BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Modal sendiri dalam suatu
perusahaan merupakan salah satu instrumen keuangan yang tidak kalah penting dengan
instrumen keuangan lainnya, dimana modal
dalam suatu perusahaanlah yang dipertaruhkan untuk segala resiko, baik resiko usaha maupun resiko kerugian lainnya
(Harnanto, 2001: 74). Tiap – tiap perusahaan
harus memiliki sejumlah modal minimum untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
Bagi investor,
kelangsungan hidup suatu perusahaan merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan penting, karena
dengan melihat kelangsungan hidup perusahaan,
investor dapat melihat prospek perusahaan tersebut dimasa mendatang dalam menghasilkan laba. Kelangsungan hidup
suatu perusahaan dapat diukur dengan
beberapa cara, salah satu diantaranya adalah dengan melihat pertumbuhan modal sendiri. Pengukuran pertumbuhan modal
sendiri dilakukan dengan mempertimbangkan
baik keputusan investasi (investment decision), dan keputusan pembiayaan (financing decision), serta dengan
memperhatikan faktor eksternal yang berupa
tingkat bunga pinjaman dan tingkat pajak. Pengukuran yang paling dapat menggambarkan pertumbuhan modal yang lebih
tepat adalah dengan menambahkan keputusan
pemberian dividen (dividend decision)
selain faktor-faktor investment decision,
financing decision, tingkat bunga, dan pajak (Riyanto, 2001: 178).
Bringham (2003:
184) menyebutkan bahwa laju pertumbuhan modal sendiri merupakan fungsi dari basic earning power,
debt to equity ratio, plowback ratio, interest
rate and tax rate.
Beberapa peneliti telah mencoba mengkonfirmasi
teori Brigham (2003:184) di atas sebagai
fungsi laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan, yaitu dua diantaranya adalah Sulistiadi (2000) dan Waskito
(2008). Tinjauan penelitian terhadap
hasil penelitian Sulistiadi (2000) dan Waskito (2008) menunjukkan kesimpulan yang tidak seragam.
Sulistiadi
(2000) yang meneliti di perusahaan industri manufaktur
dan industri perbankan dan jasa keuangan
yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dengan tahun amatan 1995– 1996 menemukan bahwa basic
earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tingkat
bunga, dan tingkat pajak secara
bersama-sama berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan modal sendiri baik pada perusahaan industri manufaktur maupun pada perusahaan industri
perbankan dan jasa keuangan.Secara individual,
hanya variabel basic earning power, debt to equity ratio, dan plowback ratio yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
modal sendiri, sedangkan tingkat bunga dan tingkat pajak tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan modal sendiri, baik
yang berada di industri manufaktur maupun industri perbankan dan jasa keuangan.
Waskito (2008)
mencoba mengkonfirmasi ulang temuan Sulistiadi (2000) yang hanya meneliti
perusahaan industri manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta pada tahuan amatan yang berbeda, yaitu
tahun 2005 – 2007. Dalam penelitiannya, Waskito (2008) menemukan secara
simultan basic earning power, debt to
equity ratio, plowback ratio, interest and tax rate dan return on investment berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 – 2007, sedangkan secara parsial hanya variabel plowback ratio yang berpengaruh terhadap pertumbuhan modal
sendiri perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 – 2007.
Perbedaan kedua hasil penelitian di atas
sangatlah fenomenal, dimana penelitian
yang dilakukan pada perusahaan yang sama pada tahun yang berbeda memberikan kesimpulan yang berbeda. Oleh
karena itu menjadi daya tarik tersendiri dilakukannya replikasi penelitian dengan
melakukan penelitian pada perusahaan yang
berbeda, yaitu perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun amatan 2006-2007.
Perusahaan property, real estate & building
construction merupakan perusahaan yang baru bangkit kembali setelah
diterpa krisis ekonomi yang melanda Indonesia
pada tahun 1997. Fenomena yang berkembang sehubungan dengan modal sendiri perusahaan property, real estate &
building construction di Bursa Efek Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 1.1. dibawah ini.
Tabel 1.1.
Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Modal Sendiri Perusahaan Property, Real Estate & Building
Construction di Bursa Efek Indonesia No
Variabel Tahun 2006
2007 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Laju pertumbuhan
modal sendiri Basic earning power Debt
to equity ratio Plowback ratio Interest and tax ratio Return on investment -6.46 0.06 35.59 0.84
-0.50 0.04 3.98
0.05 1.672 0.72 -0.43
0.02 Sumber : JSX (2005 – 2007) Tabel 1.1. di atas menunjukkan bahwa pada
tahun 2006 modal sendiri perusahaan
property, realestate & building construction di Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan, yaitu sebesar 6.46% dan
kembali naik 3.98% pada tahun 2007.
Kenaikan modal sendiri perusahaan
property, realestate & building construction di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2007 justru berbanding terbalik dengan
faktor – faktor yang mempengaruhi modal sendiri, yaitu basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio,
interest and tax ratio dan return on investment
yang mengalami penurunan pada tahun yang sama.
B. Perumusan
Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka masalah utama
yang akan diteliti dalam penelitian ini
: 1.
Apakah terdapat pengaruh secara simultan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan modal sendiri, yang terdiri
dari, basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate,
and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan
property, real estate & building construction
di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007? 2.
Apakah terdapat pengaruh secara parsial
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
modal sendiri, yang terdiri dari, basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate,
and return on investment terhadap laju
pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun
2006 – 2007? C. Kerangka Konseptual Stabilitas financial dan going concern suatu
perusahaan dipengaruhi oleh pertumbuhan
struktur permodalannya, dimana salah satunya adalah modal sendiri.
Bringham (2003:
184) menyebutkan berbagai faktor dapat mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri suatu perusahaan.
Penelitian ini mencoba untuk mengetahui
besarnya pengaruh dari faktor-faktor tersebut dan menyertakannya dalam model yang akan digunakan dalam
penelitian.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri
dapat diamati dengan mengembangkan suatu model di mana pertumbuhan modal sendiri merupakan variabel dependen
dengan aspek-aspek keuangan sebagai variabel
independen.
Brigham (2003:184)
metode pengukuran laju pertumbuhan (g=growth rate) dijelaskan dengan menggunakan model laba
ditahan: g = b x r b = retention rate dimana:
b
= (1 - dividend payout) b =
(1-d) r
= ROE sehingga laju pertumbuhan dapat dituliskan sebagai: g = (1-d) x
ROE Model tersebut menyatakan bahwa laju
pertumbuhan (g) merupakan fungsi Return on Equity. Hubungan Return on Equity
dengan komponen financial lainnya dapat diuraikan sebagai berikut: ( ) )1( )1(
taxx E D xi EpEP xdg − −+−= dimana g
= laju pertumbuhan : (1-d) = b = plowback ratio EP =
Basic Earning Power i = Interest Rate D/E =
Debt to Equity Ratio Model matematis
pertumbuhan di atas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan equity (g) merupakan fungsi EP, D/E, b, i, dan
t, sehingga dapat dituliskan: ∫ = ),,,/,( tibED EP g Berdasarkan fungsi di
atas, digambarkan kerangka konseptual yang menegaskan hubungan dan pengaruh antara faktor
– faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan
modal sendiri dengan laju pertumbuhan modal sendiri, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1. berikut ini.
Sumber : Bringham
(2003) (Diolah) Gambar 1.1.
Kerangka Konseptual
D. Hipotesis 1. Terdapat pengaruh secara
simultan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan modal sendiri, yang terdiri
dari, basic earning power, debt to equity
ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri
perusahaan property, real estate & building
construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007.
2. Terdapat pengaruh secara parsial
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
modal sendiri, yang terdiri dari, basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest
rate, and return on investment terhadap
laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia
tahun 2006 – 2007.
Basic Earning Power
(X1) Pertumbuhan Modal Sendiri (Y) Tax and Interest Rate (X4) Debt to Equity
Ratio (X2) Plowback Ratio (X3) Return on Investment (X5) E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan
Penelitian Adapun tujuan dilakukannya
penelitian dalam penelitian ini : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
secara simultan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan modal sendiri, yang terdiri dari, basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio,
tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal
sendiri perusahaan property, real estate
& building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
secara parsial faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan modal sendiri, yang terdiri dari,
basic earning power, debt to
equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal
sendiri perusahaan property, real estate
& building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007.
2. Manfaat
Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
diantaranya : 1. Bagi perusahaan
property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007, penelitian ini
diharapkan dapat menjadi masukan manajemen
perusahaan untuk membantu pengambilan keputusan dalam hal faktor-faktor yang berhubungan dengan
pertumbuhan modal sendiri.
2. Bagi pihak –
pihak lain, khususnya bagi almamater Fakultas Ekonomi , hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan referensi
penelitian berikutnya.
3. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam
memperluas wawasan, khususnya dalam hal
faktor – faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan modal sendiri.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Pertumbuhan modal sendiri dimaksud dalam
penelitian ini dibatasi hanya modal
sendiri yang merupakan internal growth perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia
tahun 2006 – 2007, atau tidak turut dianalisis modal sendiri yang merupakan
external growth seperti emisi saham baru.
2. Definisi
Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari enam variabel, yaitu laju
pertumbuhan modal sendiri (g) sebagai variabel dependen dan lima variabel independen yang terdiri dari Basic earning
power (BEP=X1), Debt to equity ratio (DER=X2),
Plowback ratio (PR=X3), Tax & interest rate (ti=X4) dan Return on investment (ROI=X5 (a) Laju pertumbuhan modal
sendiri (g=Y) ). Definisi operasional dari masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut : Laju pertumbuhan modal
sendiri adalah rasio naik atau turunnya modal sendiri yang diinvestasikan. Rumus yang digunakan
menghitung laju pertumbuhan modal
sendiri(Brigham, 2003: 364) : Jumlah
modal sendiri pada tahun t - Jumlah modal sendiri pada tahun t-1 g =
x 100% Jumlah modal sendiri
pada tahun t - 1 (b) Basic Earning Power
(BEP=X1 Basic earning power menunjukkan kemampuan perusahaan memanfaatkan assetnya untuk menghasilkan keuntungan
(profit). Rasio ini membandingkan profit
dengan asset yang digunakan untuk menghasilkan profit tersebut, atau dihitung dengan menggunakan formulasi
(Brigham, 2003: 364): ) EBIT pada tahun t Basic earning power = x 100% Total Asset pada tahun t (c) Debt to
equity ratio (DER=X2 Debt to equity ratio merupakan rasio yang menunjukkan
perbandingan antara total hutang dengan
total equity. Rumus yang digunakan untuk menghitung DER adalah (Brigham, 2003: 365): ) Jumlah seluruh
debt pada tahun t Debt to equity ratio =
x 100% Jumlah seluruh equity
pada tahun t (d) Plowback ratio (PR=X3 Plowback ratio merupakan rasio yang
menunjukkan tingkat keuntungan yang tidak
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Tingkat laba yang tidak dibagikan sebagai dividen tersebut akan
menambah jumlah equity sehingga memberi
pengaruh yang positif terhadap tingkat pertumbuhan equity.
) Brigham (2003: 365) memformulasikan Plowback
Ratio sebagai berikut : Plowback Ratio = (1- dividend payout ratio) Dimana
dividend payout ratio adalah bagian atas laba yang dibagikan dalam bentuk kas
deviden kepada para pemegang saham. Rumus yang digunakan untuk menghitung dividend payout ratio adalah : Dividend
Payout Ratio = EPS Saham per Kas Dividen
x 100% (e) Interest and Tax Rate (ITR=X4 Interest rate adalah rasio pembayaran
bunga karena melakukan pinjaman dari pihak
lain (Brigham 2003:365). Rumus yang digunakan : ) Interest
+ Tax Expense Interest and Tax Rate
= x 100% EBIT (f) Return on investment (ROI= X5 Return on
investment adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bersih (setelah dikurangi beban
pajak). Cara menghitung rasio ini adalah ditunjukkan dengan rumus (Brigham, 2003: 365) : ) Keuntungan Netto Sesudah Pajak ROI = x
100% Total Aktiva 3. Tempat dan Waktu
Penelitian Penelitian ini dilaksanakan
pada perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun
2006 – 2007. Waktu penelitian direncanakan dilaksanakan mulai Maret sampai
dengan Juli 2009.
4. Populasi dan
Sampel Populasi dalam penelitian adalah
perusahaan property, real estate & building construction yang tercatat dan diperdagangkan
di di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 –
2007. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak adalah 37 perusahaan industri. Pengambilan sample dilakukan
berdasarkan purposive sampling, dengan kr
iteria : 1. Sampel diambil dari data
yang tersedia di Jakarta Stock Exchange (JSX) dan laporan keuangan perusahaan pada tahun
2006-2007.
2. Sampel yang diambil merupakan perusahaan yang
tercatat di Bursa Indonesia sesudah
tahun 2005 karena penulis meneliti untuk tahun pengamatan 2006 -2007. Tetapi
khusus untuk menghitung laju pertumbuhan modal sendiri diambil data tahun 2005-2007.
3.
Perusahaan yang diteliti tidak melakukan emisi saham baru pada periode 2005-2007.
Sesuai dengan
ketiga kriteria di atas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 34
perusahaan property, real estate & building construction, seperti ditunjukkan pada Tabel
1.2 berikut ini.
Tabel 1.2.
Pengambilan Sampel
Berdasarkan Purposive Sampling No.
Distribusi Sampel Total 1.
2.
3.
4.
Perusahaan
property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia dari 2006 – 2007 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan selama tiga tahun berturut –
turut, yaitu dari tahun 2005-2007.
Perusahaan yang
tidak mempunyai laporan tahunan yang berakhir
pada tanggal 31 Desember Perusahaan yang
melakukan emisi saham baru pada periode 2005
– 2007 37 (2) (0) (1) Jumlah 34 Sumber : JSX (2006-2007) (Diolah) Ketigapuluh empat sampel di atas, dapat
dilihat pada Tabel 1.3 berikut : Table 1.3.
Sampel Penelitian Sampel
perusahaan property, real estate & building construction 1
PT. Bhuwanatala Indah Permai, Tbk 2
PT. Sentul City, Tbk 3 PT.
Bintang Mitra Semestaraya, Tbk 4 PT.
Ciputra Development, Tbk 5 PT. Bukit
Darmo Property 6 PT. Ciputra Surya, Tbk 7 PT. Duta Anggada Realty, Tbk 8 PT. Dharmala Intialand, Tbk 9 PT.
Duta Pertiwi, Tbk 10 PT. Bakrieland
Development, Tbk 11 PT. Jaka Inti
Realindo, Tbk 12 PT. Gowa Makasar
Toursim Dev Tbk 13 PT. Jaya Real
Property, Tbk 14 PT. Kawasan Industri
Jabobeka, Tbk 15 PT. Jakarta
International Hotel & Dev. Tbk 16
PT. Lamicitra Nusantara, Tbk 17 PT. Dayaindo Resources International, Tbk 18 PT. Lippo Cikarang, Tbk 19 PT. Lippo Karawaci, Tbk 20 PT. Modernland Realty Tbk 21 PT. Indonesia Prima Property, Tbk 22 PT. New Century Development, Tbk 23 PT. Pudjiadi & Sons Estate, Tbk 24 PT. Pakuwon Jati, Tbk 25 PT. Panca Wiratama Sakti, Tbk 26 PT. Ristia Bintang Mahkotasejati, Tbk 27 PT. Roda Panggon Harapan, Tbk 28 PT. Suryainti Permata, Tbk 29 PT. Suryamas Dutamakmur, Tbk 30 PT. Summarecon Agung, Tbk 31 PT. Surya Semesta Internusa, Tbk 32 PT. Total Bangun Persada, Tbk 33 PT.
Turba Alam Manunggal, Tbk 34 PT. Adhi
Karya (Persero), Tbk Sumber : JSX (2006, 2007) 5. Jenis dan Metode Pengumpulan
Data Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dan dipublikasikan dari Bursa Efek
Indonesia dan ringkasan yang terdapat di dalam Jakarta Stock Exchange (JSX). Untuk
pengumpulan data digunakan teknik dokumentasi
dengan tipe pooled data. Dengan tipe pooled data, jumlah observasi dalam penelitian ini diperoleh dari jumlah
tahun penelitian dikalikan jumlah perusahaan
sampel yaitu 35 x 2 = 70 n observasi.
6. Uji Asumsi
Klasik 1) Uji Normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui
distribusi data dalam suatu variabel penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian. Data yang baik dan layak
digunakan adalah data yang memiliki distribusi atau sebaran normal. Normalitas data dapat dilihat melalui
sebaran Plot pada Graph P-P Plot berbentuk linier dan tertumpu di sekitar
garis diagonal P-P Plot.
(Ghozali, 2003 :
47).
2) Uji
Heterokedastisitas Ghozali (2003 : 88)
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastistas dengan menggunakan uji Glejser, yaitu dengan melihat
tingkat signifikansi dari hasil regresi
nilai absolute residual sebagai variabel terikat dengan variabel bebas.
Deteksi ada atau
tidaknya heterokedastisitas dapat juga dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu
(bergelombang, melebar kemudian menyempit)
pada grafik plot (scatterplot) antara nilai prediksi variabel terkait (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).
3) Uji
Multiklonearitas Uji multikolineritas
bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel bebas (independen). Model yang baik
seharusnya tidak terjadi adanya korelasi
antara variabel bebas. Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinearitas, yaitu dengan menganalisis
nilai tolerance serta Variance Inflation
Factor (VIF) >1.0 dan nilai tolerance <1.0 (Ghozali, 2003 : 83).
Nugroho (2005 : 97)
membatasi nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0.1.
4) Uji Autokorelasi Ghozali (2003:61-62) menyebutkan bahwa uji
autokorelasi bertujuan untuk menguji
apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).
Uji lagrange multiplier (LM Test) merupakan salah satu test dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi. Uji autokorelasi
dengan LM Test, terutama digunakan untuk sampel besar di atas 100 observasi.
Ghozali (2003:61)
menyebutkan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, juga dapat digunakan uji Durbiwn
– Watson (DW), yaitu yaitu dengan
membandingkan nilai DW statistic dengan DW table. Apabila nilai DW statistic terletak pada daerah no
autocorrelation berarti telah memenuhi asumsi
klasik regresi.
Untuk mengetahui
posisi tersebut terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai Durbin-Watson dengan
rumus : 4-du dan 4-dl. Untuk mencari
nilai du dan dl dilakukan dengan melihat table dw. Lebih jelasnya autokorelasi digambarkan sebagai berikut : Sumber : Ghozali (2003) (Diolah) Gambar 1.2.
Diagram Durbin –
Watson 7. Model Analisis Data Model analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi linier berganda
(Multiple Regression Analysis) dengan persamaan sebagai berikut: Y = β0+ β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ε dimana
: Y : Pertumbuhan Modal Sendiri X1 : Basic earning power Ho diterima (no serial correlation) Autokorelasi (+) Autokorelasi (-) 4 4-dl
(4-du) du dl 0 X2 X : Debt to equity ratio 3 X : Plowback
ratio 4 X : Intrest and Tax Ratio 5 β : Return on investment 0.. β8 ε :
Error Term : Konstanta 8. Uji
Keseuaian (Test of Goodness of Fit) a.
Uji Simultan (Uji F) Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh
antara variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen, yaitu dengan cara sebagai berikut : Ho : βi = 0, maka variabel independen secara bersama-sama
tidak mempengaruhi variabel dependen.
Ha : βi ≠ 0, maka variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen.
Hasil pengujian
adalah : Ho diterima ( tidak signifikan ) jika F hitung < F tabel (df = n –
k) Ho ditolak ( signifikan ) jika F hitung
> F tabel (df = n – k) Dimana : K :
Jumlah variabel N : Jumlah pengamatan b. Uji Parsial (Uji t) Uji t statistik melihat hubungan atau pengaruh
antara variable independen secara individual
terhadap variabel dependen.
1) Hipotesis yang
digunakan : a) Jika Hipotesis positif Ho : βi ≤ 0 Ha : βi > 0 b) Jika Hipotesis negatif Ho :
βi ≥ 0 Ha : βi < 0 2) Pengujian satu sisi Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya
variabel independen tidak mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan.
Jika t-hitung >
t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
artinya variabel independen mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan.
c. Analisis Koefisien Determinan Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan
dari model yang dipakai. Koefisien
determinasi (R 2 Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1
(0< R ) yaitu angka yang menunjukan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari
variabel-variabel bebas yang menerangkan
variabel tidak bebas atau angka yang menunjukan seberapa besar variabel tidak bebas dipengaruhi oleh
variabel-variabel bebasnya.
2 <1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model
tersebut dikatakan baik karena semakin
dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi