1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang pada akhirnya akan mengarah kepada masyarakat
adil dan makmur merupakan cita-cita dari bangsa Indonesia yang harus menjadi
beban setiap anak bangsa untuk mencapai hal tersebut. Pembangunan kesejahteraan
rakyat harus senantiasa memperhatikan bahwa setiap warga negara berhak atas
taraf kesejahteraan yang layak serta berkewajiban ikut serta dalam upaya
mewujudkan kemakmuran rakyat.
Pertumbuhan
ekonomi wilayah adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan
yang terjadi diwilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added
value) yang terjadi. Namun agar dapat melihat pertambahan dari satu kurun waktu
ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya
dinyatakan dalam nilai konstan.
Dalam
hal ini pembangunan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia
serta kualitas sumber daya manusia Indonesia dan memperluas serta meningkatkan
pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan penghidupan yang layak.
Pada
saat krisis dan sampai dengan saat ini salah satu sektor yang masih mampu
bertahan ialah sektor kecil dan mikro atau yang sering kita kenal dengan nama
“pengusaha informal”. Kita tidak dapat meremehkan sektor pengusaha ini karena
sektor ini banyak menyerap tenaga kerja, walau tenaga kerja tersebut
1produktifitasnya
rendah, namun telah berperan positif dalam memberikan kesempatan kerja. Oleh
karena itu pengusaha informal tidak bisa diabaikan begitu saja.
Hingga saat ini,
pengertian pengusaha informal sering dikaitkan dengan ciri-ciri berikut :
1. Kegiatan usaha bermodal utama
pada kemandirian rakyat
2. Memanfaatkan teknologi sederhana
3. Pekerjaannya terutama berasal
dari tenaga kerja keluarga tanpa upah
4. Bahan baku usaha kebanyakan
memanfaatkan sumber daya lokal
5. Sebagian besar
melayani kebutuhan rakyat kelas menengah kebawah.
Disatu sisi
pengusaha informal masih memegang peranan penting menampung angkatan kerja,
terutama angkatan kerja yang masih belum berpengalaman atau angkatan kerja yang
pertama kali masuk pasar kerja. Keadaan ini mempunyai dampak positif karena
mengurangi tingkat pengangguran terbuka. Tetapi di segi lain menunjukkan gejala
tingkat produktifitas yang rendah, karena masih menggunakan alat-alat
tradisional dengan tingkat pendidikan serta keterampilan yang relatif rendah.
Mengingat peran
pengusaha informal yang cukup positif dalam proses membangun, sudah sewajarnya
nasib pekerjanya dipikirkan dengan kebijakan secara langsung maupun tidak,
untuk membantu pengembangan masyarakat melalui pembinaan kegiatan pengusaha
informal yang telah ditentukan. Menurut data Badan Statistik Sosial (BPS),
jumlah penganggur Februari 2008 tercatat turun 584 ribu menjadi 9,43 juta orang
dibanding Agustus 2007, dan turun 1,12 juta orang (year on year)
dibanding Februari 2007. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia
1pada Februari
2008 turun 9,11% mencapai 8,46%, dibanding Agustus 2007, dan turun 9,75% (yoy)
terhadap Februari 2007.
Sementara jumlah
angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2008 naik 1,54 juta mencapai 111,48
juta orang, dibanding Agustus 2007, atau naik 3,35 juta orang (yoy) dari
Februari 2007. Sedangkan jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada
Februari 2008 naik 2,12 juta menjadi 102,05 juta orang, dibanding Agustus 2007,
atau naik 4,47 juta orang (yoy) dari Februari 2007.
Peningkatan
jumlah pekerja itu, lanjut Hendri, didominasi sektor informal. Ini berarti
bahwa jika orang menganggur berkurang akibat mereka masuk sektor informal, maka
tidak ada pengangguran. "Kalau semua sektor informal itu dianggap lapangan
kerja, ya memang tidak akan ada orang menganggur," katanya.
Menurutnya, BPS
seharusnya mengeluarkan data tentang berapa lapangan kerja formal yang berhasil
diciptakan. Hal ini inilah yang perlu lebih dicermati oleh pengambil kebijakan
nantinya. Pasalnya, angka kemiskinan saat ini tidak ada hubungannya dengan
sektor manufaktur yang pertumbuhannya terus menurun.
Pekerja sektor
informal mencakup 69% dan hanya 31% yang bekerja di sektor formal. Mayoritas
pekerja sektor informal adalah di sektor pertanian. Sektor ini menghidupi total
41% total penduduk pekerja tahun 2007 yang totalnya mencakup 99,9 juta orang.
Urutan kedua ditempati sektor informal non pertanian, perdagangan formal dan
industri manufaktur.
Kota Medan
merupakan ibu Kota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan terdiri dari 21
Kecamatan, salah satu diantaranya merupakan Kecamatan Medan Selayang. Kecamatan
Medan Selayang berbatasan dengan Medan Sunggal di sebelah
1barat, Medan
Johor dan Medan Polonia di timur, Medan Tuntungan di selatan dan Medan Sunggal
dan Medan Baru di utara.
Di Kecamatan
Medan Selayang merupakan kawasan yang strategis dalam melakukan berbagai usaha
perdagangan. seperti pedagang rumah makan. Rumah makan yang terdapat di
Kecamatan Medan Selayang sangat bervariasi dimulai yang berskala besar,
menengah hingga kecil. Menurut hasil penelitian di Kecamatan Medan Selayang
pedagang rumah makan yang paling banyak ditemukan adalah yang berskala kecil
dengan jenis usaha pedagang rumah makan Padang.
Dari
uraian-uraian diatas telah membuat rasa ingin tahu penulis untuk mempelajari
dan mencoba menganalisa kedalam bentuk skripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG RUMAH MAKAN DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG”.
1.2 Perumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian diatas adapun yang menjadi pokok permasalahan ialah :
1. Bagaimana pengaruh modal
terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang
2. Bagaimana pengaruh jam kerja
terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang
3. Bagaimana
pengaruh tingkat pendidikan terhadap pendapatan pedagang rumah makan di
Kecamatan Medan Selayang
1
1.3 Hipotesis
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang masih perlu dikaji
kebenaranya melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan
permasalahan diatas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Modal memberikan pengaruh
positif terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang
2. Jumlah jam kerja memberikan
pengaruh positif terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan
Selayang.
3. Tingkat
pendidikan memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan pedagang rumah makan
di Kecamatan Medan Selayang.
1.4 Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan
dari penelitian ini ialah :
1. Untuk mengetahui bagaimana
pengaruh modal terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan
Selayang.
2. Untuk mengetahui bagaimana
pengaruh jumlah jam kerja terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan
Medan Selayang.
3. Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap pendapatan pedagang
rumah makan di Kecamatan Medan Selayang.
1
1.5 Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat
dari penelitian ini ialah :
1. Menambah dan melengkapi
hasil-hasil penelitian yang telah ada khususnya mengenai analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang.
2. Untuk memperluas pengetahuan
dan wawasan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan
3. Sebagai bahan
studi dan literatur bagi mahasiswa dan masyarakat yang tertarik untuk
mengetahui tantang pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi