Rabu, 05 Maret 2014

Skripsi Ekonomi Pembangunan: ANALISIS PENGARUH TINGKAT URBANISASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI


 BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi dan dalam usaha membangun suatu perekonomian. Jumlah penduduk biasanya dikaitkan dengan pertumbuhan “income per capita” suatu Negara, yang secara kasar mencerminkan perekonomian Negara tersebut. Penduduk juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduknya. Karena jumlah penduduk yang besar merupakan pasar yang potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk
menentukan seberapa besar produktivitas yang ada. Dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi, penduduk memegang peranan yang penting dalam menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi. Sebagai akibat dari fungsinya ini maka penduduk bukan saja merupakan salah satu faktor produksi, akan tetapi yang lebih penting lagi penduduk merupakan unsur yang menciptakan dan mengembangkan teknologi dan mengorganisasikan penggunaan berbagai faktor produksi. (Sukirno,1978).

Dari waktu ke waktu jumlah penduduk Indonesia yang tinggal didaerah perkotaan senantiasa bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Diperkirakan, tahun 2020 di Indonesia akan terdapat 23 kota yang memiliki jumlah penduduk di atas 1 juta jiwa, dimana 11 diantaranya berada di pulau jawa dan 5 dari 23 kota tersebut berpenduduk di atas 5 juta jiwa (Prijono dkk, 2002) Sensus penduduk 2000 menunjukkan bahwa jumlah penduduk perkotaan di Indonesia telah mencapai lebih dari 85 juta jiwa, dengan laju kenaikan sebesar 4,40% per tahun selama kurun waktu 1990-2000. jumlah itu kira-kira hampir 42% dari total jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan. Mengikuti kecenderungan tersebut, dewasa ini (2009) diperkirakan bahwa jumlah penduduk perkotaan telah melampaui 100 juta jiwa, dan kini hampir setengah jumlah penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan. Hal ini tentu saja berdampak sangat luas pada upaya perencanaan dan pengelolaan pembangunan wilayah perkotaan. Pertumbuhan penduduk alamiah berkontribusi sekitar sepertiga bagian sedangkan migrasi dan reklasifikasi memberikan andil dua pertiga kepada kenaikan jumlah penduduk perkotaan di Indonesia, dalam kurun 1995-2007. Dengan kata lain migrasi sesungguhnya masih merupakan faktor utama dalam pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia.

Meningkatnya proses urbanisasi tersebut tidak terlepas dari kebijaksanaan pembangunan perkotaan, khususnya pembangunan ekonomi yang dikembangkan oleh pemerintah. Hubungan positif antara konsentrasi penduduk dengan aktivitas kegiatan ekonomi ini akan menyebabkan makin membesarnya area konsentrasi penduduk, sehingga menimbulkan apa yang dikenal dengan nama daerah perkotaan. (Firman,2005:3). Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota. Terjadinya perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor penarik maupun pendorong. Perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan faktor penarik yang menyebabkan banyak orang untuk mendatanginya. Keinginan mendapatkan penghasilan yang lebih baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya urbanisasi. Berbagai fasilitas dan “kemudahan” untuk mendapatkan uang serta status sosial juga merupakan daya tarik tersendiri. Selain itu juga sarana dan prasarana pendidikan dan rekreasi yang tersedia di kota juga mempunyai daya tarik yang tak kalah pentingnya. Sementara itu, pengaruh media massa dengan segala bentuk pesan yang di tawarkan dan memamerkan pola kehidupan modern kota, semakin menarik orang untuk mendatangi kota mengadu nasib dan peruntungan.

Sementara faktor pendorong yang menyebabkan orang datang ke kota di sebabkan oleh berbagai fasilitas untuk hidup dan lembaga pendidikan di desa kurang memadai. Sempitnya lapangan pekerjaan di desa juga menyebabkan orang mencari pekerjaan di kota. Lapangan pekerjaan yang tersedia di desa sangat terbatas, kebanyakan berada di sektor pertanian dan upah yang kurang memadai. Bagi generasi muda, bekerja menjadi petani atau buruh tani yang berpanas-panasan dan bermandikan Lumpur, kotor dan bau merupakan pekerjaan yang dianggap kurang menarik dan tidak bergengsi. Pada umumnya mereka lebih suka memilih pekerjaan di sektor- sektor formal sebagai pegawai, baik di pabrik maupun perkantoran yang dianggap lebih bersih, bergengsi dan menjanjikan kehidupan yang lebih baik. Daerah perkotaan memang tidak dapat di pungkiri lagi merupakan “pusat pertumbuhan ekonomi”, dimana pesatnya pertumbuhan industri dan perdagangan di daerah perkotaan menyebabkan perbedaan tingkat upah yang cukup jauh dibandingkan upah pada sektor pertanian di daerah pedesaan sehingga sebagian besar penduduk yang menginginkan peningkatan taraf kehidupan yang lebih baik memilih ke wilayah perkotaan.
Dengan demikian kita dapat melihat bahwa urbanisasi memiliki dua peranan yang saling bertolak belakang. Dimana di satu sisi urbanisasi akan menyebabkan kepadatan dan kesesakan dan berbagai masalah sosial yang timbul akibat pertambahan penduduk yang tinggi seperti pemukiman kumuh, perumahan liar, pemukiman yang sempit dan terlalu padat serta tidak kriminalitas. Dan disisi lain,

meningkatnya jumlah penduduk di wilayah perkotaan berkaitan erat dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Data memperlihatkan bahwa suatu Negara dengan tingkat perekonomian yang lebih tinggi juga memiliki tingkat urbanisasi yang lebih tinggi pula, dan sebaliknya. Negara-negara industri pada umumnya memiliki tingkat urbanisasi diatas 75%, bandingkan dengan perkembangan saat ini yang rata-rata tingkat urbanisasinya masih sekitar 35%. Hal ini disebabkan karena kota-kota memegang peran yang sangat strategis dalam pembangunan nasional, seperti yang telah dikemukakan oleh Bank Dunia kira-kira 40%-60% Produck Domestic Bruto Negara-negara yang sedang berkembang diproduksi di wilayah perkotaan. (Tjiptoherijanto, 2000: 3) Banyak teori yang mengemukakan alasan mengapa orang melakukan migrasi pedesaan-perkotaan. Salah satunya menurut Lee (1978), faktor-faktor yang mempengaruhi orang-orang dalam mengambil keputusan untuk bermigrasi antara lain adalah faktor-faktor di daerah asal, faktor-faktor di daerah tujuan (wilayah perkotaan), dan penghalang antara, yaitu masalah sarana dan prasarana transportasi, ada atau tidaknya kebijaksanaan untuk membatasi penduduk luar masuk ke daerah urban dan faktor-faktor pribadi. Migran biasanya mempunyai alasan yang selektif. Sifat selektif itu berbeda-beda, ada arus migrasi yang bersifat selektif positif dan selektif negatif. Sifat positif berarti bahwa migrasi itu melibatkan orang-orang yang berkualitas tinggi dan sifat negatif adalah sebaliknya.

Migran yang tertarik pada faktor-faktor positif di daerah perkotaan cenderung merupakan seleksi positif. Orang-orang seperti ini melakukan migrasi karena dapat melihat adanya kemungkinan-kemungkinan ataupun peluang-peluang yang lebih baik. Bagi daerah urban kedatangan orang-orang seperti ini malah menguntungkan karena biasanya mereka adalah orang-orang yang berpendidikan, memiliki cukup keterampilan dan semangat juang yang tinggi serta produktif. Migran dengan klasifikasi seperti inilah yang sebenarnya mempunyai peran sangat besar dalam memacu perkembangan daerah perkotaan kearah yang lebih baik. (Rujiman, 1992 : 4) Di sini juga dapat dilihat adanya keterkaitan antara aktivitas ekonomi dengan konsentrasi penduduk. Para pelaku ekonomi cenderung melakukan investasi di daerah yang telah memiliki konsentrasi penduduk yang tinggi serta memiliki sarana dan prasarana yang lengkap. Karena dengan demikian mereka dapat menghemat berbagai biaya, antara lain biaya distribusi barang dan jasa karena adanya aktivitas ekonomi di wilayah perkotaan akan menciptakan suatu yang dikenal dengan istilah pertumbuhan ekonomi.
Namun begitu, tingkat urbanisasi harus tetap dikendalikan karena tingkat urbanisasi yang tak terkendali dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada penduduk itu sendiri. Ukuran terkendali atau tidaknya tingkat urbanisasi dalam suatu Negara dapat diukur dengan indeks primasi. Indeks primasi yang tinggi dapat menyebabkan ketimpangan tingkat urbanisasi dalam suatu Negara yang artinya urbanisasi hanya terpusat di beberapa kota besar saja. Sehingga peran serta pemerintah diharapkan cukup besar dalam mengendalikan tingkat urbanisasi terutama

dalam upaya pemerataan dan persebaran daerah perkotaan. Dengan begitu, semakin luas pula persebaran daerah-daerah pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan uraian diatas penulis melihat adanya hubungan antara tingkat urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi sehingga penulis tertarik untuk membuat penelitian ini dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Urbanisasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.” 1.2 Perumusan Masalah Dari penjelasan di atas maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh tingkat urbanisasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia secara keseluruhan?
2. Apakah ada pengaruh tingkat urbanisasi terhadap pertumbuhan ekonomi di masing-masing propinsi di Indonesia pada saat sebelum krisis ekonomi dan sesudah krisis ekonomi?

1.3 Hipotesa Hipotesa merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian, maka masih perlu diuji tingkat kebenarannya. Berdasarkan permasalahan diatas maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah


1. Urbanisasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2. Urbanisasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di masing-masing propinsi di Indonesia baik sebelum krisis ekonomi maupun sesudah krisis ekonomi.

1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh urbanisasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan di masing-masing propinsi di Indonesia 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam menerapkan ilmu yang dipelajari selama menjadi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi .
2. Sebagai informasi tambahan bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi  yang ingin melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
3. Hasil penelitian ini di harapkan bisa menjadi sumbangan pemikiran serta masukan bagi pemerintah, instansi/lembaga yang terkait dalam usaha mengantisipasi dan memahami fenomena urbanisasi di Indonesia.
4. Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada menyangkut topik yang sama.


  
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi