Jumat, 21 Maret 2014

Skripsi Manajemen: ANALISIS PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DAN INFLASI TERHADAP BESARNYA JUMLAH TABUNGAN PADA PT. BPR SYARIAH PUDUARTA INSANI



BAB I PENDAHULUAN 
A.  Latar Belakang Masalah   
Tabungan merupakan simpanan yang paling populer di kalangan  masyarakat umum. Pada awalnya menabung masih secara sederhana, yaitu  menyimpan uang didalam rumah. Namun faktor resiko menyimpan uang di  rumah begitu besar seperti resiko kehilangan atau kerusakan. Kerugian lainnya  adalah menabung didalam rumah jumlahnya tidak pernah akan bertambah, jadi  tetap saja sama seperti jumlah uang yang disimpan. Menurut Undang-undang  Perbankan No. 10 tahun 1998 tabungan adalah simpanan yang penarikannya  hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak  dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan  dengan itu. Sesuai dengan perkembangan jaman, dewasa ini kegiatan menabung  sudah beralih dari rumah ke lembaga keuangan seperti bank. Menabung di bank  bukan saja menghindarkan dari resiko kehilangan atau kerusakan, akan tetapi juga   memperoleh penghasilan dari bunga. Dengan demikian jumlah uang akan  bertambah dari waktu ke waktu sekalipun uang tersebut tidak di tambah.

Penerapan metode bunga diharapkan dapat mendorong laju pertumbuhan  ekonomi. Namun, pada kenyataannya perbankan yang didasarkan pada metode  bunga menimbulkan dampak negatif  berupa ketidakstabilan ekonomi, konsentrasi  kekayaan pada segelintir orang, menumpuknya hutang negara, ekonomi biaya  tinggi, dan macetnya roda perekonomian nasional. Permasalahan perbankan  tersebut memunculkan pemikiran untuk melakukan perombakan mendasar pada  sistem perekonomian agar dapat mengatasi permasalahan yang ditimbulkannya serta mengarahkan sistem perekonomian  yang baru kepada tujuan keadilan,  keamanan dan kemajuan. Salah satunya adalah dengan mencari alternatif selain  metode bunga dalam dunia perbankan dan meletakkan perekonomian diatas  landasan etika dan moral.
Perbankan Syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan Syariah (hukum) Islam. Usaha pembentukan  sistem ini didasari oleh larangan dalam Agama Islam untuk memungut maupun  meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram, misalnya usaha yang berkaitan  dengan produksi makanan dan minuman haram, dimana hal ini tidak dapat  dijamin oleh sistem perbankan konvensional.
Implementasi dari alternatif ini adalah dikembangkannya kegiatan usaha  bank berdasarkan prinsip syariah yang operasinya tidak didasarkan pada metode  bunga, melainkan dengan metode bagi hasil. Bank Syariah di Indonesia telah  mendapatkan legitimasi dalam Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992.
 Bank Konvensional maupun Bank Syariah beroperasi dengan menyimpan dana  dari nasabah kreditur dan meminjamkan dana tersebut kepada nasabah debitur.
Dari segi hukum, ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur Bank  Konvensional dengan metode bunga telah sangat mapan dan berjalan lama,  sedangkan pengaturan mengenai Bank Syariah dan kaitannya dengan hukum  nasional masih perlu dikaji lebih dalam. Lebih dari itu, walaupun terdapat indikasi  adanya minat masyarakat yang sangat besar untuk memanfaatkan jasa Bank  Syariah, namun karena kurangnya sosialisasi dan pemahaman masyarakat tentang  praktek bank berdasarkan prinsip syariah ini mengakibatkan perkembangan bank  syariah kurang dinamis.
Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau  ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut  diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara  kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syari’ah  merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan  syari’ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih  dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil  antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi  dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya  unsur paksaan.
Keuntungan dari pemanfaatan dana dari nasabah yang disalurkan ke dalam  berbagai usaha akan dibagikan kepada nasabah. Jika hasil usaha semakin tinggi,  maka semakin tinggi pula keuntungan yang dibagikan bank kepada nasabahnya.
Jadi konsep bagi hasil hanya bisa berjalan jika dana nasabah di bank dinvestasikan   terlebih dahulu kedalam usaha, barulah keuntungan usaha dibagikan. Nasabah dan  bank dalam sistem bagi hasil memang tidak bisa mengetahui berapa hasil yang  pasti akan diterima, tetapi nasabah dan bank akan membagi keuntungan secara  lebih adil dari pada sistem bunga, karena kedua belah pihak selalu membagi  dengan adil sesuai  nisbah  berapapun hasilnya. Dalam prakteknya, nisbah  tabungan berkisar 45:55 % dari investasi yang dilakukan bank, artinya nasabah  akan menerima 45% dari keuntungan yang diperoleh bank atas dana yang telah  diinvestasikan, dan bank akan menerima 55% dari keuntungan tersebut.
Determinan lain yang penting dari tabungan adalah faktor ketidakpastian  yang sering di proxy oleh laju inflasi. Di negara sedang berkembang, inflasi dapat  menekan tingkat tabungan karena adanya dorongan untuk melakukan pengeluaran  terhadap barang-barang tahan lama, sehingga akan menurunkan tingkat tabungan.
Inflasi akan mendorong orang untuk mengganti asset nominal menjadi asset riil.
PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Puduarta Insani Medan  adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan dengan prinsip syariah.
Kegiatan utamanya bergerak dibidang jasa pelayanan (service) yaitu menghimpun  dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali ke  masyarakat.
Berikut ini adalah Tabel 1.1 yaitu perkembangan tingkat bagi hasil, inflasi,  dan jumlah tabungan pada PT. BPRS Puduarta Insani Medan selama 6 bulan  tahun 2006.
Tabel1.1  Laporan Tingkat Bagi Hasil, Inflasi dan Jumlah Tabungan PT. BPRS Puduarta Insani Medan Selama 6 Bulan Tahun 2006  Bulan Tingkat Bagi  Hasil Tabungan  Tingkat Inflasi  (%) Jumlah  Tabungan (Rp)  (%) Januari  9.7410  -0.03  1,825,358,506 Februari  9.7078  0.97  1,934,479,579 Maret  9.7244  0.47  2,032,203,691 April  9.7281  -0.38  2,066,023,391 Mei   9.7240  0.68  2,044,449,707 Juni  9.7262  0.02  1,948,760,948 Sumber : PT. BPRS Puduarta Insani Medan Badan Pusat Statistik Medan Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa tingkat bagi hasil, inflasi  dan jumlah tabungan berfluktuasi dari bulan ke bulan. Tingkat bagi hasil  mengalami penurunan pada bulan Februari sedangkan tingkat inflasi mengalami  peningkatan dan demikian juga dengan jumlah tabungan. Pada bulan Maret dan  April tingkat bagi hasil dan jumlah tabungan mengalami peningkatan, sedangkan  tingkat inflasi mengalami penurunan. Pada bulan Mei tingkat bagi hasil dan  jumlah tabungan mengalami penurunansedangkan tingkat inflasi meningkat. Dan  pada bulan Juni tingkat bagi hasil mengalami peningkatan, sedangkan tingkat  inflasi dan jumlah tabungan mengalami penurunan. Pada Tabel 1.1 diatas dapat  dilihat bahwa besarnya peningkatan tingkat bagi hasil tidak dapat sepenuhnya  mendorong naiknya tabungan. Begitu juga dengan tingkat inflasi selama 6 bulan  yang berfluktuasi sehingga dengan terjadinya keadaan seperti itu jumlah tabungan  di perusahaan mengalami peningkatan yang disertai dengan penurunan.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan  penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil dan Inflasi  Terhadap Besarnya Jumlah Tabungan Pada PT. BPR Syariah Puduarta Insani  Medan”.
B.  Perumusan Masalah  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,  maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Apakah tingkat bagi hasil dan  inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap besarnya jumlah tabungan  pada PT. BPRS Puduarta Insani Medan?”.
C.  Kerangka Konseptual Bank Syariah adalah bank yang sesuai dengan prinsip Agama Islam yang  melarang sistem bunga atau riba yang memberatkan, oleh sebab itu Bank Syariah  beroperasi berdasarkan kemitraan pada semua aktifitas bisnis atau dasar  kesetaraan dan keadilan, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem  yang dikembangkan  adalah dalam bentuk bagi hasil. Hasil keuntungan dari  pemanfaatan dana nasabah yang disalurkan ke dalam berbagai usaha itulah yang  akan dibagikan kepada nasabah. Hasil usaha semakin tinggi maka semakin besar  pula keutungan yang dibagikan bank kepada nasabahnya. Jadi konsep bagi hasil  hanya bisa berjalan apabila dana nasabah diinvestasikan terlebih dahulu kedalam  usaha (Danareksa.com).
Menurut Diana (2005:15) dalam penghimpunan dana, Bank Syariah  melakukan mobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian  dengan cara yang adil sehingga keuntungan yang adil dapat dijamin bagi semua  pihak. Tujuan mobilisasi dana merupakan hal penting karen Islam secara tegas  mengutuk penimbunan tabungan dan menuntut penggunaan sumber dana secara  produktif dalam rangka mencapai tujuan sosial ekonomi Islam.
Menurut Khalwaty (2006:6) inflasi  merupakan suatu keadaan dimana  terjadi kenaikan harga-harga secara tajam yang berlangsung terus-menerus dalam  jangka waktu cukup lama. Determinan lain yang penting dalam tabungan adalah   faktor ketidakpastian. Di negara sedang berkembang, inflasi dapat menekan  tingkat tabungan karena adanya dorongan untuk melakukan pengeluaran barangbarang yang tahan lama. Inflasi akan mendorong orang untuk mengganti asset  nominal menjadi asset riil. Sehingga akan menurunkan tingkat tabungan.
Menurut sudarsono (2003:20) bagi hasil adalah keuntungan atau hasil yang  diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi maupun transaksi jual beli yang  diberikan kepada nasabah. Perhitungan bagi hasil menggunakan profit and loss  sharing yaitu nasabah akan menerima bagi hasil apabila dana yang diinvestasikan  tersebut mendapat keuntungan, dan apabila usaha merugi maka kerugian akan  ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. Bagi hasil dalam sistem perbankan  syariah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kepada nasabah, dan di dalam  aturan syariah bagi hasil ini harus ditentukan terlebih dahulu pada awal kontrak  (akad) antara kedua belah pihak.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa jumlah tabungan  dipengaruhi oleh tingkat bagi hasil dan inflasi. Kerangka konseptual yang telah  diuraikan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Sumber : Khalwaty (2000:143), sudarsono (2003:21), Diana (2005), diolah.
Gambar1.1Kerangka Konseptual D. Hipotesis Tingkat bagi hasil (X1)  Tingkat inflasi (X2) Jumlah tabungan (Y)  Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini  adalah : tingkat bagi hasil dan inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan  terhadap besarnya jumlah tabungan pada PT. BPRS Puduarta Insani Medan.
E.  Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.  Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh  tingkat bagi hasil dan inflasi terhadap besarnya jumlah tabungan pada PT. BPRS  Puduarta Insani Medan.
2.  Manfaat penelitian a.  Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk mengetahui  pengaruh tingkat bagi hasil dan inflasi terhadap jumlah tabungan, serta sebagai  tambahan informasi dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pada PT. BPRS  Puduarta Insani Medan.
b.  Bagi kalangan akademis lain Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan menjadi referensi dalam  melakukan penelitian dengan masalah yang sama di masa yang akan datang  dengan menambah variabel-variabel lain.
c.  Bagi penulis Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman bagi penulis di  bidang perbankan khususnya perbankan syariah.
 F.  Metode penelitian 1.  Batasan Operasional Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan dan analisis masalah,  diperlukan pembatasan penelitian yang sesuai dengan kemampuan dan  pengetahuan penulis serta keterbatasan yang diperoleh pada objek penelitian.
Penelitian yang dilakukan penulis terbatas untuk mengetahui pengaruh  tingkat bagi hasil dan inflasi terhadap besarnya jumlah tabungan pada PT. BPRS  Puduarta Insani Medan. Data yang digunakan adalah laporan tingkat bagi hasil,  laporan tingkat inflasi, dan laporan jumlah tabungan selama 3 tahun, yaitu tahun  2006-2008. Sedangkan alat analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi  Linier Berganda.
2.  Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. BPRS Puduarta Insani Medan, Jln. Besar  Tembung No. 13A Medan, mulai Bulan September – Desember 2009.
3.  Jenis Data  Data yang digunakan sebagai informasi untuk melakukan analisis dan  evaluasi adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung  yang diberikan pihak lain maupun perusahaan. Data sekunder yang dibutuhkan  oleh penulis yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sejarah  singkat  perusahaan,  struktur organisasi perusahaan, laporan tingkat bagi hasil, laporan  tingkat inflasi, laporan jumlah tabungan selama 3 tahun (2006-2008), hasil  publikasi,  buku-buku ilmiah, dan literatur lainnya yang berkaitan dengan topik  bahasan dalam penelitian yaitu analisis tingkat bagi hasil dan inflasi terhadap  besarnya jumlah tabungan  4.  Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara pengumpulan data untuk  memperoleh suatu kebenaran secara ilmiah dalam melakukan penelitian. Dalam  penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan studi  dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan data yang telah terdokumentasi di  perusahaan, berupa laporan tingkat bagi hasil, tingkat inflasi, dan laporan jumlah  tabungan dalam 3 tahuun.
G. Metode Analisis Data 1.  Metode Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode yang menganalisis keadaan  perusahaan melalui pengumpulan, penyusunan, dan mengenai sejarah, struktur  organisasi dan gambaran umum perusahaan.
2.  Uji Asumsi Klasik Model penelitian ini akan digunakan setelah memenuhi syarat uji asumsi  klasik yaitu: a.  Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data  mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan  bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti  distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak melenceng ke kiri  atau menceng ke kanan.
 b.  Heterokedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup  mempunyai varians yang tidak sama di antara anggota grup tersebut.
Sedangkan jika grup tersebut mempunyai varians yang sama daikatakan  terjadi homokedastisitas. Alat untuk menguji heterokedastisitas bisa dibagi  dua, yakni dengan alat analisis grafik atau dengan analisis residual yang  berupa statistik.
c.  Autokorelasi yaitu korelasi antara anggota serangkaian observasi yang  diurutkan menurut waktu atau ruang. Uji autokorelasi bertujuan untuk  menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan  pengganngu pada perode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke  observasi lainnya. Hal ini biasanya terjadi pada data times series. Karena  gannguan pada satu data cenderung mengganggu data lainnya.
d.  Multikolinieritas yaitu adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti  diantara beberapa atau semua variable yang menjelaskan dari model  regresi. Singkatnya multikolinieritas dapat diartikan sebagai hubungan  linier antara variable eksplanatoris dari suatu model regresi adalah  sempurna.
3.  Metode Analisi Regresi Linier Berganda Metode analisis regresi linier berganda merupakan metode analisis statistik  yang dikerjakan dengan komputer menggunakan software SPSS (Statistic  Product and Service Solution) versi 12.00. Dengan model ini penulis dapat   mengetahui pengaruh antara dua variabel bebas (independent variable) yaitu X1  dan X2 dan variable tidak bebas (dependent variable) yaitu Y.
Menurut Situmorang, dkk(2007:116) secara sistematis, model persamaan  regresi linier berganda adalah : Y=B0+B1X1+B2X2+e Dimana : Y  : Besarnya jumlah tabungan  Bo : Konstan B1B2  : Koefisien regresi parsial X1 : Tingkat bagi hasil X2 : Tingkat inflasi e    :Kesalahan pengganggu (disturbance’s error).
4.  Uji Hipotesis Menurut Salvatore (2001:164) dalam analisis regresi linier berganda,  hipotesis pengujian yang dapat digunakan dalam penelitian ini ada 3 jenis yaitu : a.  Uji Adjusted R 2 (koefisien determinasi adjusted R square) Koefisien determinan dinyatakan sebagai proporsi dari variasi total atau  dispersi dari variabel terkait yang bisa dijelaskan oleh variasi dari variabelvariabel bebas atau penjelas dalam regresi. Atau dengan kata lain jika Adjusted R 2 semakin besar (semakin mendekati satu) maka dapat dikatakan variabel bebas  mempunyai pengaruh yang besar terhadap variabel tidak bebas. Atau sebaliknya  juka Adjusted R 2  semakin kecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan variabel  bebas tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel tidak bebas.
b.  Uji-F (Statistik F)  Uji ini dapat menerangkan secara seluruhnya dari keseluruhan regresi yang  dapat diuji dengan analisis varians. Statistik F digunakan untuk menguji hipotesis  bahwa variasi dari semua variabel bebas (X) menerangkan proporsi yang  signifikan dari variasi pada variabel tidak bebas (Y). hipotesisi dari uji ini adalah : 1. H0 :  b1 = b2 = 0 artinya, secara serentak variable bebas (X1,X2) tidak  mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebas (Y).
2. Ha : b1 ≠ b2 = 0 artinya, secara serentak variabel bebas (X1,X2) mempunyai  pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebas (Y).
Kriteria pengambilan keputusan uji F ini adalah : 1. Terima H0 jika F hitung ≤ F table (pada α = 5%, df1 = k-1, df2 = n-k).
2. Tolak Ha jika F hitung ≥ F table (pada α = 5%, df1 = k-1, df2 = n-k).
c.  Uji-t (Uji Signifikan Parsial) Uji-t menentukan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara parsial  terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis dari uji-t ini adalah : 1.  H0 :  b1= 0 artinya, secara parsial veriabel bebas (X1,X2) tidak mempunyai  pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebas (Y).
2.  Ha : b1 ≠0 artinya, secara parsial variable bebas ( X1,X2) mempunyai pengaruh  yang signifikan terhadap variable tidak bebas (Y).
Kriteria pengambilan keputusan uji F ini adalah : 1.  Terima H0 jika t hitung ≤ t tabel (pada α = 5% /2,df=n-k))  2.  Tolak Ha jika t hitung ≥ t table (pada α = 5 % / 2, df = n-k)   

Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi