Selasa, 25 Maret 2014

Skripsi Manajemen: ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN



BAB I PENDAHULUAN 
A.  Latar Belakang Masalah 
Perusahaan selalu mempunyai siklus hidup dalam setiap  perkembangannya. Setiap siklus hidup tersebut selalu terjadi pergerakan baik ke  atas maupun ke bawah. Jika arah pergerakannya ke atas maka akan berdampak  positif bagi perusahaan sehingga perusahaan tersebut akan semakin berkembang.

Sebaliknya, jika arah pergerakannya ke bawah maka akan berdampak negatif bagi  perusahaan, bahkan jika terus-menerus bergerak ke bawah maka suatu perusahaan  tidak akan bertahan hidup. Setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan hidup  (survive) dan sukses harus berusaha agar dapat berkembang. Untuk mengetahui  berkembang atau tidaknya suatu perusahaan, dapat  dilihat dari laporan  keuangannya.
Laporan keuangan merupakan sarana yang penting bagi investor untuk  mengetahui perkembangan perusahaan secara periodik (Samsul, 2006:128). Bagi  para investor, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk  menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Oleh karena itu, laporan  keuangan menjadi bahan sarana informasi bagi investor dalam proses  pengambilan keputusan. Semakin cepat perusahaan menerbitkan laporan  keuangan secara periodik, semakin berguna bagi investor dalam proses  pengambilan keputusan.
Laporan keuangan dapat dianalisis untuk mengetahui kinerja perusahaan.
Dalam menganalisis laporan keuangan diperlukan adanya suatu ukuran tertentu.
Ukuran yang paling sering digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah  analisis rasio keuangan. Rasio keuangan ini sangat penting gunanya untuk  melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Analisis rasio  keuangan sangat bermanfaat bagi manajemen untuk perencanaan dan  pengevaluasian prestasi atau kinerja perusahaan (Fahmi, 2006:52). Analisis rasio  keuangan adalah angka-angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu  pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang  relevan dan signifikan (berarti). Dari laporan keuangan inilah dapat disusun rasio  keuangan sesuai dengan kepentingan investor.
Pergerakan harga di pasar saham sangat sulit untuk ditebak sehingga para  pakar pasar modal mengatakan bahwa harga suatu saham, pada suatu saat telah  mencerminkan segala sesuatu yang diketahui tentang saham tersebut pada saat  tersebut. Ini menjelaskan bahwa pergerakan harga menjadi sulit untuk ditebak  (Fahmi, 2006:14). Saham memungkinkan pemodal mendapatkan  return  atau  keuntungan (capital gain) dalam jumlah besar dalam waktu singkat, namun saham  juga dapat membuat pemodal mengalami kerugian besar (capital loss) dalam  waktu singkat.
Investor harus berhati-hati dalam pembuatan keputusan investasi dengan  memahami informasi yang berhubungan dengan perusahaan yang menerbitkan  saham sehingga dengan informasi tersebut investor melakukan berbagai analisis.
Analisis tersebut berguna untuk menilai saham-saham yang akan dipilih dan  nantinya akan mempengaruhi prospek perusahaan. Semakin baik prospek  perusahaan maka harga saham perusahaan biasanya akan meningkat. Prospek  perusahaan dapat ditunjukkan oleh kinerja perusahaan yang bersangkutan.
Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan  yang dihitung dengan membagi laba bersih dengan total aktivanya. Semakin  tinggi Return on Assets maka akan semakin baik prospek perusahaan. Demikian  juga dengan  Return on Equity (ROE)  yang mencerminkan kemampuan  perusahaan dalam menghasilkan laba, semakin tinggi Return on Equity maka akan  semakin baik prospek perusahaan. Return on Equity  dapat dihitung dengan  membagi laba bersih dengan total ekuitas (Brigham dan Houston, 2006:90).
Return on Sales (ROS) digunakan untuk mengukur kemampuan penjualan  dalam menghasilkan pendapatan. Semakin besar ROS, menggambarkan  manajemen perusahaan yang semakin baik karena tingkat penjualan yang besar  dapat menghasilkan pendapatan yang besar.
Operating Profit Margin (OPM) merupakan ukuran kinerja yang  mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang dihitung  dengan membagi laba usaha dengan penjualan.
Economic Value Added  (EVA) merupakan ukuran kinerja yang  menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah  tersebut. EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang  diberikan perusahaan kepada pemegang saham. EVA merupakan salah satu  kriteria yang lebih baik dalam penilaian kebijakan manajerial dan kompensasi  (Sartono, 2001:104).
Market Value Added (MVA) merupakan ukuran kinerja yang menghitung  selisih antara nilai pasar ekuitas dan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan  investor. MVA mencerminkan kinerja perusahaan selama hidupnya dan harus  diterapkan untuk perusahaan secara keseluruhan. Karena alasan ini MVA lebih  banyak digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan selama jangka waktu  yang panjang (Sartono, 2001:105).
Banyak industri yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia yang dapat  menjadi sasaran investasi oleh para investor. Beberapa industri yang terdapat pada  Bursa Efek Indonesia, yaitu agricultur, basig industry, consumer, finance,  manufacture, trade, property and infrastructure. Industri makanan dan minuman  merupakan salah satu industri yang cenderung diminati oleh para investor sebagai  salah satu target investasinya. Hal itu dikarenakan industri makanan dan minuman  merupakan sektor industri yang daur hidupnya lama. Selain itu industri makanan  dan minuman juga erat kaitannya dengan kebutuhan pokok manusia. Industri  makanan dan minuman juga mendapat peluang yang besar untuk terus  berkembang, bahkan saat krisis sekalipun. Industri makanan juga terbilang  mampu bertahan untuk dapat memenuhi selera konsumen yang semakin beragam  dan memiliki pasar yang begitu luas. Selain itu, industri makanan dan minuman  juga mempunyai laporan kinerja yang baik dan harga saham industri ini tergolong  tinggi. Karena begitu  besarnya peranan industri makanan dan minuman pada  perekonomian, mendorong para investor untuk melakukan investasi pada industri  ini.
Harga saham serta kinerja keuangan industri makanan dan minuman yang  diwakili oleh rasio ROA, ROE, ROS, OPM, EVA, dan MVA  menunjukkan  perkembangan yang berbeda-beda selama tahun 2007 sampai tahun 2008. Hal ini  ditunjukkan dalam tabel 1.1 sebagai berikut: Tabel 1.1 Perkembangan ROA, ROE, ROS, OPM, EVA, MVA, dan Harga  Saham pada Beberapa Industri Makanan dan Minuman di BEI tahun 2007 dan 2008 Nama Perusahaan  ROA  ROE  ROS  OPM  EVA  MVA  Harga Saham (Tahun)  (%)  (%)  (%)  (%)        (Rp) Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk                      2007  3.66  17.00  3.15  11.18  -3371.58  27402.00  613.00 2008  5.21  13.56  5.86  23.10  14735.48  -311057.00  393.00 Ades Waters Indonesia, Tbk                      2007  -85.02  -226.49  -117.71  -93.53  46585.84  -59173.00  437.00 2008  -16.56  -59.03  -11.74  -29.91  104946.53  -126474.00  408.00 Aqua Golden Missisippi, Tbk                      2007  10.75  18.89  3.38  4.57  -1669.98  -507270.00  117045.00 2008  11.76  20.29  3.53  4.10  -12564.72  -581580.00  135450.00 Cahaya Kalbar, Tbk                      2007  5.89  16.50  3.04  5.26  1601.43  -401359.00  845.00 2008  6.97  17.06  1.42  4.47  34066.32  -181844.00  721.00 Davomas Abadi, Tbk                      2007  7.73  25.23  7.44  19.26  34945.40  -1874129.00  252.00 2008  -12.64  -68.90  -15.05  3.33  402049.20  -3130364.00  68.00 Sumber: www.idx.co.id (Oktober 2010, data diolah) Tabel 1.1 tersebut menunjukkan adanya perkembangan kinerja keuangan  serta harga saham pada industri makanan dan minuman di BEI selama tahun 2007  sampai tahun 2008. Secara keseluruhan kinerja keuangan industri makanan dan  minuman mengalami fluktuasi (mengalami peningkatan dan penurunan yang  cukup signifikan) yang mengindikasikan bahwa harga sahamnya juga mengalami  fluktuasi (mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup signifikan). Hal ini  dapat dilihat pada harga saham tahun 2007 sampai tahun 2008 yaitu Tiga Pilar  Sejahtera Food mengalami penurunan juga pada tahun 2007 yaitu dari Rp 613,00  menjadi Rp 393,00 saat kinerja keuangannya seperti ROE dan MVA juga  mengalami penurunan dari tahun 2007 sampai tahun 2008, tetapi tidak terjadi  pada ROA, ROS, OPM, dan EVA. Sebaliknya, industri makanan dan minuman  lain seperti Aqua Golden Missisippi mengalami peningkatan harga juga yaitu dari  Rp 117.045,00 menjadi Rp 135.450,00 saat kinerja keuangannya seperti ROA,  ROE, dan ROS juga mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun tahun  2008, tetapi tidak terjadi pada OPM, EVA, dan MVA.  Hal tersebut menggambarkan adanya peningkatan atau penurunan kinerja perusahaan akan  mampu meningkatkan atau menurunkan harga saham pada suatu perusahaan.
Berdasarkan uraian serta permasalahan yang telah dikemukakan  sebelumnya, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Analisis  Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Industri  Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia”.
B.  Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti  dalam hal ini merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut : “Apakah ada pengaruh yang signifikan dari kinerja keuangan yang terdiri dari  Return on Assets (ROA),  Return on Equity (ROE),  Return on Sales  (ROS),  Operating Profit Margin (OPM), Economic Value Added (EVA), dan Market  Value Added (MVA) terhadap harga saham pada industri makanan dan minuman  di Bursa Efek Indonesia?” C.  Kerangka Konseptual Investor dalam mengambil keputusan investasi akan mempertimbangkan  kinerja perusahaan. Untuk dapat menilai kinerja dengan baik investor perlu  melakukan analisa terhadap laporan keuangan. Dengan melakukan analisa  tersebut investor dapat mengambil keputusan  investasi berdasarkan pada  informasi laporan keuangan tersebut. Penilaian investor terhadap laporan  keuangan adalah untuk mengetahui apakah prospek perusahaan yang akan datang  lebih besar dibandingkan biaya untuk memperolehnya.
Untuk mengukur kinerja suatu perusahaan perlu ditentukan aspek yang  menjadi tolak ukur pengukuran kinerja. Tolak ukur tersebut penting untuk  menentukan pencapaian kinerja perusahaan secara empiris, sehingga informasi  yang diberikan berdasarkan tolak ukur dapat mencerminkan kinerja perusahaan  dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Brigham dan Houston (2006), ukuran-ukuran kinerja yang diukur  dapat menggunakan Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Return On  Sales  (ROS), dan  Operating Profit Margin (OPM).  ROA digunakan untuk  mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat  aset. ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan aset  yang semakin baik. Ini berarti menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin  baik yang akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
ROE digunakan untuk mengukur pengembalian absolut yang akan  diberikan perusahaan kepada para pemegang saham. Suatu angka ROE yang  bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan, yang mengakibatkan  tingginya harga saham. Hal itu  juga akan memungkinkan perusahaan untuk  berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai, dan pada gilirannya akan  memberikan laba yang lebih besar. Semua hal tersebut dapat menciptakan nilai  yang tinggi dan pertumbuhan yang berkelanjutan atas kekayaan para pemiliknya.
ROS digunakan untuk mengukur kemampuan penjualan dalam  menghasilkan pendapatan. Semakin besar ROS, menggambarkan manjemen  perusahaan yang semakin baik karena tingkat penjualan yang besar dapat  menghasilkan pendapatan yang besar.
Operating Profit Margin (OPM) merupakan rasio yang digunakan untuk  mengukur tingkat kinerja manajemen dalam menghasilkan laba usaha. Semakin  tinggi rasio OPM akan semakin baik bagi operasi suatu perusahaan. Hal tersebut  dapat memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar  yang sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar.
Menurut Young dan O’Byrne (2001), Economic Value Added  (EVA)  merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang digunakan untuk menghitung  estimasi laba ekonomis yang sesungguhnya dari perusahaan dalam tahun berjalan,  dengan memperhitungkan biaya modal (cost of capital). Brigham dan Houston  (2006:69) menyatakan bahwa EVA adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang  sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan, dan sangat berbeda jauh  dengan laba akuntansi. Pada dasarnya konsep EVA digunakan untuk mengukur  kinerja sejumlah besar perusahaan yang bisa berpengaruh terhadap harga saham.
Menurut Brigham dan Houston (2006) Market Value Added  (MVA)  digunakan untuk mengukur nilai tambah pasar dari suatu harga saham perusahaan  yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai MVA ditentukan melalui harga  penutupan saham perusahaan dikalikan dengan jumlah saham perusahaan  kemudian dikurangi jumlah modal yang diinvestasikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka model kerangka konseptual dapat  digambarkan pada Gambar 1.1 berikut ini: Kinerja Keuangan ROA (X1) ROE (X2) ROS (X3) OPM (X4) EVA (X5) MVA (X6) Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Brigham dan Houston (2006), Young dan O’Byrne (2001), data diolah D.  Hipotesis Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah  penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Suryabrata,  2008:21).
Berdasarkan perumusan masalah  yang dikemukakan di atas, maka  hipotesis penelitian ini adalah : Ada pengaruh yang signifikan dari kinerja  keuangan yang terdiri dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE),  Return on Sales (ROS), Operating Profit Margin (OPM), Economic Value Added  (EVA), dan Market Value Added  (MVA) terhadap harga saham pada industri  makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia.
Harga Saham (Y)  E.  Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah untuk  mengetahui dan menganalisis pengaruh Return on Assets (ROA), Return  on Equity (ROE),  Return on Sales  (ROS),  Operating Profit Margin  (OPM), Economic Value Added (EVA), dan Market Value Added (MVA)  terhadap harga saham pada industri makanan dan minuman di Bursa Efek  Indonesia.
2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan juga bermanfaat, baik bagi penulis,  perusahaan yang bersangkutan, juga bagi peneliti lain. Adapun manfaat  yang diharapkan adalah : a. Bagi Penulis Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis untuk  menerapkan teori-teori yang penulis peroleh di bangku perkuliahan,  dan mencoba membandingkannya dengan praktek yang ada di  lapangan. Dengan demikian akan menambah wawasan penulis dalam  bidang manajemen mengenai analisis kinerja keuangan perusahaan,  khususnya analisis rasio keuangan dan kaitannya terhadap harga  saham.
b. Bagi pihak Lain Penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan dan menjadi  sumbangan pemikiran atau referensi bagi pihak-pihak yang  berkepentingan terutama bagi mahasiswa yang akan melakukan  penelitian selanjutnya khususnya mengenai pengaruh kinerja keuangan  terhadap harga saham suatu perusahaan.
F.  Metodologi Penelitian 1.  Batasan Operasional Penelitian yang baik adalah penelitian yang dilakukan secara terfokus dan  mendalam. Agar penelitian dapat dilakukan secara terfokus, maka tidak semua  masalah akan diteliti. Untuk itu diperlukan batasan variabel yang akan diteliti  serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.
Adapun batasan operasional penelitian yang ditetapkan oleh penulis adalah  sebagai berikut : a. Perusahaan yang diteliti adalah industri makanan dan minuman yang  tercatat dalam Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2009.
b. Data laporan keuangan dan harga saham penutupan per tahun industri  makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2009.
c. Variabel-variabel kinerja keuangan yang diteliti dalam mempengaruhi  harga saham adalah Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE),  Return on Sales (ROS), Operating Profit Margin (OPM), Economic Value  Added (EVA), dan Market Value Added (MVA).
2.  Definisi Operasional Untuk menjelaskan variabel-variabel dalam suatu penelitian, diperlukan  definisi operasional dari masing-masing variabel. Definisi operasional dan  pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :  a.  Variabel Dependen (tidak bebas/terikat) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham dimana  harga saham yang digunakan adalah rata-rata harga saham penutupan  (closing price) bulan April, yaitu 120 hari setelah tanggal tutup buku  perusahaan pada tahun berikutnya (t + 1) (Hendi dan Darmaji, 2001).
Harga saham mencerminkan segala sesuatu yang diketahui tentang saham  tersebut pada saat tersebut. Pergerakan harga di pasar saham sangat sulit  untuk ditebak. Tapi dengan begitu memungkinkan pergerakan harga  menjadi suatu yang bisa untuk dianalisis dan dihitung. Secara sistematis,  rata-rata harga saham bulanan (bulan April) dapat dihitung dengan rumus  sebagai berikut : Rata-rata harga saham bulanan =  Transaksi Hari Harian Saham a H ∑ ∑ arg b.  Variabel Independen (bebas) Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan  yang terdiri dari : 1) Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk  mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari total aktiva  yang dipergunakan (Brigham dan Houston, 2006).
ROA =  % 100 x Aktiva Total Bersih Laba 2) Return on Equity (ROE)  merupakan rasio yang digunakan untuk  mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi  pemegang saham perusahaan dengan cara membagi rasio laba bersih  terhadap total ekuitas saham (Brigham dan Houston, 2006).
ROE =  % 100 x Ekuitas Total Bersih Laba 3) Return on Sales  (ROS) merupakan rasio yang digunakan untuk  menunjukkan berapa persen laba yang dihasilkan  perusahaan yang  diukur dari total penjualan (Brigham dan Houston, 2006).
ROS =  % 100 x Penjualan Total Bersih Laba 4) Operating Profit Margin (OPM) merupakan rasio yang digunakan  untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan  laba usaha dari kegiatan operasional perusahaan.
OPM =  % 100 Pr x Penjualan ofit Operating 5)  Economic Value Added  (EVA) adalah nilai tambah ekonomis yang  diciptakan perusahaan dari kegiatannya selama periode tertentu, yang  dihitung dari selisih antara Net Operating Profit After Tax (NOPAT)  atau laba operasi bersih setelah pajak dengan biaya modal. Secara  matematis, EVA dapat dinyatakan dengan rumus (Brigham dan  Houston, 2006:68): EVA = NOPAT – (WACC x Capital Employed) 6) Market Value Added (MVA) merupakan pertambahan nilai ataupun  harga suatu saham yang terjadi pada saat dilakukannya perdagangan  saham (trading) di bursa, dengan mengurangi nilai pasar ekuitas  terhadap jumlah modal yang diinvestasikan (Young dan O’Byrne,  2001:26).
MVA = Nilai pasar ekuitas – Modal yang diinvestasikan 3.  Populasi dan Populasi Sasaran Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang  mempunyai karakteristik tertentu (Rochaety, 2007:63). Populasi penelitian ini  adalah seluruh perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di  Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan populasi sasaran yaitu  populasi spesifik yang relevan dengan tujuan masalah penelitian atau  populasi yang akan diteliti dalam area/wilayah/kurun waktu yang sesuai  dengan tujuan penelitian. Adapun kriteria (pertimbangan) populasi sasaran  yang digunakan adalah : a.  Perusahaan industri makanan dan minuman yang listing di Bursa Efek  Indonesia.
b.  Perusahaan industri makanan dan minuman yang menerbitkan laporan  keuangan tahunan (annual report) secara kontinyu selama 3 (tiga) tahun,  tahun 2007-2009 dan memiliki data yang lengkap terkait dengan variabelvariabel yang dibutuhkan.
Tabel 1.2 Proses Pemilihan Target Populasi Keterangan  Jumlah Sampel 1.  Industri makanan dan minuman yang tetap listing  di BEI 2007-2009 21 2.  Perusahaan yang  tidak menerbitkan laporan  keuangan tahunan (annual report) secara  kontinyu selama 3 (tiga) tahun, tahun 2007-2009 (4) Populasi Sasaran  17 Sumber : www.idx.co.id (Oktober 2010, data diolah) Dari Tabel 1.2 di atas, data yang memenuhi kriteria populasi sasaran  adalah sebanyak 17 perusahaan. Nama-nama perusahaan yang digunakan  dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini.
Tabel 1.3 Nama-nama Perusahaan dalam Populasi Sasaran No.  Kode  Nama Perusahaan 1.  AISA  Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk 2.  ADES  Ades Waters Indonesia, Tbk 3.  AQUA  Aqua Golden Missisippi, Tbk 4.  CEKA  Cahaya Kalbar, Tbk 5.  DAVO  Davomas Abadi, Tbk 6.  DLTA  Delta Djakarta, Tbk 7.  FAST  Fast Food Indonesia, Tbk 8.  INDF  Indofood Sukses Makmur, Tbk 9.  MLBI  Multi Bintang Indonesia, Tbk 10.  MYOR  Mayora Indah, Tbk 11.  PSDN  Prasidha Aneka Niaga, Tbk 12.  PTSP  Pioneerindo Gourmet International, Tbk 13.  SIPD  Sierad Produce, Tbk 14.  SKLT  Sekar Laut, Tbk 15.  SMAR  Smart, Tbk 16.  STTP  Siantar Top, Tbk 17.  ULTJ  Ultra Jaya Milk, Tbk Sumber: www.idx.co.id (Oktober 2010, data diolah) 4.  Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan tidak datang langsung ke perusahaan,  melainkan dengan memanfaatkan situs-situs internet yang menyajikan data  yang dibutuhkan sedangkan waktu penelitian dimulai sejak Agustus 2010  sampai Oktober 2010.
5.  Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif  yang bersumber dari data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak  langsung yang diberikan pihak lain berupa dokumen. Data sekunder peneliti  diperoleh melalui media internet yaitu melalui situs resmi di bursa efek  www.idx.co.id  dan www.duniainvestasi.com.  Data yang digunakan dalam  penelitian ini berupa data industri makanan dan minuman yang listing di  Bursa Efek Indonesia, data laporan keuangan perusahaan selama tahun 2007  sampai dengan 2009, dan data harga saham penutupan bulan April pada tahun  berikutnya (t + 1) masing-masing perusahaan.
6.  Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi  pustaka dengan mengumpulkan data pendukung berupa literatur, jurnal,  skripsi, buku-buku referensi, dan laporan-laporan yang dipublikasikan untuk  mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta melalui data sekunder  yang relevan berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek  Indonesia yang bersumber dari media internet yang berhubungan dengan  ruang lingkup penelitian.
7.  Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah  sebagai berikut : a.  Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan suatu metode dimana data-data yang  dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian dianalisis dan  diinterpretasikan secara objektif.
b.  Analisis Regresi Linear Berganda Regresi linear berganda bertujuan menghitung besarnya pengaruh  dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan  memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih variabel  bebas.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan program  Software  SPSS 17.0 for Windows  (Statistic Product and Services  Solution). Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai  berikut: Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4 X4+b5X5+b6X6+e Dimana :  Y    = Harga saham a    = Konstanta X1    = Return on Assets (ROA) X2    = Return on Equity (ROE) X3    = Return on Sales (ROS)  X4    = Operating Profit Margin (OPM)    X5  = Economic Value Added (EVA) X6    = Market Value Added (MVA) b1,2,3,4,5,6  = Koefisien regresi variabel X1,2,3,4,5,6 e    = Kesalahan pengganggu (standard error) Sebelum data tersebut dianalisis, model regresi berganda di atas harus  memenuhi syarat asumsi klasik yang meliputi : 1.  Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam sebuah  model regresi, variabel independen, variabel dependen, atau keduanya  mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah  distribusi data yang mempunyai pola seperti distribusi normal  (Situmorang, dkk, 2010: 91). Uji ini dilakukan melalui analisis grafik dan  pendekatan Kolmogorov Smirnov. Hipotesanya adalah sebagai berikut : H0 : data residual berdistribusi normal H1 : data residual tidak berdistribusi normal Dengan menggunakan tingkat signifikan (α)  5%.  Jika  nilai  Asym.sig  (2-tailed)  >  taraf  nyata  (α)  maka  H0  diterima, artinya data residual  berdistribusi normal, sebaliknya jika nilai Asym.sig (2-tailed) < taraf nyata  (α) maka H1 diterima, artinya data residual tidak berdistribusi normal.
2.  Uji Multikolinearitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi  ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali,  2005:91). Hubungan linier antar variabel independen inilah yang disebut  dengan multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi  korelasi antar variabel independen. Multikolinearitas dapat dilihat dari  nilai tolerance  dan Variance Inflation Factor  (VIF) dengan ketentuan  sebagai berikut : 1. Jika tolerance value < 0,1 atau VIF > 5 terjadi multikolinearitas 2. Jika tolerance value > 0,1 atau VIF < 5 tidak terjadi multikolinearitas.
3.  Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear  ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan  pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya) (Situmorang, dkk,  2010). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari  autokorelasi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan The Runs  Test dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%. Jika nilai Asym. Sig.
(2-tailed)  <  taraf  nyata  (α),  maka  data  residual  terkena  autokorelasi,  sebaliknya jika nilai Asym.sig (2-tailed)  >  taraf  nyata  (α),  maka  data  residual tidak terkena autokorelasi.
4.  Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji  apakah dalam model  regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke  pengamatan lainnya (Situmorang, dkk, 2010:100). Model regresi yang  baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji ini dilakukan  melalui analisis grafik dan uji Glejser.
c.  Pengujian Hipotesis Model regresi yang sudah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut  akan digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian hipotesis sebagai  berikut : 1.  Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel  bebas secara serentak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap  variabel terikat.
Bentuk pengujian : H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0 H1 : tidak semua bi = 0  Pada penelitian ini nilai F hitung akan dibandingkan dengan F tabel pada  tingkat signifikan (α) = 5%.
Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F ini adalah : H0 diterima jika F hitung ≤ F tabel  atau sig. F ≥ α H1 diterima jika F hitung > F tabel atau sig. F < α 2.  Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas  mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujian : H0 : bi  = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Return  on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Return on Sales (ROS),  Operating Profit Margin (OPM), Economic Value Added (EVA), dan  Market Value Added (MVA) terhadap harga saham.
H1 : bi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh  yang signifikan dari Return on  Assets (ROA),  Return on Equity (ROE),  Return on Sales  (ROS), Operating Profit Margin (OPM), Economic Value Added (EVA), dan  Market Value Added (MVA) terhadap harga saham.
Pada penelitian ini nilai t hitung akan dibandingkan dengan t tabel pada  tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t  ini adalah : H0 diterima jika -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel  atau sig. t ≥ α H1 diterima jika t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel atau sig. t < α d.  Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan sebuah  model regresi dalam menerangkan variasi variabel independennya.
Koefisien determinasi dapat dilihat pada nilai Adjusted R Square yang  menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan  variabel independen. Semakin tinggi nilai Adjusted R Square  maka  semakin baik model regresi yang digunakan karena itu berarti kemampuan  variabel bebas menjelaskan variabel terikat juga semakin besar, demikian  pula apabila yang terjadi sebaliknya.


Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi