BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pertanian
merupakan sektor terbesar di setiap ekonomi negara yang berkembang. Sektor ini
menopang sebagian besar perekonomian penduduknya melalui penyediaan pangan dan
juga memberikan lapangan pekerjaan. Hal ini disebabkan negara kita merupakan
negara agraris sehingga peran sektor pertanian masih merupakan sektor yang
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembentukan PDB ( kedua setelah
sektor industri ), yaitu sebesar Rp.547.223.60 Milyar atau 13.83% dari total
PDB (BPS: 2007).
Hingga
saat ini, sektor pertanian masih memegang peranaan penting dalam perekonomian
nasional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah penduduk dan tenaga kerja
yang diserap oleh sektor pertanian, mencapai 42,3 juta orang atau sekitar 44,5%
dari total tenaga kerja nasional. Berhasil tidaknya pembangunan pertanian akan
meningkatkan kesejahteraan hidup petani dan masyarakat perdesaan yang berarti
pula meningkatkan taraf hidup sebagai golongan masyarakat Indonesia.
Segala
potensi yang ada harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Agar potensi tersebut
memberikan kontribusi yang nyata, maka sektor pertanian perlu dibangun dan
dikembangkan secara berkesinambungan. Pembangunan adalah penciptaan sistem dan
tata nilai yang lebih baik, sehingga terjadi keadilan dan tingkat kesejahteraan
yang tinggi. Pembangunan pertanian harus mengantisipasi tantangan demokratisasi
dan globalisasi untuk dapat menciptakan sistem yang adil. Selain itu, harus
diarahkan untuk mewujudkan masyarakat sejahtera,
khususnya petani. Melalui pembangunan
sistem pertanian dan usaha pertanian yang mapan. Sistem tersebut harus berdaya
saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralisasi pembangunan pertanian
mutlak diperlukan mengingat pertanian merupakan salah satu motor penggerak
pertumbuhan ekonomi.
Jika dilihat dari kondisi perekonomian Propinsi Sumatera
utara, sektor pertanian mempunyai pranan yang strategis dalam menunjang
pembangunan ekonomi. Selain itu Sumatera utara menunjukan kondisi yang tidak
jauh berbeda, sebagian besar Kabupaten-kabupaten di Sumatera utara juga masih
mengandalkan sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari peranan sektor
pertanian yang memberikan kontribusi cukup besar bagi PDRB Sumatera utara, yaitu
22,84% pada tahun 2008, mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 22,56%
(BPS:2008).
Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu dari beberapa
wilayah Sumatera utara yang masih mengandalkan sektor pertanian, terutama
pertanian pangan dan perkebunan rakyat seperti perkebunan rakyat seperti Nilam,
Kopi, Karet dan Coklat. Kabupaten Pakpak Bharat memiliki luas 1.218.30 km2 yang terdiri dari 8 kecamatan, yakni Kecamatan Salak,
Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pagindar, Kecamatan Sitellu Tali
Urang Julu, Kecamatan Pergetteng Sengkut, Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan
Kerajaan dan Kecamatan Tinada. Berdasarkan keadaan alam dan topografi Kabupaten
Pakpak Bharat, sektor pertanian merupakan potensi yang terbesar mendukung
perekonomian masyarakat. Dari seluruh jumlah rumah tangga pertanian di
Kabupaten Pakpak Bharat 80% adalah merupakan petani pengguna lahan dengan
produksi jenis tanaman padi dan
palawija, tanaman perkebunan rakyat dan hortikultura. ( BPS: Kabupaten Pakpak
Bharat Daalam Angka: 2008 ).
Nilam (Pogestemon cablin Benth) merupakan salah satu
tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, baik sebagai sumber devisa negara
maupun sebagai sumber pendapatan petani. Ekspor minyak nilam meningkat pada
tahun 1993 dimana volume ekspor mencapai 2.835 ton dan pemasukan devisa
masing-masing sebesar US$ 20.691.000. Dalam 10 tahun terakhir laju peningkatan
ekspor mencapai 6 % pertahun. Sedangkan Pada tahun 2004, volume ekspor minyak
nilam mencapai 2.074 ton dengan nilai sebesar US$ 27.137.000. Indonesia
merupakan produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusi sekitar 90
%. Minyak nilam memiliki potensi strategis di pasar dunia sebagai bahan
pengikat aroma wangi pada parfum dan kosmetika (Ditjen Perkebunan, 2006).
Prospek ekspor minyak nilam cukup besar sejalan dengan semakin tingginya
permintaan terhadap parfum dan kosmetika, trend mode dan belum berkembangnya
materi subsitusi minyak nilam di dalam industri parfum maupun kosmetika.
Nilam berasal dari daerah tropis Asia Tenggara terutama
Indonesia dan Philipina, serta India, Amerika selatan dan China. Di Indonesia,
sentra produksi nilam di propinsi Nanggroe Aceh Darusalam dan Sumatera Utara.
Sebagai penghasil minyak nilam terbesar, Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam
memberikan kontribusi 70 % terhadap produksi nasional.
Minyak nilam merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang
digunakan dalam industri parfum, sabun dan kosmetika disamping itu juga dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan pestisida nabati. Sedangkan limbah sisa dari
hasil penyulingan yang jumlahnya berkisar 40-50 % dari bahan baku dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan
dupa, obat nyamuk bakar, dan pupuk tanaman atau mulsa. Selanjutnya air sisa
hasil penyulingan minyak nilam setelah dipekatkan masih dapat dimanfaatkan
sebagai aroma terapi.
Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan daun, batang
dan cabang tanaman nilam. Kadar minyak tertinggi terdapat pada daun dengan
kandungan utamanya adalah patchauoly alkohol yang berkisar antara 30 – 50 %.
Aromanya segar dan khas dan mempunyai daya fiksasi yang kuat, sulit digantikan
oleh bahan sintetis. Negara-negara pengimpor utama adalah Amerika Serikat,
Perancis, Inggris, Jerman, Belanda, Jepang dan Australia.
Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu sentra produksi
nilam yang terdapat di Sumatera Utara. Keadaan iklim dan tanahnya sangat
mendukung untuk ditanami nilam. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang menanami
lahannya dengan tanaman nilam. Yakni di kecamatan Salak, Kecamatan Sitellu Tali
Urang Jehe, Kecamatan Sitellu Tali urang Julu, adalah penghasil produksi Nilam
terbesar di bandingkan dengan beberapa kecamatan lainnya.
Berdasarkan data depertemen pertanian Kabupaten Pakpak
Bharat, luas areal tanaman nilam di Kabupaten Pakpak Bharat adalah 33.6 Ha,
total luas tanaman nilam dari 8 kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat. Sedangkan
pada jumlah produksinya pertahun adalah 1.286.1 ton ( Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat 2008 ). Lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel di bawah ini:
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi