BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan melakukan kegiatan
operasionalnya bertujuan untuk memperoleh laba yang maksimal. Dengan adanya laba yang
tinggi dan didukung dengan nilai perusahaan
yang baik maka perkembangan perusahaan dapat
dipertahankan dan perusahaan
dapat tumbuh dan berkembang serta melakukan ekspansi dalam ruang lingkup bisnisnya.
Martono dan Harjito
(2001:1) menyatakan perusahaan harus bisa melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan
efisien agar tujuan perusahaan dapat tercapai, dimana laba yang maksimal mengandung konsep
bahwa perusahaan harus melakukan kegiatan
operasionalnya secara efektif dan efisien. Untuk mengukur efektif atau tidaknya
pemerataan sumber daya keuangan terutama
pada pos aktiva adalah dengan mengunakan rasio aktivitas. Menurut Sawir (2005:133),
maksud dari efektivitas yaitu efektivitas perusahaan dalam mengelola aktiva yang berupa
aktiva lancar dan aktiva tetap serta efektivitas
stuktur pendanaan aktiva tersebut sehingga tingkat penegmbalian investasi lebih besar dari biaya modal yang digunakan
untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.
Salah satu alat
ukur yang lazim digunakan untuk mengukur keefektifan operasional manajemen perusahaan menggunakan
aktiva yang dimiliki dalam melaksanakan
kegiatannya adalah dengan menggunakan rasio aktivitas. Menurut Ross, Westerfield dan Jordan (2009:86), analisis
efektivitas operasional perusahaan dapat diukur dengan menggunakan berbagai rasio
aktivitas, yaitu: rasio perputaran total aktiva (Total Asset Turnover Ratio), rasio perputaran
piutang dagang (receivable turnover ratio),
perputaran aktiva tetap (Fixed Asset Turnover), perputaran persediaan
(Inventory Turnover) dan perputaran
modal kerja (Working Capital Turnover). Rasio-rasio ini akan dapat digunakan oleh manajer perusahaan untuk
mengetahui apakah perusahaannya telah beroperasi
dengan efektif, dimana apabila perusahaan telah beroperasi dengan efektif maka kemampuan perusahaan tersebut untuk
memperoleh laba semakin besar.
Kebijakan-kebijakan
keuangan dan management performance yang baik dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam
perusahaan. efisiensi yang dimaksud adalah efisiensi operasional. Efisiensi operasional
merupakan efisiensi perusahaan dalam menggunakan
seluruh aktivanya dalam menghasilkan penjualan, sehingga biaya dapat diminimalkan dan akan tercapai laba yang
maksimum. Semakin efisien perusahaan menggunakan
total assetnya, maka total cost akan semakin kecil dan net profit semakin besar. Sedangkan efektivitas perusahaan yang
dimaksud adalah efektivitas perusahaan dalam
manajemen aktiva baik lancar maupun tetap, dan juga efektivitas struktur pendanaan aktiva-aktiva tersebut, sehingga
tingkat pengembalian lebih besar dari dari biaya modal yang digunakan untuk menbiayai
aktiva-aktiva tersebut (Sawir, 2005:133).
Semakin efektif
perusahaan melakukan manajemen aktiva lancar dan aktiva tetap, maka tingkat pengembalian investasi akan semakin
besar karena total cost semakin kecil.
Perusahaan harus
memperhatikan masalah efektivitas operasional dan juga masalah profitabilitas perusahaan sebagai
dasar penilaian terhadap keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Profitabilitas
perusahaan perlu dilakukan untuk mengukur kinerja perusahaan menyangkut tentang
keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta dalam hal pengambilan
keputusan dan menetapkan kebijakan keuangan.
Salah satu ukuran profitabilitas adalah Return on Investment. Menurut Sawir (2005:19) Return on Investment adalah rasio
yang menunjukkan ukuran produktivitas aktiva dalam memberikan pengembalian atas
investasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya Return on Investement dan
menjadi unsur dasar dalam perhitungan Return
on Investment yaitu laba bersih perusahaan dan total aktiva yang dimiliki dan digunakan perusahaan.
Properti dan real
estat merupakan salah satu alternatif investasi yang diminati investor. Industri properti dan real estat
merupakan industri dengan prospek yang cukup baik mengingat semakin pesatnya pertambahan
produk dan pertambahan pendapatan masyarakat
sehingga mendorong peningkatan permintaan dan penawaran tempat tinggal.
Oleh karena itu
sektor properti merupakan lahan yang paling strategis untuk berinvestasi yang akan memberikan keuntungan yang tinggi.
Investasi pada sektor properti dan real estat
merupakan investasi jangka panjang dan sebagai aktiva multiguna yang dapat digunakan perusahaan sebagai jaminan, oleh
karena itu perusahaan properti dan real estat mempunyai struktur modal yang tinggi. Harga
tanah yang cenderung naik dari tahun ke tahun
yang dikarenakan jumlah tanah terbatas sedangkan permintaan akan semakin tinggi
karena semakin bertambahnya jumlah
penduduk.
Penjualan properti
di Indonesia pada semester pertama tahun 2010 mengalami perkembangan yang cukup baik. Penjualan
properti di Indonesia naik 12% dibandingkan dengan periode sebelumya. Selama semester
pertama tahun 2010 penjualan properti di Indonesia secara keseluruhan mencapai angka
Rp. 45 Triliun. Permintaan produk perkantoran
dan apartemen terbilang cukup banyak sehingga mendorong peningkatan penjualan properti di Indonesia. Pusat Studi
Properti Indonesia (PSPI) memperkirakan di tahun 2010 keseluruhan penjualan properti
Indonesia akan mengalami peningkatan hingga
15%. Menurut PSPI Executive Director, Panangian Simanungkalit, harga properti di Indonesia masih relatif rendah bila
dibandingkan dengan negara lain, namun pergerakan
kenaikan harga properti masih terus terjadi sehingga nantinya masih akan memberikan imbal hasil yang cukup tinggi bagi
investor. Kontributor utama dalam menumbuhkan
sektor properti adalah kondisi perekonomian yang baik dan rendahnya tingkat suku bunga. (Vibiznews-Property, 02
Spetember 2010) Tabel 1.Kapitalisasi Bisnis Properti Tahun 2005 sampai dengan
Kuartal I 200No Nama proyek Tahun Kapitalisasi 2005 2006
2007 2008 2009P
(Rp.Miliar) Proyek Pusat Perbelanjaan Jabotabek
31.984 23.130 14.300
3.945 6.907 80.26Proyek Pusat Perbelanjaan Daerah
18.358 10.155 7.225
4.308 3.645 43.693
Proyek Apartemen Jabotabek
7.945 8.445 9.786
10.372 7.289 43.834
Proyek Apartemen Daerah
1.412 3.509 3.326
4.769 4.259 17.275
Proyek Hotel (Nasional)
3.108 3.043 3.536
3.740 4.127 17.556
Proyek Perumahan (Nasional)
17.730 17.561 22.977
29.371 25.931 113.57Kapitalisasi Proyek Properti Nasional (Rp. Miliar)
80.537 65.843 61.150
56.505 52.158 316.19Sumber : PT Pananginan Simanungkalit
& Associates, April 200Berdasarkan data di atas, kapitalisasi segmen proyek
pusat perbelanjaan Jabotabek dan proyek
pusat perbelanjaan daerah pada tahun 2005 cukup tinggi, yaitu masing-masing sebesar Rp. 31.984 miliar dan
Rp. 18.358 miliar, namun pada tahun 2006 sampai kuartal pertama tahun 2009 kapitalisasi
secara terus menerus mengalami penurunan.
Pada segmen proyek apartemen daerah lebih rendah dibangdingkan dengan segmen lain, rendahnya perkembangan apartemen
di daerah disebabkan dengan gaya hidup
yang berbeda dari masyarakat daerah dibandingkan dengan masyarakat kota khususnya Jakarta. Selain itu pekerja asing
yang biasanya merupakan penyewa apartemen juga masih terkonsentrasi di wilayah Jakarta.
Sementara itu masih lesunya sektor pariwisata
akibat faktor keamanan telah berimbas pada usaha perhotelan dan kurang menariknya pengembangan dalam properti
perhotelan. Proyek apartemen Jabotabek dan proyek perumahan (nasional) mengalami
peningkatan kapitalisasi, hal ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat pada periode
tersebut semakin meningkat. Kecenderungan menurunnya tingkat inflasi residensial sejak
tahun 2004 serta meningkatnya kredit konsumsi
perbankan merupakan faktor penunjang meningkatnya kegiatan properti di segmen ini.
Tabel 1.Perkembangan
Total Aktiva, Piutang, Penjualan dan Laba Bersih pada beberapa perusahaan Properti dan Real Estat di
Bursa Efek Indonesia tahun 2008 dan 200Kode
Perusahaan Tahun total aktiva (Rp.) Piutang
usaha (Rp.) Penjualan (Rp.) laba (rugi)
bersih (Rp.) BKSL 2008
2.543.182.987.219
59.664.915.666
80.110.391.344 (15.714.827.355) 2009 2.784.021.782.133 142.710.367.969 162.658.608.611 2.457.166.16CTRS 2008
2.159.220.314.884
73.281.784.230
581.174.900.313 144.326.623.402009 2.268.629.009.246 49.983.301.228 391.451.881.878 57.118.544.16DART 2008
2.774.514.489.772
7.620.374.691
371.712.663.749 100.850.567.922009 3.213.315.053.678 11.050.590.822 314.355.357.529 30.186.439.15GMTD 2008
287.040.432.423 13.746.789.458 60.084.104.695 8.022.795.692009 305.635.686.223 26.547.707.487 63.013.041.199 13.485.473.43LPCK 2008
1.401.408.806.528
53.680.477.670
276.557.519.426 14.173.441.152009 1.551.020.489.441 67.433.324.857 323.158.797.330 25.681.106.17LPKR 2008
11.787.777.210.609
798.246.501.351
2553.306.718.090 370.872.333.752009 12.127.644.010.796 530.422.288.809 2.565.101.010.425 388.053.495.62Sumber : www.idx.co.id Keterangan
: BKSL
= PT Sentul City Tbk CTRS = PT
Ciputra Surya Tbk DART = PT Duta Anggada
Realty Tbk GMTD = PT Gowa Makasar Tourism Tbk LPCK = PT Lippo Cikarang Tbk LPKR = PT lippo Karawaci Tbk Tabel 1.2 menunjukkan
perkembangan kondisi keuangan pada beberapa perusahaan properti dan Real Estat selama
tahun 2008 dan 2009. Tabel diatas menunjukkan
bahwa adanya peningkatan aktiva dan penjualan pada tahun 2008 dan 2009 di beberapa perusahaan properti dan real
estate yang diikuti dengan peningkatan laba bersih. Pendapatan yang maksimal dapat diperoleh
dari penggunaan sumber daya yang efektif
dan efisien. Aktiva memiki hubungan erat dengan tingkat laba yang diperoleh
dari perusahaan melalui kegiatan
penjualan. Tingat penjualan yang tinggi mendukung pencapaian laba yang maksimum.
Berdasarkan fenomena
dan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh
Efektivitas Operasional Terhadap Return on
Investment Pada Perusahaan Properti dan Real Estat Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah diuraikan, maka perumusan masalh penelitian ini adalah:
“apakah efektivitas operasional yang terdiri dari Fixed Asset
Turnover, Inventory Turnover, Receivable Turnover, Total Asset Turnover dan Working Capital Turnover berpengaruh terhadap
Return on Investment pada perusahaan properti
dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”.
C. Kerangka Konseptual Return on Investment
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan penggunaan seluruh aktiva
perusahaan yang dimiliki. Maka besarnnya
laba perusahaan dipengaruhi oleh perputaran dana yang tertanam. Dana yang cepat berputar menunjukkan semakin efektif
penggunaan dana tersebut sehingga semakin besar pula atas dana yang tertanam.
Efektivitas
operasional adalah efektivitas perusahaan dalam mengelola manajemen aktiva baik aktiva lancar maupun
aktiva tetap dan juga efektivitas sturktur pendanaan aktiva tersebut sehingga tingkat
penegmbalian investasi lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai
aktiva-aktiva tersebut Alat untuk mengukur Efektivitas operasional adalah
dengan rasio aktivitas. Rasio aktivitas
menggambarkan tingkat pendayagunaan harta atau sarana modal yang dimilki perusahaan. Atau dengan kata lain rasio ini
bertujuan untuk mengukur efektivitas perusahaan
dalam mengoperasikan dana (Ross, Westerfield dan Jordan 2009:86).
Fixed Asset
Turnover menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva tetap bersih untuk menghasilkan
penjualan. Fixed Asset Turnover mengukur
efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan
atau berapa rupiah penjulan bersih yang dihasilkan
oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap. Semakin cepat perputaran aktiva tetap maka Return on
Investment akan semakin besar.
Inventory Turnover
menunjukkan barapa kali persediaan dapat berputar dalam setahun. Semakin tinggi tingkat perputaran
persediaan, semakin cepat dana yang tertanam dalam persediaan berputar kembali menjadi uang
kas. Perputaran persediaan yang semakin
besar akan semakin baik karena dianggap kegiatan penjualan produksi berjalan lancar. Kegiatan penjualan yang cepat akan
mendatangkan laba, sehingga perputaran persediaan
yang cepat memberi kontribusi terhadap pencapaian laba yang maksimal.
Receivable
Turnover menunjukkan berapa kali piutang
usaha dapat berputar dalam satu tahun.
Perputaran piutang memberikan kontribusi terhadap pencapaian laba perusahaan. Perputaran piutang yang semakin
cepat menunjukkan semakin cepat piutang berubah
menjadi kas, yang pada akhirnya dapat meningkatkan laba. Semakin besar rasio ini maka semakin baik, karena semakin besar
piutang perusahaan yang terkumpul.
Semakin besar
Receivable Turnover maka Return on
Investment akan semakin meningkat.
Total Assets
Turnover menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset atau investasi untuk menghasilkan
penjualan. Perputaran total aktiva yang semakin besar mengidentifikasikan semakin efektif
perusahaan mengelola aktivanya. Semakin cepat
perputaran aset maka Return on Investment akan semakin meningkat.
Working Capital
Turnover menunjukkan kemampuan modal kerja yang berputar dalam suatu siklus kas dari perusahaan.
Apabila penjualan meningkat yang pada umumnya
disertai oleh peningkatan kebutuhan modal kerja yang seiring dengan meningkatnya nilai persediaan dan piutang,
maka rasio ini dapat pula menunjukkan jumlah
rupiah dari penjualan bersih yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja.
Perputaran modal
kerja yang tinggi diakibatkan oleh rendahnya modal kerja yang tertanam dalam persediaan dan piutang. Hal ini
dapat disebabkan pula oleh banyaknya utang
jangka pendek yang sudah jatuh tempo sebelum piutang berubah menjadi uang.
Semakin cepat
perputaran modal kerja maka Return on Investment semakin meningkat.
Berdasarkan uraian
yang telah dijelaskan sebelumnya maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut : Fixed asset turnover (X1) Inventory turnover (X2) Receivable turnover
(X3) Total assets turnover (X4) working capital turnover (X5) Return on
investment (Y) Gambar 1.1 Kerangka Konseptual (diolah) Sumber : Ross,
Westerfield dan Jordan(2009:86), Kasmir (2008:180) D. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah yang
telah diuraikan diatas, maka hipotesis penelitian
ini adalah : “Fixed Asset Turnover,
Inventory Turnover, Receivable Turnover, Total Asset Turnover dan Working Capital
Turnover berpengaruh terhadap return on investment
pada perusahaan Properti dan Real Estat di Bursa Efek Indonesia.” E. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi
masalah tersebut diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh Fixed Asset Turnover,
Inventory Turnover, Receivable Turnover, Total Asset Turnover dan Working Capital Turnover terhadap Return on Investment
pada perusahaan properti dan Real Estat
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah: a. Bagi
perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi
pihak manajemen perusahaan properti dan
real estate dalam penetapan kebijakan terutama menyangkut keuangan dan kebijakan lain
berdasarkan analisis rasio profitabilitas.
b. Bagi peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan
ilmu pengetahuan dan menambah wawasan
tentang aspek-aspek yang terdapat dalam aktivitas operasional perusahaan.
c. Bagi pihak lain Penelitian ini juga
diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya melakukan
penelitian mengenai topiktopik yang berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan
maupun melengkapi.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Variabel Batasan
operasional variabel digunakan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam mambahas dan menganalisis permasalahan
dalam penelitian ini. Batasan operasional
variabel dalam penelitian ini antara lain: a.
Variabel independen (X) adalah Fixed Asset Turnover (X1), Inventory
Turnover (X2), Receivable Turnover (X3),
Total Asset Turnover (X4) dan Working Capital Turnover (X5).
b. Variabel dependen (Y) adalah Return on
Investment perusahaan properti dan real estat.
c. Data laporan keuangan perusahaan properti dan
real estat yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2005 sampai dengan 2009 setiap tahun.
2. Definisi Operasional Variabel Definisi
Operasional Variabel-variabel yang akan diteliti adalah : a. Variabel Independen (X) 1) Fixed Asset Turnover (X1) Fixed
Asset Turnover menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelolah seluruh aktiva tetap bersih untuk menghasilkan
penjualan. Rasio Fixed Asset Turnover
dapat dihitung sebagai berikut (Ross, Westerfield & Jordan, 2009:89): Fixed
Asset Turnover = 2) Inventory Turnover (X2) Inventory
Turnover menunjukkan berapa kali
persediaan dapat berputar dalam setahun.
Rasio Inventory Turnover dapat dihitung sebagai berikut (Kasmir, 2008:180) : Inventory Turnover = 3)
Receivable Turnover (X3) Receivable Turnover menunjukkan berapa kali
piutang usaha dapat berputar dalam satu
tahun. Rasio Receivable Turnover dapat dihitung sebagai berikut (Ross, Westerfield & Jordan, 2009:87) : Receivable
Turnover = 4) Total Assets Turnover (X4) Total Asset
Turnover menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam mengelolah seluruh
asset untuk menghasilkan penjualan. Rasio Total Asset Turnover dapat dihitung
sebagai berikut (Ross, Westerfield & Jordan, 2009:89) : Total Asset Turnover
= 5)
Working Capital Turnover (X5) Working
Capital Turnover menunjukkan kemampuan modal kerja yang berputar dalam suatu siklus kas dari
perusahaan. Rasio Working Capital Turnover dapat dihitung sebagai berikut (Ross,
Westerfield & Jordan, 2009:88) Working Capital Turnover = b.
Variabel Dependen (Y) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Return on Investment perusahaan properti dan real estat. Return on
Investment menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan yang akan digunakan untuk
menutup investasi yang dikeluarkan. Rasio Return on Investment dapat dihitung sebagai berikut (Ross, Westerfield
& Jordan, 2009:90): Return on Investment =
3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap,
yang biasanya berupa orang, objek,
transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi
objek penelitian (Kuncoro, 2003:103).
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sampai 2009 yang berjumlah 39 perusahaan.
b. Sampel Sampel adalah suatu himpunan bagian
(subset) dari unit populasi (Kuncoro, 2003:103).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Kuncoro, 2003:119). Adapun pertimbangan yang
digunakan dalam sampel ini adalah sebagai
berikut : 1) perusahaan properti dan
real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
2) perusahaan properti dan real estat yang mempublikasikan laporan keuangan selama 5 tahun berturut-turut yaitu mulai
tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
3) perusahaan properti dan real estat memilki
laba bersih pada tahun 2009.
Hasil seleksi dari
sampel penelitian ditunjukkan pada tabel sebagai berikut: Tabel 1.Jumlah Sampel
Berdasarkan Kriteria Seleksi Sampel No
Kriteria Sampel Jumlah 1 Perusahaan properti dan real estat yang
terdaftar di BEI 3Perusahaan yang tidak
mempublikasikan laporan keuangan mulai
tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 (15)
Perusahaan yang tidak memiliki laba bersih (rugi) mulai tahun 2009
(5) Jumlah sampel penelitian 1Berdasarkan
kriteria seleksi sampel pada tabel maka diperoleh sampel penelitian sebagai berikut : Tabel 1.Sampel penelitian No Kode
Nama Perusahaan 1 BKSL PT Sentul City Tbk 2 CTRS
PT Ciputra Surya Tbk 3 DART PT Duta Anggada Realty Tbk 4 DILD
PT Intiland Development Tbk 5
GMTD PT Gowa Makasar Tourism Tbk 6 JIHD
PT Jakarta Internasional hotels & Development Tbk 7 JRPT
PT Jaya Real Properti Tbk 8
KIJA PT Kawasan Industri Jababeka
Tbk 9 KPIG PT Global Land development Tbk 10
LAMI PT Lamicitra Nusantara Tbk 11 LPCK
PT Lippo Cikarang Tbk 12
LPKR PT lippo Karawaci Tbk 13 MDLN
PT Modernland Realty Tbk 14
MORE PT Indonesia Prima properti
Tbk 15 PTRA PT New Century Development Tbk 16 PWON
PT Pakuwon Jati Tbk 17 SIIP PT Suryainti permata Tbk 18 SMDM
PT Suryamas Dutamakmur Tbk 19 SMRA
PT Summarecon Permata Tbk Sumber : www.idx.co.id 4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan
melalui pemanfaatan media internet dengan situs www.idx.co.id.
b. Waktu penelitian Waktu penelitian ini
dilakukan mulai dari bulan November sampai dengan Januari tahun 2010.
5. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang
www.idx.co.id. Laporan keuangan, buku-buku, jurnal referensi, surat
kabar dan literatur ilmiah lainnya yang
berkaitan dengan penelitian.
6. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi yakni pengumpulan data pendukung
literatur, penelitian terdahulu, laporanlaporan yang dipublikasikan untuk
mendapatkan gambaran dari masalah yang akan diteliti serta melalui pengumpulan data
sekunder yang diperlukan berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.
7. Metode Analisis Data a. Metode Analisis Deskriptif Metode analisis
dekriptif adalah metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis dan
diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai
topik yang dibahas.
b. Metode Regresi Linear Berganda Regresi linear
berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen, yaitu Fixed Asset Turnover (X1), Inventory Turnover
(X2), Receivable Turnover (X3), Total
Asset Turnover (X4) dan Working Capital Turnover (X5) terhadap variabel dependen yaitu Return on investment
(Y) perusahaan properti dan real estat di Bursa Efek Indonesia, dengan rumus : Y =
α+β1X2+β2X2+β3X3+β4X4+β5X +e Keterangan : Y
= Return on Investment α =
Konstanta β1,2,3,4,5,6 = Koefisien masing-masing variabel independen X1 = Fixed Asset Turnover X2 = Inventory Turnover X3 =
Receivable Turnover X4 = Total Asset
Turnover X5 = Working Capital Turnover e = standar eror Untuk mengetahui apakah model regresi
benar-benar menunjukkan hubungan yang
signifikan dan representatif, maka model tersebut harus memenuhi uji asumsi
klasik.
Uji asumsi klasik
yang digunakan adalah normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas.
a. Pengujian Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk
menguji apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Normalitas
dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik
dengan melihat histogram dari residualnya.
Dasar pengambilan
keputusannya adalah : a. Jika data
menyebar diantara garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdisitribusi
normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan
tidak mengikuti arah garis diagonal atau
grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Uji normalitas
dilakukan melalui analisis grafik dan analisi kolmogorov-Smirnov (K-S). Hipotesisnya sebagai berikut : H0 :
data residual berdistribusi normal H1 : data residual tidak berdistribusi
normal Bila signifikansi >
0,05 dengan α
= 5% berarti
data normal dan H0
diterima, sebaliknya bila nilai
signifikansi < 0,05 berarti data tidak normal dan H1 diterima.
2) Uji Heteroskedastisitas Uji
heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain (Ghozali, 2001:69). Jika varians residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas. Pemeriksaan terhadap gejala
heteroskedastisitas dalam suatu model
regresi adalah dengan uji Glejser dan
melihat pola diagram pencar dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jika diagram pencar ada membentuk pola-pola
tertentu yang teratur pada suatu sudut
atau bagian maka model regresi mengalami gangguan heterokedastisitas.
b. Jika diagram pencar tidak membentuk suatu
pola atau telihat acak maka regresi
tidak mengalami gangguan heterokedastisitas.
3) Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan
untuk melihat apakah dalam suatum model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series. Cara yang dapat digunakan
untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah
dengan menggunakan nilai Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut : Hipotesis Nol Keputusan
Jika Tidak ada autokorelasi positif
Tolak 0 < DW < dl Tidak ada
autokorelasi positif No decision dl ≤ DW ≥ du Tidak ada autokorelasi
negatif Tolak 4 - dl < DW < Tidak ada autokorelasi
negatif No decision 4 - du ≤ DW ≤ 4 - dl Tidak ada autokorelasi
positif dan negatif Tidak ditolak
du < DW <4 - dl Smber : Situmorang, dkk (2010:120) Keterangan
: du = batas atas dl = batas bawah 4) Uji multikolineritas Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antara variabel
independen. Ada tidaknya multikolinieritas
dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), serta dengan menganalisis matrik
korelasi variabelvariabel independen. Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinieritas adalah nilai
tolerance < 0.01 atau sama dengan VIF > 5 dan untuk matrik korelasi adanya indikasi
multikolinieritas dapat dilihat jika variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi
umumnya diatas 0,90.
b. Pengujian Hipotesis 1) Uji Signifikan Simultan (uji-F) Pengujian ini
pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model penelitian
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah : H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = 0, artinya
Fixed Asset Turnover (X1), Inventory Turnover
(X2), Receivable Turnover (X3), Total Asset Turnover (X4) dan Working Capital Turnover (X5) secara simultan tidak
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
Return on Investment (Y).
H1 : β1, β2, β3,
β4, β5, β6 # 0 artinya Fixed Asset Turnover (X1), Inventory Turnover (X2), Receivable Turnover (X3), Total Asset Turnover
(X4) dan Working Capital Turnover (X5)
secara simultan terdapat pengaruh signifikan terhadap Return on Investment (Y).
Kriteria
pengambilan keputusan : H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5% H1
diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5% 2) Uji signifikan parsial (uji-t) Uji statistik
t disenut juga sebagai uji signifikan individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel
independen secara parsial terhadap variabel
dependen. Bentuk pengujiannya : H0 : β1 = 0, artinya Fixed Asset Turnover (X1),
Inventory Turnover (X2), Receivable Turnover
(X3), Total Asset Turnover (X4) dan Working Capital Turnover (X5) secara parsial tidak terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap Return on Investment (Y).
H1 : β1 # 0,
artinya Fixed Asset Turnover (X1), Inventory Turnover (X2), Receivable Turnover (X3), Total Asset Turnover (X4) dan
Working Capital Turnover (X5) secara parsial
terdapat pengaruh signifikan terhadap Return on Investment (Y).
Kriteria pengambilan
keputusan : H0 diterima jika-t tabel < t hitung t tabel pada α = 5% H1 diterima jika - t tabel
> thitung > ttabel pada α = 5%
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi