Senin, 24 Maret 2014

Skripsi Manajemen: ANALISIS HUBUNGAN KEBIJAKAN MODAL KERJA DENGAN KEMAMPULABAAN PADA PT. BUKIT KAPUR REKSA



BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai keuntungan dalam jangka  pendek maupun jangka panjang. Salah satu bagian yang paling menentukan  jalannya perusahaan adalah bagian keuangan, dimana diketahui bahwa kebutuhan,  penggunaan, serta pengalokasian dana merupakan tugas bagi bagian keuangan,  dan dapat dijadikan sebagai salah satu alat untuk mempertimbangkan dan  membuat keputusan-keputusan tersebut di masa yan g akan datang.

Salah satu masalah perusahaan yang utama adalah berkaitan dengan  tersedianya dana untuk digunakan sebagai modal kerja. Modal kerja adalah dana  yang disediakan untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari, misalnya  untuk membeli bahan baku, membayar upah karyawan, dan sebagainya.
Pengelolaan kerja yang baik merupakan tanggung jawab setiap pimpinan  perusahaan, sehingga dalam setiap penggunaan modal kerja perusahaan dapat  tercapai suatu keseimbangan dalam hal penyediaan dan penggunaan modal kerja  tersebut. Modal kerja yang lebih kecil dari kebutuhan akan menimbulkan kerugian  atau kehilangan kesempatan untuk memperoleh laba. Sebaliknya modal kerja  yang jumlahnya terlalu besar dari yang dibutuhkan akan mengakibatkan terjadinya  dana menganggur, sehingga tidak efisien dalam penggunaan dana.
Kegiatan operasional perusahaan mengalami perubahan dari periode yang  satu ke periode berikutnya. Oleh karena itu, seorang manajer keuangan harus  mampu dan tanggap untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi di   perusahaan terutama yang menyangkut pengelolaan modal kerja yang dimulai dari  perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan modal kerja itu sendiri.
Pengelolaan modal kerja akan sangat menentukan posisi keuangan  perusahaan, sehingga dalam setiap penggunaan modal kerja dapat tercapai tujuan  suatu perusahaan jika adanya suatu keseimbangan dalam hal penyediaan dan  penggunaan modal kerja tersebut. Modal kerja yang lebih kecil dari kebutuhan  akan menimbulkan kerugian atau hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba.
Sebaliknya modal kerja yang jumlahnya terlalu besar dari yang dibutuhkan akan  mengakibatkan terjadinya dana menganggur, sehingga tidak efisien dalam  penggunaan dana.
Modal kerja begitu penting bagi perusahaan, karena dengan modal kerja  yang cukup memungkinkan perusahaan untuk melakukan operasinya secara  ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutupi  kerugian-kerugian dan dapat mengatasi keadaan krisis tanpa membahayakan  keadaan keuangan perusahaan. Adapun manfaat dari tersedianya modal kerja yang  cukup akan melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva  lancar seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar hutangnya atau  turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.
Peranan modal kerja yang sangat penting dalam kehidupan suatu  perusahaan membuat penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai  kinerja keuangan perusahaan. Permasalahan yang timbul dalam kebijakan modal  kerja ini adalah menyangkut penentuan besar kecilnya jumlah aktiva lancar yang  akan dipertahankan oleh perusahaan. Weston dan Brigham mengemukakan bahwa  kebijakan modal kerja menyangkut dua macam hubungan antara unsur-unsur   neraca. Kebijakan yang pertama mnyangkut hubungan antara jenis-jenis harta dan  cara membiayai harta ini. Kebijakan kedua menyangkut penentuan tingkat total  harta lancar yang harus dimiliki.
Sehingga kebijakan akan pengelolaan modal kerja yang baik akan sangat  berperan agar setiap penggunaan modal kerja perusahaan dapat mencapai suatu  keseimbangan dalam hal penyediaan dan penggunaan modal kerja. Hasil dari  kebijakan tersebut akan memungkinkan perusahaan meningkatkan labanya.
Misalnya Kebijakan untukmutu yang diterapkan PT Jasa Marga (Persero) sebagai penyelenggara jasa jalan tol di Indonesia menghasilkan kelancaran, keamanan dan  kenyamanan. (http://www.jasamarga.com/images/kemut.pdf).  Jadi, setiap  kebijakan memiliki perbedaan hasil yang berbeda sesuai dengan tujuan yang telah  ditetapkan sebelumnya, demikianlah juga tujuan kebijakan  pengelolaan modal  kerja akan menghasilkan peningkatan kemampulabaan.
Berikut ini adalah informasi mengenai kebijakan modal kerja yang dilihat  dari empat aspek yang saling terkait dan kemampuan memperoleh laba PT. Bukit  Kapur Reksa periode 2004 sampai dengan 2006.
Tabel 1.1 Perubahan Kebijakan Modal Kerja dan Kemampulabaan pada PT. Bukit Kapur Reksa periode 2004 sampai dengan 2006 Rasio  2004  2005  2006 Rasio cara pembelanjaan modal kerja  17.52%  41,208%  32,664% Rasio lancar  113,672%  173,544%  154,528% Tingkat perputaran modal kerja  1,648X  1,44X  1,432X Rasio jumlah aktiva lancar terhadap  jumlah aktiva 37,496%  31,872%  40,816% Kemampuan Memperoleh Laba (ROI)  8,032%  4,504%  14,736% Sumber : Laporan Keuangan PT. Bukit Kapur Reksa Utama Medan  Melihat begitu berpengaruhnya modal kerja terhadap  kemampulabaan suatu perusahaan, maka penulis tertarik untuk lebih mendalami bahasan mengenai  pengaruh kebijakan modal kerja terhadap kemampulabaan perusahaan. Dalam hal  ini pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Kemampulabaan PT. Bukit Kapur  Reksa. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul :  “Analisis Hubungan Kebijakan Modal Kerja dengan Kemampulabaan PT.
Bukit Kapur Reksa”.
B.  Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka penulis dalam  hal ini merumuskan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut : Apakah  variabel-variabel : rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, tingkat  perputaran modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva  mempunyai hubungan dengan kemampulabaan PT. Bukit Kapur Reksa ? C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sintesa atau kesimpulan sementara  tentang hubungan antar variabel yang diteliti, yang disusun dari berbagai teori  yang telah dideskripsikan. Menurut Van Horne dan Wachowicz (1997:127),  pembahasan mengenai berbagai kebijakan modal kerja menggambarkan dua  prinsip dasar utama dalam keuangan, yaitu :  1. Kemampulabaan  berbanding terbalik dengan likuiditas. Likuiditas yang  meningkat merupakan biaya dari kemampulabaan yang menurun.
 2. Kemampulabaan  (profitabilitas) bergerak searah dengan risiko. Untuk  memperoleh tingkat profitabilitas yang lebih tinggi, harus berani mengambil  risiko yang lebih besar.
Syamsuddin (2002:209) menyatakan bahwa : Bilamana rasio aktiva lancar  atas total aktiva meningkat, maka baik profitabiltas maupun resiko yang dihadapi  akan menurun. Menurunnya  profitabilitas  disebabkan karena aktiva lancar  menghasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan aktiva tetap. Resiko  ketidakmampuan membayar kewajiban-kewajiban pada saat jatuh tempo  (technical insolvency) menurun karena peningkatan jumlah aktiva lancar akan  semakin memperbesar modal kerja bersih (selisih antara aktiva lancar dengan  hutang lancar). Pengaruh peningkatan rasio aktiva lancar atas total aktiva  berbanding terbalik dengan pengaruh dari penurunan rasio aktiva lancar atas total  aktiva perusahaan.
Menurut Sutrisno (2000:49) memberikan pendapat bahwa : Masa  perputaran modal kerja yakni sejak kas ditanamkan pada elemen-elemen modal  hingga menjadi kas lagi, adalah kurang dari satu tahun atau berjangka pendek.
Masa perputaran modal kerja ini menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan  modal kerja tersebut. Semakin cepat masa perputaran modal kerja, semakin  efisiensi penggunaan modal kerja dan tentunya investasi pada modal kerja  semakin kecil.
Berikut ini adalah kerangka konseptual yang akan mengkaji pengaruh  antara variabel-variabel : rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar,  tingkat perputaran modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva  dengan kemampulabaan yang diukur dengan return on investment.
 Sumber : Syamsuddin, Alwi, Sutrisno Gambar 1 : Kerangka Konseptual D. Hipotesis Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang telah  dikemukakan di atas adalah sebagai berikut : Variabel-variabel : rasio cara  pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, tingkat perputaran modal kerja, rasio  jumlah aktiva lancar mempunyai hubungan dengan kemampulabaan PT. Bukit  Kapur Reksa .
E.  Tujuan dan Manfaat Penelitian 1)  Tujuan Penelitian Tujuan penulis mengadakan penelitian adalah : Untuk mengetahui dan  menganalisis hubungan kebijakan modal kerja dengan kemampulabaan PT. Bukit  Kapur Reksa .
Aspek-aspek Kebijakan Modal Kerja •  Rasio cara pembelanjaan modal kerja.
  Rasio lancar.
  Tingkat perputaran modal kerja.
  Rasio jumlah aktiva lancar terhadap  jumlah aktiva.
Kemampuan  memperoleh  laba ( ROI )  2)  Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah : a.  Bagi Penulis Sebagai bahan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam  bidang keuangan terutama dalam memahami kebijakan modal kerja dan  pengaruhnya terhadap profitabilitas perusahaan.
b.  Bagi Perusahaan  Sebagai bahan masukkan bagi perusahaan untuk melakukan perbaikan  yang dianggap penting dan untuk menentukan kebijakan keuangan khusus  mengenai modal kerja dalam rangka pengambilan keputusan di masa  mendatang.
c.  Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan refensi bagi pihak lain terutama bagi para peneliti  selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sama dimasa mentang.
F.  Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Batasan penelitian yang penulis tetapkan yaitu variabel tidak bebas  terbatas pada kemampulabaan yang diukur dengan return on investment (ROI)  dan variabel bebas terbatas pada kebijakan modal kerja yang dilihat dari empat  aspek yaitu : rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, tingkat perputaran  modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva. Dan alat analisis  yang digunakan adalah analisis korelasi  yang digunakan untuk mengetahui  hubungan variabel kebijakan modal kerja dengan kemampulabaan perusahaan.
 2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Defenisi operasional dan pengukuran variabel yang dimaksud dalam  penelitian ini adalah : a.  Kemampulabaan  (Yi) sebagai variabel terikat merupakan kemampuan  perusahaan  secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan  jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan (Syamsudin,  2002:63). Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik keadaan suatu  perusahaan.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : b. Rasio cara pembelanjaan modal kerja (X1) sebagai variabel bebas, merupakan  besarnya dana jangka panjang yang tertanam dalam aktiva lancar bersifat  permanen atau modal kerja permanen dibandingkan triwulan sebelumnya  (Nurak, 2002:78). Diukur dengan rasio yang dirumuskan sebagai berikut : c. Rasio lancar (X2) sebagai variabel bebas, menunjukkan sejauh mana aktiva  lancar menutupi kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar  dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi  Kemampulabaan  =  Aktiva  Total Pajak Setelah  Bersih  Laba ×100 % Sumber Dana Jangka Panjang  = Sendiri  Modal Panjang Jangka  Hutang Jumlah  Lancar   Hutang Lancar Aktiva + − x 100%  kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2004:301). Rasio ini diukur dengan  rumus sebagai berikut : d. Tingkat perputaran modal kerja (X3) sebagai variabel bebas, adalah kecepatan  berputarnya modal kerja dalam suatu periode. Semakin tinggi tingkat  perputarannya semakin efektif penggunaan dana yang tertanam pada aktiva  lancar dalam menunjang penjualan (Sinuraya, 1999:41). Rasio ini diukur  dengan rumus sebagai berikut : e. Rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva (X4 3. Tempat dan Waktu Penelitian ) sebagai variabel  bebas, menunujukkan porsi aktiva lancar atas total aktiva (Harahap, 2004:302)  diukur dengan rasio yang dirumuskan sebagai berikut : a. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada PT. Bukit Kapur Reksa yang berlokasi di Jln  Datuk Laksamana Dubai Timur, Bengkalis, Kepaulauan Riau Pelabuhan  Sismic. Riau 28814 Rasio Lancar =  Lancar   Hutang Lancar Aktiva x 100% Tingkat Perputaran Modal Kerja =  Lancar Aktiva Jumlah  Bersih Penjualan  x 100% Rasio Investasi Aktiva Lancar =  Aktiva Jumlah  Lancar Aktiva Jumlah  x 100%  b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober 2007 sampai dengan Januari 2008.
4. Jenis Data Data yang diperlukan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah data  primer dan data sekunder.
a.  Data sekunder, data yang dibutuhkan penulis berkaitan dengan masalah  yang dianalisis meliputi : sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi  perusahaan, laporan keuangan perusahaan, serta literatur ilmiah lainnya  yang berkaitan dengan topik bahasan dalam penelitian.
b.  Data primer yaitu melakukan wawancara langsung dengan pihak  perusahaan yang dianggap berwenang memberikan keterangan yang  dibutuhkan.
5. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan data yang  dibutuhkan dalam penelitian adalah : a. Studi Dokumentasi Informasi dikumpulkan dari laporan keuangan PT. Bukit Kapur Reksa  tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 serta data yang relevan dengan  penelitian baik dari pihak perusahan maupun yang berasal dari buku-buku  literatur.
b. Teknik Wawancara Data dikumpulkan melalui hasil wawancara dengan beberapa pegawai yang  berwenang dalam memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
 6. Metode Analisis Data Dalam analisis data yang terkumpul melalui penelitian ini, terlebih dahulu  ditetapkan metode analisis yang akan dipergunakan sehingga pelaksanaannya  lebih mudah dan terarah serta dapat dipertanggungjawabkan. Analisis data dalam  penelitian ini menggunakan: a. Metode Analisis Deskriptif Adalah salah satu model analisis dengan mengadakan pengumpulan data dan  penganalisaan data yang diperoleh sehingga diperoleh gambarn yang jelas  mengenai objek penelitian.
b.  Metode Analisis Korelasi Produck Moment (pearson) Korelasi Produck Moment (pearson) digunakan mencari hubungan atau untuk  menguji signifikansi hipotesis assosiatif bila masing-masing variabel yang  dihubungkan berbentuk ordinal. Maka,  untuk melihat  hubungan  aspek  kebijakan modal kerja dengan kemampulabaan dengan menggunakan bantuan  aplikasi program SPSS versi 12.00.
Koefisien korelasi Produck Moment (pearson) berkisar dari -1 sampai  1, sehingga dapat ditulis dengan -1≤ rs ≤1. Tanda positif (+) menunjukkan arah  hubungan dua variabel yang positif (searah) dan tanda negatif (-)  menunjukkan arah hubungan dua variabel yang negatif (tidak searah).
Interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono (1999:183), yaitu:  Tabel 1.2 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval koefisien  Tingkat hubungan 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1  Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (1999:183)   

Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi