BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh
setiap negara khususnya negara yang sedang berkembang senantiasa didasarkan
kepada suatu perencanaan yang matang. Oleh sebab itu, dalam rangka memacu
pertumbuhan ekonomi perlu pula dilakukan pembangunan manusia, termasuk dalam
konteks ekonomi daerah.
Kebijakan pembangunan yang tidak mendorong peningkatan
kualitas manusia hanya akan membuat daerah yang bersangkutan tertinggal dari
daerah yang lain, termasuk dalam hal kinerja ekonominya. Dengan kata lain,
peningkatan kualitas modal manusia juga akan memberikan manfaat dalam
mengurangi ketimpangan antardaerah.
Konsep atau definisi pembangunan manusia tersebut pada
dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Definisi ini lebih luas
dari definisi pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam
konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami
dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya Berdasarkan hal
itu dapat dikatakan bahwa antara modal manusia dan pertumbuhan ekonomi
sebetulnya terdapat hubungan yang saling mempengaruhi.
Hanya saja studi-studi yang ada umumnya lebih menekankan
pada pengaruh dari kemajuan dalam kualitas sumber daya manusia terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Lebih jauh, Ramirez dkk (1998) menyebutkan bahwa kendati
adanya hubungan imbal balik (two-way relationship) antara modal manusia dan pertumbuhan
ekonomi itu sudah diterima secara luas namun faktor-faktor spesifik yang
menghubungkannya masih kurang dieksplorasi secara sistematis.
Dalam konteks ini terdapat hubungan dua
arah pembangunan manusia dengan kinerja ekonomi, secara tak langsung
menyebutkan adanya persoalan simultanitas dalam model empiris yang banyak
digunakan dalam studi-studi yang mengkaji pengaruh modal manusia terhadap
pertumbuhan ekonomi. Simultanitas ini merupakan salah satu yang mengemuka dalam
kritik terhadap estimasi pengaruh modal manusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Adapun kedua arah hubungan tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama adalah dari pertumbuhan ekonomi ke
pembangunan manusia.
Kinerja ekonomi mempengaruhi pembangunan manusia, khususnya melalui aktivitas rumah
tangga dan pemerintah.
Sehubungan dengan itu dapat dikatakan bahwa pembangunan
manusia ditentukan bukan hanya oleh tingkat pendapatan, tetapi juga oleh
distribusi pendapatan dalam masyarakat. Alokasi sumber daya untuk pembangunan
manusia dari sisi pemerintah tersebut merupakan fungsi dari tiga hal, yakni:
total pengeluaran sektor pemerintah, berapa banyak yang diagihkan untuk
sektor-sektor pembangunan manusia.
Adapun jalur kedua adalah dari pembangunan manusia ke
pertumbuhan ekonomi.
Tingkat pembangunan manusia yang tinggi akan mempengaruhi perekonomian melalui
peningkatan kapabilitas penduduk dan konsekuensinya adalah juga pada
produktifitas dan kreatifitas mereka. Pendidikan identik dengan informasi dan
komunikasi, sangat menentukan kemampuan untuk menyerap dan mengelola sumber-sumber
pertumbuhan ekonomi baik dalam kaitannya dengan teknologi sampai kelembagaan
yang penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan hasil perhitungan IPM tahun 2004 dan 2005
perkembangan IPM untuk setiap Kabupaten/ Kota se Sumatera Utara. Dari hasil
perhitungan tersebut terlihat bahwa kondisi pencapaian pembangunan
manusia pada tahun 2005 lebih baik dibandingkan dengan kondisi di tahun 2004.
IPM Sumatera Utara tahun 2005 sebesar 72,0 meningkat dari 71,4 di tahun 2004.
Sementara itu jika dilihat per Kabupaten/Kota kondisi
pencapaian Indeks Pembangunan Manusia tahun 2005 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini ditunjukan oleh skor IPM setiap
kabupaten Kota tahun 2005 lebih tinggi dibandingkan tahun 2004. Kabupaten/Kota
yang mengalami peningkatan IPM terbesar adalah Kabupaten Mandailing Natal (1,3)
dan terkecil Kota Sibolga (0,3).
Dilihat dari sisi peringkat IPM Kabupaten/Kota se Sumatera
Utara tahun 2005, Kota Pematang Siantar merupakan daerah dengan IPM tertinggi
sebesar 75,(rangking 1) disusul oleh Kota Medan dengan IPM sebesar 75,4.
Sebesar IPM terendah diduduki oleh Kabupaten Nias Selatan dengan IPM sebesar
63,9 dan Kabupaten Nias sebesar 66,1.
IPM merupakan indikator penting yang dapat digunakan untuk
melihat upaya dan kinerja program pembangunan secara menyeluruh di suatu
wilayah. Kemajuan program pembangunan dalam suatu periode dapat diukur dan
ditunjukan oleh besaran IPM pada awal dan akhir periode tersebut. IPM tidak
hanya mengukur pembangunan dari aspek ekonomi saja, tetapi juga mengukur
pembangunan dari aspek nonekonomi.
Oleh karena itu pemerintah provinsi Sumatera Utara dan
Pemerintah Kabupaten/ Kota dapat menggunakan IPM sebagai alat untuk
mengevaluasi program pembangunan dan memberikan arah dalam menentukan prioritas
program. Hal ini juga merupakan pedoman dalam mengalokasikan anggaran sehingga
sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan.
Dalam konteks Indonesia, dua jalur
hubungan itu dapat pula dilihat dalam kaitannya dengan krisis ekonomi. Krisis
ekonomi tentu berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Akita dan
Alisjahbana (2002) menunjukkan bahwa Jawa dan Bali adalah wilayah yang paling
merosot perekonomiannya. Sementara itu, Irian Jaya dan Maluku justru merupakan
wilayah yang paling rendah kemerosotan indeks pembangunan manusianya
(BPS-Bappenas-UNDP, 2001). Kendati indeks pembangunan manusia kedua wilayah
tersebut tetap lebih rendah ketimbang propinsipropinsi lainnya danjuga
pendapatan perkapitanya, namun hal ini menimbulkan pertanyaan. Apakah daerah
yang sumber daya manusianya lebih berkualitas lebih mampu bertahan dari krisis
ekonomi misalnya dilihat dari besarnya kemerosotan PDRB? Sebaliknya, apakah
daerah yang PDRB sudah lebih tinggi lebih bisa untuk terus mendukung
pembangunan manusia didaerahnya? Pertanyaan-pertanyaan itu kurang lebih sejalan
dengan pendapat Ramirez dkk (1998) yang dari studi cross-country
mereka menemukan bukti adanya hubungan positif
dan kuat pada kedua jalur hubungan pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi.
Ditambahkan pula bahwa pengeluaran pemerintah untuk sektor sosial dan pendidikan
perempuan penting artinya dalam memperkuat hubungan pertumbuhan ekonomi dengan
pembangunan manusia; sementara tingkat investasi dan distribusi pendapatan
memperkuat hubungan antara pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi.
Oleh sebab hal yang telah dikemukakan diatas, maka penulis
mencoba untuk membahas dan menganalisis hubungan simultan antara pembangunan
manusia dan kinerja ekonomi di Sumatera Utara dengan mengangkat judul “ Analisis Kausalitas Antara
Pembangunan Manusia dan Kinerja Ekonomi Sumatera Utara”.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas, maka Penulis terlebih dahulu mengemukakan permasalahan yang
menjadi objek analisis penelitian.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengidentifikasikan
permasalahanya mengenai adakah hubungan timbal balik antara petumbuhan ekonomi
dan pembangunan manusia di provinsi Sumatera Utara.
1.3 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan
yang menjadi objek penelitian yang masih perlu diuji dan dibuktikan secara
empiris tingkat kebenaranya dengan menggunakan data-data yang berhubungan.
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat
hipotesis bahwa terdapat hubungan simultan antara pertumbuhan ekonomi dan
Indeks Pembangunan Manusia di provinsi Sumatera Utara, Ceteris paribus.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: Menambah
dan melengkapi hasil-hasil penelitian yang ada, khususnya mengenai pembangunan
manusia.
Dapat menjadi bahan masukan dan pengetahuan bagi setiap
pihak yang ingin mempelajari dan melakukan penelitian di bidang pembangunan
manusia.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi