Senin, 03 Maret 2014

Skripsi Ekonomi Pembangunan: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET

1BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 
Semakin berkembangnya ekonomi internasional dalam era globalisasi saat ini membuat kebutuhan ekonomi antar negara semakin terkait, hal ini tercermin dari meningkatnya arus perdagangan barang, uang serta modal antar negara di dunia. Hal tersebut menuntut agar setiap negara menjalankan perekonomian yang terbuka, sehingga keterbukaan perekonomian terhadap dunia internasional menjadi pilihan utama bagi setiap negara. Salah satu hal mendasar yang berkaitan dengan keterbukaan perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasionalnya. Oleh sebab itu, setiap negara secara tidak langsung dituntut untuk memperbaiki kinerja perekonomiannya terutama pada sektor perdagangan luar negri agar dapat bersaing di pasar global.

Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia, baik pada masa lalu, sekarang maupun pada masa yang akan datang. Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) antara lain tercantum bahwa pembangunan pertanian yang di dalamnya mencakup perkebunan bertujuan meningkatkan perluasan lapangan kerja dan meningkatkan penghasilan rakyat, juga bertujuan untuk menunjang pembangunan industri serta meningkatkan ekspor.
 1Perkebunan di Indonesia menurut struktur dan jenisnya dapat dibedakan atas: perkebunan negara, perkebunan swasta nasional, dan swasta asing serta perkebunan rakyat. Produksi perkebunan baik perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta (nasional dan asing) maupun perkebunan negara telah meningkat dari tahun ke tahun, selain untuk dikonsumsi dan untuk diekspor.
Sejak 1986/1987 harga minyak bumi merosot secara tajam di pasaran internasional, sehingga pemerintah tidak dapat lagi hanya mengandalkan penerimaan devisa dari sektor migas. Oleh karena itu sejak 1986/1987 pemerintah RI telah beralih kepada sektor non-migas sebagai sumber devisa terbesar dalam penerimaan dalam negri mengingat ekspor non-migas hingga saat ini belum dapat menggantikan migas sebagai penghasil devisa utama (Djamin, 1993 : 7).
Sub sektor perkebunan merupakan salah satu pilihan pengganti migas, karena dapat menjadi sumber penghasil dan penghemat devisa serta tempat menampung tenaga kerja. Adapun komoditi ekspor andalan Sumatera Utara dari sub sektor perkebunan adalah kelapa sawit (palm oil), karet, kopi, teh, coklat dan sebagainya yang semuanya merupakan komoditi primadona di pasar dunia. Dalam penelitian ini akan diambil sampel karet karena komoditi ini memiliki prospek yang cukup cerah saat ini disamping kelapa sawit.
Bagi Propinsi Sumatera Utara, karet merupakan komoditi yang memiliki arti dan sejarah tersendiri. Sumatera Utara adalah salah satu propinsi yang memiliki perkebunan karet terbesar di Indonesia sejak zaman Belanda masih berkuasa.
perkebunan karet yang pertama dibangun di Indonesia adalah di Sumatera Timur  1pada tahun 1902, termasuk berbagai lembaga penelitian yang mendukungnya.
Selanjutnya, karet berkembang pesat menjadi komoditi yang diminati baik oleh perkebunan besar maupun oleh petani. Hal ini ditandai dengan sumbangan dari sektor perkebunan yang cukup besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) maupun perolehan devisa negara.
Karet bukanlah tanaman asli Indonesia tetapi berasal dari Brasilia dan dibawa ke Indonesia pada tahun 1872 dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Biji karet Wickham ini merupakan nenek moyang karet di Indonesia. Perkebunan karet yang pertama yang didirikan pada tahun 1902 memiliki luas 176 Ha, dan pada tahun 190perkebunan ini dikembangkan lagi ke Jawa Barat seluas 10.125 Ha. hingga pada tahun 2004 luas areal perkebunan karet pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara mencapai hampir 300 ribu Ha dengan jumlah produksi 220 ribu ton.
Hasil produksi perkebunan yang meningkat, telah meningkatkan pula volume ekspornya. Volume ekspor karet Sumatera Utara pada tahun 1990 hanya sekitar 40ribu ton dengan nilai ekspor sekitar 330 juta US$, sedangkan pada tahun 200volume ekspor karet mencapai angka sekitar 650 ribu ton dengan nilai ekspor mencapai 870 juta US$. Perkembangan nilai ekspor ini tentu saja menunjukkan peningkatan yang menggembirakan. Berikut disajikan tabel volume ekspor karet Sumatera Utara dan nilai ekspor dari karet tersebut.
 1Tabel 1.Volume Ekspor Karet Sumatera Utara Serta Nilai Ekspornya 1990-200Tahun Volume Ekspor Karet Sumatera Utara (Ton) Nilai Ekspor Karet Sumatera Utara (US$.000) 1990 409.586 332.821991 515.212 429.661992 495.682 443.661993 479.181 427.641994 497.543 541.661995 522.107 809.101996 533.757 751.101997 550.661 589.411998 603.967 411.391999 533.760 314.982000 500.113 323.852001 570.145 306.522002 526.554 364.472003 526.809 472.232004 645.470 754.162005 665.354 875.22Sumber: BPS Prop. SU Komoditi karet Sumatera Utara sebagian dipasarkan di dalam negeri dan sebagian lagi diekspor ke luar negeri. Adapun negara-negara tujuan ekspor komoditi karet Sumatera Utara antara lain, Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Singapura, Korea Selatan, Hong kong, Taiwan, Cina dan Jepang.
Namun saat ini pemerintah sedang dihadapkan pada masalah serius yakni luas areal tanaman karet di Sumatera Utara terus menurun akibat masih terus  1berlangsungnya konversi tanaman karet ke kelapa sawit. Pada tahun 2002 luas areal tanaman karet di Sumatera Utara masih seluas 489.491 hektar dengan produksi 443.743 ton. Sementara pada tahun 2004 luas areal karet menurun menjadi tinggal 477.000 hektar dengan produksi yang juga anjlok menjadi hanya 392.000 ton.
Hal tersebut dikarenakan karena petani maupun pengusaha perkebunan masih meragukan keuntungan berkebun karet meski harga jual komoditi itu mulai bergerak naik. Para petani dan pengusaha lebih yakin dengan prospek kelapa sawit yang memang harga jualnya masih bertahan baik dan diprediksi semakin mahal. Areal perkaretan Sumatera Utara yang menurun itu semakin memprihatinkan karena produksinya juga semakin anjlok akibat sebagian besar tanaman berumur tua. Hampir 50 persen dari total luas tanaman karet di sentra produksi Sumatera Utara yakni Labuhan Batu, Tapanuli Selatan, Madina, dan Langkat merupakan tanaman tua yang mengakibatkan produksi karetnya tidak maksimal (www.sumutprov.go.id).
Penurunan areal dan produksi karet di Sumut harus mendapat perhatian serius dari pemerintah. Bukan hanya menyangkut soal kehidupan petani, tetapi juga menyangkut penerimaan devisa dari ekspor karet itu. Disamping itu masih terdapat keuntungan sosial dari karet itu sendiri yakni dengan menanam karet petani bisa setiap hari mendapatkan hasil, petani bisa disibukkan dengan kegiatan menyadap karet setiap hari sehingga mereka tidak perlu lagi memikirkan untuk urbanisasi ke kota.
Kegiatan ekspor komoditi karet Sumatera Utara diduga ikut dipengaruhi oleh beberapa faktor, dari dalam negeri faktor yang mempengaruhi seperti produktivitas  1perkebunan rakyat yang masih rendah, pengelolaan manajemen yang kurang modern dan profesional, banyaknya peraturan daerah hingga pungutan lainnya yang menimbulkan biaya tinggi. Dari luar negeri dipengaruhi oleh harga karet internasional yang cukup rendah beberapa tahun belakangan ini. Hal ini sangat mungkin mempengaruhi volume dan nilai ekspor karet mengingat ekspor karet Sumatera Utara cenderung menurun beberapa tahun terakhir disamping ekspor karet Indonesia yang terancam akibat kebijakan yang dilakukan di negara Kamboja yang berusaha meningkatkan produksi negaranya dengan menawarkan sedikitnya 500 ribu hektar lahannya kepada investor untuk pengembangan tanaman karet.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk membahas masalah ekspor karet di Sumatera Utara dalam hubungannya dengan faktor-faktor tersebut dengan mengangkat judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Karet Sumatera Utara”.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh total produksi karet terhadap volume ekspor karet Sumatera Utara? 2. Seberapa besar pengaruh harga ekspor karet terhadap volume ekspor karet Sumatera Utara? 3. Seberapa besar pengaruh kurs terhadap volume ekspor karet Sumatera Utara?  11.3 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang sebenarnya yang kebenarannya masih perlu untuk diuji. Berdasarkan permasalahan yang ada maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut: 1. Total produksi karet mempunyai pengaruh positif terhadap volume ekspor karet Sumatera Utara.
2. Harga ekspor karet mempunyai pengaruh positif terhadap volume ekspor karet Sumatera Utara.
3. Kurs mempunyai pengaruh positif terhadap volume ekspor karet Sumatera Utara.
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh total produksi karet terhadap volume ekspor karet Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh harga ekspor karet terhadap volume ekspor karet Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kurs terhadap volume ekspor karet Sumatera Utara.
 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun instansi/lembaga yang ada hubungannya dengan ekspor karet yang ada di Sumatera Utara.
2. Menambah dan melengkapi hasil-hasil penelitian yang ada, khususnya mengenai ekspor karet di Sumatera Utara.
3. Untuk memberikan sumbangan ilmu kepada almamater Universitas Sumatera Utara yang dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian yang selanjutnya.
4. Hasil penelitian ini menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam melakukan penelitian.

  
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi