BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan
sektor industri barang konsumsi. Industri barang
konsumsi bergerak cepat (fast moving consumergoods) tumbuh pesat sebesar 11,8% pada tahun 2010 seiring bergesernya
perilaku belanja konsumen. Pertumbuhan industri barang konsumsi didukung bangkitnya
perekonomian Indonesia dari krisis keuangan global pada tahun 2008 dan tahun 2009 dengan capaian
produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1% pada tahun2010.
Sepanjang semester
I tahun 2010, tercatat ada 3 (tiga) indeks sektoral yang tumbuh paling tajam, yaitu sektor industri barang konsumsi
sebesar 41,93%, sektor aneka industri sebesar 32,22%, dan yang terakhir sektor manufaktur
sebesar 29,94%. Kenaikan indeks sektoral tersebut banyak didukung oleh kenaikan barang-barang
yang dihasilkan oleh emiten-emiten yang tergabung
didalamnya, antara lain sektor industri barang konsumsi yang terdiri dari 32
emiten.
Beberapa nama
emiten yang cukup dikenal dan disinyalir ikut mendongkrak kinerja indeks sektor barang konsumsi secara
signifikan antara lain PT Gudang Garam (GGRM), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indofood
Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), dan PT
Mayora Indah Tbk (MYOR). Kenaikan barang
konsumsi diatas terbilang cukup tinggi dengan rata-rata kenaikan sebesar 53,81%.
Kenaikan harga yang
cukup tajam tersebut menjadikan emiten-emiten
yang terdaftar dalam industri
barang konsumsi tersebut sebagai market mover untuk indeks sektoral konsumsi
bahkan indeks harga saham gabungan.
Pembagian dividen sangat penting bagi
perusahaan karena dengan membagikan dividen dapat membantu perusahaan dalam menjalankan
operasi perusahaan. Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang saham
dan perusahaan yang membayar dividen.
Para pemegang saham
umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena akan meningkatkan kepercayaan pemegang saham
terhadap perusahaan sehingga mengurangi ketidakpastian
pemegang saham dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan.
Besar kecilnya
dividen yang dibayarkan tergantung pada kebijakan dividen suatu perusahaan.
Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang berkepentingan
dan saling bertentangan, kepentingan para pemegang saham dengandividennya, dan kepentingan perusahaan dengan laba
ditahannya. Dividen yang dibayarkan
kepada pemegang saham tergantung
kepada kebijakan masing-masing
perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan
yang lebih serius dari manajemen perusahaan. Kebijakan dividen pada hakikatnya adalah menentukan posisi keuntungan yang akan
dibagikan kepada para pemegang saham,
dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan.
Kebijakan dividen
perusahaan tergambar pada dividen per share-nya yaitu besar dividen yang diberikan kepada para investor. Besar
kecilnya dividen per share yang dibagikan akan mempengaruhi keputusan investasi para investor
dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Pertimbangan mengenai dividen per share
berkaitan dengan kinerja keuangan
perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka perusahaan tersebut
akan mampu menetapkan dividen per
share-nya sesuai dengan harapan investor dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap
sehat dan tumbuh.
Likuiditas adalah
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Bagi perusahaan
masalah likuiditas merupakan masalah yang sangat penting karena mewakili kepentingan
perusahaan berhubungan dengan pihak lain. Suatu perusahaan dikatakan likuid apabila perusahaan
tersebut dapat memenuhi kewajiban utangutangnya. Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar
dengan utang lancar.
Dimana jika current
ratio nya lebih dari satu maka semakin besar kemampuan perusahaan membayar kewajibannya. Sehingga kemampuan
membayar dividennya juga tinggi.
Debt to Equity
Ratio merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang,
dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan
gejala yang kurang baik bagi perusahaan (Sartono,2001:66). Suatu perusahaan akan memprioritaskan keuntungan yang
diperolehnya untuk membayar hutang sedangkan sisanya akan dibagikan sebagai dividen per
share. Hal ini yang menyebabkan debt to equity ratio berpengaruh dalam pembagian dividen.
Profitabilitas
merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari
keberhasilan operasi perusahaan. Return On Asset (ROA) adalah satu ukuran
profitabilitas dan juga merupakan ukuran efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Return On Asset
(ROA) diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total assetnya
yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk
operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan. Semakin besar
Return On Asset menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat kembalian
investasi (return) yang semakin besar. Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan
pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham.
Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung
akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin
besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen.
Ukuran perusahaan
(firm size) menunjukkan dimana perusahaan besar cenderung membagi dividen yang besar dari pada
perusahaan kecil. Perusahaan yang lebih besar yang memiliki asset yang besar akan lebih mudah memasuki
pasar modal sehingga untuk menjaga nama
baik perusahaan tersebut, mereka akan membagikan dividen dalam jumlah besar dibandingkan dengan perusahaan kecil yang
lebih banyak menggunakan laba yang diperolehnya untuk mendanai operasi perusahaan dari pada
membagikan dividen kepada pemegang saham.
Setiap perusahaan
yang menjalankan operasi perusahaanya tentu mampu menghasilkan keuntungan bersih (earning). Keuntungan bersih (earning) yang dinyatakan dalam tiap lembarnya dinyatakan dalam Earning Per Share.
Dividen akan dibayarkan jika perusahaan mampu
mendapatkan keuntungan bersih, dengan begitu laba bersih per saham (EPS) akan mempengaruhi dalam pembagian dividen. Berikut
adalah dividen per share yang dihasilkan industri barang konsumsi di Bursa Efek
Indonesia Tabel 1.1 Dividen Per Share Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek
Indonesia Sumber: www.idx.co.id (April 2011, data dioalah) No. Perusahaan Dividen Per Share (dalam Rupiah) 2006 2007
2008 2009 1 AQUA
630 1.000 1.200
1.800 2 DLTA 1.300
1.400 3.500 9.500 3
GGRM 250 250
350 650 4 HMSP
145 390 600
1.525 5 INDF 31
43 47 93 6
KAEF 2,38 2,82
2,49 3,38 7 KLBF
10 10 13 27 8 MERK
2.000 2.300 5.350
4.909 9 MLBI 55,62 375,85 316,05
76,56 10 MYOR 35
40 50 100 11
TCID 250 280
300 320 12 TSPC
25 60 40 35 13 UNVR
125 167 220
100 Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa
dividen per share yang dibagikan setiap tahun mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya.
Namun ada beberapa perusahaan yang membagikan dividen setiap tahunnya yang mengalami
peningkatan yaitu AQUA, DLTA, GGRM, INDF, KLBF, MYOR. Pada tahun 2009 DLTA membagikan
dividen per share yang cukup besar dibanding tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 9.500.
Meningkatnya pembayaran dividen dikarenakan perusahaan mampu memperoleh keuntungan yang
cukup besar dan memiliki kinerja perusahaan yang baik. Begitu juga dengan MERK, dividen
per share yang dibagikan pada tahun 2008 sebesar Rp 5.350 mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dibanding tahun 2007 sebesar Rp 2.300. Pada tahun 2008 MLBI juga membagikan
dividen per share sebesar Rp. 15 yang mengalami
peningkatan dibanding dividen per share
pada tahun 2007 sebesar Rp. 3,6.
Sedangkan
perusahaan lainnya dividen per share yang dibagikan mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya.
Berdasarkan uraian
serta permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul
“ Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Per Share Pada Industri Barang
Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia” 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar
belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah Current Ratio, Debt to Equity
Ratio, Return On Asset, Firm Size, Earning Per Share, mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap Dividen Per Share
pada Industri Barang Konsumsi Di
Bursa Efek Indonesia?”.
1.3.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini
adalah ntuk mengetahui dan menganalisis hubungan pengaruh Current Ratio,
Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, Earning Per Share, terhadap Dividend Per
Share pada Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan Penelitian
ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam mengambil
keputusan penentuan pembagian dividen agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan sehingga dapat menarik para
investor atau calon investor untuk menanamkan modalnya pada waktu yang akan datang.
b. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan
akan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan berpikir yang ilmiah khususnya mengenai
Dividen Per Share dan faktor-faktor yang mempengaruhinya c. Bagi Investor Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah
satu pertimbangan dalam mengambil keputusan
untuk membeli atau menjual saham sehubungan dengan harapan atas dividen per share yang akan dibagikan.
d. Bagi
Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan dan
perbandingan bagi peneliti selanjutnya
yang akan memberikan perbandingan dalam kegiatan penelitian selanjutnya di masa yang akan datang.
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi