xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perekonomian
dunia saat ini dihadapkan pada suatu perubahan drastis yang tak terbayangkan
sebelumnya. Krisis kredit macet perumahan beresiko tinggi (suprime mortgage) di
AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis keuangan global, dan kemudian
Dalam hitungan bulan telah berubah menjadi krisis ekonomi yang melanda seluruh
dunia. Kuatnya intensitas krisis membuat Negara Negara kawasan Asia, yang
semula dianggap relative steril dari dampak krisis, akhirnya sulit bertahan dan
turut pula terkenan imbas krisis.
Sejalan dengan
semakin dalamnya krisis global, kegiatan investasi juga mulai menurun.
Perlambatan investasi juga dialami beberapa industry seperti industry logam
dasar bukan besi, industry bambu, kayu dan rotan, industry minyak dan lemak,
industry mesin, tekstil dan Industri pengilangan minyak, serta industry barang
dari karet. Mengingat industryi–industri tersebut bersifat leading dalam
investasi (memiliki multiplier investasi yang tinggi), maka perlambatan
investasi yang dialami oleh sektor-sektor tersebut berpengaruh besar terhadap
kinerja perekonomian secara keseluruhan.
Peran investasi
terhadap PDB telah mengalami perubahan structural setelah periode krisis
moneter yang tercermin dari penurunan pangsa investasi terhadap PDB secara
drastis. Namun demikian sejak enam tahun terakhir peran investasi mulai
menunjukkan peningkatan yang tercermin dari perbaikan pertumbuhan investasi
yang rata-rata telah mencapai 9,9% selama 2004-2008.
xiv
Bahkan hingga
kuartal III-2008, kinerja investasi telah menunjukkan pertumbuhan mencapai
lebih dari 12%. Namun demikian, memburuknya prospek perekonomian dunia yang
mulai terlihat di triwulan IV-2008 mendorong pengusaha untuk menunda
pengeluaran investasi dan melakukan efisiensi yang pada akhirnya berdampak pada
melambatnya pertumbuhan investasi dikuartal tersebut sebesar 9,1%.
Bukan hanya
kegiatan investasi tetapi juga kinerja ekspor mengalami penurunan. Penurunan
kinerja ekspor tidak terlepas dari struktur ekspor Indonesia yang hingga saat
ini mayoritas masih ditujukan untuk memenuhi permintaan Negara maju terutama AS
dan Jepang. Selain kedua Negara tersebut, ekspor Indonesia ke China dan
singapura juga menempati pangsa yang cukup besar. Kondisi ini menyebabkan
rentannya kinerja ekspor Indonesia terhadap perkembangan ekonomi AS, Jepang dan
juga china yang juga merupakan mitra dagang AS. Selain factor tersebut,
tingginya kontribusi sector primer dalam struktur ekspor Indonesia yang
tercatat hampir mencapai 50% dari total ekspor turut mendorong pelemahan
kinerja ekspor Indonesia.
Rentannya
kinerja ekspor terhadap krisis global juga tidak terlepas dari karakteristik
ekspor Indonesia selama ini. Kurang teridentivikasinya Negara tujuan ekspor,
menyebabkan kinerja ekspor Indonesia langsung mendapat pukulan berat. Selain
itu komoditas ekspor Indonesia juga cenderung kurang teridentivikasi dimana
komoditas utama ekspor sebagian besar masih berbasis sumber daya alam yang
ternyata justru sangat rentan terhadap gejolak harga. Melemahnya kinerja ini
selanjutnya memberikan tekanan pada sector-sector lainnya yang memasok bahan
baku pada sektor industry eskpor.
xv
Selain investasi
dan ekspor, pengeluaran pemerintah juga memiliki pengaruh yang cukup besar bagi
pertumbuhan ekonomi. Kebijakan fiskal melalui pengeluaran pemerintah dalam APBN
diharapkan dapat menstimulus produk domestik bruto. Pengeluaran pemerintah
dapat menstimulus perekonomian melalui peningkatan konsumsi dan investasi.
Konsumsi dan investasi merupakan komponen Produk Domestik Bruto (PDB).
Pengeluaran rutin pemerintah digunakan untuk pengeluaran yang tidak produktif
dan mengarah kepada konsumsi sedangkan pengeluaran pembangunan lebih bersifat
investasi. Hal ini menuntut produktivitas masing-masing komponen pengeluaran
pemerintah untuk dapat memberikan kontribusi kepada PDB untuk periode
berikutnya secara berkesinambungan. Tentunya pengeluaran komponen-komponen
tersebut harus dialokasikan kepada pengeluaran-pengeluaran yang bersifat
produktif dan investasi. Dapat juga dikatakan, anggaran belanja rutin memegang
peranan yang penting untuk menunjang kelancaran mekanisme sistem pemerintahan
serta upaya peningkatan efisiensi dan produktivitas yang pada gilirannya akan
menunjang tercapainya sasaran dan tujuan pembangunan. Sedangkan pengeluaran
pembangunan ditujukan untuk membiayai program pembangunan yang anggarannya
selalu disesuaikan dengan besarnya dana yang berhasil dimobilisasi.
Apabila dalam
kondisi alokasi anggaran tidak memberikan arah perubahan besar bagi terciptanya
suatu suasana keadilan sebagai stimulasi pertumbuhan ekonomi dan justru
menunjukan ketidakseriusan pemerintah dalam mengalokasikan anggaran untuk
sektor vital dalam membangun suatu bangsa yang maju dan beradab seperti pada
sektor pendidikan, kesehatan dan peningkatan kualitas hidup seluruh bangsa
Indonesia. Maka pemerintah melalui kebijakan
xvi
anggaran negara
yang dilakukan dengan mengarahkan alokasi belanja rutin yang ditunjukan pada
upaya peningkatan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Sedangkan
pengeluaran pembangunan diarahkan untuk program proyek prasarana sosial dan
program pemulihan perekonomian.
Dampak krisis
global juga membuat tekanan inflasi pada tahun 2008 secara keseluruhan cukup
tinggi. Inflasi pada tahun 2008 meningkat tajam menjadi 11,06% (yoy)
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,59%. Sumber tekanan
inflasi terutama berasal dari tingginya lonjakan harga komoditas global
terutama harga komditas minyak dan pangan ditambah dengan beberapa permasalahan
distribusi dan pasokan. Namun tekanan inflasi mereda cukup signifikan pada
triwulan IV-2008 terutama akibat merosotnya harga komoditas global dan juga
tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga BBM pada
desember 2008 seiring dengan turunnya harga minyak dunia.
Selain krisis
global di penghujung tahun 2007, Indonesia pernah mengalami resesi ekonomi yang
cukup besar. Dampak negatif dari resesi ekonomi dunia pada tahun 1982 terhadap
perekonomian Indonesia terutama terasa dalam laju pertumbuhan ekonomi yang
rendah untuk periode 1982-1988 yaitu sekitar 3,62 persen. Selama periode 1993-1995
rata-rata pertumbuhan pertahun meningkat menjadi 7,3 hingga 8,2 persen, tetapi
akibat krisis yang melanda Indonesia laju pertumbuhan ekonomi nasional menurun
drastis. Pada tahun 1998 laju pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 13,13 persen
dengan laju inflasi sebesar 77,63 persen. Kondisi ini sangat memprihatinkan
dimana harga-harga
xvii
melambung tinggi
sehingga masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Tambunan, 2001
:12-13).
Di Indonesia,
perekonomian yang dalam 3 (tiga) triwulan terakhir dipenuhi optimis dan tumbuh
diatas 6%, tiba tiba harus mengalami perlambatan dan hanya mampu tumbuh 5,2%
pada triwulan IV-2008, jauh menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu
yang mencapai 5,9%. Seiring dengan meningkatnya intensitas krisis financial
global, ketahanan perekonomian domestic terhadap imbas krisi tersebut akan
sangat bergantung pada karakteristik perekonoian Indonesia yang tercermin dari
perkembangan berbagai indicator makro ekonomi dalam kurun waktu lima tahun
sampai sepuluh tahun terakhir.
Maka berdasarkan
uraian diatas penulis ingin menganalisa lebih lanjut mengenai pertumbuhan
ekonomi di Indonesia dan juga mengetahui sejauh mana faktor-faktor seperti
ekspor, pengeluaran pemerintah, dan inflasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Indonesia, maka penulis membuat skripsi dengan judul “Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia : pendekatan Error Correction
Model”.
1.2. Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dikaji
dan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana
pengaruh keseimbangan jangka pendek jumlah Ekspor, dan Pengeluaran pemerintah
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia?
xviii
2. Bagaimana
pengaruh keseimbangan jangka pendek tingkat inflasi terhadap pertumbuhan
ekonomi indonesia?
1.4 Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah :
1. Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh jangka pendek Jumlah Ekspor, Pengeluaran
Pemerintah dan tingkat inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
2. Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh jangka panjang Jumlah Ekspor, Pengeluaran
Pemerintah, dan tingkat inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
1.5 Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hasil
penelitian ini diharapkan memberi sumbangan pemikiran bahan studi atau tambahan
ilmu pengetahuan khususnya bagi mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan.
2. Sebagai bahan
studi atau tambahan literatur bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi khususnya
Departemen Ekonomi Pembangunan.
3. Sebagai bahan
tambahan dan informasi bagi masyarakat dan mahasiswa yang ingin melakukan
penelitian selanjutnya.
4. Sebagai salah
satu syarat bagi Penulis untuk menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi