BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perusahaan dalam mengelola
keuangannya dihadapkan pada tiga keputusan
keuangan yang saling berkaitan yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan untuk
menentukan berapa banyak dividen yang
akan dibagikan kepada pemegang saham. Kebijakan dividen mempunyai dampak yang sangat penting bagi
investor maupun bagi perusahaan yang
membayarkan dividen. Pada umumnya para investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan
kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan
return dalam bentuk dividen maupun capital gain. Di lain pihak, perusahaan/perbankan juga mengharapkan
adanya pertumbuhan yang baik bagi
keberlangsungan hidup usahanya, yang
sekaligus juga dapat membayar
dividen kepada pemegang saham.
Besar kecilnya
dividen yang dibagikan perusahaan berbeda-beda tergantung pada kebijakan dividen dari
masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan
manajemen sangat diperlukan. Besarnya persentase dari pendapatan yang akan dibagikan kepada pemegang
saham sebagai cash dividend disebut
Dividend payout ratio (Abdullah, 2005:4). Dengan demikian, kebijakan dividen yang optimal (optimal dividend policy) merupakan kebijakan yang menciptakan keseimbangan
diantara dividen saat ini dan pertumbuhan
di masa mendatang yang memaksimumkan nilai perusahaan (Brigham dan Houston, 2001: 66).
Beberapa faktor harus dipertimbangkan agar
kebijakan dividen yang optimal dapat
dicapai dengan tetap memperhatikan kepentingan perusahaan dan pemegang saham. Kebijakan dividen setiap
perusahaan berbeda-beda karena faktor
prioritas yang dipertimbangkan setiap perusahaan berbeda.
Beberapa faktor
tersebut diantaranya cash position, debt to equity ratio, return on asset, firm size, shareholder dispersion
yang merupakan faktor-faktor yang dipertimbangkan
dalam optimalisasi kebijakan dividen dalam penelitian ini.
Likuiditas
merupakan pertimbangan utama bagi perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk menentukan besarnya
dividen yang akan dibagikan kepada
pemegang saham. Perusahaan dikatakan likuid apabila perusahaan tersebut dapat memenuhi kewajiban utang-utangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta
dapat memenuhi permintaan kredit yang
diajukan tanpa terjadi penangguhan. Karena dividen merupakan arus kas keluar, semakin besar posisi kas
(cash position), maka semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen (Van Horne dan M.
Machowicz,
2007:282).
Kebutuhan dana bagi
perusahaan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan kebijakan terhadap dividen yang akan diambil. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai
hutang dengan ekuitas (Kasmir, 2008:158). Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan sebagai jaminan hutang.
Semakin tinggi rasio ini mengindikasikan gejala yang kurang baik bagi perbankan, hal ini berarti perusahaan
akan lebih mengutamakan untuk membayar
pinjamannya dari pada membiayai dividen bagi pemegang saham.
Pembuatan keputusan
yang tepat dalam kebijakan pembayaran dividen dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan nilai
para pemegang sahamnya.
Nilai perusahaan
ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai hutang. Return on Assets
(ROA) mengukur keseluruhan
keefektifan manajemen dalam menghasilkan
laba dengan aktiva yang tersedia. Perusahaan yang memiliki keuntungan yang relatif stabil dapat
memperkirakan bagaimana keuntungan di kemudian
hari. Maka keadaan seperti itu memungkinkan perusahaan untuk membagikan dividen dengan persentase yang
lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan dengan keuntungan yang berfluktuasi. Ini berarti semakin tinggi Return on Assets (ROA) maka kemungkinan
pembagian dividen juga semakin banyak.
Perusahaan yang
besar dan memiliki profitabilitas yang tinggi akan dengan mudah masuk ke pasar modal atau
memperoleh dana-dana yang diperlukan
untuk perluasan usahanya dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru dan kecil (Sundjaja dan Barlian,
2003:389). Ini berarti ukuran perusahaan
(firm size) berpengaruh terhadap
kebijakan dividen karena semakin besar
ukuran perusahaan, maka kemungkinan dividen yang dibagikan lebih tinggi jika dibandingkan dengan
perusahaan yang masih baru dan kecil karena
mereka lebih banyak menggunakan laba yang diperolehnya untuk membiayai operasinya dari pada membagikan
dividen kepada pemegang saham.
Penyebaran kepemilikan saham (shareholder
dispersion) berkaitan dengan masalah
keagenan. Masalah keagenan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menetapkan
kebijakan dividen, karena kebijakan dividen
perusahaan dapat dianggap sebagai alat untuk meminimisasi biaya agensi (Keown, 2000:617). Masalah keagenan
antara pemegang saham (pemilik
perusahaan) dengan manajer potensial terjadi bila manajemen tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang
saham tentu menginginkan manajer bekerja
dengan tujuan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Namun di sisi lain manajer
juga menginginkan kemakmuran untuk diri
mereka sendiri. Perbedaan kepentingan inilah yang menyebabkan timbulnya masalah keagenan.
Bank merupakan
lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penghimpun
dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkannya kepada masyarakat yang kekurangan dana. Dalam
1 bulan pertama di 2011, bank-bank di
Indonesia meraup untung senilai Rp 5,65 triliun. Naik 11,7% dibandingkan laba di Januari 2010 yang
mencapai Rp 5,06 triliun (http://vibiznews.com).
Besarnya keuntungan yang diperoleh bank-bank tersebut diharapkan dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Berdasarkan data
statistik perbankan dari Bank Indonesia (BI) Kamis (24/3/2011), posisi bank yang menempati 10
besar tak banyak perubahan sejak 2009.
Berikut daftar 10 bank terbesar di Indonesia:
Tabel 1.1 10 Bank Terbesar di Indonesia No. Bank
Firm Size (Tahun 2009) % DPR (Tahun
2009) 1 PT Bank Mandiri Tbk 33.61
29.35 2 PT Bank Rakyat Indonesia
Tbk (BRI) 33.39 30.04 3
PT Bank Central Asia Tbk (BCA)
33.27 80.21 4 PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) 33.06
34.92 5 PT Bank CIMB Niaga
Tbk 32.30 -6 PT
Bank Danamon Indonesia Tbk 32.22 50.00 7
PT Bank Pan Indonesia Bank Tbk (Panin)
31.99 -8
PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) 31.74
-9 PT Bank Tabungan Negara Tbk
(BTN) 31.70 26.86 10
PT Bank Permata Tbk 31.66 -Sumber : http://vibiznews.com, dan http://idx.co.id,
(29 Maret 2011, diolah) Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa besarnya
ukuran perusahaan (firm size) tidak
selalu menjamin perusahaan akan membagikan dividen dalam jumlah yang besar pula. PT Bank
Central Asia Tbk dengan firm size sebesar
33,27 (diukur dari logaritma natural total asset), persentase pembagian dividennya sebesar 80,21% lebih
besar jika dibandingkan dengan PT Bank
Mandiri Tbk yang mempunyai firm size lebih besar yaitu 33,61, dividen yang dibagikan sebesar 29,35%. Bahkan
PT Bank CIMB Niaga Tbk dengan firm size sebesar 32,30 lebih besar dari pada PT
Bank Danamon Indonesia Tbk (32,22) tidak
membagikan dividen. Begitu juga dengan PT Bank Pan Indonesia Bank Tbk (Panin), dan PT Bank
Internasional Indonesia Tbk (BII) yang
mempunyai firm size lebih besar dari PT Bank Tabungan Negara Tbk (dengan dividen sebesar 26,86%),
bank-bank tersebut tidak membagikan
dividen pada tahun yang sama.
Pertumbuhan ekonomi
di Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor industri manufaktur. Industri
manufaktur memberikan kontribusi terbesar
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang triwulan I tahun
2011 naik sebesar 5,15% dari triwulan I
tahun 2010. Selama tiga tahun terakhir, terjadi kenaikan pertumbuhan industri manufaktur besar dan
sedang triwulan I. pada triwulan I tahun
2010 pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang naik 4,26% dari triwulan I tahun 2009, dan
pertumbuhan triwulan I tahun 2009 naik
0,19% dari triwulan I 2008 (http://bps.go.id). Kenaikan pertumbuhan ini dapat menjadi pertimbangan bagi investor untuk
menanamkan modalnya pada industri
manufaktur dan juga dapat mempengaruhi besar kecinya dividen yang akan dibagikan perusahaan kepada pemegang
saham.
Penelitian terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen telah banyak dilakukan. Penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Zulkifli (2008)
menunjukkan bahwa variabel Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER),
Return on Asset (ROA) dan Firm Size (FS) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu
Growth Potential (GP) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Efendi (2007)
menunjukkan bahwa variabel Shareholder
dispersion, Size, Debt to Equity Ratio, Market Risk, dan Cash Position
mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Sedangkan variabel
bebas lainnya, yaitu Insider Ownership,
Profitability, dan Growth tidak mempunyai pengaruh signifikan
terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Sudarsi (2002) menunjukkan
bahwa variabel Cash Position (CP),
Profitabilitas, danGrowth Potential (GP) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio,
sedangkan variabel lainnya yaitu Debt to
Equity Ratio (DER) dan Firm Size tidak diikutsertakan dalam regresi karena tidak memenuhi syarat uji asumsi klasik.
Berdasarkan uraian
tersebut dan melihat adanya ketidakkonsistenan hasil dari peneliti sebelumnya maka peneliti
tertarik untuk melanjutkan penelitian
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR), dan variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Cash Position
(CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Firm Size (FS) dan Shareholder Dispersion (SHD)
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada Industri Perbankan dan Industri
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2007-2009.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: “Apakah Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER),
Return on Assets (ROA), Firm Size (FS) dan Shareholder Dispersion (SHD)
mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI)?”.
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio
(DER), Return on Assets (ROA), Firm Size
(FS) dan Shareholder Dispersion (SHD) secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)
pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian
ini adalah : a. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam memahami
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
dividend payout ratio khususnya
pada perusahaan yang terdaftar (listing)
di Bursa Efek Indonesia.
b. Bagi Perusahaan (Emiten) Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi
perusahaan dalam penentuan kebijakan
dividen. Faktor-faktor yang diteliti tersebut diharapkan dapat membantu manajemen perusahaan
dalam pengambilan keputusan untuk
menentukan besarnya dividen yang dibayarkan.
c. Bagi
Investor Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi investor sebagai bahan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan
investasi di pasar modal sehubungan dengan harapan pemegang saham untuk
memperoleh dividen atas sejumlah saham
yang diinvestasikan.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi atau perbandingan bagi peneliti selanjutnya
yang ingin melakukan penelitian mengenai
dividen payout ratio.
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi