BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang Penelitian
Terjadinya
krisis multidimensi yang berawal dari krisis ekonomi 1997 dan puncaknya pada
tahun 1998 yang merupakan “The Great Depression” yang pernah dialami
oleh Indonesia telah membawa berbagai dampak merugikan. Diantaranya banyak
perusahaan yang gulung tikar, ratusan ribu orang kehilangan sumber nafkah, para
balita harus menerima jatah susu yang kian sedikit, para lanjut usia harus
benar-benar hemat dalam mengonsumsi obat, dan para ibu harus jungkar balik
dalam mengatur anggaran belanja rumah tangga.
Kehidupan ekonomi menjadi kian
berat dan hal itu dirasakan bukan hanya oleh mereka yang papa, yang sejak dulu
untuk mengisi perut memang sudah sulit, melainkan juga mayoritas penduduk,
termasuk kelas menengah yang relatif mapan, serta juga dirasakan oleh
pemerintah.
Kebobrokan
kumulatif yang terjadi semasa Orde Baru sedemikian parahnya sehingga membuat
sendi-sendi perekonomian menjadi sangat rapuh. Krisis telah menguakkan semua
borok dan isi perut perekonomian. ‘Keperkasaan’ ekonomi di masa Orde Baru
ternyata diselubungi oleh benalu dan lintah-lintah yang menyedot darah
perekonomian dan pondasi yang rapuh. Tubuh yang tambun dan perut buncit yang
kerap dibangga-banggakan itu ternyata juga berisi segerombolan cacing dan virus
yang menyantap dengan lahap makanan yang masuk ke dalam perekonomian (Basri,
2009).
Setelah
perekonomian Indonesia terjerembab sampai titik terendahnya pada tahun 1998,
yaitu yang ditandai oleh kemerosotan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 13,2
%, perekonomian Indonesia pada tahun 1999 secara alamiah mulai merangkak, dan
tertatih-tatih, karena boleh dikatakan hanya mengandalkan kekuatan yang masih
tersisa, diiringi dengan pemerintahan baru, yang kekuasaannya memulai debutnya
pada awal proses transisi dari rezim otoritarian ke rezim yang lebih demokratis
melalui proses reformasi.
Krisis ekonomi
yang ditinggalkan rezim pemerintahan Orde Baru juga telah menyebabkan
kebangkrutan ekonomi, di antaranya ditandai oleh terpuruknya perbankan nasional
yang merupakan financial intermediary dalam proses pembangunan ekonomi
nasional, dan menumpuknya beban hutang luar negeri serta sektor riil yang
stagnan.
Kemudian, sejak
terbentuknya pemerintahan reformasi hasil pemilu 1999, kinerja perekonomian
mulai cukup menggembirakan, namun perkembangan yang dicapai ternyata tidak
dapat dipertahankan secara berkelanjutan. Karena guncangan-guncangan dalam
pemerintahan Abdurrahman Wahid, menyebabkan kinerja perekonomian nasional
menurun. Proses keberhasilan masih diselimuti dengan ketidakpastian, akibat
masih adanya keraguan dan ketidak percayaan terhadap kemampuan pemerintah dalam
menangani masalah makro ekonomi, beban defisit anggaran, beban utang luar
negeri dan nasib restrukturisasi perbankan yang tidak jelas. Masih adanya
keraguan pasar terhadap kepastian hukum, kestabilan politik Indonesia dan
kemampuan pemerintah dalam menjamin keamanan warganya.
Sementara itu,
dalam pemerintahan Megawati, kinerja perekonomian juga kurang optimal yang
ditandai oleh belum membaiknya sektor makro dan sektor mikro yang masih
stagnan. Hal ini ditandai oleh utilisasi sektor industri yang belum optimal.
Selain itu, upaya meningkatkan laju ekspor dan investasi masih menghadapi
sejumlah kendala yang tidak juga cepat dapat terselesaikan. Hal tersebut dapat
terlihat dari pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh moderat sehingga belum mampu
mendorong penyerapan tenaga kerja secara memadai.
Selepas klimaks
krisis, meskipun fluktuatif, perekonomian Indonesia memang terus mencatat
pertumbuhan. Tampak pula adanya kecenderungan bahwa tingkat pertumbuhan itu
kian tinggi khususnya dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Jilid 1 (2004–2009),
sebelum krisis finansial global menerpa pada semester kedua 2008. Meskipun kali
ini Indonesia ‘beruntung’ karena porsi perdagangan internasional dalam PDB
hanya 25-29 %, namun tak urung pertumbuhan ekonomi Indonesia pun melambat.
Setelah mencapai rekor tertinggi selama periode pasca krisis dengan pertumbuhan
6,32 % pada tahun 2007, pada tahun 2008 angkanya sedikit melambat, yakni 6 %.
Pada tahun 2009 Indonesia mengalami imbas puncak dari krisis global sehingga
pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2009 adalah 4,5 % dan pada 2010 mencapai 6,1 %.
Di samping pertumbuhan yang menggembirakan tersebut di atas, ditinjau dari GNP
dan perdagangan dunia, kini Indonesia telah menjadi bagian dari salah satu
forum ekonomi yang besar di dunia saat ini, yaitu The Group of Twenty (G-20)
yang terdiri dari 19 negara ditambah dengan Uni Eropa yang menghimpun lebih
dari 90% GNP dunia, 80% total perdagangan dunia dan dua per tiga penduduk
dunia.
Dengan
angka-angka dan prestasi yang dicapai pasca krisis ekonomi 1998, maka terkesan
perekonomian Indonesia sudah mulai bangkit secara hakiki. Namun yang menjadi
pertanyaan adalah berasal darimana sumber-sumber pertumbuhan Produk Domestik
Bruto (PDB) tersebut? Apakah berasal dari konsumsi masyarakat, konsumsi
pemerintah, penanaman modal langsung (direct investment/real investment),
dan perdagangan luar negeri (external trade), serta utang luar negeri (external
indebtedness).
Bangkitnya
perekonomian Indonesia dari kehancuran yang dibuat oleh pemerintahan Orde Lama
dan bisa mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata 8% per tahun selama periode
1980-an hingga pada pertengahan tahun 1997 tidak dapat disangkal adalah
bersumber dari Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) atau Foreign Direct
Investment (FDI), banyak faktor lain yang juga berperan sebagai sumber
pendorong pertumbuhan tersebut seperti bantuan atau Utang Luar Negeri (External
Indebtedness), Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure) yang
tercermin melalui Belanja Negara dalam APBN, dan keseriusan pemerintah Orde
Baru selama periode pra-krisis ekonomi 1997/1998 melalui strategi atau
kebijakan pembangunan yang diterapkan oleh Soeharto di masa itu yang terfokus
pada industrialisasi dengan menerapkan kebijakan substitusi impor, selain juga
pada pembangunan sektor pertanian untuk membangun ekonomi nasional yang
tercermin melalui Repelita dan terjaganya stabilitas politik dan sosial,
kepastian hukum, dan kebijakan ekonomi yang kondusif terhadap kegiatan bisnis
di dalam negeri, yang semua keadaan ini sejak krisis ekonomi 1997/1998 hingga
saat ini sulit sekali tercapai sepenuhnya.
Berdasarkan
kajian tersebut di atas maka penulis melakukan suatu penelitian melalui
penulisan skripsi yang berjudul: “Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asing
Langsung (PMAL) dan Pengeluaran Pemerintah (PP) terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) Di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1998.”
2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang penelitian di atas, maka penulis menarik rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah
pengaruh Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1998?
2. Bagaimanakah
pengaruh Pengeluaran Pemerintah (PP) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di
Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1998?
3. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
latar belakang penelitian dan rumusan masalah, maka penelitian ini dilakukan
dengan tujuan:
1. Menganalisa
pengaruh Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1998.
2. Menganalisa
pengaruh Pengeluaran Pemerintah (PP) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di
Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1998.
4. Manfaat
Penelitian
Manfaat yang
dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Suatu
kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori yang diperoleh di perkuliahan ke
dalam praktek yang sesungguhnya dan digunakan sebagai syarat selesainya jenjang
Strata 1 (S1) Program Studi Ekonomi Pembangunan.
2. Memberi
gambaran mengenai Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) dan Pengeluaran
Pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia Pasca Krisis
Ekonomi 1998, khususnya bagi mahasiswa dan peneliti lainnya dapat digunakan
sebagai masukan dalam mengambil keputusan pada penelitian yang akan datang.
5. Hipotesis
Penelitian
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan teori yang relevan,
belum didasarkan atas fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data.
Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban empiris (Sugiyono, 1992).
Hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penanaman
Modal Asing Langsung (PMAL) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1998, ceteris
paribus.
2. Pengeluaran
Pemerintah (PP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1998, ceteris paribus.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi