BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Aspek
kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai
universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang
menikmati hasil pembangunan. Dalam kaitan peran penduduk tersebut, kualitas
mereka perlu ditingkatkan melalui berbagai sumber daya yang melekat, dan
pewujudan keluarga kecil yang berkualitas, serta upaya untuk menskenario
kuantitas penduduk dan persebaran kependudukan.
Menurut
Koestur (1995) adapun yang dimaksud dengan kuantitas penduduk meliputi jumlah,
struktur komposisi, dan pertumbuhan penduduk yang ideal melalui pengendalian
angka kelahiran, penurunan angka kematian,dan persebaran penduduk yang merata.
Jumlah
penduduk, komposisi umur, dan laju pertambahan atau penurunan penduduk
dipengaruhi oleh fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi
(perpindahan tempat) karena ketiga variabel tersebut merupakan
komponen–komponen yang berpengaruh terhadap perubahan penduduk (Lucas,1982:1).
Jumlah
penduduk di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
penduduk Indonesia di tahun 2008 yaitu sebesar 236.400.000 jiwa. Jumlah ini
mengalami peningkatan sebesar 1,5 persen bila dibandingkan dengan tahun 2007
dengan jumlah penduduk 232.900.000 jiwa. Pada tahun 2007, Indonesia masuk dalam
peringkat keempat penduduk terbanyak di dunia setelah
Universitas
Sumatera Utara
Cina 1.326.526.463 jiwa, India
1.140.455.260 jiwa dan Amerika Serikat 302.711.006 jiwa.
Untuk menunjang keberhasilan pembangunan, juga untuk
menangani permasalahan penduduk antara lain meliputi jumlah, komposisi dan
distribusi penduduk maka diperlukan adanya upaya pengendalian jumlah penduduk.
Pengendalian fertilitas merupakan salah satu cara untuk mengendalikan jumlah
penduduk. Dan pengendalian jumlah penduduk lainnya adalah mortalitas (kematian)
dan migrasi (perpindahan tempat).
Fertilitas diartikan sebagai kemampuan seorang wanita untuk
menghasilkan kelahiran hidup merupakan salah satu faktor penambah jumlah
penduduk disamping migrasi masuk, tingkat kelahiran dimasa lalu mempengaruhi
tingginya tingkat fertilitas masa kini.
Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau
sekelompok wanita, sedangkan dalam pengertian demografi menyatakan banyaknya
bayi yang lahir hidup. Besar kecilnya jumlah kelahiran dalam suatu penduduk,
tergantung pada beberapa faktor misalnya,struktur umur, tingkat pendidikan,
umur pada waktu kawin pertama,banyaknya perkawinan, status pekerjaan wanita,
penggunaan alat kontrasepsi dan pendapatan/kekayaan.
Dalam melakukan pengukuran terhadap tingkat fertilitas,
terdapat beberapa persoalan yang dihadapi, sehingga pengukuran terhadap
fertilitas ini dilakukan melalui dua macam pendekatan yaitu Yearly
Performance dan Reproductive History yang kemudian dibagi lagi
menjadi beberapa teknik penghitungan yang masing-masing memiliki kebaikan dan
kelemahan. Salah satu
Universitas
Sumatera Utara
teknik yang termasuk dalam pendekatan
Yearly Performance adalah Total Fertility Rate (TFR) atau Angka
Kelahiran Total.
Total Fertility Rate (TFR) merupakan jumlah rata-rata anak yang dilahirkan setiap
wanita. Kebaikan dari teknik ini adalah merupakan ukuran untuk seluruh wanita
usia 15-49 tahun yang dihitung berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok
umur, berbeda dengan teknik yang lain yang perhitungannya tidak memisahkan
antara penduduk laki-laki dan perempuan serta tingkat usia produktif bagi
wanita.
Banyak faktor yang mempengaruhi Angka Kelahiran Total (TFR)
yaitu tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan penggunaan
alat kontrasepsi, dan tingkat urbanisasi. Tingkat pendapatan dapat diwakili
oleh pendapatan perkapita. Keterkaitan pada pendapatan terhadap fertilitas
adalah ketika pendapatan seseorang naik akan semakin besar pengaruhnya terhadap
penurunan fertilitas yang terjadi.
Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan
berubah. Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti
biaya (cost) nya naik. Sedangkan kegunaannya turun sebab walaupun anak
masih memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Disamping
itu orang tua juga tidak tergantung dari sumbangan anak. Jadi biaya membesarkan
anak lebih besar daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan “demand”
terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun.
Penelitian mengenai kaitan pendidikan wanita dengan kesuburan
di beberapa negara, sudah maupun kurang berkembang, mengungkapkan adanya kaitan
yang erat antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesuburan. Semakin
Universitas
Sumatera Utara
tinggi pendidikan semakin rendah
kesuburan. Di beberapa negara, meluasnya kepandaian baca tulis disertai oleh
turunnya kesuburan dengan tajam.
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi fertilitas adalah
tingkat kesehatan yang dapat diwakili dengan angka harapan hidup dan penggunaan
alat kontrasepsi bagi wanita usia 15-49 yang berstatus kawin. Keduanya
berpengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Indonesia merupakan
salah satu negara yang paling banyak penduduknya.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi