BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan selalu
mempunyai siklus hidup dalam setiap perkembangannya.
Setiap siklus hidup tersebut selalu terjadi pergerakan baik ke atas maupun ke bawah. Jika arah pergerakannya
ke atas maka akan berdampak positif bagi
perusahaan sehingga perusahaan tersebut akan semakin berkembang.
Sebaliknya, jika
arah pergerakannya ke bawah maka akan berdampak negatif bagi perusahaan, bahkan jika terus-menerus bergerak
ke bawah maka suatu perusahaan tidak
akan bertahan hidup. Setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan hidup (survive) dan sukses harus berusaha agar dapat
berkembang. Untuk mengetahui berkembang
atau tidaknya suatu perusahaan, dapat dilihat dari laporan keuangannya.
Laporan keuangan
merupakan sarana yang penting bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan secara
periodik (Samsul, 2006:128). Bagi para
investor, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu
perusahaan. Oleh karena itu, laporan keuangan
menjadi bahan sarana informasi bagi investor dalam proses pengambilan keputusan. Semakin cepat
perusahaan menerbitkan laporan keuangan
secara periodik, semakin berguna bagi investor dalam proses pengambilan keputusan.
Laporan keuangan
dapat dianalisis untuk mengetahui kinerja perusahaan.
Dalam menganalisis
laporan keuangan diperlukan adanya suatu ukuran tertentu.
Ukuran yang paling
sering digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah analisis rasio keuangan. Rasio keuangan ini
sangat penting gunanya untuk melakukan
analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi manajemen
untuk perencanaan dan pengevaluasian
prestasi atau kinerja perusahaan (Fahmi, 2006:52). Analisis rasio keuangan adalah angka-angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan dari satu pos
laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Dari laporan
keuangan inilah dapat disusun rasio keuangan
sesuai dengan kepentingan investor.
Pergerakan harga di
pasar saham sangat sulit untuk ditebak sehingga para pakar pasar modal mengatakan bahwa harga suatu
saham, pada suatu saat telah mencerminkan
segala sesuatu yang diketahui tentang saham tersebut pada saat tersebut. Ini menjelaskan bahwa pergerakan
harga menjadi sulit untuk ditebak (Fahmi,
2006:14). Saham memungkinkan pemodal mendapatkan return
atau keuntungan (capital gain)
dalam jumlah besar dalam waktu singkat, namun saham juga dapat membuat pemodal mengalami kerugian
besar (capital loss) dalam waktu singkat.
Investor harus
berhati-hati dalam pembuatan keputusan investasi dengan memahami informasi yang berhubungan dengan
perusahaan yang menerbitkan saham
sehingga dengan informasi tersebut investor melakukan berbagai analisis.
Analisis tersebut
berguna untuk menilai saham-saham yang akan dipilih dan nantinya akan mempengaruhi prospek perusahaan.
Semakin baik prospek perusahaan maka
harga saham perusahaan biasanya akan meningkat. Prospek perusahaan dapat ditunjukkan oleh kinerja
perusahaan yang bersangkutan.
Return on Assets
(ROA) digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan yang dihitung dengan membagi laba bersih
dengan total aktivanya. Semakin tinggi
Return on Assets maka akan semakin baik prospek perusahaan. Demikian juga dengan
Return on Equity (ROE) yang
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba, semakin tinggi Return on Equity maka akan semakin baik prospek perusahaan. Return on
Equity dapat dihitung dengan membagi laba bersih dengan total ekuitas
(Brigham dan Houston, 2006:90).
Return on Sales
(ROS) digunakan untuk mengukur kemampuan penjualan dalam menghasilkan pendapatan. Semakin besar
ROS, menggambarkan manajemen perusahaan
yang semakin baik karena tingkat penjualan yang besar dapat menghasilkan pendapatan yang besar.
Operating Profit
Margin (OPM) merupakan ukuran kinerja yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba yang dihitung dengan
membagi laba usaha dengan penjualan.
Economic Value
Added (EVA) merupakan ukuran kinerja
yang menggabungkan perolehan nilai
dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah tersebut. EVA memberikan pengukuran yang lebih
baik atas nilai tambah yang diberikan
perusahaan kepada pemegang saham. EVA merupakan salah satu kriteria yang lebih baik dalam penilaian
kebijakan manajerial dan kompensasi (Sartono,
2001:104).
Market Value Added
(MVA) merupakan ukuran kinerja yang menghitung selisih antara nilai pasar ekuitas dan jumlah
modal ekuitas yang diinvestasikan investor.
MVA mencerminkan kinerja perusahaan selama hidupnya dan harus diterapkan untuk perusahaan secara
keseluruhan. Karena alasan ini MVA lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi kinerja
perusahaan selama jangka waktu yang
panjang (Sartono, 2001:105).
Banyak industri
yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia yang dapat menjadi sasaran investasi oleh para investor.
Beberapa industri yang terdapat pada Bursa
Efek Indonesia, yaitu agricultur, basig industry, consumer, finance, manufacture, trade, property and
infrastructure. Industri makanan dan minuman merupakan salah satu industri yang cenderung
diminati oleh para investor sebagai salah
satu target investasinya. Hal itu dikarenakan industri makanan dan minuman merupakan sektor industri yang daur hidupnya
lama. Selain itu industri makanan dan
minuman juga erat kaitannya dengan kebutuhan pokok manusia. Industri makanan dan minuman juga mendapat peluang yang
besar untuk terus berkembang, bahkan
saat krisis sekalipun. Industri makanan juga terbilang mampu bertahan untuk dapat memenuhi selera
konsumen yang semakin beragam dan
memiliki pasar yang begitu luas. Selain itu, industri makanan dan minuman juga mempunyai laporan kinerja yang baik dan
harga saham industri ini tergolong tinggi.
Karena begitu besarnya peranan industri
makanan dan minuman pada perekonomian,
mendorong para investor untuk melakukan investasi pada industri ini.
Harga saham serta
kinerja keuangan industri makanan dan minuman yang diwakili oleh rasio ROA, ROE, ROS, OPM, EVA,
dan MVA menunjukkan perkembangan yang berbeda-beda selama tahun
2007 sampai tahun 2008. Hal ini ditunjukkan
dalam tabel 1.1 sebagai berikut: Tabel 1.1 Perkembangan ROA, ROE, ROS, OPM,
EVA, MVA, dan Harga Saham pada Beberapa
Industri Makanan dan Minuman di BEI tahun 2007 dan 2008 Nama Perusahaan ROA
ROE ROS OPM
EVA MVA Harga Saham (Tahun) (%)
(%) (%) (%) (Rp) Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk 2007
3.66 17.00 3.15
11.18 -3371.58 27402.00
613.00 2008 5.21 13.56
5.86 23.10 14735.48
-311057.00 393.00 Ades Waters
Indonesia, Tbk 2007
-85.02 -226.49 -117.71
-93.53 46585.84 -59173.00
437.00 2008 -16.56 -59.03
-11.74 -29.91 104946.53
-126474.00 408.00 Aqua Golden
Missisippi, Tbk 2007
10.75 18.89 3.38
4.57 -1669.98 -507270.00
117045.00 2008 11.76 20.29
3.53 4.10 -12564.72
-581580.00 135450.00 Cahaya
Kalbar, Tbk 2007
5.89 16.50 3.04
5.26 1601.43 -401359.00
845.00 2008 6.97 17.06
1.42 4.47 34066.32
-181844.00 721.00 Davomas Abadi,
Tbk 2007
7.73 25.23 7.44
19.26 34945.40 -1874129.00
252.00 2008 -12.64 -68.90
-15.05 3.33 402049.20
-3130364.00 68.00 Sumber:
www.idx.co.id (Oktober 2010, data diolah) Tabel 1.1 tersebut menunjukkan adanya
perkembangan kinerja keuangan serta harga
saham pada industri makanan dan minuman di BEI selama tahun 2007 sampai tahun 2008. Secara keseluruhan kinerja
keuangan industri makanan dan minuman
mengalami fluktuasi (mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup signifikan) yang mengindikasikan bahwa
harga sahamnya juga mengalami fluktuasi
(mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup signifikan). Hal ini dapat dilihat pada harga saham tahun 2007
sampai tahun 2008 yaitu Tiga Pilar Sejahtera
Food mengalami penurunan juga pada tahun 2007 yaitu dari Rp 613,00 menjadi Rp 393,00 saat kinerja keuangannya
seperti ROE dan MVA juga mengalami
penurunan dari tahun 2007 sampai tahun 2008, tetapi tidak terjadi pada ROA, ROS, OPM, dan EVA. Sebaliknya,
industri makanan dan minuman lain
seperti Aqua Golden Missisippi mengalami peningkatan harga juga yaitu dari Rp 117.045,00 menjadi Rp 135.450,00 saat
kinerja keuangannya seperti ROA, ROE,
dan ROS juga mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun tahun 2008, tetapi tidak terjadi pada OPM, EVA, dan MVA. Hal tersebut menggambarkan adanya peningkatan
atau penurunan kinerja perusahaan akan mampu
meningkatkan atau menurunkan harga saham pada suatu perusahaan.
Berdasarkan uraian
serta permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis ingin melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh
Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti dalam hal ini merumuskan masalah yang akan
dibahas sebagai berikut : “Apakah ada pengaruh yang signifikan dari kinerja
keuangan yang terdiri dari Return on
Assets (ROA), Return on Equity
(ROE), Return on Sales (ROS), Operating Profit Margin (OPM), Economic Value
Added (EVA), dan Market Value Added
(MVA) terhadap harga saham pada industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia?” C. Kerangka Konseptual Investor dalam mengambil
keputusan investasi akan mempertimbangkan kinerja perusahaan. Untuk dapat menilai
kinerja dengan baik investor perlu melakukan
analisa terhadap laporan keuangan. Dengan melakukan analisa tersebut investor dapat mengambil
keputusan investasi berdasarkan pada informasi laporan keuangan tersebut. Penilaian
investor terhadap laporan keuangan
adalah untuk mengetahui apakah prospek perusahaan yang akan datang lebih besar dibandingkan biaya untuk
memperolehnya.
Untuk mengukur
kinerja suatu perusahaan perlu ditentukan aspek yang menjadi tolak ukur pengukuran kinerja. Tolak
ukur tersebut penting untuk menentukan
pencapaian kinerja perusahaan secara empiris, sehingga informasi yang diberikan berdasarkan tolak ukur dapat
mencerminkan kinerja perusahaan dalam
kurun waktu tertentu.
Menurut Brigham dan
Houston (2006), ukuran-ukuran kinerja yang diukur dapat menggunakan Return on Assets (ROA),
Return on Equity (ROE), Return On Sales (ROS), dan
Operating Profit Margin (OPM).
ROA digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset. ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi
dan efektivitas pengelolaan aset yang
semakin baik. Ini berarti menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik yang akan berpengaruh terhadap harga
saham perusahaan.
ROE digunakan untuk
mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan
perusahaan kepada para pemegang saham. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi
perusahaan, yang mengakibatkan tingginya
harga saham. Hal itu juga akan
memungkinkan perusahaan untuk berkembang,
menciptakan kondisi pasar yang sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar. Semua hal
tersebut dapat menciptakan nilai yang
tinggi dan pertumbuhan yang berkelanjutan atas kekayaan para pemiliknya.
ROS digunakan untuk
mengukur kemampuan penjualan dalam menghasilkan
pendapatan. Semakin besar ROS, menggambarkan manjemen perusahaan yang semakin baik karena tingkat
penjualan yang besar dapat menghasilkan
pendapatan yang besar.
Operating Profit
Margin (OPM) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kinerja manajemen dalam
menghasilkan laba usaha. Semakin tinggi
rasio OPM akan semakin baik bagi operasi suatu perusahaan. Hal tersebut dapat memungkinkan perusahaan untuk
berkembang, menciptakan kondisi pasar yang
sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar.
Menurut Young dan
O’Byrne (2001), Economic Value Added
(EVA) merupakan suatu ukuran
kinerja perusahaan yang digunakan untuk menghitung estimasi laba ekonomis yang sesungguhnya dari
perusahaan dalam tahun berjalan, dengan
memperhitungkan biaya modal (cost of capital). Brigham dan Houston (2006:69) menyatakan bahwa EVA adalah suatu
estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya
dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan, dan sangat berbeda jauh dengan laba akuntansi. Pada dasarnya konsep
EVA digunakan untuk mengukur kinerja
sejumlah besar perusahaan yang bisa berpengaruh terhadap harga saham.
Menurut Brigham dan
Houston (2006) Market Value Added (MVA) digunakan untuk mengukur nilai tambah pasar
dari suatu harga saham perusahaan yang
ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai MVA ditentukan melalui harga penutupan saham perusahaan dikalikan dengan
jumlah saham perusahaan kemudian
dikurangi jumlah modal yang diinvestasikan.
Berdasarkan uraian
di atas, maka model kerangka konseptual dapat digambarkan pada Gambar 1.1 berikut ini: Kinerja
Keuangan ROA (X1) ROE (X2) ROS (X3) OPM (X4) EVA (X5) MVA (X6) Gambar 1.1
Kerangka Konseptual Sumber : Brigham dan Houston (2006), Young dan O’Byrne
(2001), data diolah D. Hipotesis Hipotesis
penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus
diuji secara empiris (Suryabrata, 2008:21).
Berdasarkan perumusan
masalah yang dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah : Ada pengaruh
yang signifikan dari kinerja keuangan
yang terdiri dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Return on Sales (ROS), Operating Profit Margin
(OPM), Economic Value Added (EVA), dan
Market Value Added (MVA) terhadap harga
saham pada industri makanan dan minuman
di Bursa Efek Indonesia.
Harga Saham (Y) E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penulis
mengadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan menganalisis pengaruh Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Return on Sales (ROS),
Operating Profit Margin (OPM),
Economic Value Added (EVA), dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham pada industri makanan dan
minuman di Bursa Efek Indonesia.
2. Manfaat
Penelitian Penelitian ini diharapkan juga bermanfaat, baik bagi penulis, perusahaan yang bersangkutan, juga bagi
peneliti lain. Adapun manfaat yang
diharapkan adalah : a. Bagi Penulis Penelitian ini merupakan suatu kesempatan
bagi penulis untuk menerapkan
teori-teori yang penulis peroleh di bangku perkuliahan, dan mencoba membandingkannya dengan praktek
yang ada di lapangan. Dengan demikian
akan menambah wawasan penulis dalam bidang
manajemen mengenai analisis kinerja keuangan perusahaan, khususnya analisis rasio keuangan dan
kaitannya terhadap harga saham.
b. Bagi pihak Lain Penelitian
ini dapat digunakan sebagai perbandingan dan menjadi sumbangan pemikiran atau referensi bagi pihak-pihak
yang berkepentingan terutama bagi
mahasiswa yang akan melakukan penelitian
selanjutnya khususnya mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham suatu perusahaan.
F. Metodologi Penelitian 1. Batasan Operasional Penelitian yang baik adalah
penelitian yang dilakukan secara terfokus dan mendalam. Agar penelitian dapat dilakukan
secara terfokus, maka tidak semua masalah
akan diteliti. Untuk itu diperlukan batasan variabel yang akan diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel
yang lain.
Adapun batasan
operasional penelitian yang ditetapkan oleh penulis adalah sebagai berikut : a. Perusahaan yang diteliti
adalah industri makanan dan minuman yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia pada
periode 2007-2009.
b. Data laporan
keuangan dan harga saham penutupan per tahun industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia
pada periode 2007-2009.
c.
Variabel-variabel kinerja keuangan yang diteliti dalam mempengaruhi harga saham adalah Return on Assets (ROA),
Return on Equity (ROE), Return on Sales
(ROS), Operating Profit Margin (OPM), Economic Value Added (EVA), dan Market Value Added (MVA).
2. Definisi Operasional Untuk menjelaskan
variabel-variabel dalam suatu penelitian, diperlukan definisi operasional dari masing-masing
variabel. Definisi operasional dan pengukuran
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a.
Variabel Dependen (tidak bebas/terikat) Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah harga saham dimana harga saham yang digunakan adalah rata-rata
harga saham penutupan (closing price)
bulan April, yaitu 120 hari setelah tanggal tutup buku perusahaan pada tahun berikutnya (t + 1)
(Hendi dan Darmaji, 2001).
Harga saham
mencerminkan segala sesuatu yang diketahui tentang saham tersebut pada saat tersebut. Pergerakan harga
di pasar saham sangat sulit untuk
ditebak. Tapi dengan begitu memungkinkan pergerakan harga menjadi suatu yang bisa untuk dianalisis dan
dihitung. Secara sistematis, rata-rata
harga saham bulanan (bulan April) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Rata-rata harga saham
bulanan = Transaksi Hari Harian Saham a
H ∑ ∑ arg b. Variabel Independen (bebas)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang terdiri dari : 1) Return on Assets (ROA)
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari total aktiva yang dipergunakan (Brigham dan Houston, 2006).
ROA = % 100 x Aktiva Total Bersih Laba 2) Return on
Equity (ROE) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan dengan cara membagi
rasio laba bersih terhadap total ekuitas
saham (Brigham dan Houston, 2006).
ROE = % 100 x Ekuitas Total Bersih Laba 3) Return
on Sales (ROS) merupakan rasio yang
digunakan untuk menunjukkan berapa
persen laba yang dihasilkan perusahaan
yang diukur dari total penjualan
(Brigham dan Houston, 2006).
ROS = % 100 x Penjualan Total Bersih Laba 4)
Operating Profit Margin (OPM) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba usaha dari
kegiatan operasional perusahaan.
OPM = % 100 Pr x Penjualan ofit Operating 5) Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatannya selama
periode tertentu, yang dihitung dari
selisih antara Net Operating Profit After Tax (NOPAT) atau laba operasi bersih setelah pajak dengan
biaya modal. Secara matematis, EVA dapat
dinyatakan dengan rumus (Brigham dan Houston,
2006:68): EVA = NOPAT – (WACC x Capital Employed) 6) Market Value Added (MVA)
merupakan pertambahan nilai ataupun harga
suatu saham yang terjadi pada saat dilakukannya perdagangan saham (trading) di bursa, dengan mengurangi
nilai pasar ekuitas terhadap jumlah
modal yang diinvestasikan (Young dan O’Byrne, 2001:26).
MVA = Nilai pasar
ekuitas – Modal yang diinvestasikan 3.
Populasi dan Populasi Sasaran Populasi adalah sekelompok orang, kejadian
atau segala sesuatu yang mempunyai
karakteristik tertentu (Rochaety, 2007:63). Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Penelitian ini menggunakan populasi sasaran yaitu populasi spesifik yang relevan dengan tujuan
masalah penelitian atau populasi yang
akan diteliti dalam area/wilayah/kurun waktu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun kriteria
(pertimbangan) populasi sasaran yang
digunakan adalah : a. Perusahaan
industri makanan dan minuman yang listing di Bursa Efek Indonesia.
b. Perusahaan industri makanan dan minuman yang
menerbitkan laporan keuangan tahunan
(annual report) secara kontinyu selama 3 (tiga) tahun, tahun 2007-2009 dan memiliki data yang lengkap
terkait dengan variabelvariabel yang dibutuhkan.
Tabel 1.2 Proses
Pemilihan Target Populasi Keterangan
Jumlah Sampel 1. Industri makanan
dan minuman yang tetap listing di BEI
2007-2009 21 2. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan tahunan (annual report) secara kontinyu selama 3 (tiga) tahun, tahun
2007-2009 (4) Populasi Sasaran 17 Sumber
: www.idx.co.id (Oktober 2010, data diolah) Dari Tabel 1.2 di atas, data yang
memenuhi kriteria populasi sasaran adalah
sebanyak 17 perusahaan. Nama-nama perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
1.3 berikut ini.
Tabel 1.3 Nama-nama
Perusahaan dalam Populasi Sasaran No.
Kode Nama Perusahaan 1. AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk 2. ADES
Ades Waters Indonesia, Tbk 3.
AQUA Aqua Golden Missisippi, Tbk 4. CEKA
Cahaya Kalbar, Tbk 5. DAVO Davomas Abadi, Tbk 6. DLTA
Delta Djakarta, Tbk 7. FAST Fast Food Indonesia, Tbk 8. INDF
Indofood Sukses Makmur, Tbk 9.
MLBI Multi Bintang Indonesia, Tbk
10. MYOR
Mayora Indah, Tbk 11. PSDN Prasidha Aneka Niaga, Tbk 12. PTSP
Pioneerindo Gourmet International, Tbk 13. SIPD
Sierad Produce, Tbk 14. SKLT Sekar Laut, Tbk 15. SMAR
Smart, Tbk 16. STTP Siantar Top, Tbk 17. ULTJ
Ultra Jaya Milk, Tbk Sumber: www.idx.co.id (Oktober 2010, data diolah) 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini
dilakukan tidak datang langsung ke perusahaan, melainkan dengan memanfaatkan situs-situs
internet yang menyajikan data yang
dibutuhkan sedangkan waktu penelitian dimulai sejak Agustus 2010 sampai Oktober 2010.
5. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif yang
bersumber dari data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yang diberikan pihak lain berupa
dokumen. Data sekunder peneliti diperoleh
melalui media internet yaitu melalui situs resmi di bursa efek www.idx.co.id
dan www.duniainvestasi.com. Data
yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data industri makanan dan minuman yang listing di Bursa Efek Indonesia, data laporan keuangan
perusahaan selama tahun 2007 sampai
dengan 2009, dan data harga saham penutupan bulan April pada tahun berikutnya (t + 1) masing-masing perusahaan.
6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka dengan mengumpulkan data pendukung
berupa literatur, jurnal, skripsi,
buku-buku referensi, dan laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti
serta melalui data sekunder yang relevan
berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia yang bersumber dari media internet
yang berhubungan dengan ruang lingkup
penelitian.
7. Metode Analisis Data Metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif
merupakan suatu metode dimana data-data yang dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian
dianalisis dan diinterpretasikan secara
objektif.
b. Analisis Regresi Linear Berganda Regresi
linear berganda bertujuan menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu
variabel terikat dan memprediksi
variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas.
Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan bantuan program Software
SPSS 17.0 for Windows (Statistic
Product and Services Solution).
Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4
X4+b5X5+b6X6+e Dimana : Y = Harga saham a = Konstanta X1 = Return on Assets (ROA) X2 = Return on Equity (ROE) X3 = Return on Sales (ROS) X4 =
Operating Profit Margin (OPM) X5 =
Economic Value Added (EVA) X6 = Market
Value Added (MVA) b1,2,3,4,5,6 =
Koefisien regresi variabel X1,2,3,4,5,6 e
= Kesalahan pengganggu (standard error) Sebelum data tersebut
dianalisis, model regresi berganda di atas harus memenuhi syarat asumsi klasik yang meliputi : 1. Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah
ingin mengetahui apakah dalam sebuah model
regresi, variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
yang paling baik adalah distribusi data
yang mempunyai pola seperti distribusi normal (Situmorang, dkk, 2010: 91). Uji ini dilakukan
melalui analisis grafik dan pendekatan
Kolmogorov Smirnov. Hipotesanya adalah sebagai berikut : H0 : data residual
berdistribusi normal H1 : data residual tidak berdistribusi normal Dengan
menggunakan tingkat signifikan (α)
5%. Jika nilai
Asym.sig (2-tailed) >
taraf nyata (α)
maka H0 diterima, artinya data residual berdistribusi normal, sebaliknya jika nilai
Asym.sig (2-tailed) < taraf nyata (α)
maka H1 diterima, artinya data residual tidak berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas Uji ini bertujuan untuk
menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen) (Ghozali, 2005:91).
Hubungan linier antar variabel independen inilah yang disebut dengan multikolinearitas. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi
antar variabel independen. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Jika tolerance value <
0,1 atau VIF > 5 terjadi multikolinearitas 2. Jika tolerance value > 0,1
atau VIF < 5 tidak terjadi multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk
menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (periode sebelumnya) (Situmorang, dkk, 2010). Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi. Uji
autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan The Runs Test dengan menggunakan tingkat signifikan (α)
5%. Jika nilai Asym. Sig.
(2-tailed) <
taraf nyata (α),
maka data residual
terkena autokorelasi, sebaliknya jika nilai Asym.sig (2-tailed) >
taraf nyata (α),
maka data residual tidak terkena autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas Uji
heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi
terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya (Situmorang, dkk,
2010:100). Model regresi yang baik
adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji ini dilakukan melalui analisis grafik dan uji Glejser.
c. Pengujian Hipotesis Model regresi yang sudah
memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan
digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian hipotesis sebagai berikut : 1.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui apakah semua variabel bebas
secara serentak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujian : H0
: b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0 H1 : tidak semua bi = 0 Pada penelitian ini nilai F hitung akan
dibandingkan dengan F tabel pada tingkat
signifikan (α) = 5%.
Kriteria penilaian
hipotesis pada uji-F ini adalah : H0 diterima jika F hitung ≤ F tabel atau sig. F ≥ α H1 diterima jika F hitung >
F tabel atau sig. F < α 2. Uji
Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Pengujian ini dilakukan
untuk menguji apakah setiap variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat.
Bentuk pengujian : H0
: bi = 0, artinya tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dari Return on
Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Return on Sales (ROS), Operating Profit Margin (OPM), Economic Value
Added (EVA), dan Market Value Added
(MVA) terhadap harga saham.
H1 : bi ≠ 0,
artinya terdapat pengaruh yang
signifikan dari Return on Assets
(ROA), Return on Equity (ROE), Return on Sales (ROS), Operating Profit Margin (OPM),
Economic Value Added (EVA), dan Market
Value Added (MVA) terhadap harga saham.
Pada penelitian ini
nilai t hitung akan dibandingkan dengan t tabel pada tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria
pengambilan keputusan pada uji-t ini
adalah : H0 diterima jika -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel atau sig. t ≥ α H1 diterima jika t hitung >
t tabel atau t hitung < -t tabel atau sig. t < α d. Uji Koefisien Determinasi Koefisien
determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan sebuah model regresi dalam menerangkan variasi
variabel independennya.
Koefisien determinasi
dapat dilihat pada nilai Adjusted R Square yang menunjukkan seberapa besar variabel independen
dapat menjelaskan variabel independen.
Semakin tinggi nilai Adjusted R Square
maka semakin baik model regresi
yang digunakan karena itu berarti kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat
juga semakin besar, demikian pula
apabila yang terjadi sebaliknya.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi