BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan atau
organisasi pada dasarnya akan melakukan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan perusahaan sebelumnya. Namun,
saat ini perkembangan dunia usaha semakin cepat sehingga persaingan yang ketat tidak dapat dihindarkan lagi,
terutama persaingan diantara perusahaan sejenis,
yang pada akhirnya akan menghambat tercapainya tujuan perusahaan. Perusahaan memerlukan pengelolaan
manajemen yang baik untuk membuat
keputusan yang tepat untuk mengatasi
hambatan tersebut. Keputusan
manajemen yang tepat akan meningkatkan efisiensi operasi perusahaan. Efisiensi operasi perusahaan
berperan penting terhadap keberhasilan perusahaan
karena dengan adanya penjualan yang meningkat maka perolehan laba juga akan meningkat. Menilai efisiensi operasi perusahaan tidak
cukup hanya dengan melihat tingkat perolehan
laba, tapi juga harus
melihat tingkat rentabilitasnya.
Rentabilitas
ekonomi merupakan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui seluruh modalnya, baik modal asing maupun modal
sendiri. Masalah rentabilitas merupakan suatu hal yang sangat
penting bagi perusahaan sebagai alat pengukur
efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan sehingga usaha perusahaan harus diarahkan pada pencapaian tingkat
rentabilitas yang maksimum. Manajemen
modal kerja adalah kegiatan yang mencakup seluruh fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban
jangka pendek perusahaan. Modal kerja
digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran operasional rutin perusahaan seperti pembelian bahan baku,
pembayaran upah dan gaji pegawai, dan
lain-lain. Pengelolaan manajemen modal kerja yang efektif sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan
dalam jangka panjang. Apabila perusahaan
kekurangan modal kerja dalam upaya meningkatkan penjualan dan produksinya, maka ada kemungkinan perusahaan
akan kehilangan pendapatan dan keuntungan.
Efektivitas modal kerja dapat
ditunjukkan dengan perputaran modal kerja (Working Capital Turnover). Sejumlah dana yang
telah dikeluarkan untuk membelanjai
operasi perusahaan tersebut diharapkan dapat masuk kembali ke perusahaan dalam
jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang atau hasil produksinya guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya.
Oleh karena itu pihak manajemen harus pandai mengelola modal
kerja tersebut sehingga tingkat perputarannya
cepat dan pada akhirnya dapat meningkatkan laba. Pembiayaan yang berasal dari modal sendiri
memiliki keterbatasan pada jumlahnya, sehingga
perusahaan melakukan pinjaman (hutang) dari pihak luar untuk memenuhi kebutuhan yang besar atas
pembiayaan modal kerjanya. Secara sederhana
hutang dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan kepada pihak lain. Dengan
demikian, meskipun kebutuhan akan pembiayaan
dapat terpenuhi, namun akan timbul beban dalam penggunaannya, yaitu dalam bentuk bunga pinjaman.
Penggunaan pinjaman (hutang) harus dikelola dengan baik karena penggunaan hutang mempunyai risiko yang cukup
besar, yaitu di masa yang akan datang.
Penggunaan hutang mempunyai konsekuensi yang pasti berupa kewajiban finansial dalam hal membayar angsuran pokok
dan angsuran bunga. Kebutuhan dana yang
besar akan mengakibatkan penggunaan dana pinjaman yang besar sehingga akan menyebabkan tingginya beban,
yang pada akhirnya akan mempengaruhi
tingkat rentabilitas perusahaan.
Hutang dapat diukur
dengan menggunakan Debt to Asset Ratio. Debt to Asset Ratio (DAR) adalah rasio yang mengukur
persentase dana yang disediakan oleh
kreditor terhadap aktiva total yang dimiliki oleh perusahaan, besarnya hasil perhitungan rasio ini menunjukkan besarnya
total hutang yang dijamin oleh aktiva total
(Horne dan Wachowicz, 2005:209). Perusahaan
yang menjadi subjek penelitian ini adalah perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Industri makanan dan
minuman memiliki prospek yang cukup bagus dan cenderung diminati oleh investor sebagai salah satu target
investasinya. Penyebabnya adalah hasil
dari industri ini yang cenderung
digemari oleh masyarakat, seperti makanan ringan, minuman energi, minuman isotonik hingga air
minum dalam kemasan. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini: Tabel 1.1 Tingkat Penjualan
BeberapaPerusahaan Industri Makanan dan
Minuman di BEI Tahun 2006-2008 (dalam
Rupiah) No Nama Emiten Tahun 2006 2007
2008 1 Ades Waters Indonesia, Tbk
135.043.000.000
131.549.000.000 129.542.000.000 2
Aqua Golden Mississippi, Tbk 1.665.614.794.189 1.952.156.096.821 2.331.532.417.087 3 Cahaya Kalbar, Tbk 391.061.739.317 812.635.483.490 1.963.637.631.257 4 Delta Djakarta,Tbk 396.732.902.000 836.185.670.000 1.177.061.258.000 5 Fast Food Indonesia, Tbk
1.276.416.000.000
1.589.642.813.000
2.022.633.479.000 6 Indofood Sukses Makmur, Tbk
21.941.558.000.000
27.858.304.000.000
38.799.279.000.000 7 Mayora
Indah, Tbk 1.971.513.231.132 2.828.440.024.641 3.907.674.046.231 8 Multi Bintang Indonesia, Tbk
891.001.000.000
978.600.000.000 1.325.661.000.000
9 Pioneerindo Gourmet Internasional, Tbk 145.440.247.000 163.776.575.890 207.324.401.120 10 Prasidha Aneka Niaga, Tbk
519.849.184.828
600.060.298.001 713.113.854.932 11 Sekar Laut, Tbk 193.927.732.153 237.050.125.027 313.125.226.415 12 Sierad Produce, Tbk 1.111.242.030.537 1.632.453.613.659 2.331.686.331.402 13 Siantar Top, Tbk 555.207.734.543 600.330.316.829 624.400.880.523 14 SMART, Tbk
4.708.250.428.465
8.079.714.530.631
16.094.424.718.253 15 Tiga Pilar
Sejahtera Food, Tbk 333.455.479.415 483.734.469.842 489.171.670.400 16 Tunas Baru Lampung, Tbk
1.193.998.873.000
1.844.206.985.000
3.955.846.298.000 17 Ultra Jaya
Milk, Tbk 835.229.966.049 1.126.799.918.436 1.362.606.580.492 Sumber: www.idx.co.id( 20
Desember 2009, diolah) Dari Tabel 1.1 di
atas dapat dilihat bahwa hampir semua industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia memiliki
tingkat penjualan yang semakin meningkat
setiap tahunnya. Tabel 1.2 Data Modal
Kerja, Working Capital Turnover, Total Hutang, DAR dan Rentabilitas Beberapa Perusahaan Industri Makanan dan
Minuman di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008 (dalam Rupiah) No Nama Emiten
Tahun Modal Kerja WCT
Total Hutang DAR (%) Rentabilitas (%) 1 Ades Water Indonesia, Tbk 2006
-377.160.000.000 -0,358 449.948.000.000 192,901
-55,216 2007 -63.225.000.000 -2,081
111.655.000.000 62,460 -86,625 2008
-56.009.000.000 -2,313 133.117.000.000 71,949
-8,220 2 Aqua Golden Mississippi,
Tbk 2006
453.742.080.476 3,671 342.596.583.937 43,081
6,143 2007 485.145.026.288 4,024
377.577.413.619 42,352 7,393 2008
576.049.887.097 4,047 412.466.405.546 41,103
8,205 3 Cahaya Kalbar, Tbk 2006 132.615.269.455 2,949
84.234.182.357 29,997 5,445 2007
120.547.381.946 6,741 394.642.115.564 64,308
4,021 2008 351.913.811.849 5,580
357.736.898.483 59,165 4,609 4 Delta Djakarta, Tbk 2006 309.019.627.000 1,284
137.927.750.000 23,887 7,496 2007
328.882.363.000 1,337 131.545.065.000 22,207
7,990 2008 400.615.497.000 1,682
174.315.604.000 24,963 11,994 5 Fast Food Indonesia, Tbk 2006
10.508.000.000 121,471 195.366.000.000 40,400
14,254 2007 52.992.432.000 29,998
252.132.646.000 40,053 16,289 2008
86.437.397.000 23,400 302.213.617.000 38,510
15,963 6 Indofood Sukses Makmur, Tbk 2006 1.078.478.000.000 20,345
10.662.482.000.000 65,156 4,040 2007
-1.079.548.000.000 -25,806 18.791.384.000.000 63,256
3,300 2008
-1.663.739.000.000 -23,321 26.432.369.000.000 66,758
2,612 7 Mayora Indah, Tbk 2006 592.550.289.448 3,327
562.444.840.983 36,208 6,024 2007
488.069.738.645 5,795 785.033.927.472 41,467
7,479 2008 915.052.382.005 4,270
1.646.322.490.012 56,323 6,713 8 Multi Bintang Indonesia, Tbk 2006
-356.068.400.000 -2,502 411.907.000.000 67,477
12,054 2007 -158.128.000.000 -6,189
424.028.000.000 68,190 13,570 2008
-36.331.000.000 -36,488 597.123.000.000 63,430
23,615 9 Pioneerindo Gourmet Internasional, Tbk 2006
16.277.232.000 8,935 71.202.019.000 93,985
-2,443 2007 9.869.083.563 16,595
69.144.287.660 93,427 0,221 2008 2.630.150.986 78,826 73.508.285.048 89,913
5,244 10 Prashida Aneka Niaga, Tbk 2006
78.231.949.397 6,645 171.185.800.983 59,422
4,112 2007 89.625.426.829 6,695
177.075.574.613 60,700 -2,964 2008
100.377.140.118 7,104 150.806.780.472 52,552
3,292 11 Sekar Laut, Tbk 2006 27.383.629.369 3,460
128.990.150.941 75,156 4,893 2007
28.433.514.226 4,292 288.736.900.771 47,237
3,143 2008 41.625.562.649 5,514
351.417.153.041 49,917 2,125 12 Siantar Top, Tbk 2006
139.374.535.732 7,082 71.225.291.801 26,624
3,086 2007 88.893.727.598 1,445
86.299.994.149 30,694 3,014 2008
50.142.038.242 7,522 100.334.886.897 42,012
0,768 13 Sierad Produce, Tbk 2006 321.182.702.971 8,289
2.731.395.559.091 11,581 3,677 2007
380.340.194.728 5,123 4.534.912.836.148 22,300
1,637 2008 422.863.179.805 8,148
5.247.489.163.350 25,378 1,968 14 SMART, Tbk 2006 567.982.766.541 3,984
124.465.504.997 51,420 11,823 2007
1.577.217.550.515 6,753 158.827.703.225 56,242
12,265 2008
1.975.142.446.816 12,453 263.312.907.036 52,339
10,437 15 Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk 2006
1.548.604.878.745 0,215 268.636.088.858 73,815
0,036 2007 -28.057.338.261 -17,241
442.097.753.946 55,772 1,988 2008
-41.785.570.852 -11,707 625.913.213.356 61,548
2,821 16 Tunas Baru Lampung, Tbk 2006
216.726.648.000 5,509 1.183.409.316.000 57,751
2,581 2007 439.986.021.000 4,192 1.518.219.189.000 61,789
3,957 2008 104.981.083.000 37,682
1.908.927.862.000 68,115 2,260 17 Ultra Jaya Milk, Tbk 2006
65.667.423.325 12,719 433.176.977.307 34,680
1,179 2007 319.215.920.979 3,530
530.491.711.953 38,926 2,225 2008
380.744.218.444 3,579 603.995.879.421 34,700
17,448 Sumber: www.idx.co.id(20 Desember 2009, diolah) Dari Tabel
1.2 di atas dapat dilihat bahwa pada beberapa perusahaan industri
makanan dan minuman tingkat perputaran modal kerjanya (WCT) mengalami peningkatan, sedangkan tingkat
rentabilitasnya mengalami penurunan. Hal
ini tidak sesuai dengan pendapat Syamsudin (2004:48) yang menyatakan bahwa semakin tinggi perputaran (turnover)
maka semakin efisien perusahaan di dalam
melaksanakan operasinya sehingga semakin besar peluang perusahaan dalam mendapatkan laba atas dana yang ditanam.
Penambahan pinjaman akan menghasilkan
resiko yang lebih besar, demikian pula
potensi pengembaliannya juga akan menjadi lebih besar (Sundjaja dan Barlian, 2002:116). Namun, selama tahun
2006 hingga tahun 2008 kenaikan DAR pada
beberapa perusahaan industri makanan dan minuman tidak diikuti dengan kenaikan rentabilitas. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja dan Rasio Hutang Terhadap Rentabilitas Ekonomi
Pada Industri Makanan dan Minuman di
Bursa Efek Indonesia ”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1. Apakah
terdapat pengaruh variabel working
capital turnover terhadap rentabilitas
ekonomi pada industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia? 2.
Apakah terdapat pengaruh
variabel Debt to Asset Ratio terhadap rentabilitas ekonomi pada industri makanan dan
minuman di Bursa Efek Indonesia? C.
Kerangka Konseptual Setiap perusahaan selalu berusaha meningkatkan
labanya agar perusahaan tersebut dapat
bertahan dari segala tantangan yang dihadapinya. Untuk itu, perusahaan perlu mengetahui tingkat
rentabilitas perusahaannya sebagai tolak
ukur keberhasilan perusahaan.
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba. Dengan
kata lain, rentabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Riyanto, 2001:35).
Modal kerja
merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan, baik perusahaan besar maupun
perusahaan kecil. Modal kerja yang digunakan
dalam penelitian ini adalah modal kerja bersih (Net Working Capital). Modal kerja bersih merupakan aktiva lancar
yang benar-benar dapat digunakan untuk
membiayai operasinya tanpa mengganggu
likuiditasnya yaitu yang merupakan
kelebihan aktiva lancar dengan hutang lancarnya (Net Working Capital).
Untuk menguji
efektivitas penggunaan modal kerja, dapat digunakan rasio perputaran modal kerja (Working Capital
Turnover), yaitu rasio antara penjualan dengan
modal kerja. Dari hubungan antara penjualan netto dengan modal kerja tersebut dapat diketahui juga apakah
perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang
rendah (Djarwanto, 2004: 159). Semakin
tinggi Working Capital Turnover maka semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh laba. Hal ini sesuai
dengan pendapat Syamsuddin (2004:48)
yang menyatakan bahwa semakin tinggi perputaran (turnover) dana yang diperoleh maka semakin efisien perusahaan
di dalam melaksanakan operasinya
sehingga semakin besar peluang perusahaan dalam mendapatkan laba atas dana yang ditanam.
Hutang bisa diukur
dengan menggunakan Debt to Asset Ratio (rasio hutang terhadap total aktiva).
Debt to Asset Ratio (DAR) adalah rasio yang mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditor
terhadap aktiva total yang dimiliki oleh
perusahaan. Penambahan pinjaman menghasilkan risiko yang lebih besar demikian pula potensi pengembalian menjadi
lebih besar; karena semakin besar pengaruh
keuangan maka potensi risiko dan hasil juga lebih besar (Sundjaja dan Barlian, 2002:116).
Adapun kerangka
konseptual yang menjadi dasar penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual Sumber : Riyanto (2001), Sundjaja dan Barlian (2002)
Syamsuddin (2004) (dimodifikasi) Rasio Manajemen Modal Kerja: Working Capital
Turnover (X1) Rasio Hutang: Debt to Asset Ratio (X2) Rentabilitas Ekonomi (Y) D.
Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Terdapat pengaruh antara variabel Working Capital Turnover terhadap rentabilitas
ekonomi pada industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia. 2.
Terdapat pengaruh antara variabel Debt to Asset Ratio terhadap
rentabilitas ekonomi pada industri makanan
dan minuman di Bursa Efek Indonesia. E. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut: a. Untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh antara variabel Working Capital Turnover dengan rentabilitas
ekonomi pada industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia. b.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh antara variabel Debt to Asset Ratio dengan rentabilitas ekonomi
pada industri makanan dan minuman di
Bursa Efek Indonesia. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dan
pengetahuan dalam bidang manajemen
keuangan dan kesempatan untuk menerapkan teori yang telah didapatkan di perkuliahan
terutama mengenai manajemen modal kerja,
rasio hutang dan rentabilitas ekonomi.
b.
Bagi peneliti selanjutnya,
sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya
dalam melakukan penelitian dan
diharapkan dapat menambah wawasan tentang hal yang berkaitan dengan
pengaruh antara manajemen
modal kerja dan rasio hutang
terhadap rentabilitas ekonomi.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Batasan operasional diperlukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan
menganalisis permasalahan. Batasan operasional
dalam penelitian ini antara lain: a.
Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari
tahun 2006-2008. b. Laporan
keuangan yang digunakan adalah laporan
keuangan perusahaan industri makanan dan
minuman di Bursa Efek Indonesia periode
2006-2008. c. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
terbagi ke dalam dua bagian yaitu : 1) Variabel independen (bebas) adalah Working
Capital Turnover (WCT) dan Debt to Asset Ratio (DAR). 2)
Variabel dependen (terikat) adalah Rentabilitas Ekonomi. 2.
Defenisi Operasional Variabel Defenisi operasional merupakan cara
mendefenisikan atau menghitung variabel
yang dipergunakan dalam penelitian ini. Defenisi operasional yang dipakai untuk
variabel-variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: a. Working capital
turnover (X1) Rasio ini dapat digunakan untuk menguji efektivitas penggunaan modal kerja.
Working Capital Turnover (WCT) yaitu rasio yang memperlihatkan adanya keefektivan modal kerja
dalam pencapaian penjualan. Riyanto
(2001:335) merumuskan formula untuk menghitung
Working Capital Turnover (WCT) sebagai berikut : kali x s Liabilitie Current
Assets Current Sales WCT 1 − = b. Debt
to Asset Ratio (X2) Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan hutang
bagi perusahaan dengan menunjukkan
persentase aktiva perusahaan yang didukung
oleh pendanaan hutang (Horne dan Wachowicz, 2005:209).
Rasio ini dihitung
dengan rumus sebagai berikut: Debt to Asset Ratio= tsTotal Asse Total Debt X100%
c. Rentabilitas Ekonomi Rasio rentabilitas dapat dinilai dengan
beberapa cara. Salah satu rasio yang dapat digunakan untuk mengukur
rentabilitas adalah Return on
Investment. Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus (Harahap, 2008: 341): Return
on Investment = %100 x Assets Total AfterTax
Earning 3. Populasi dan Data Penelitian Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2006 sampai 2008, yaitusebanyak 19 emiten. Populasi sasaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria berikut ini: a. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan
industri makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008. b.
Periode laporan keuangan berakhir pada tanggal 31 Desember. c.
Perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap dan audited selama tahun 2006-2008. Tabel 1.3 Kriteria Penentuan Data Penelitian No. Kriteria data penelitian Jumlah Emiten 1.
Perusahaan tersebut merupakan perusahaan industri makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2006-2008.
19 2. Periode laporan keuangan tidak berakhir pada
tanggal 31 Desember -3. Perusahaan tersebut tidak memiliki laporan
keuangan yang lengkap dan audited selama
tahun 2006-2008 (2) Jumlah akhir data penelitian 17 Sumber: www.idx.co.id ( 20 Desember
2009,diolah) Dari Tabel 1.3 di atas
dapat dilihat bahwa data yang memenuhi kriteria
tersebut adalah 17 perusahaan. Nama-nama perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 1.4 berikut ini: Tabel 1.4 Nama-Nama
Perusahaan yang Diteliti No Kode Nama Emiten 1
ADES Ades Waters Indonesia Tbk 2 AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 3
AQUA Aqua Golden Mississi Tbk 4 CEKA
Cahaya Kalbar Tbk 5 DLTA Delta Djakarta Tbk 6 FAST
Fast Food Indonesia Tbk 7
INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 8 MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk 9
MYOR Mayora Indah Tbk 10 PTSP
Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk 11
PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk 12 SIPD
Sierad Produce Tbk 13 SKLT Sekar Laut Tbk 14 SMAR
Smart Tbk 15 STTP Siantar Top Tbk 16 TBLA
Tunas Baru Lampung Tbk 17
ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk Sumber :
www.idx.co.id(20 Desember 2009, diolah) 4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di
Bursa Efek Indonesia melalui media internet
dengan menggunakan situs www.idx.co.id. b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan
mulai Desember 2009 sampai dengan Februari2010.
5.
Jenis Data Data yang digunakan dalam menyusun penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder merupakan data
yang diperoleh secara tidak langsung
yaitu melalui internet. 6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi. Data dikumpulkan dari
berbagai data yang relevan dengan
penelitian melalui buku-buku, jurnal, surat kabar, dan data-data dari internet.
7.
Metode Analisis Data a. Metode
Deskriptif Analisis Deskriptif merupakan suatu metode dimana data-data dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian
dianalisis dan diinterpretasikan secara
objektif.
b. Metode Analisis Statistik 1) Analisis Regresi Linier Berganda Penelitian
ini menggunakan bantuan program Software
SPSS 15.0 for Windows (Statistical Program for Social Science) untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas
terhadap variabel terikat. Persamaan
regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + e Dimana : Y
= Rentabilitas Ekonomi a = konstanta X1 = Working Capital Turnover (WCT) X2 = Debt to Asset Ratio (DAR) b1,2 = Koefisien regresi variabel X1,2.
e = Kesalahan Pengganggu (Standard Error) Sebelum
data tersebut dianalisis, model regresi berganda harus memenuhi syarat
normalitas dan asumsi klasik yang meliputi : a)
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel
pengganggu atau residual mempunyai distribusi
normal atau tidak (Ghozali, 2005:110). Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara
normal dan independen. Model yang paling
baik adalah distribusi data normal atau
mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisis grafik dan Kolmogorov-Smirnov. b) Uji
Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen) (Ghozali,
2005: 91). Hubungan linier antara variabel independen inilah yang disebut dengan
multikolinearitas. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Uji multikolinearitas menggunakan
kriteria Variance Inflation Factor (VIF)
dengan ketentuan bila VIF > 10
terjadi masalah multikolinearitas yang
serius.
c) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan
menguji apakah dalam sebuah model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (periode sebelumnya)
(Situmorang, 2008:78). Gejala autokorelasi biasanya terjadi pada data time-series.
Jika terjadi autokorelasi maka dikatakan
ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari
autokorelasi. Gejala autokorelasi
dapat dideteksi dengan menggunakan uji Statistik Q: Box-Pierce dan Ljung Box. d) Uji
Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005:105). Jika varians dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas. Jika varians berbeda maka
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Analisis ini dilakukan
dengan menggunakan grafik Scatterplotdan uji Glejser Test. 2)
Pengujian Hipotesis a) Uji Simultan (Uji-F) Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui signifikansi dari seluruh
variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Selain itu, pengujian ini juga dilakukan
untuk mengetahui apakah model penelitian telah dapat diterima atau tidak untuk dilakukan
analisis selanjutnya.
Bentuk pengujiannya
adalah: H0 : b1 = b2 = b3 = 0, artinya secara simultan variabel independen tidak memenuhi model penelitian.
Ha : tidak semua bi
(b1, b2, b3) sama dengan nol, maka dianggap variabel independen telah memenuhi
model penelitian terhadap variabel
dependen.
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi