BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pembangunan
ekonomi menjadi salah satu tujuan utama selama bertahun – tahun dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia.
Selama bertahun – tahun itu pula Indonesia fokus memecahkan persoalan
pembangunan ekonomi yang tidak pernah tuntas. Persoalan tersebut antara lain
adalah tingkat kemiskinan yang tinggi dan ketimpangan distribusi.
Pembangunan
ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk
suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Setiap negara yang melakukan
pencapaian keberhasilan pembangunan ekonomi dipengaruhi oleh dua unsur pokok,
yaitu unsur ekonomi dan unsur non-ekonomi. Dilihat dari unsur ekonomi,
pembangunan ekonomi dipengaruhi oleh Sumber Daya Manusia (labor supply,
education, dicipline, motivation, etc), Sumber Daya Alam (Natural
Resoureces), Pembentukan modal (Capital Formation), serta teknologi
dan kewirausahaan (Technology and Entrepreneurship). Sedangkan dari segi
non-ekonomi, faktor faktor tersebut adalah lembaga – lembaga sosial, keadaan
politik, sikap mental, adat istiadat, motivasi, dan nilai – nilai yang ada
dalam masyarakat. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembangunan suatu daerah
haruslah mencakup tiga nilai inti, yaitu :
a. Ketahanan (Sustance),
adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok (pangan, papan, kesehatan, dan
proteksi) untuk mempertahankan hidup.
b. Harga diri (Self
Esteem), yakni pembangunan haruslah memanusiakan orang. Dalam arti luas
pembangunan suatu daerah haruslah meningkatkan kebanggaan sebagai manusia yang
berada di daerah itu.
c. Freedom
from servitude, yakni kebebasan bagi setiap individu suatu negara untuk
berfikir, berkembang, berperilaku, dan berusaha untuk berpartisipasi dalam
pembangunan.
Menurut Bauer,
1975 (dalam Suryana, 2000:32), penentuan utama yang mempengaruhi pembangunan
ekonomi adalah bakat, kemampuan, kualitas, kapasitas, kecakapan, sikap, adat –
istiadat, nilai, tujuan, dan motivasi, serta struktur politik dan lembaga.
Syarat – syarat tersebut tidak sepenuhnya terjadi di negara – negara berkembang
seperti Indonesia. Pencapaian pembangunan ekonomi tidak pernah terwujud
sedemikan rupa, dikarenakan adanya faktor – faktor yang selalu menghambat
proses pembangunan ekonomi. Faktor – faktor tersebut antara lain tidak
sejalannya perkembangan penduduk dengan perkembangan tingkat kesejahteraan, perekonomian
yang bersifat dualistik, adanya lingkaran kemiskinan, ketergantungan dalam
mengekspor bahan mentah, dan faktor – faktor lain sebagainya.
Pada tahun 2010,
jumlah penduduk Indonesia tercatat sebesar 234,2 juta jiwa. Jumlah penduduk
bertambah sebesar 29,1 juta jiwa dari tahun 2000 lalu. Kondisi ini sangat
memprihatinkan karena perkembangan penduduk tidak sejalan dengan tingkat
kesejahteraan penduduk Indonesia. Berdasarkan data survei tenaga kerja Nasional
tahun 2009 yang dikeluarkan BAPPENAS, mengungkapkan bahwa 4,1 juta orang adalah
pengangguran dari 21,2 juta orang jumlah angkatan kerja. Jumlah penggangguran
tersebut didominasi oleh penduduk yang lulusan Diploma
dan Universitas.
Dari kondisi ini, diharapkan bahwa sektor informal dapat menjadi mata
pencaharian penduduk yang mengalami situasi kronis tersebut.
Sektor informal
merupakan sektor ekonomi yang bergerak dalam bidang kewirausahaan dan paling
banyak menyerap tenaga kerja. Contoh sektor informal adalah pedagang kaki lima
(PKL), becak, penata parkir, pedagang pasar, buruh tani dan lainnya. Lain
halnya dengan sektor formal. Sektor formal adalah sektor lapangan usaha yang
secara sah terdaftar, kegiatannya terhimpun dalam bentuk badan usaha serta
mendapat izin dari pejabat berwenang. Contoh sektor formal adalah Perbankan,
transportasi, retail, distribusi, komunikasi, properti, dan lain sebagainya.
Para angkatan kerja sebagian besar tidak berhasil memperoleh pekerjaan di
bidang sektor formal ini, sebab sektor ini membutuhkan kemampuan dan
keterampilan di bidangnya masing – masing. Selain itu juga, sektor formal
membutuhkan angkatan kerja yang berpengalaman di bidangnya, padahal sebagian
besar penduduk baik lulusan Diploma dan Universitas belum pernah sekalipun
berpengalaman dalam bidang yang ingin diraih tersebut. Kondisi ini menjadi
pemicu meningkatnya jumlah angka pengangguran di Indonesia.
Pada dasarnya
sektor informal memiliki peran yang besar di negara – negara berkembang,
seperti Indonesia. Sekitar 70% tenaga kerja bekerja di sektor informal dan 30%
mengambil bagian di sektor formal. Perkembangan sektor informal yang lebih
besar ini dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat pendidikan penduduk di negara
berkembang sehingga masyarakat tidak memiliki kualifikasi untuk bekerja di
sektor formal. Kondisi ini juga dapat dikaitkan dengan tingkat pengangguran di
negara berkembang. Tenaga kerja menganggur disebabkan tidak
memiliki
kualifikasi untuk bekerja di sektor formal, sehingga mengambil bagian di sektor
informal dalam rangka pemenuhan perekonomian masing – masing.
Kemajuan suatu
negara pada umumnya dilihat dari penurunan tingkat pekerja blue collar (pekerja
kasar). Blue collar (pekerja kasar) merupakan gambaran dari sektor
informal dimana diartikan sebagai pekerjaan yang dilakukan dengan mengandalkan
fisik. Sektor usaha pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan, tenaga
produksi, alat angkut, dan pekerja kasar merupakan beberapa elemen yang
termasuk dalam kelompok usaha sektor informal. Semakin rendah jumlah pekerja
sektor informal maka akan menunjukkan bahwa negara tersebut mengalami kemajuan
dari segi perekonomiannya.
Pekerja
manajerial (white collar) merupakan pekerja sektor formal yang yang
terdiri dari tenaga yang profesional, teknisi, tenaga kepemimpinan,
ketatalaksanaan, tenaga tata usaha, dan lain sebagainya.
Pada tahun 2006
hingga 2008, perbandingan jumlah perkembangan sektor informal dengan sektor
formal cukup tajam. Perkembangan sektor formal tetap berada di tingkat 30% dari
total keseluruhan jumlah sektor informal dan sektor formal.
Di sisi lain,
sektor informal merupakan sektor yang sering termarjinalkan dalam struktur
masyarakatnya sehingga mereka harus mengembangkan potensi mereka sendiri yang
sebagian besar potensi itu terhisap oleh masyarakat kelas atas. Selain itu
juga, sektor informal tidak teratur ( unreguated ) dan tidak terdaftar (unregistered).
Munculnya sektor informal diawali oleh adanya migrasi, akses atas modal, dan
urbanisasi. Dengan adanya kondisi ini, masyarakat yang menjalani sektor ini
dapat membangun perekonomian mereka sendiri.
Perkembangan
sektor informal dewasa ini sangatlah pesat. Munculnya pedagang kaki lima
menjadi salah satu bukti sudah semakin berkembangnya sektor ini. Selain di kota
– kota besar, sektor informal juga sudah berkembang pesat di pedesaan.
Pendidikan yang minim yang diterima seseorang di pedesaan menjadi salah satu
faktor yang melatarbelakangi munculnya sektor ini.
Kabupaten
Simalungun merupakan kabupaten yang mana sebahagian besar masyarakatnya sangat
banyak bermata pencaharian bertani. Pendapatan seorang petani sangatlah kurang
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan kebutuhan keluarga yang
ditanggungnya. Maka dari itu, banyak masyarakat melakukan pekerjaan di sektor
informal dengan membuka usaha kecil yang menggunakan modal keluarga atau
pinjaman. Selain petani, terdapat juga beberapa masyarakat yang sudah memiliki
pendapatan yang cukup dari pekerjaannya yang tetap, kembali menambah
pendapatannya dengan membuka usaha sektor informal, contoh sektor ini adalah
berdagang ikan.
Kecamatan Tanah
Jawa dan Hutabayu Raja merupakan dua kecamatan yang menjadi lokasi penelitian
bagi penulis. Lokasi dua kecamatan ini berdampingan, sehingga masyarakat yang
menetap dapat berinteraksi dari satu
Kecamatan ke
Kecamatan yang lain. Sebagian besar masyarakat di dua Kecamatan ini memasuki
sektor informal. Sektor informal diyakini dapat menambah pendapatan yang cukup
bagi keluarga. Terlihat terdapat beberapa masyarakat menjalankan usaha sebagai
petani ikan dan kemudian menjualnya ke pasar – pasar tradisional atau hanya
menjual di lokasinya tersebut. Di pasar – pasar tradisional juga, pedagang ikan
menjadi objek yang bagus bagi penulis untuk mengetahui berapa besar pendapatan
yang mereka punya, dengan membandingkan modal awal usaha, keuntungan yang
diperoleh per hari, pendidikan, dan pengalaman usaha.
Besarnya modal
yang digunakan untuk memulai usaha tidak menjadi penentu utama untuk memperoleh
pendapatan yang maksimal. Hal ini disebabkan, masih banyak faktor lain yang
perlu diperhatikan dari kehidupan seorang pedagang, baik dari segi pendidikan
dan pengalaman pedagang dalam menjalankan usahanya. Sama halnya dengan tingkat
pendidikan yang dimiliki oleh seorang pedagang, tingkat pendidikan yang tinggi
tidak menjadi jaminan bahwa seorang pedagang ikan akan menjadi pedagang yang
memperoleh pendapatan yang lebih. Dari faktor – faktor di atas, pengalaman juga
menjadi salah satu indikator khusus yang dilihat dari kehidupan seorang
pedagang ikan. Lamanya waktu yang dijalani seorang pedagang dalam menjalani
usahanya dapat menentukan tingkat pendapatan yang diperolehnya. Hal ini
disebabkan bahwa seorang pedagang yang menjalani usahanya cukup lama, menjadi
satu bukti bahwa pedagang tersebut cukup puas dengan pendapatan yang ia terima
dari usaha tersebut dan pendapatan tersebut dapat ia gunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya dengan waktu yang lama itu.
Persepsi setiap
orang dalam memberikan kesimpulan mengenai tingkat pendapatan pedagang ikan di
dua Kecamatan ini tentu sangat berbeda. Oleh karena itu, berdasarkan latar
belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti dan menulis skripsi dengan
judul ”Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Ikan di
Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun” untuk
mengetahui hubungan variabel – variabel yang mempengaruhi pendapatan para
pedagang ikan. .
1.2 Perumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas, maka permasalahan
pokok yang akan diteliti adalah :
1. Bagaimanakah
pengaruh modal awal usaha terhadap pendapatan pedagang ikan di Kecamatan Tanah
Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun?
2. Bagaimanakah
pengaruh jumlah ikan yang terjual terhadap pendapatan pedagang ikan di
Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun?
3. Bagaimanakah
pengaruh tingkat pendidikan pedagang terhadap pendapatan pedagang ikan di
Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun?
4. Bagaimanakah
pengaruh pengalaman usaha terhadap pendapatan pedagang ikan di Kecamatan Tanah
Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun?
1.3 Hipotesis
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya
masih terus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka
penulis membuat hipotesis sebagai berikut :
1. Modal awal
usaha mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pedagang ikan di Kecamatan
Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun, cateris paribus.
2. Jumlah ikan
yang terjual mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pedagang ikan di
Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun, cateris
paribus..
3. Tingkat
pendidikan pedagang mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pedagang
ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun, cateris
paribus.
4. Pengalaman
usaha mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pedagang ikan di Kecamatan
Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun, cateris paribus.
1.4 Tujuan
Penelitian
1. Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh modal awal usaha terhadap pendapatan pedagang
ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun.
2. Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh jumlah ikan yang terjual terhadap pendapatan
pedagangan ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten
Simalungun.
3. Untuk
mengetahui bagamana pengaruh tingkat pendidikan pedagang terhadap pendapatan
pedagang ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten
Simalungun.
4. Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh pengalaman usaha terhadap pendapatan pedagang
ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun.
1.5 Manfaat
Penelitian
1. Sebagai bahan
studi dan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi USU, khususnya
bagi mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
2. Melengkapi,
menambah serta dapat menjadi bahan perbandingan dengan hasil – hasil yang sudah
ada yang menyangkut topik atau penelitian yang sama
3. Sebagai
informasi bagi masyarakat khususnya pedagang ikan yang ingin memulai usaha atau
yang ingin meningkatkan tingkat pendapatannya.
4. Sebagai tambahan
pengetahuan dan wawasan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah dipelajari
selama menjadi Mahasiswa Fakultas Ekonomi .
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi