Selasa, 25 Maret 2014

Skripsi Manajemen: ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS OPERASIONAL TERHADAP RETURN ON INVESTMENT PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTAT



BAB I PENDAHULUAN
 A.  Latar Belakang 
Perusahaan melakukan kegiatan operasionalnya bertujuan untuk memperoleh  laba yang maksimal. Dengan adanya laba yang tinggi dan didukung dengan nilai  perusahaan yang baik maka perkembangan perusahaan dapat  dipertahankan dan  perusahaan dapat tumbuh dan berkembang serta melakukan ekspansi dalam ruang  lingkup bisnisnya.

Martono dan Harjito (2001:1) menyatakan perusahaan harus bisa melakukan  kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien agar tujuan perusahaan dapat tercapai,  dimana laba yang maksimal mengandung konsep bahwa perusahaan harus melakukan  kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien. Untuk mengukur efektif atau tidaknya  pemerataan sumber daya keuangan terutama pada pos aktiva adalah dengan mengunakan  rasio aktivitas. Menurut Sawir (2005:133), maksud dari efektivitas yaitu efektivitas  perusahaan dalam mengelola aktiva yang berupa aktiva lancar dan aktiva tetap serta  efektivitas stuktur pendanaan aktiva tersebut sehingga tingkat penegmbalian investasi  lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.
Salah satu alat ukur yang lazim digunakan untuk mengukur keefektifan  operasional manajemen perusahaan menggunakan aktiva yang dimiliki dalam  melaksanakan kegiatannya adalah dengan menggunakan rasio aktivitas. Menurut Ross,  Westerfield dan Jordan (2009:86), analisis efektivitas operasional perusahaan dapat  diukur dengan menggunakan berbagai rasio aktivitas, yaitu: rasio perputaran total aktiva  (Total Asset Turnover Ratio), rasio perputaran piutang dagang (receivable turnover  ratio), perputaran aktiva tetap (Fixed Asset Turnover), perputaran persediaan (Inventory  Turnover) dan perputaran modal kerja (Working Capital Turnover). Rasio-rasio ini akan  dapat digunakan oleh manajer perusahaan untuk mengetahui apakah perusahaannya telah  beroperasi dengan efektif, dimana apabila perusahaan telah beroperasi dengan efektif  maka kemampuan perusahaan tersebut untuk memperoleh laba semakin besar.
Kebijakan-kebijakan keuangan dan management performance yang baik dapat  menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam perusahaan. efisiensi yang dimaksud adalah  efisiensi operasional. Efisiensi operasional merupakan efisiensi perusahaan dalam  menggunakan seluruh aktivanya dalam menghasilkan penjualan, sehingga biaya dapat  diminimalkan dan akan tercapai laba yang maksimum. Semakin efisien perusahaan  menggunakan total assetnya, maka total cost akan semakin kecil dan net profit semakin  besar. Sedangkan efektivitas perusahaan yang dimaksud adalah efektivitas perusahaan  dalam manajemen aktiva baik lancar maupun tetap, dan juga efektivitas struktur  pendanaan aktiva-aktiva tersebut, sehingga tingkat pengembalian lebih besar dari dari  biaya modal yang digunakan untuk menbiayai aktiva-aktiva tersebut (Sawir, 2005:133).
Semakin efektif perusahaan melakukan manajemen aktiva lancar dan aktiva tetap, maka  tingkat pengembalian investasi akan semakin besar karena total cost semakin kecil.
Perusahaan harus memperhatikan masalah efektivitas operasional dan juga  masalah profitabilitas perusahaan sebagai dasar penilaian terhadap keuntungan yang  diperoleh oleh perusahaan. Profitabilitas perusahaan perlu dilakukan untuk mengukur  kinerja perusahaan menyangkut tentang keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan  yang telah ditetapkan serta dalam hal pengambilan keputusan dan menetapkan kebijakan  keuangan. Salah satu ukuran profitabilitas adalah Return on Investment. Menurut Sawir  (2005:19) Return on Investment adalah rasio yang menunjukkan ukuran produktivitas aktiva dalam memberikan pengembalian atas investasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi  tinggi rendahnya Return on Investement dan menjadi unsur dasar dalam perhitungan  Return on Investment yaitu laba bersih perusahaan dan total aktiva yang dimiliki dan  digunakan perusahaan.
Properti dan real estat merupakan salah satu alternatif investasi yang diminati  investor. Industri properti dan real estat merupakan industri dengan prospek yang cukup  baik mengingat semakin pesatnya pertambahan produk dan pertambahan pendapatan  masyarakat sehingga mendorong peningkatan permintaan dan penawaran tempat tinggal.
Oleh karena itu sektor properti merupakan lahan yang paling strategis untuk berinvestasi  yang akan memberikan keuntungan yang tinggi. Investasi pada sektor properti dan real  estat merupakan investasi jangka panjang dan sebagai aktiva multiguna yang dapat  digunakan perusahaan sebagai jaminan, oleh karena itu perusahaan properti dan real estat  mempunyai struktur modal yang tinggi. Harga tanah yang cenderung naik dari tahun ke  tahun yang dikarenakan jumlah tanah terbatas sedangkan permintaan akan semakin tinggi  karena semakin bertambahnya jumlah penduduk.
Penjualan properti di Indonesia pada semester pertama tahun 2010 mengalami  perkembangan yang cukup baik. Penjualan properti di Indonesia naik 12% dibandingkan  dengan periode sebelumya. Selama semester pertama tahun 2010 penjualan properti di  Indonesia secara keseluruhan mencapai angka Rp. 45 Triliun. Permintaan produk  perkantoran dan apartemen terbilang cukup banyak sehingga mendorong peningkatan  penjualan properti di Indonesia. Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) memperkirakan di  tahun 2010 keseluruhan penjualan properti Indonesia akan mengalami peningkatan  hingga 15%. Menurut PSPI Executive Director, Panangian Simanungkalit, harga properti  di Indonesia masih relatif rendah bila dibandingkan dengan negara lain, namun  pergerakan kenaikan harga properti masih terus terjadi sehingga nantinya masih akan  memberikan imbal hasil yang cukup tinggi bagi investor. Kontributor utama dalam  menumbuhkan sektor properti adalah kondisi perekonomian yang baik dan rendahnya  tingkat suku bunga. (Vibiznews-Property, 02 Spetember 2010) Tabel 1.Kapitalisasi Bisnis Properti Tahun 2005 sampai dengan Kuartal I 200No  Nama proyek        Tahun        Kapitalisasi 2005  2006  2007  2008  2009P  (Rp.Miliar) Proyek Pusat Perbelanjaan  Jabotabek  31.984  23.130  14.300  3.945  6.907  80.26Proyek Pusat Perbelanjaan  Daerah  18.358  10.155  7.225  4.308  3.645  43.693  Proyek Apartemen Jabotabek  7.945  8.445  9.786  10.372  7.289  43.834  Proyek Apartemen Daerah  1.412  3.509  3.326  4.769  4.259  17.275  Proyek Hotel (Nasional)  3.108  3.043  3.536  3.740  4.127  17.556  Proyek Perumahan (Nasional)  17.730  17.561  22.977  29.371  25.931  113.57Kapitalisasi Proyek Properti  Nasional                (Rp. Miliar)  80.537  65.843  61.150  56.505  52.158  316.19Sumber : PT Pananginan Simanungkalit & Associates, April 200Berdasarkan data di atas, kapitalisasi segmen proyek pusat perbelanjaan  Jabotabek dan proyek pusat perbelanjaan daerah pada tahun 2005 cukup tinggi, yaitu  masing-masing sebesar Rp. 31.984 miliar dan Rp. 18.358 miliar, namun pada tahun 2006  sampai kuartal pertama tahun 2009 kapitalisasi secara terus menerus mengalami  penurunan. Pada segmen proyek apartemen daerah lebih rendah dibangdingkan dengan  segmen lain, rendahnya perkembangan apartemen di daerah disebabkan dengan gaya  hidup yang berbeda dari masyarakat daerah dibandingkan dengan masyarakat kota  khususnya Jakarta. Selain itu pekerja asing yang biasanya merupakan penyewa apartemen  juga masih terkonsentrasi di wilayah Jakarta. Sementara itu masih lesunya sektor  pariwisata akibat faktor keamanan telah berimbas pada usaha perhotelan dan kurang  menariknya pengembangan dalam properti perhotelan. Proyek apartemen Jabotabek dan  proyek perumahan (nasional) mengalami peningkatan kapitalisasi, hal ini menunjukkan  bahwa daya beli masyarakat pada periode tersebut semakin meningkat. Kecenderungan  menurunnya tingkat inflasi residensial sejak tahun 2004 serta meningkatnya kredit  konsumsi perbankan merupakan faktor penunjang meningkatnya kegiatan properti di  segmen ini.
Tabel 1.Perkembangan Total Aktiva, Piutang, Penjualan dan Laba Bersih pada  beberapa perusahaan Properti dan Real Estat di Bursa Efek Indonesia tahun 2008  dan 200Kode  Perusahaan Tahun total aktiva (Rp.) Piutang usaha  (Rp.) Penjualan (Rp.) laba (rugi) bersih  (Rp.) BKSL  2008  2.543.182.987.219  59.664.915.666  80.110.391.344  (15.714.827.355) 2009  2.784.021.782.133  142.710.367.969  162.658.608.611  2.457.166.16CTRS  2008  2.159.220.314.884  73.281.784.230  581.174.900.313  144.326.623.402009  2.268.629.009.246  49.983.301.228  391.451.881.878  57.118.544.16DART  2008  2.774.514.489.772  7.620.374.691  371.712.663.749   100.850.567.922009  3.213.315.053.678  11.050.590.822  314.355.357.529  30.186.439.15GMTD  2008  287.040.432.423  13.746.789.458  60.084.104.695  8.022.795.692009  305.635.686.223  26.547.707.487  63.013.041.199  13.485.473.43LPCK  2008  1.401.408.806.528  53.680.477.670  276.557.519.426  14.173.441.152009  1.551.020.489.441  67.433.324.857  323.158.797.330  25.681.106.17LPKR  2008  11.787.777.210.609  798.246.501.351  2553.306.718.090  370.872.333.752009  12.127.644.010.796  530.422.288.809  2.565.101.010.425  388.053.495.62Sumber : www.idx.co.id Keterangan :  BKSL  = PT Sentul City Tbk CTRS  = PT Ciputra Surya Tbk DART  = PT Duta Anggada Realty Tbk GMTD = PT Gowa Makasar Tourism Tbk LPCK  = PT Lippo Cikarang Tbk LPKR  = PT lippo Karawaci Tbk Tabel 1.2 menunjukkan perkembangan kondisi keuangan pada beberapa  perusahaan properti dan Real Estat selama tahun 2008 dan 2009. Tabel diatas  menunjukkan bahwa adanya peningkatan aktiva dan penjualan pada tahun 2008 dan 2009  di beberapa perusahaan properti dan real estate yang diikuti dengan peningkatan laba  bersih. Pendapatan yang maksimal dapat diperoleh dari penggunaan sumber daya yang  efektif dan efisien. Aktiva memiki hubungan erat dengan tingkat laba yang diperoleh dari  perusahaan melalui kegiatan penjualan. Tingat penjualan yang tinggi mendukung  pencapaian laba yang maksimum.
Berdasarkan fenomena dan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan  penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Efektivitas Operasional Terhadap Return  on Investment Pada Perusahaan Properti dan Real Estat Yang Terdaftar Di Bursa  Efek Indonesia”.
B.  Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perumusan masalh penelitian ini adalah: “apakah efektivitas operasional yang terdiri dari  Fixed  Asset Turnover, Inventory Turnover, Receivable Turnover, Total Asset Turnover dan  Working Capital Turnover berpengaruh terhadap Return on Investment pada perusahaan  properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”.
C.  Kerangka Konseptual Return on Investment mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan  keuntungan dengan penggunaan seluruh aktiva perusahaan yang dimiliki. Maka  besarnnya laba perusahaan dipengaruhi oleh perputaran dana yang tertanam. Dana yang  cepat berputar menunjukkan semakin efektif penggunaan dana tersebut sehingga semakin  besar pula atas dana yang tertanam.
Efektivitas operasional adalah efektivitas perusahaan dalam mengelola  manajemen aktiva baik aktiva lancar maupun aktiva tetap dan juga efektivitas sturktur  pendanaan aktiva tersebut sehingga tingkat penegmbalian investasi lebih besar dari biaya  modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut Alat untuk mengukur Efektivitas operasional adalah dengan rasio aktivitas. Rasio  aktivitas menggambarkan tingkat pendayagunaan harta atau sarana modal yang dimilki  perusahaan. Atau dengan kata lain rasio ini bertujuan untuk mengukur efektivitas  perusahaan dalam mengoperasikan dana (Ross, Westerfield dan Jordan 2009:86).
Fixed Asset Turnover menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola  seluruh aktiva tetap bersih untuk menghasilkan penjualan.  Fixed Asset Turnover mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan  peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan atau berapa rupiah penjulan bersih yang  dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap. Semakin cepat  perputaran aktiva tetap maka Return on Investment akan semakin besar.
Inventory Turnover menunjukkan barapa kali persediaan dapat berputar dalam  setahun. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, semakin cepat dana yang tertanam  dalam persediaan berputar kembali menjadi uang kas. Perputaran persediaan yang  semakin besar akan semakin baik karena dianggap kegiatan penjualan produksi berjalan  lancar. Kegiatan penjualan yang cepat akan mendatangkan laba, sehingga perputaran  persediaan yang cepat memberi kontribusi terhadap pencapaian laba yang maksimal.
Receivable Turnover  menunjukkan berapa kali piutang usaha dapat berputar  dalam satu tahun. Perputaran piutang memberikan kontribusi terhadap pencapaian laba  perusahaan. Perputaran piutang yang semakin cepat menunjukkan semakin cepat piutang  berubah menjadi kas, yang pada akhirnya dapat meningkatkan laba. Semakin besar rasio  ini maka semakin baik, karena semakin besar piutang perusahaan yang terkumpul.
Semakin besar Receivable Turnover  maka Return on Investment  akan semakin  meningkat.
Total Assets Turnover menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola  aset atau investasi untuk menghasilkan penjualan. Perputaran total aktiva yang semakin  besar mengidentifikasikan semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya. Semakin  cepat perputaran aset maka Return on Investment akan semakin meningkat.
Working Capital Turnover menunjukkan kemampuan modal kerja yang berputar  dalam suatu siklus kas dari perusahaan. Apabila penjualan meningkat yang pada  umumnya disertai oleh peningkatan kebutuhan modal kerja yang seiring dengan  meningkatnya nilai persediaan dan piutang, maka rasio ini dapat pula menunjukkan  jumlah rupiah dari penjualan bersih yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja.
Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan oleh rendahnya modal kerja yang  tertanam dalam persediaan dan piutang. Hal ini dapat disebabkan pula oleh banyaknya  utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo sebelum piutang berubah menjadi uang.
Semakin cepat perputaran modal kerja maka Return on Investment semakin meningkat.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya maka kerangka konseptual  penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Fixed asset turnover (X1) Inventory turnover (X2) Receivable turnover (X3) Total assets turnover (X4) working capital turnover (X5) Return on investment (Y) Gambar 1.1 Kerangka Konseptual (diolah) Sumber : Ross, Westerfield dan Jordan(2009:86), Kasmir (2008:180) D.  Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis  penelitian ini adalah :  “Fixed Asset Turnover, Inventory Turnover, Receivable Turnover,  Total Asset Turnover dan Working Capital Turnover berpengaruh terhadap return on  investment pada perusahaan Properti dan Real Estat di Bursa Efek Indonesia.” E.  Tujuan dan Manfaat 1.  Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, maka yang menjadi tujuan  penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Fixed Asset  Turnover, Inventory Turnover, Receivable Turnover, Total Asset Turnover dan Working  Capital Turnover terhadap Return on Investment pada perusahaan properti dan Real  Estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2.  Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a.  Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak  manajemen perusahaan properti dan real estate  dalam penetapan kebijakan  terutama menyangkut keuangan dan kebijakan lain berdasarkan analisis rasio  profitabilitas.
b.  Bagi peneliti  Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah  wawasan tentang aspek-aspek yang terdapat dalam aktivitas operasional  perusahaan.
c.  Bagi pihak lain Penelitian ini juga diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi untuk  memungkinkan penelitian selanjutnya melakukan penelitian mengenai topiktopik yang berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan maupun melengkapi.
F.  Metode Penelitian 1.  Batasan Operasional Variabel Batasan operasional variabel digunakan untuk menghindari kesimpangsiuran  dalam mambahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini. Batasan  operasional variabel dalam penelitian ini antara lain: a.  Variabel independen (X) adalah Fixed Asset Turnover (X1), Inventory Turnover  (X2), Receivable Turnover (X3), Total Asset Turnover (X4) dan Working Capital  Turnover (X5).
b.  Variabel dependen (Y) adalah Return on Investment perusahaan properti dan real  estat.
c.  Data laporan keuangan perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa  Efek Indonesia periode 2005 sampai dengan 2009 setiap tahun.
2.  Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Variabel-variabel yang akan diteliti adalah : a.  Variabel Independen (X) 1)  Fixed Asset Turnover (X1)   Fixed Asset Turnover menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelolah  seluruh aktiva tetap bersih untuk menghasilkan penjualan. Rasio Fixed Asset  Turnover dapat dihitung sebagai berikut (Ross, Westerfield & Jordan, 2009:89): Fixed Asset Turnover =  2)  Inventory Turnover (X2) Inventory Turnover  menunjukkan berapa kali persediaan dapat berputar  dalam setahun. Rasio Inventory Turnover dapat dihitung sebagai berikut (Kasmir,  2008:180) : Inventory Turnover =  3)  Receivable Turnover (X3) Receivable Turnover menunjukkan berapa kali piutang usaha dapat berputar  dalam satu tahun. Rasio Receivable Turnover dapat dihitung sebagai berikut (Ross,  Westerfield & Jordan, 2009:87) : Receivable Turnover =  4)  Total Assets Turnover (X4) Total Asset Turnover  menunjukkan kemampuan perusahaan dalam  mengelolah seluruh asset untuk menghasilkan penjualan. Rasio Total Asset Turnover dapat dihitung sebagai berikut (Ross, Westerfield & Jordan, 2009:89) : Total Asset Turnover =  5)  Working Capital Turnover (X5)  Working Capital Turnover menunjukkan kemampuan modal kerja yang  berputar dalam suatu siklus kas dari perusahaan. Rasio Working Capital Turnover  dapat dihitung sebagai berikut (Ross, Westerfield & Jordan, 2009:88) Working Capital Turnover =  b.  Variabel Dependen (Y) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return on Investment perusahaan properti dan real estat. Return on Investment  menunjukkan  kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang akan digunakan  untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Rasio Return on Investment dapat  dihitung sebagai berikut (Ross, Westerfield & Jordan, 2009:90): Return on Investment =    3.  Populasi dan Sampel a.  Populasi  Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang,  objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi  objek penelitian (Kuncoro, 2003:103). Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan  properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sampai 2009  yang berjumlah 39 perusahaan.
b.  Sampel Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro,  2003:103). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan  teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu  (Kuncoro, 2003:119). Adapun pertimbangan yang digunakan dalam sampel ini adalah  sebagai berikut : 1)  perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak  tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
2)  perusahaan properti dan real estat  yang mempublikasikan laporan keuangan  selama 5 tahun berturut-turut yaitu mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
3)  perusahaan properti dan real estat memilki laba bersih pada tahun 2009.
Hasil seleksi dari sampel penelitian ditunjukkan pada tabel sebagai berikut: Tabel 1.Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Seleksi Sampel No  Kriteria Sampel  Jumlah 1  Perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di BEI  3Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan  mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2009  (15) Perusahaan yang tidak memiliki laba bersih (rugi) mulai  tahun 2009  (5) Jumlah sampel penelitian  1Berdasarkan kriteria seleksi sampel pada tabel maka diperoleh sampel penelitian  sebagai berikut : Tabel 1.Sampel penelitian No  Kode  Nama Perusahaan 1  BKSL  PT Sentul City Tbk 2  CTRS  PT Ciputra Surya Tbk 3  DART  PT Duta Anggada Realty Tbk 4  DILD  PT Intiland Development Tbk 5  GMTD  PT Gowa Makasar Tourism Tbk 6  JIHD  PT Jakarta Internasional hotels & Development Tbk 7  JRPT  PT Jaya Real Properti Tbk 8  KIJA  PT Kawasan Industri Jababeka Tbk 9  KPIG  PT Global Land development Tbk  10  LAMI  PT Lamicitra Nusantara Tbk 11  LPCK  PT Lippo Cikarang Tbk 12  LPKR  PT lippo Karawaci Tbk 13  MDLN  PT Modernland Realty Tbk 14  MORE  PT Indonesia Prima properti Tbk 15  PTRA  PT New Century Development Tbk 16  PWON  PT Pakuwon Jati Tbk 17  SIIP  PT Suryainti permata Tbk 18  SMDM  PT Suryamas Dutamakmur Tbk  19  SMRA  PT Summarecon Permata Tbk Sumber : www.idx.co.id 4.  Tempat dan Waktu Penelitian a.  Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui pemanfaatan media internet dengan situs  www.idx.co.id.
b.  Waktu penelitian Waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan November sampai  dengan Januari tahun 2010.
5.  Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data  yang  www.idx.co.id. Laporan keuangan, buku-buku, jurnal referensi, surat kabar dan  literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
6.  Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi  dokumentasi yakni pengumpulan data pendukung literatur, penelitian terdahulu, laporanlaporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan gambaran dari masalah yang akan  diteliti serta melalui pengumpulan data sekunder yang diperlukan berupa laporan-laporan  yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.
7.  Metode Analisis Data a.  Metode Analisis Deskriptif Metode analisis dekriptif adalah metode analisis dimana data-data yang  dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga  memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.
b.  Metode Regresi Linear Berganda Regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel  independen, yaitu  Fixed Asset Turnover (X1), Inventory Turnover (X2), Receivable  Turnover (X3), Total Asset Turnover (X4) dan Working Capital Turnover (X5) terhadap  variabel dependen yaitu Return on investment (Y) perusahaan properti dan real estat di  Bursa Efek Indonesia, dengan rumus : Y = α+β1X2+β2X2+β3X3+β4X4+β5X +e Keterangan : Y    = Return on Investment α    = Konstanta β1,2,3,4,5,6 = Koefisien masing-masing variabel independen X1    = Fixed Asset Turnover X2    = Inventory Turnover  X3  = Receivable Turnover X4  = Total Asset Turnover X5  = Working Capital Turnover e    = standar eror  Untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan  yang signifikan dan representatif, maka model tersebut harus memenuhi uji asumsi klasik.
Uji asumsi klasik yang digunakan adalah normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan  multikolinearitas.
a.  Pengujian Asumsi Klasik 1)  Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah distribusi sebuah data mengikuti  atau mendekati distribusi normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran  data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residualnya.
Dasar pengambilan keputusannya adalah : a.  Jika data menyebar diantara garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal  atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdisitribusi normal, maka model  regresi memenuhi asumsi normalitas.
b.  Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal  atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka model  regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Uji normalitas dilakukan melalui analisis grafik dan analisi kolmogorov-Smirnov  (K-S). Hipotesisnya sebagai berikut : H0 : data residual berdistribusi normal H1 : data residual tidak berdistribusi normal Bila  signifikansi  >  0,05  dengan  α  =  5%  berarti  data  normal  dan  H0 diterima,  sebaliknya bila nilai signifikansi < 0,05 berarti data tidak normal dan H1 diterima.
2)  Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah model  regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke  pengamatan yang lain (Ghozali, 2001:69). Jika varians residual satu pengamatan  ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda  disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang  homokedastisitas. Pemeriksaan terhadap gejala heteroskedastisitas dalam suatu  model regresi  adalah dengan uji Glejser dan melihat pola  diagram pencar  dengan ketentuan sebagai berikut: a.  Jika diagram pencar ada membentuk pola-pola tertentu yang teratur pada  suatu sudut atau bagian maka model regresi mengalami gangguan  heterokedastisitas.
b.  Jika diagram pencar tidak membentuk suatu pola atau telihat acak maka  regresi tidak mengalami gangguan heterokedastisitas.
3)  Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatum model  regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan  kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan  sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan  pada time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi  adalah dengan menggunakan nilai Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai  berikut : Hipotesis Nol  Keputusan  Jika Tidak ada autokorelasi positif  Tolak  0 < DW < dl Tidak ada autokorelasi positif  No decision  dl ≤ DW ≥ du Tidak ada autokorelasi negatif  Tolak  4 - dl < DW < Tidak ada autokorelasi negatif  No decision  4 - du ≤ DW ≤ 4 - dl Tidak ada autokorelasi positif dan  negatif  Tidak ditolak  du < DW <4 - dl Smber : Situmorang, dkk (2010:120) Keterangan :   du = batas atas dl = batas bawah 4)  Uji multikolineritas  Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi  ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik  seharusnya tidak ada korelasi antara variabel independen. Ada tidaknya  multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance  inflation factor  (VIF), serta dengan menganalisis matrik korelasi variabelvariabel independen. Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya  multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0.01 atau sama dengan VIF > 5 dan  untuk matrik korelasi adanya indikasi multikolinieritas dapat dilihat jika variabel  independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya diatas 0,90.
b.  Pengujian Hipotesis 1)  Uji Signifikan Simultan (uji-F) Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen  yang dimasukkan dalam model penelitian mempunyai pengaruh secara bersama-sama  terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah : H0 :  β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = 0, artinya Fixed Asset Turnover (X1), Inventory  Turnover (X2), Receivable Turnover (X3), Total Asset Turnover (X4) dan Working  Capital Turnover (X5) secara simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan  terhadap Return on Investment (Y).
H1 : β1, β2, β3, β4, β5, β6 # 0 artinya Fixed Asset Turnover (X1), Inventory Turnover (X2),  Receivable Turnover (X3), Total Asset Turnover (X4) dan Working Capital Turnover  (X5) secara simultan terdapat pengaruh signifikan terhadap Return on Investment (Y).
Kriteria pengambilan keputusan : H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5% H1 diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5% 2)  Uji signifikan parsial (uji-t) Uji statistik t disenut juga sebagai uji signifikan individual. Uji ini  menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap  variabel dependen. Bentuk pengujiannya : H0 : β1 = 0, artinya Fixed Asset Turnover (X1), Inventory Turnover (X2), Receivable  Turnover (X3), Total Asset Turnover (X4) dan Working Capital Turnover (X5) secara  parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Return on Investment (Y).
H1 : β1 # 0, artinya Fixed Asset Turnover (X1), Inventory Turnover (X2), Receivable  Turnover (X3), Total Asset Turnover (X4) dan Working Capital Turnover (X5) secara  parsial terdapat pengaruh signifikan terhadap Return on Investment (Y).
Kriteria pengambilan keputusan : H0 diterima jika-t tabel < t hitung  t tabel pada α = 5% H1 diterima jika - t tabel > thitung > ttabel pada α = 5%   

Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi