Sabtu, 01 Maret 2014

Skripsi Ekonomi Pembangunan: ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI


 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Dalam pembangunan suatu negara, diperlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Pasar modal menjadi salah satu sarana bagi kegiatan berinvestasi, yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era globalisasi sekarang ini, hampir setiap negara menaruh perhatian yang besar terhadap eksistensi pasar modal, terutama mengingat perannya yang strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu negara
(Situmorang, 2008). Hal ini dimungkinkan karena pasar modal merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor-sektor produktif, sehingga dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar, misalnya dengan menjual saham di pasar bursa saham atau bursa efek. Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi.
Untuk menarik partisipasi pembeli dan penjual, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan efisien jika surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat. Harga dari surat berharga juga mencerminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan di masa mendatang serta kualitas dari manajemennya (Jogiyanto, 2000).
Di pasar modal Indonesia terdapat beberapa perusahaan yang memperdagangkan sahamnya yang dibagi dalam beberapa sektor yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
industri, sektor industri barang konsumsi, sektor properti dan real estate, sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi, sektor keuangan, sektor perdagangan, jasa dan investasi, dan manufaktur. Sektor-sektor tersebut juga terdiri dari beberapa sub sektor.
Penulis memilih sektor industri barang konsumsi sebagai objek penelitian karena industri ini memiliki kemungkinan terbesar untuk berkembang. Sepanjang semester pertama 2010, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan sebesar 338,27 poin atau sekitar 13,13%. Kenaikan tersebut didukung oleh tiga indeks sektoral yang tumbuh paling tajam, yaitu sektor industri barang konsumsi sebesar 41,93%, sektor aneka industri sebesar 32,22%, dan sektor manufaktur sebesar 29,94% (http://berita.liputan6.com/, 5 Desember 2011).
Industri barang konsumsi pada saham-saham emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tersebar di lima sektor industri di Bursa Efek Indonesia sepanjang tahun 2011 juga menunjukkan peningkatan kinerja tertinggi dibandingkan sektor yang lain, yaitu naik sebesar 107% (http://www.wartaukm.com/, 1 Februari 2012).
Sektor industri barang konsumsi terbagi dalam beberapa subsektor yang terdiri dari perusahan-perusahaan yang menawarkan sahamnya kepada publik sehingga terdapat persaingan yang tinggi antar perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaannya sehingga dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dengan membeli saham perusahaan tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam memilih sektor mana yang menarik sebagai tempat berinvestasi, investor terlebih dahulu memperhatikan pergerakan harga saham yang ditunjukkan melalui indeks harga saham yang ada di pasar bursa saham. Investor perlu melakukan analisa terhadap saham-saham tersebut, untuk memprediksi hasil investasinya di masa mendatang. Setiap investor berharap memperoleh keuntungan baik berupa dividen maupun capital gain.
Salah satu analisa yang paling penting untuk dilakukan sebelum memutuskan untuk membeli saham tersebut adalah analisis fundamental. Analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan di masa mendatang (Darmadji & Hendy M. Fakhruddin, 2006).

Indikator kondisi ekonomi makro yang tekait antara lain yaitu tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI rate), inflasi dan nilai tukar rupiah/dolar. Sedangkan untuk analisis perusahaan terdapat dua komponen utama dalam analisis fundamental yaitu Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) perusahaan untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham (Tandelilin, 2001). 
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi