Rabu, 05 Maret 2014

Skripsi Ekonomi Pembangunan: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI

1BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan tata kehidupan ekonomi, sosial, politik yang lebih baik dimasa mendatang. Oleh karena itu dalam melakukan perencanaan pembangunan harus bertitik tolak pada permasalahan pembangunan baik yang mendukung lajunya pembangunan maupun yang menghambat pembangunan sehingga dapat disusun suatu strategi pembangunan nasional atau pembangunan daerah.

Strategi pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan semakin sejahtera, makmur dan berkeadilan. Kebijaksanaan pembangunan dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan cara memanfaatkan potensi yang ada. Namun hasil pembangunan kadang belum dirasakan merata dan masih terdapat kesenjangan antar daerah oleh karena itu diterapkan otonomi daerah (Amin Pujiati; 2008).
Penerapan otonomi daerah yang luas saat ini bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi ekonomi yang ada sehingga dapat memacu peningkatan aktivitas perekonomian di daerah yang pada akhirnya meningkatkan perekonomian nasional. Penerapan otonomi daerah yang telah digariskan dalam UU No. 33/2004, mensyaratkan adanya suatu perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam rangka negara kesatuan yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, serta pemerataan antar daerah secara proporsional, adil, demokratis dan transparan (Amin Pujiati; 2008).

1Seberapa yang diterima oleh tiap daerah sebenarnya sangat berkaitan dengan masalah merata atau tidak meratanya distribusi pendapatan tersebut. Oleh karenanya pemerataan pendapatan adalah masalah yang penting dalam pembangunan. Tambunan (2001) menyatakan bahwa pada dekade 1980-an sampai pertengahan dekade 1990-an Indonesia menikmati laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi dengan tingkat kesenjangan yang semakin besar. Begitu juga halnya dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara pada tahun 1985 hingga tahun 2004 relatif tinggi tetapi pertumbuhan tersebut diiringi dengan ketimpangan antar wilayah yang semakin besar. Model pembangunan ekonomi di Sumatera Utara bukan mengacu pada pemerataan pembangunan yang semakin baik (Sirojuzilam,2007).
Pada tahap awal pembangunan, perbedaan laju pertumbuhan ekonomi regional yang cukup besar antar daerah telah mengakibatkan disparitas dalam distribusi pendapatan antar daerah. Namun dalam jangka panjang, ketika faktor-faktor produksi di daerah semakin dioptimalkan dalam pembangunan maka perbedaan laju pertumbuhan output antar daerah akan cenderung menurun. Hal itu ditandai dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita rata-rata di setiap daerah seiring dengan waktu yang berjalan (Etharina, 2005).
Menurut Todaro bahwa pembangunan diartikan sebagai suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga nasional termasuk pula percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan.
Pembangunan ekonomi daerah yang dimaksud adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta

1untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan meransang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Adapun yang menjadi tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk antar daerah dan antar sector (Yoenanto dan Lana,2007).
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak lansung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang.
Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan dengan lebih merata. Dengan demikian maka daerah yang miskin, tertinggal tidak produktif akan menjadi produktif, yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu sendiri. Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke tahun tergambar melalui penyajian Produk Domestik Regional Bruto atas harga konstan secara berkala, yaitu pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif menunjukkan terjadinya penurunan dalam pertumbuhan ekonomi. Kuznets dalam Jhingan (2008) mendefenisikan pertumbuhan ekonomi, sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduk.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Indikator tersebut tidak hanya menunjukan bagaimana hasil-hasil pembangunan tersebut didistribusikan

1dan siapa saja yang sesungguhnya menikmati pertumbuhan ekonomi tetapi seberapa jauh pembangunan telah berhasil mensejahterakan masyarakatnya. Untuk daerah Sumatera Utara pada tahun 2000 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan di Sumatera Utara dalam Sumatera Utara dalam Angka 2000 mencapai Rp 69.154.112.380.000 pada tahun 2000 dan mengalami peningkatan menjadi Rp 99.779.227.330.000 pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan perekonomian Provinsi Sumatera Utara semakin disempurnakan, sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting dan pertumbuhannya harus lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk sehingga peningkatan pendapatan per kapita penduduk, pendapatan daerah dapat tercapai. Tetapi keberhasilan pembangunan suatu daerah tidak hanya dapat diukur melalui kemampuannya dalam meningkatkan pendapatan daerah, pendapatan per kapita, PDRB maupun indikator sejenis lainnya. Berikut ini merupakan total Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan Provinsi Sumatera Utara.
Tabel 1.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan
Propinsi Sumatera Utara 2000-200(Juta Rupiah)
Tahun
Total PDRB
20020020020020020020020069.154.112,371.908.359,175.189.140,878.805.608,583.328.948.587.897.791,293.347.404,399.779.227,3Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, BPS Medan

1Berbagai masalah timbul dalam kaitan dengan pertumbuhan ekonomi wilayah dan terus mendorong perkembangan konsep-konsep pertumbuhan ekonomi wilayah. Dalam kenyataannya banyak fenomena tentang pertumbuhan ekonomi wilayah. Kesenjangan wilayah dan pemerataan pembangunan menjadi permasalahan utama dalam pertumbuhan wilayah. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. Daerah- daerah tersebut tidak mengalami kemajuan yang sama disebabkan oleh karena kurangnya sumber-sumber yang dimiliki, adanya kecenderungan peranan modal memilih daerah perkotaan atau daerah yang memiliki fasilitas seperti prasarana perhubungan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, perbankan, asuransi juga tenaga kerja yang terampil disamping itu adanya ketimpangan redistribusi pembagian pendapatan dari pemerintah pusat ke daerah (Mudrajat Kuncoro, 2004:127).
Peningkatan penerimaan daerah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi di sisi lain hal ini justru akan meningkatkan ketimpangan antar daerah. Peningkatan penerimaan daerah juga akan meningkatkan keleluasaan pemerintah daerah untuk membangun daerahnya melalui pengalokasian anggaran daerah yang lebih tinggi nantinya akan membuka lapangan kerja yang lebih luas. Perluasan kesempatan kerja berarti peningkatan kapasitas ekonomi daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
Peranan penduduk yang bekerja atau produktif dalam perekonomian juga sangat nyata sesuai dengan asumsi klasik bahwa jumlah penduduk dan tenaga kerja mampu meransang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang besar berarti akan meningkatkan luasnya pasar domestik. Tersedianya pasar yang luas serta input produksi yang banyak merupakan pendorong bagi keberlangsungan produksi. Namun jumlah penduduk yang besar juga merupakan hambatan bagi pertumbuhan ekonomi
1apabila tidak terjadi adanya akumulasi kapital. Akumulasi kapital merupakan suatu lingkaran perputaran modal bagi input faktor produksi tenaga kerja yang dapat berupa upah. Dimana alokasi upah tersebut tidak hanya digunakan sebagai konsumsi tetapi juga merupakan jaminan investasi karena semakin tinggi pendapatan perkapita diasumsikan akan meningkatkan jumlah tabungan. Sedangkan tabungan masyarakat merupakan jaminan atas tersedianya investasi (Sirojuzilam, 2008:20).
Pengeluaran pemerintah juga merupakan salah satu faktor utama yang menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi regional. Pengeluaran pemerintah diukur dari total belanja rutin dan belanja pembangunan pemerintah daerah. Semakin besar pengeluaran pemerintah yang tidak produktif, semakin kecil tingkat pertumbuhan perekonomian daerah. Pengeluaran konsumsi pemerintah yang terlalu kecil akan merugikan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah yang proporsional akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah yang boros akan menghambat pertumbuhan ekonomi tetapi pada umumnya pengeluaran pemerintah membuat dampak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi (Yoenanto dan Lana; 2007).
Begitu juga halnya campur tangan pemerintah dalam perekonomian sangat diperlukan dalam menjaga kestabilan ekonomi terutama dalam menjaga luasnya kesempatan kerja, inflasi dan pemerataan pembangunan. Dan hubungan pemerintah pusat dan daerah harus berlandaskan pada penciptaan perekonomian yang tinggi. Intervensi pemerintah dalam menjaga kestabilan pasar dan pertumbuhan ekonomi dapat dilaksanakan dalam kebijakan publik maupun fiskal. Dengan kebijakan publik pemerintah pusat dapat mengembangkan sarana-sarana kepentingan publik yang nyata dapat meningkatkan kesejahteraan dan mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan dengan kebijakan fiskal pemerintah dapat memperbesar pengeluarannya
1baik konsumsi maupun investasi dengan tujuan untuk meningkatkan permintaan agregat serta penciptaan iklim usaha yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian melalui penulisan skripsi dengan dengan judul : “Analisis Disparitas Pendapatan Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara dan Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka ada beberapa rumusan masalah yang dapat digunakan sebagai dasar kajian dalam penelitian yang akan dilakukan . Selain itu, rumusan masalah ini diperlukan sebagai suatu cara untuk mengambil keputusan dari akhir penulisan skripsi, antara lain:
1. Bagaimana ketimpangan (disparitas) pendapatan yang terjadi antar kabupaten/kota di Sumatera Utara?
2. Bagaimana pengaruh penduduk yang bekerja terhadap pertumbuhan ekonomi?
3. Bagaiman pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi?
1.3. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis yang dikemukakan penulis adalah sebagai berikut :
1. Terdapat ketimpangan regional yang cukup besar antar kabupaten/kota di Sumatera Utara dan semakin kecil tingkat ketimpangan pendapatan suatu daerah maka akan semakin baik daerah tersebut, ceteris paribus.

12. Jumlah penduduk yang bekerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, ceteris paribus.
3. Pengeluaran pemerintah baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, ceteris paribus.
1.4. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui keadaan ketimpangan antardaerah yang terjadi kabupaten/kota di Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah penduduk yang bekeja terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Menambah, melengkapi sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada yang menyangkut topik yang sama dan sebagai informasi serta bahan referensi bagi penelitian- penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.
2. Diharapakan hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi, khususnya mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan.

23. Sebagai tambahan wawasan bagi penulis untuk mengetahui bagaimana ketimpangan pendapatan antar kabupaten dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.


Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi