1BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Krisis
keuangan global yang berpusat di Amerika Serikat pada tahun 2008, telah memberi
dampak negatif terhadap industri pasar modal nasional. Hal ini ditandai dengan
menurunnya indeks harga saham. Industri pembiayaan atau multifinance juga
menderita karena kenaikan suku bunga dan tingginya yield obligasi yang
membuat permintaan pinjaman menurun dan meningkatnya kredit bermasalah.
Industri perbankan pun bernasib sama. Ketatnya likuiditas saat ini membuat transaksi
pinjaman uang antarbank mengalami
kemacetan sehingga penyaluran kredit
mengalami kontraksi secara drastis. Seperti diketahui, saat ini pemerintah
sedang menggalakkan pembangunan infrastruktur. Besarnya dana yang dibutuhkan
dalam pembangunan proyek infrastruktur tersebut, mencapai US$ 140 miliar dalam
5 tahun ke depan. Kalangan perbankan yang diharapkan dapat membantu membiayai
proyek infrastruktur tersebut tidak mampu berbuat banyak. Banyak kalangan
praktisi perbankan mengkhawatirkan terjadinya mismatch apabila perbankan
dipaksa untuk membiayai pembangunan infrastruktur yang merupakan proyek jangka
panjang, padahal hampir 90% dana pihak ketiga perbankan merupakan dana jangka
pendek.
Untuk
mengatasi hal ini, pemerintah telah mengambil langkah untuk memperkuat sistem
keuangan nasional, salah satunya adalah dengan memperkuat industri asuransi.
Mengapa pemerintah memilih industri asuransi? Sebab asuransi
1berbeda
dengan lembaga keuangan lain yang kerap kali hanya mendapat petaka jika terjadi
krisis, industri asuransi justru bisa memperoleh berkah dari krisis. Ini karena
bisnis asuransi adalah bisnis risiko dan proteksi.
Ketua
Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia, Evelina Pietruschka mengatakan, dalam
situasi ketidakpastian seperti saat ini, kinerja industri asuransi justru
semakin dinamis. Tak hanya kesadaran masyarakat terhadap asuransi meningkat,
tetapi juga peran asuransi dalam menyelamatkan dan mendorong perekonomian juga
menjadi dominan. (Sumber: www.kompas.com)
Banyak orang dan perusahaan khawatir dengan ketidakpastian kondisi perekonomian
pada tahun-tahun mendatang, salah satunya adalah kemungkinan melemahnya
pertumbuhan ekonomi yang biasanya berujung pada pengurangan karyawan di banyak
perusahaan. Belum lagi jika memperhitungkan dampak memburuknya kondisi
perekonomian terhadap meningkatnya gejolak sosial seperti huru-hara yang bisa
mengakibatkan rusaknya properti, seperti bangunan dan kendaraan bermotor. Di
tengah kekhawatiran ini, orang akan mengandalkan asuransi untuk melindungi
properti-properti mereka. Peran penting asuransi adalah pembayaran klaimnya.
Pembayaran klaim akan menolong perusahaan yang merugi dari kebangkrutan
sehingga perusahaan tetap bisa beroperasi. Ujungnya, roda perekonomian akan
tetap meningkat.
Resiko
yang dihadapi oleh perseorangan maupun perusahaan bermacam-macam, seperti
resiko kecelakaan, kematian, kerugian, kebakaran, kegagalan suatu kegiatan dan
lain-lain. Berdasarkan Undang-Undang No.2 tahun 1992 tentang Perasuransian,
terdapat berbagai jenis perusahaan asuransi, seperti (1) asuransi
1kerugian
(non life insurance); (2) asuransi jiwa (life insurance); (3) reasuransi
(reinsurance). Tiap-tiap jenis asuransi tersebut mempunyai spesialisasi di
bidangnya masing-masing. (Kasmir, 2004:278) Berbeda dengan jenis asuransi lainnya,
asuransi jiwa mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun
terakhir. Kinerja asuransi jiwa nasional pada triwulan III 2009, mencatat
pendapatan premi sebesar Rp 61,95 triliun atau naik 69,28% dibandingkan total
pendapatan pada periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp 36,6 triliun. Data ini
bersumber dari 50 perusahaan asuransi jiwa di Indonesia yang tergabung di dalam
anggota Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI). (Sumber: economy.okezone.com)
Dari
perolehan premi brutonya, asuransi jiwa tumbuh secara konsiten. Dari total
perolehan premi bruto tersebut, 69% dikuasai oleh sepuluh perusahaan asuransi
jiwa terbesar. Sepuluh besar ini didominasi oleh perusahaan asuransi jiwa joint
venture yang dikenal memiliki modal dan dukungan teknologi informasi yang
kuat. Penguasa pasar saat ini adalah AJB Bumiputera, yaitu merupakan perusahaan
lokal berbentuk mutual life yang menguasai 12,08%. Peringkat keduanya
dipegang oleh Prudential Life Assurance dengan menguasai 9,62% premi bruto,
disusul oleh AIG Life sebesar 8,98%, Asuransi Jiwasraya sebesar 7,66%, Indolife
Pensiontama sebesar 6,49%, Asuransi Jiwa Manulife Indonesia sebesar 6,33%,
Asuransi Jiwa Megalife sebesar 4,84%, Asuransi Allianz Life Indonesia sebesar
4,76%, Asuransi Jiwa Sinarmas sebesar 4,53%, Panin Life sebesar 4,26%, dan
30,46% dikuasai oleh asuransi jiwa lainnya. (Sumber: www.bni.co.id)
1Asuransi
Jiwa Bersama Bumiputera 1912 sukses meningkatkan total pendapatan premi
perusahaan sampai Rp 4,5 triliun pada tahun 2009, jumlah ini lebih tinggi jika
dibandingkan dengan tahun 2008 yang hanya sebesar Rp 2,4 triliun dan tahun 2007
sebesar Rp 2,1 triliun. (Sumber: www.bumiputera.com) Di dalam skripsi ini,
penulis hanya membahas mengenai asuransi jiwa yang terdapat pada Asuransi Jiwa
Bersama (AJB) Bumi Putera 1912 cabang Pematangsiantar. Karena banyaknya produk
dari asuransi jiwa tersebut, maka penulis membatasi pada satu produk yaitu
asuransi pendidikan yang dikenal dengan nama Mitra Beasiswa Berencana. Dari sekitar
3000 nasabah, 2000 orang tercatat sebagai pemegang Polis Mitra Beasiswa
Berencana. Jumlah pemegang Polis Mitra Beasiswa Berencana ini terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Desember 2007, jumlah pemegang Polis Mitra
Beasiswa Berencana adalah 704 orang. Desember 2008 jumlahnya menjadi 1244 orang
mengalami penambahan sebanyak 540 orang dari tahun 2007. Desember 2009 jumlah
pemegang polis ini mencapai 2000 orang, mengalami penambahan sebanyak 756 orang
dari tahun 2008.
2704124420000500100015002000pemegang polisJumlah Pemegang Polis Mitra Beasiswa Berencana AJB Bumi Putera
1912 Cabang Pematangsiantar200720082009Tahun Gambar
1.1 Perkembangan Jumlah Pemegang Polis Asuransi Mitra Beasiswa Berencana Bumi
Putera 1912Cabang Pematangsiantar Masyarakat lebih memilih
Mitra Beasiswa Berencana ini dikarenakan produk ini dirancang khusus untuk
mengembangkan dana yang dialokasikan untuk biaya pendidikan yang terus
melambung tinggi setiap tahunnya. Dan juga memberikan proteksi biaya pendidikan
bagi putra-putri tertanggung sesuai dengan program pendidikannya. Pengertian
proteksi di sini adalah anak atau ahli waris tertanggung berhak mendapatkan
perlindungan dengan tetap menerima dana beasiswa bahkan ketika orang tuanya
sebagai pemegang polis meninggal dunia. Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia
berasuransi masih tergolong sangat rendah jika dibandingkan dengan kondisi di
negara lain. Hanya sekitar 5 juta orang dari 220 juta jiwa penduduk Indonesia
yang saat ini tercatat sebagai pemegang polis asuransi secara individual. Itu
pun ada beberapa orang yang memiliki polis lebih dari satu.
Sumber:
AJB Bumi Putera 1912 Cabang
2Banyak
faktor penyebab terjadinya kondisi demikian. Tingkat kesejahteraan masyarakat,
diukur dengan pendapatan per kapita yang masih rendah, mungkin bisa dikatakan
penyebab utama. Faktor lainnya adalah tingkat pendidikan masyarakat yang
rendah, ditambah lagi kapasitas dunia usaha asuransi yang masih tergolong
rendah sehingga upaya melakukan edukasi (pendidikan) kepada publik masih
terbatas. Padahal, edukasi itulah yang sangat penting untuk meningkatkan
kesadaran, paling tidak pemahaman masyarakat akan pentingnya berasuransi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai seberapa besar pengaruh tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan
masyarakat terhadap permintaan asuransi jiwa khususnya asuransi pendidikan yang
dilihat dari besarnya premi. Oleh karena itu, peneliti memberikan judul: “Analisis
Pengaruh Tingkat Pendapatan dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Terhadap
Permintaan Produk Asuransi Jiwa, Pada Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumi Putera
1912, cabang Pematangsiantar”. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan urutan
yang disampaikan dalam latar belakang, maka penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1.
Apakah tingkat pendapatan masyarakat berpengaruh terhadap permintaan produk
asuransi jiwa pada AJB Bumi Putera 1912 , cabang Pematangsiantar.
2.
Apakah tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh terhadap permintaan produk
asuransi jiwa pada AJB Bumi Putera 1912, cabang Pematangsiantar.
21.3
Hipotesis
Hipotesis
merupakan suatu jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang ada. Hal ini
berarti bahwa hipotesis yang ada bukan berarti jawaban akhir, namun menjadi
kesimpulan sementara yang harus diuji kebanarannya. Adapun yang menjadi
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.
Tingkat pendapatan masyarakat berpengaruh positif terhadap permintaan produk
asuransi jiwa pada AJB Bumi Putera 1912, cabang Pematangsiantar.
2.
Tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh positif terhadap permintaan produk
asuransi jiwa pada AJB Bumi Putera 1912, cabang Pematangsiantar.
1.4
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk menganalisis pengaruh tingkat pendapatan masyarakat terhadap permintaan
produk asuransi jiwa pada AJB Bumi Putera 1912 , cabang Pematangsiantar.
2.
Untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan masyarakat terhadap permintaan
produk asuransi jiwa pada AJB Bumi Putera 1912 , cabang Pematangsiantar.
1.5
Manfaat penelitian
Manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.
Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel pendapatan dan pendidikan
terhadap permintaan produk asuransi jiwa pada AJB Bumi Putra 1912, cabang
Pematangsiantar.
22.
Merupakan ilmu pengetahuan tambahan bagi penulis.
3.
Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi
khususnya mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan
penelitian selanjutnya.
4.
Sebagai sarana informasi kepada masyarakat untuk dapat mengetahui peranan asuransi
pendidikan.
5.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk
pengambilan keputusan bagi perusahaan asuransi jiwa umumnya dan AJB Bumi Putra
1912 khususnya.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi