Selasa, 04 Maret 2014

Skripsi Ekonomi Pembangunan: ANALISIS PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING LANGSUNG (PMAL) DAN PENGELUARAN PEMERINTAH (PP) TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DI INDONESIA PASCA KRISIS EKONOMI 1998 SKRIPSI Diajukan Oleh: BONATAON MTV SIMANDJORANG 070501040 EKONOMI PEMBANGUNAN Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Medan

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian
Terjadinya krisis multidimensi yang berawal dari krisis ekonomi 1997 dan puncaknya pada tahun 1998 yang merupakan “The Great Depression” yang pernah dialami oleh Indonesia telah membawa berbagai dampak merugikan. Diantaranya banyak perusahaan yang gulung tikar, ratusan ribu orang kehilangan sumber nafkah, para balita harus menerima jatah susu yang kian sedikit, para lanjut usia harus benar-benar hemat dalam mengonsumsi obat, dan para ibu harus jungkar balik dalam mengatur anggaran belanja rumah tangga.
Kehidupan ekonomi menjadi kian berat dan hal itu dirasakan bukan hanya oleh mereka yang papa, yang sejak dulu untuk mengisi perut memang sudah sulit, melainkan juga mayoritas penduduk, termasuk kelas menengah yang relatif mapan, serta juga dirasakan oleh pemerintah.
Kebobrokan kumulatif yang terjadi semasa Orde Baru sedemikian parahnya sehingga membuat sendi-sendi perekonomian menjadi sangat rapuh. Krisis telah menguakkan semua borok dan isi perut perekonomian. ‘Keperkasaan’ ekonomi di masa Orde Baru ternyata diselubungi oleh benalu dan lintah-lintah yang menyedot darah perekonomian dan pondasi yang rapuh. Tubuh yang tambun dan perut buncit yang kerap dibangga-banggakan itu ternyata juga berisi segerombolan cacing dan virus yang menyantap dengan lahap makanan yang masuk ke dalam perekonomian (Basri, 2009).
Setelah perekonomian Indonesia terjerembab sampai titik terendahnya pada tahun 1998, yaitu yang ditandai oleh kemerosotan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 13,2 %, perekonomian Indonesia pada tahun 1999 secara alamiah mulai merangkak, dan tertatih-tatih, karena boleh dikatakan hanya mengandalkan kekuatan yang masih tersisa, diiringi dengan pemerintahan baru, yang kekuasaannya memulai debutnya pada awal proses transisi dari rezim otoritarian ke rezim yang lebih demokratis melalui proses reformasi.
Krisis ekonomi yang ditinggalkan rezim pemerintahan Orde Baru juga telah menyebabkan kebangkrutan ekonomi, di antaranya ditandai oleh terpuruknya perbankan nasional yang merupakan financial intermediary dalam proses pembangunan ekonomi nasional, dan menumpuknya beban hutang luar negeri serta sektor riil yang stagnan.
Kemudian, sejak terbentuknya pemerintahan reformasi hasil pemilu 1999, kinerja perekonomian mulai cukup menggembirakan, namun perkembangan yang dicapai ternyata tidak dapat dipertahankan secara berkelanjutan. Karena guncangan-guncangan dalam pemerintahan Abdurrahman Wahid, menyebabkan kinerja perekonomian nasional menurun. Proses keberhasilan masih diselimuti dengan ketidakpastian, akibat masih adanya keraguan dan ketidak percayaan terhadap kemampuan pemerintah dalam menangani masalah makro ekonomi, beban defisit anggaran, beban utang luar negeri dan nasib restrukturisasi perbankan yang tidak jelas. Masih adanya keraguan pasar terhadap kepastian hukum, kestabilan politik Indonesia dan kemampuan pemerintah dalam menjamin keamanan warganya.
Sementara itu, dalam pemerintahan Megawati, kinerja perekonomian juga kurang optimal yang ditandai oleh belum membaiknya sektor makro dan sektor mikro yang masih stagnan. Hal ini ditandai oleh utilisasi sektor industri yang belum optimal. Selain itu, upaya meningkatkan laju ekspor dan investasi masih menghadapi sejumlah kendala yang tidak juga cepat dapat terselesaikan. Hal tersebut dapat terlihat dari pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh moderat sehingga belum mampu mendorong penyerapan tenaga kerja secara memadai.
Selepas klimaks krisis, meskipun fluktuatif, perekonomian Indonesia memang terus mencatat pertumbuhan. Tampak pula adanya kecenderungan bahwa tingkat pertumbuhan itu kian tinggi khususnya dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Jilid 1 (2004–2009), sebelum krisis finansial global menerpa pada semester kedua 2008. Meskipun kali ini Indonesia ‘beruntung’ karena porsi perdagangan internasional dalam PDB hanya 25-29 %, namun tak urung pertumbuhan ekonomi Indonesia pun melambat. Setelah mencapai rekor tertinggi selama periode pasca krisis dengan pertumbuhan 6,32 % pada tahun 2007, pada tahun 2008 angkanya sedikit melambat, yakni 6 %. Pada tahun 2009 Indonesia mengalami imbas puncak dari krisis global sehingga pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2009 adalah 4,5 % dan pada 2010 mencapai 6,1 %. Di samping pertumbuhan yang menggembirakan tersebut di atas, ditinjau dari GNP dan perdagangan dunia, kini Indonesia telah menjadi bagian dari salah satu forum ekonomi yang besar di dunia saat ini, yaitu The Group of Twenty (G-20) yang terdiri dari 19 negara ditambah dengan Uni Eropa yang menghimpun lebih dari 90% GNP dunia, 80% total perdagangan dunia dan dua per tiga penduduk dunia.
Dengan angka-angka dan prestasi yang dicapai pasca krisis ekonomi 1998, maka terkesan perekonomian Indonesia sudah mulai bangkit secara hakiki. Namun yang menjadi pertanyaan adalah berasal darimana sumber-sumber pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tersebut? Apakah berasal dari konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah, penanaman modal langsung (direct investment/real investment), dan perdagangan luar negeri (external trade), serta utang luar negeri (external indebtedness).
Bangkitnya perekonomian Indonesia dari kehancuran yang dibuat oleh pemerintahan Orde Lama dan bisa mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata 8% per tahun selama periode 1980-an hingga pada pertengahan tahun 1997 tidak dapat disangkal adalah bersumber dari Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) atau Foreign Direct Investment (FDI), banyak faktor lain yang juga berperan sebagai sumber pendorong pertumbuhan tersebut seperti bantuan atau Utang Luar Negeri (External Indebtedness), Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure) yang tercermin melalui Belanja Negara dalam APBN, dan keseriusan pemerintah Orde Baru selama periode pra-krisis ekonomi 1997/1998 melalui strategi atau kebijakan pembangunan yang diterapkan oleh Soeharto di masa itu yang terfokus pada industrialisasi dengan menerapkan kebijakan substitusi impor, selain juga pada pembangunan sektor pertanian untuk membangun ekonomi nasional yang tercermin melalui Repelita dan terjaganya stabilitas politik dan sosial, kepastian hukum, dan kebijakan ekonomi yang kondusif terhadap kegiatan bisnis di dalam negeri, yang semua keadaan ini sejak krisis ekonomi 1997/1998 hingga saat ini sulit sekali tercapai sepenuhnya.
Berdasarkan kajian tersebut di atas maka penulis melakukan suatu penelitian melalui penulisan skripsi yang berjudul: “Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) dan Pengeluaran Pemerintah (PP) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1998.”
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1998?
2. Bagaimanakah pengaruh Pengeluaran Pemerintah (PP) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1998?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan masalah, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Menganalisa pengaruh Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1998.
2. Menganalisa pengaruh Pengeluaran Pemerintah (PP) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1998.
4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Suatu kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori yang diperoleh di perkuliahan ke dalam praktek yang sesungguhnya dan digunakan sebagai syarat selesainya jenjang Strata 1 (S1) Program Studi Ekonomi Pembangunan.
2. Memberi gambaran mengenai Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1998, khususnya bagi mahasiswa dan peneliti lainnya dapat digunakan sebagai masukan dalam mengambil keputusan pada penelitian yang akan datang.
5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan teori yang relevan, belum didasarkan atas fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empiris (Sugiyono, 1992).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1998, ceteris paribus.

2. Pengeluaran Pemerintah (PP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1998, ceteris paribus.
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi