Selasa, 04 Maret 2014

Skripsi Ekonomi Pembangunan: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG IKAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi menjadi salah satu tujuan utama selama bertahun – tahun dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia. Selama bertahun – tahun itu pula Indonesia fokus memecahkan persoalan pembangunan ekonomi yang tidak pernah tuntas. Persoalan tersebut antara lain adalah tingkat kemiskinan yang tinggi dan ketimpangan distribusi.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Setiap negara yang melakukan pencapaian keberhasilan pembangunan ekonomi dipengaruhi oleh dua unsur pokok, yaitu unsur ekonomi dan unsur non-ekonomi. Dilihat dari unsur ekonomi, pembangunan ekonomi dipengaruhi oleh Sumber Daya Manusia (labor supply, education, dicipline, motivation, etc), Sumber Daya Alam (Natural Resoureces), Pembentukan modal (Capital Formation), serta teknologi dan kewirausahaan (Technology and Entrepreneurship). Sedangkan dari segi non-ekonomi, faktor faktor tersebut adalah lembaga – lembaga sosial, keadaan politik, sikap mental, adat istiadat, motivasi, dan nilai – nilai yang ada dalam masyarakat. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembangunan suatu daerah haruslah mencakup tiga nilai inti, yaitu :
a. Ketahanan (Sustance), adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok (pangan, papan, kesehatan, dan proteksi) untuk mempertahankan hidup.
b. Harga diri (Self Esteem), yakni pembangunan haruslah memanusiakan orang. Dalam arti luas pembangunan suatu daerah haruslah meningkatkan kebanggaan sebagai manusia yang berada di daerah itu.
c. Freedom from servitude, yakni kebebasan bagi setiap individu suatu negara untuk berfikir, berkembang, berperilaku, dan berusaha untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Menurut Bauer, 1975 (dalam Suryana, 2000:32), penentuan utama yang mempengaruhi pembangunan ekonomi adalah bakat, kemampuan, kualitas, kapasitas, kecakapan, sikap, adat – istiadat, nilai, tujuan, dan motivasi, serta struktur politik dan lembaga. Syarat – syarat tersebut tidak sepenuhnya terjadi di negara – negara berkembang seperti Indonesia. Pencapaian pembangunan ekonomi tidak pernah terwujud sedemikan rupa, dikarenakan adanya faktor – faktor yang selalu menghambat proses pembangunan ekonomi. Faktor – faktor tersebut antara lain tidak sejalannya perkembangan penduduk dengan perkembangan tingkat kesejahteraan, perekonomian yang bersifat dualistik, adanya lingkaran kemiskinan, ketergantungan dalam mengekspor bahan mentah, dan faktor – faktor lain sebagainya.
Pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia tercatat sebesar 234,2 juta jiwa. Jumlah penduduk bertambah sebesar 29,1 juta jiwa dari tahun 2000 lalu. Kondisi ini sangat memprihatinkan karena perkembangan penduduk tidak sejalan dengan tingkat kesejahteraan penduduk Indonesia. Berdasarkan data survei tenaga kerja Nasional tahun 2009 yang dikeluarkan BAPPENAS, mengungkapkan bahwa 4,1 juta orang adalah pengangguran dari 21,2 juta orang jumlah angkatan kerja. Jumlah penggangguran tersebut didominasi oleh penduduk yang lulusan Diploma
dan Universitas. Dari kondisi ini, diharapkan bahwa sektor informal dapat menjadi mata pencaharian penduduk yang mengalami situasi kronis tersebut.
Sektor informal merupakan sektor ekonomi yang bergerak dalam bidang kewirausahaan dan paling banyak menyerap tenaga kerja. Contoh sektor informal adalah pedagang kaki lima (PKL), becak, penata parkir, pedagang pasar, buruh tani dan lainnya. Lain halnya dengan sektor formal. Sektor formal adalah sektor lapangan usaha yang secara sah terdaftar, kegiatannya terhimpun dalam bentuk badan usaha serta mendapat izin dari pejabat berwenang. Contoh sektor formal adalah Perbankan, transportasi, retail, distribusi, komunikasi, properti, dan lain sebagainya. Para angkatan kerja sebagian besar tidak berhasil memperoleh pekerjaan di bidang sektor formal ini, sebab sektor ini membutuhkan kemampuan dan keterampilan di bidangnya masing – masing. Selain itu juga, sektor formal membutuhkan angkatan kerja yang berpengalaman di bidangnya, padahal sebagian besar penduduk baik lulusan Diploma dan Universitas belum pernah sekalipun berpengalaman dalam bidang yang ingin diraih tersebut. Kondisi ini menjadi pemicu meningkatnya jumlah angka pengangguran di Indonesia.
Pada dasarnya sektor informal memiliki peran yang besar di negara – negara berkembang, seperti Indonesia. Sekitar 70% tenaga kerja bekerja di sektor informal dan 30% mengambil bagian di sektor formal. Perkembangan sektor informal yang lebih besar ini dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat pendidikan penduduk di negara berkembang sehingga masyarakat tidak memiliki kualifikasi untuk bekerja di sektor formal. Kondisi ini juga dapat dikaitkan dengan tingkat pengangguran di negara berkembang. Tenaga kerja menganggur disebabkan tidak
memiliki kualifikasi untuk bekerja di sektor formal, sehingga mengambil bagian di sektor informal dalam rangka pemenuhan perekonomian masing – masing.
Kemajuan suatu negara pada umumnya dilihat dari penurunan tingkat pekerja blue collar (pekerja kasar). Blue collar (pekerja kasar) merupakan gambaran dari sektor informal dimana diartikan sebagai pekerjaan yang dilakukan dengan mengandalkan fisik. Sektor usaha pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan, tenaga produksi, alat angkut, dan pekerja kasar merupakan beberapa elemen yang termasuk dalam kelompok usaha sektor informal. Semakin rendah jumlah pekerja sektor informal maka akan menunjukkan bahwa negara tersebut mengalami kemajuan dari segi perekonomiannya.
Pekerja manajerial (white collar) merupakan pekerja sektor formal yang yang terdiri dari tenaga yang profesional, teknisi, tenaga kepemimpinan, ketatalaksanaan, tenaga tata usaha, dan lain sebagainya.

Pada tahun 2006 hingga 2008, perbandingan jumlah perkembangan sektor informal dengan sektor formal cukup tajam. Perkembangan sektor formal tetap berada di tingkat 30% dari total keseluruhan jumlah sektor informal dan sektor formal.
Di sisi lain, sektor informal merupakan sektor yang sering termarjinalkan dalam struktur masyarakatnya sehingga mereka harus mengembangkan potensi mereka sendiri yang sebagian besar potensi itu terhisap oleh masyarakat kelas atas. Selain itu juga, sektor informal tidak teratur ( unreguated ) dan tidak terdaftar (unregistered). Munculnya sektor informal diawali oleh adanya migrasi, akses atas modal, dan urbanisasi. Dengan adanya kondisi ini, masyarakat yang menjalani sektor ini dapat membangun perekonomian mereka sendiri.
Perkembangan sektor informal dewasa ini sangatlah pesat. Munculnya pedagang kaki lima menjadi salah satu bukti sudah semakin berkembangnya sektor ini. Selain di kota – kota besar, sektor informal juga sudah berkembang pesat di pedesaan. Pendidikan yang minim yang diterima seseorang di pedesaan menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi munculnya sektor ini.
Kabupaten Simalungun merupakan kabupaten yang mana sebahagian besar masyarakatnya sangat banyak bermata pencaharian bertani. Pendapatan seorang petani sangatlah kurang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan kebutuhan keluarga yang ditanggungnya. Maka dari itu, banyak masyarakat melakukan pekerjaan di sektor informal dengan membuka usaha kecil yang menggunakan modal keluarga atau pinjaman. Selain petani, terdapat juga beberapa masyarakat yang sudah memiliki pendapatan yang cukup dari pekerjaannya yang tetap, kembali menambah pendapatannya dengan membuka usaha sektor informal, contoh sektor ini adalah berdagang ikan.
Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja merupakan dua kecamatan yang menjadi lokasi penelitian bagi penulis. Lokasi dua kecamatan ini berdampingan, sehingga masyarakat yang menetap dapat berinteraksi dari satu

Kecamatan ke Kecamatan yang lain. Sebagian besar masyarakat di dua Kecamatan ini memasuki sektor informal. Sektor informal diyakini dapat menambah pendapatan yang cukup bagi keluarga. Terlihat terdapat beberapa masyarakat menjalankan usaha sebagai petani ikan dan kemudian menjualnya ke pasar – pasar tradisional atau hanya menjual di lokasinya tersebut. Di pasar – pasar tradisional juga, pedagang ikan menjadi objek yang bagus bagi penulis untuk mengetahui berapa besar pendapatan yang mereka punya, dengan membandingkan modal awal usaha, keuntungan yang diperoleh per hari, pendidikan, dan pengalaman usaha.
Besarnya modal yang digunakan untuk memulai usaha tidak menjadi penentu utama untuk memperoleh pendapatan yang maksimal. Hal ini disebabkan, masih banyak faktor lain yang perlu diperhatikan dari kehidupan seorang pedagang, baik dari segi pendidikan dan pengalaman pedagang dalam menjalankan usahanya. Sama halnya dengan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seorang pedagang, tingkat pendidikan yang tinggi tidak menjadi jaminan bahwa seorang pedagang ikan akan menjadi pedagang yang memperoleh pendapatan yang lebih. Dari faktor – faktor di atas, pengalaman juga menjadi salah satu indikator khusus yang dilihat dari kehidupan seorang pedagang ikan. Lamanya waktu yang dijalani seorang pedagang dalam menjalani usahanya dapat menentukan tingkat pendapatan yang diperolehnya. Hal ini disebabkan bahwa seorang pedagang yang menjalani usahanya cukup lama, menjadi satu bukti bahwa pedagang tersebut cukup puas dengan pendapatan yang ia terima dari usaha tersebut dan pendapatan tersebut dapat ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dengan waktu yang lama itu.
Persepsi setiap orang dalam memberikan kesimpulan mengenai tingkat pendapatan pedagang ikan di dua Kecamatan ini tentu sangat berbeda. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti dan menulis skripsi dengan judul ”Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun” untuk mengetahui hubungan variabel – variabel yang mempengaruhi pendapatan para pedagang ikan. .
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang akan diteliti adalah :
1. Bagaimanakah pengaruh modal awal usaha terhadap pendapatan pedagang ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun?
2. Bagaimanakah pengaruh jumlah ikan yang terjual terhadap pendapatan pedagang ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun?
3. Bagaimanakah pengaruh tingkat pendidikan pedagang terhadap pendapatan pedagang ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun?
4. Bagaimanakah pengaruh pengalaman usaha terhadap pendapatan pedagang ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun?

1.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih terus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :
1. Modal awal usaha mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pedagang ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun, cateris paribus.
2. Jumlah ikan yang terjual mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pedagang ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun, cateris paribus..
3. Tingkat pendidikan pedagang mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pedagang ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun, cateris paribus.
4. Pengalaman usaha mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pedagang ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun, cateris paribus.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal awal usaha terhadap pendapatan pedagang ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah ikan yang terjual terhadap pendapatan pedagangan ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun.

3. Untuk mengetahui bagamana pengaruh tingkat pendidikan pedagang terhadap pendapatan pedagang ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengalaman usaha terhadap pendapatan pedagang ikan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja di Kabupaten Simalungun.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan studi dan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi USU, khususnya bagi mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
2. Melengkapi, menambah serta dapat menjadi bahan perbandingan dengan hasil – hasil yang sudah ada yang menyangkut topik atau penelitian yang sama
3. Sebagai informasi bagi masyarakat khususnya pedagang ikan yang ingin memulai usaha atau yang ingin meningkatkan tingkat pendapatannya.

4. Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama menjadi Mahasiswa Fakultas Ekonomi .  
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi