan keterkaitan antara uang, harga, dan tingkat bunga sebagai berikut :
“penawaran uang dan permintaan uang menentukan tingkat harga. Perubahan
dalam tingkat harga menentukan tingkat inflasi. Tingkat inflasi mempengaruhi
tingkat bunga nominal. Karena merupakan biaya dari memegang uang, tingkat bunga
nominal bisa mempengaruhi permintaan uang.
Menurut Nanga
(2000:253), inflasi juga cenderung mempengaruhi tingkat bunga riil
sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan di pasar modal. Hal ini
akan menyebabkan penawaran dana untuk investasi akan menurun, dan sebagai
akibatnya investasi sektor swasta tertekan sampai kebawah tingkat
keseimbangan(yang disebabkan oleh terbatasnya penawaran dana yang dapat
dipinjamkan). Karenanya, sejauh inflasi menuntun kearah tingkat bunga yang
rendah dan ketidakseimbangan pasar modal, inflasi dapat memperkecil investasi
dan pertumbuhan.
Kondisi
perekonomian dengan tingkat inflasi yang tinggi dapat menyebabkan
perubahan-perubahan dalam output dan kesempatan kerja. Tingkat inflasi yang
tinggi berdampak pada pengangguran. Bila tingkat inflasi tinggi, dapat
menyebabkan angka pengangguran tinggi, ini berarti perkembangan kesempatan
kerja menjadi semakin mengecil atau dengan kata lain jumlah tenaga kerja yang
diserap juga akan kecil. Dari sini terlihat bahwa pemerintah harus menjalankan
kebijakan makro yang tepat. Untuk menjaga tingkat
inflasi agar
tidak tinggi maka jumlah uang yang beredar di masyarakat juga harus
dikendalikan.
Berdasarkan
uraian diatas, penulis ingin menganalisa atau melihat perkembangan keadaan
jumlah tenaga kerja bila dihadapkan dengan keadaan tingkat inflasi dan tingkat
investasi. Apakah pembangunan ekonomi Negara Indonesia, khususnya propinsi
Sumatera Utara mampu untuk menyerap jumlah angkatan kerja yang cukup banyak
setiap tahunnya.
Untuk maksud
tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis
Pengaruh Tingkat Inflasi, PMDN dan PMA terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di
Sumatera Utara”.
B. Perumusan
masalah
Berdasarkan
uraian diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada
pengaruh inflasi terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara.
2. Apakah ada
pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA)
terhadap penyerapan tenaga kerja di Sumatera utara.
C. Hipotesa
Hipotesa
merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek
penelitian, dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau di uji.
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka hipotesa yang
diajukan dalam penelitian adalah :
1. Adanya
pengaruh negatif tingkat inflasi terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja di
Sumatera Utara
2. Adanya
pengaruh positif Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing
(PMA) terhadap penyerapan tenaga kerja di Sumatera utara.
D. Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat inflasi terhadap jumlah penyerapan
tenaga kerja di Sumatera Utara.
2. Untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan
Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara.
E. Manfaat
Penelitian
1. Sebagai bahan
studi tambahan bagi mahasiswa-mahasiswa fakultas ekonomi, khususnya mahasiswa
Departemen Ekonomi Pembangunan .
2. Sebagai
referensi dan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
3. Sebagai
proses pembelajaran dan menambah wawasan bagi penulis dalam hal menganalisa dan
berfikir.
4. Hasil penelitan ini
diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi Pemerintah Propinsi Sumatera
Utara, khususnya untuk menentukan kebijakan yang berhubungan dengan jumlah
penyerapan tenaga kerja.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi