BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan utama berdirinya suatu badan usaha
adalah memperoleh keuntungan. Keuntungan
yang diperoleh tersebut tidak saja digunakan untuk membiayai operasi perusahaaan, seperti
membayar gaji, sewa, membeli mesinmesin serta biaya-biaya lainnya, akan tetapi
juga digunakan untuk ekspansi perusahaan
melalui berbagai kegiatan di masa yang akan datang.
Pasar modal
merupakan pasar abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana
yang keterkaitannya dalam investasi lebih
dari satu tahun. Salah satu investasi dalam pasar modal adalah saham.
Saham (stock)
didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas (Darmadji, Fakhruddin,
2006:6). Tujuan utama investor melakukan investasi adalah memperoleh return yang tinggi.
Keputusan investasi
saham pada dasarnya menyangkut masalah pengelolahan
dana pada suatu periode tertentu, dimana para investor mempunyai harapan untuk memperoleh keuntungan dari dana
yang telah diinvestasikan selama periode
tertentu. Sebelum mengambil keputusan dalam berinvestasi, para investor perlu mempertimbangkan faktor
fundamental yang akan mempengaruhi investasinya
tersebut. Faktor fundamental mampu menggambarkan struktur keuangan perusahaan dan mengidentifikasi
prospek perusahaan untuk dapat memperkirakan return saham di masa yang akan
datang.
Return merupakan
salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian
investor menanggung risiko atas investasi
yang dilakukannya. Return total
merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang
tertentu. Return total sering disebut dengan
return saja. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital gain
atau capital loss merupakan
selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode
tertentu dari suatu investasi (Jogiyanto 2003:110).
Investor memandang
salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa depan adalah dengan melihat
sejauhmana pertumbuhan profitabilitas
perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauhmana investasi yang akan
dilakukan investor di suatu perusahaan
mampu memberikan return yang
sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan
investor. Untuk informasi hal tersebut, biasanya digunakan dua rasio yaitu Return on Equity (ROE) dan
Return on Assets (ROA)
(Tandelilin, 2001:240). ROE menggambarkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang
bisa diperoleh pemegang saham, sedangkan ROA menggambarkan kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan
bisa menghasilkan laba.
Syamsuddin
(2000:66) menyatakan bahwa pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa, dan calon
pemegang saham sangat tertarik dengan
Earning Per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham
biasa. Para calon pemegang saham tertarik
dengan Earning Per Share (EPS) yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu
perusahaan.
Perusahaan yang
menjadi objek penelitian adalah emiten sektor perbankan. Perbankan merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang jasa
keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat, juga tidak terlepas dari kondisi ekonomi terutama bagi perusahaan perbankan
yang go public. Tumbuh, berkembang, dan sehatnya perekonomian suatu
negara sebagian besar tergantung pada
kesehatan perbankan di negara tersebut. Saham-saham sektor perbankan di lantai Bursa Efek Indonesia dinilai memiliki
prospek dan potensi keuntungan yang
besar dalam jangka panjang.
Sumber: www.wordpress.com Gambar 1.1 Kinerja Saham
Sektor Perbankan: Januari- Juni 2009 Gambar 1.1 menunjukkan kinerja saham
sektor perbankan periode Januari-Juni
2009 yang diwakili oleh 5 bank besar di Indonesia yaitu Bank Negara Indonesia, Bank Mandiri, Bank Danamon, Bank
Rakyat Indonesia, Bank Central Asia.
Bank Negara Indonesia (BBNI) menghasilkan kinerja tertinggi yaitu 120%.
Sedangkan Bank
Mandiri (BMRI) dan Bank Danamon (BDMN) sekitar 50%.
Bank Rakyat
Indonesia (BBRI) dan Bank Central Asia
(BBCA) dibawah 40%.
Kinerja perbankan
dapat menjadi signal dari adanya krisis perekonomian.
Begitupula pada
saat keadaaan ekonomi mulai pulih, kinerja perbankan dan sektor keuangan akan menjadi early signal dari pemulihan perekonomian nasional.
Dengan adanya
pemulihan ekonomi maka perbankan akan mulai giat melakukan ekspansi kredit.
Salah satu yang
menunjukkan keberhasilan kinerja
perbankan adalah return sahamnya. Menurut pengamat pasar modal
Sinaga dalam tempointeraktif (2007:
edisi Maret), saham bank diburu oleh investor karena optimis prospek kinerja perbankan akan terus membaik. Hal
ini berkaitan dengan gencarnya perbankan dalam penyaluran kredit ke sektor
konsumen, berputarnya modal kerja terkait
program infrastruktur dan turunnya posisi kredit seret (NPL). Misalnya, Bank Mandiri, BCA, dan BRI yang sudah siap
mengucurkan kredit ke infrastruktur yang akan membuat sahamnya semakin prospektif. Kalangan investor menilai margin bank akan terus
melambung akibat spread (selisih bunga) yang
semakin melebar antara bunga simpanan dengan bunga kredit. Keuntungan akan terus meningkat yang pada akhirnya akan
mengerek harga saham perbankan.
Masih kuatnya animo
investor untuk kembali memburu saham perbankan di lantai bursa tetap terlihat meskipun secara
teknis harganya sudah overbought (mahal) dengan P/E ratio (perbandingan harga
dengan laba bersih per saham) yang cukup
tinggi. Selama transaksi 16-23 Maret 2007, rata-rata saham perbankan kembali mencatatkan kenaikan 2,39 persen. Dari
27 saham bank yang tercatat di bursa,
sebanyak saham 10 bank naik, 8 saham bank stagnan dan sisanya 9 saham masih mengalami koreksi. Kenaikan tertinggi
terjadi pada saham Danamon naik 12,50
persen, NISP naik 7,41 persen, Bumi Arta naik 6,12 persen, Artha Graha naik 4,88 persen, Niaga naik 4,05 persen, BCA
naik 3,0 persen, dan Mandiri naik 2,04
persen. Saham-saham emiten perbankan pada tahun 2007 tampaknya tidak terpengaruh secara negatif oleh gejolak harga
minyak dunia yang sudah tembus hingga
level US$ 92 per barel. Buktinya, saham beberapa emiten perbankan telah menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan.
Kalangan analis meprediksikan saham-saham
emiten perbankan akan bergerak naik seiring dengan antisipasi terhadap kemungkinan The Fed (Bank Sentral
Amerika Serikat) untuk kembali menurunkan
suku bunga. Pergerakan harga saham sektor perbankan juga didukung oleh ekspektasi para investor
terhadap kestabilan tingkat suku bunga di Indonesia (www.tempointeraktif.com).
Tahun 2008, sistem
keuangan dan perbankan Indonesia mengalami kekeringan likuiditas lebih cepat dari yang
diperkirakan sebelumnya. Tingginya tekanan
inflasi ditahun 2008 telah memicu otoritas moneter menaikkan suku bunga acuan. Suku bunga terus merayap naik
dari level 8 persen dibulan Desember 2007, ke level 9,25 persen diakhir
2008 lalu. Kenaikan ini tentunya menambah
tekanan pada sistem perbankan Indonesia, yang telah mengalami kesulitan likuiditas sebelumnya. Selain masih
tingginya suku bunga, lambatnya pencairan
belanja pemerintah, dan melemahnya ekspor turut mempengaruhi kondisi perbankan Indonesia.
Faktor fundamental
merupakan informasi yang sangat penting, karena membantu investor dalam mengambil keputusan
investasi. Investasi yang aman memerlukan
analisis yang cermat, teliti dan didukung dengan data yang akurat dan terpercaya, sehingga dapat mengurangi
risiko bagi investor yang berinvestasi.
Dasar keputusan
investasi terdiri dari tingkat return
yang diharapkan, tingkat risiko,
serta hubungan antara return dan risiko (Tandelilin, 2001:6).
Berdasarkan uraian
serta permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Faktor Fundamental Terhadap Return
Saham Industri Perbankan Di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar
belakang masalah yang diuraikan
sebelumnya, perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Apakah pengaruh faktor fundamental yang terdiri dari Return on Assets (ROA),
Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Price
Earning Ratio (PER), dan Long term Debt
to Assets Ratio (LDAR) secara serempak
berpengaruh signifikan terhadap
return saham industri perbankan di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah pengaruh faktor fundamental yang
terdiri dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest
Margin (NIM), Debt to Equity Ratio
(DER), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Long term Debt to Assets Ratio (LDAR) secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham industri perbankan di
Bursa Efek Indonesia? C. Kerangka Konseptual Tujuan investor dalam berinvestasi
adalah memaksimalkan return atas investasi,
tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Oleh karena itu, sebelum memilih keputusan investasinya, para
investor perlu menganalisis faktor fundamental yang
mempengaruhi return di masa yang akan datang.
Menurut Darmadji,
Fakhruddin (2006:189), faktor fundamental yang mempengaruhi return saham dapat diukur dari
berbagai indikator terkait kondisi makro
ekonomi dan kondisi suatu perusahaan, seperti Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin
(NIM), Debt to Equity Ratio (DER), Earning
Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Long term Debt to Assets Ratio (LDAR).
Return on
Assets (ROA) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset (Dendawijaya,
2005:118).
Return on Equity
(ROE) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang
dikaitkan dengan pembayaran dividen.
Semakin besar ROE
berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut
akan menyebabkan kenaikan return saham (Dendawijaya, 2005:119).
Net Income
Margin (NIM) merupakan rasio yang
menghubungkan net interest income dengan
earning assets. Calon investor memandang bahwa bank yang mempunyai Net Interest Margin yang tinggi
menunjukkan kemampuan bank untuk
menghasilkan pendapatan bunga yang
tinggi pula (Koch, Timothy, 1995:116).
Debt to Equity
Ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau
seluruh utang-utangnya, baik dalam
jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri. Nilai DER yang tinggi
menunjukkan semakin besar perusahaan
menggunakan hutang untuk membiayai perusahaan dan semakin kecil return yang diperoleh (Dendawijaya, 2005:122).
Tandelilin
(2001:241) menyatakan bahwa informasi Earning Per Share (EPS) suatu bank menunjukkan besarnya laba
bersih bank yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham bank. Besarnya EPS
suatu bank dapat diketahui dari informasi
laporan keuangan perusahaan. Semakin tinggi tingkat Earning Per Share akan semakin baik karena investor akan
tertarik menanamkan investasinya kedalam
bank dengan anggapan akan mendapatan
pengembalian saham yang tinggi. Jika nilai EPS naik maka harga saham mengalami kenaikan, return sahamnya juga mengalami kenaikan.
Price Earning
Ratio mengindikasikan besarnya rupiah
yang harus dibayarkan investor untuk
memperoleh satu rupiah earning perusahaan. PER juga merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham perusahaan
(Tandelilin 2001:243).
Long term Debt to
Assets Ratio (LDAR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai seluruh
aktiva bank dibiayai atau atau dananya
diperoleh dari sumber-sumber utang jangka panjang. Semakin besar LDAR semakin bagus solvabilitasnya
(Dendawijaya, 2005:122).
Return saham
merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Sumbersumber return investasi
terdiri dari dua komponen utama yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return
yang mencerminkan aliran kas atau
pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Sedangkan capital gain (loss) merupakan kenaikan atau
penurunan harga suatu surat berharga (bisa
saham maupun surat utang jangka panjang) yang bisa memberikan keuntungan atau kerugian bagi investor
(Tandelilin, 2001:48).
Berdasarkan latar
belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan, maka model kerangka konseptual dapat
digambarkan pada gambar 1.2 berikut ini: Gambar 1.2 : Kerangka Konseptual Sumber : Darmadji, Fakhruddin (2006), Dendawijaya
(2001), Tandelilin (2001), data diolah D.
Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2003:51).
Berdasarkan
perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka hipotesis penelitian ini adalah: Return on
Asset (X1) Return on Equity (X2) Net Interest Margin (X3) Debt to Equity Ratio
(X4) Return Saham (Y) Earning Per Share (X5) Price Earning Ratio (X6) Long Term
Debt to Assets Ratio (X7) 1. Secara
serempak faktor fundamental yang terdiri dari Return on Assets (ROA),
Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Price
Earning Ratio (PER), dan Long term Debt
to Assets Ratio (LDAR) mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham industri perbankan di Bursa Efek
Indonesia 2. Secara parsial faktor
fundamental yang terdiri dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin
(NIM), Debt to Equity Ratio (DER),
Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Long term Debt to Assets Ratio (LDAR) mempunyai pengaruh
signifikan terhadap return saham
industri perbankan di Bursa Efek Indonesia E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian a. Menganalisis
pengaruh serempak faktor fundamental yang terdiri dari ROA, ROE, NIM, DER, EPS, PER, dan LDAR
terhadap return saham industri perbankan di Bursa Efek Indonesia b. Menganalisis pengaruh parsial faktor
fundamental yang terdiri dari ROA, ROE,
NIM, DER, EPS, PER, dan LDAR terhadap return saham industri perbankan di Bursa Efek Indonesia 2. Manfaat
Penelitian Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi Penulis, sebagai sarana untuk menerapkan
teori-teori dan literatur yang penulis
peroleh selama perkuliahan dan juga menambah wawasan penulis tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi return saham di masa yang
akan datang.
b. Bagi bank, sebagai infomasi dalam mengelola
dan memperbaiki kinerja keuangan.
c. Bagi Investor, sebagai informasi untuk bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan
investasi di industri perbankan.
d. Bagi Peneliti Lanjutan , sebagai bahan
referensi yang dapat memberikan perbandingan
dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis.
F. Metodologi
Penelitian 1. Batasan Operasional Adapun yang menjadi batasan operasional dalam
penelitian ini adalah: a. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu: 1. Variabel Independen (variabel bebas)
yaitu ROA, ROE, NIM, DER, EPS, PER, dan LDAR 2. Variabel Dependen (variabel terikat) yaitu
return saham.
b. Laporan keuangan industri perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2007-2009 dalam bentuk tahunan.
c. Data harga saham industri perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2006-2009.
2. Defenisi
Operasional Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu: a. Variabel Independen (X) 1. Irmayanto (2009:91) menyatakan bahwa Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan aset
bank dalam memperoleh keuntungan.
Semakin tinggi ROA suatu bank, semakin baik produktifitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih.
Rumus yang
digunakan sebagi berikut: 2. Irmayanto
(2009:91) menyatakan bahwa Return on
Equity (ROE ) mengukur kemampuan modal
sendiri dalam memperoleh keuntungan bersih
bank. Semakin tinggi ROE, semakin baik produktifitas modal sendiri dalam meraih laba.
Rumus yang
digunakan sebagai berikut: 3. Net
Interest Margin (NIM)) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank menghasilkan
pendapatan bunga bersih dengan
menggunakan income producing assets (Koch,
Timothy, 1995:116) Rumus yang
digunakan sebagai berikut: 4. Debt to
Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian
atau seluruh utangutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan
dana yang NIM = x 100% ROA=
x 100% ROE = berasal dari modal bank sendiri. Dengan kata
lain, rasio ini mengukur seberapa besar
total pasiva yang terdiri atas persentase modal bank sendiri dibandingkan dengan besarnya utang
(Dendawijaya, 2005:122).
Rumus yang
digunakan sebagai berikut: 5. Earning
Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau
pemegang saham untuk setiap lembar
saham. Semakin tinggi nilai EPS, semakin besar laba yang tersedia bagi pemegang saham (Darmadji,
2006:195).
Rumus yang
digunakan sebagai berikut: 6. Price
Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang
menunjukkan perbandingan antara harga
saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan
dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang
prestasi perusahaan dimasa yang akan
datang cukup tinggi (Harahap, 2008:311).
Rumus yang
digunakan sebagai berikut: 7. Long term
Debt to Assets Ratio (LDAR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai seluruh
aktiva bank dibiayai atau DER= ekuitas g totalutan EPS= PER= dananya diperoleh dari sumber-sumber utang
jangka panjang (Dendawijaya, 2005: 122).
Rumus yang
digunakan sebagai berikut: b. Variabel
Dependen (Y) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return saham. Return
saham yang digunakan adalah return saham
tahunan yang terdiri dari capital gain
(loss) dan yield (Jogiyanto, 2005:53).
Rumus yang
digunakan sebagai berikut: Return saham= 1 1 − − + − t t t t P D P P 3. Populasi dan
Populasi Sasaran Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
bank yang terdaftar (listing) di Bursa
Efek Indonesia dari tahun 2007-2009, dimana
terdapat sebanyak 30 bank. Penelitian
ini menggunakan populasi sasaran yaitu
populasi spesifik yang relevan dengan tujuan masalah penelitian atau populasi yang akan diteliti dalam
area/wilayah/kurun waktu yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Adapun kriteria (pertimbangan) populasi sasaran yang digunakan, yaitu sebagai
berikut: a. Bank yang terus tercatat
(listing) di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yakni dari tahun 2007-2009.
b. Bank yang memiliki laporan keuangan yang
lengkap dari tahun 2007-2009.
c. Bank yang memiliki data harga saham dari
tahun 2006-2009.
LDAR = X 100% Tabel 1.1 Proses Pemilihan Target
Populasi No Karakteristik Populasi
Sasaran Jumlah a Bank yang terus tercatat (listing) di BEI
periode 2007-2009 30 b Bank yang tidak
memiliki data laporan keuangan 2007-2009
dan data saham tahun 2006-2009 (9) c
Bank yang mempunyai laporan keuangan 2007-2009 tetapi tidak mempunyai data harga saham tahun
2006-2009 (1) Jumlah Akhir Populasi Sasaran
20 Sumber: www.idx.co.id (September 2010, data diolah) Tabel 1.1
merupakan data yang memenuhi kriteria populasi sasaran yaitu sebanyak 20 bank. Nama-nama bank yang
digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini: Tabel 1.2 Populasi Sasaran Penelitian No Kode Bank
Nama Bank 1 BABP Bank ICB Bumi Putera, Tbk 2 BBCA
Bank Central Asia, Tbk 3
BBNI Bank Negara Indonesia,
(Persero), Tbk 4 BBNP Bank Nusantara Parahyangan, Tbk 5 BBRI
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk 6
BCIC Bank Century, Tbk 7 BDMN
Bank Danamon Indonesia, Tbk 8
BEKS Bank Eksekutif Interational,
Tbk 9 BKSW Bank Kesawan, Tbk 10 BNGA
Bank CIMB Niaga, Tbk 11 BNII Bank Intl Indonesia, Tbk 12 BNLI
Bank Permata, Tbk 13 BMRI Bank Mandiri, Tbk No Kode Bank
Nama Bank 14 BSWD
Bank Swadesi, Tbk 15 BVIC Bank Victoria International, Tbk 16 INPC
Bank Artha Graha Internasional, Tbk 17
MAYA Bank Mayapada International,
Tbk 18 MEGA Bank Mega, Tbk 19 NISP
Bank NISP, Tbk 20 PNBN Bank Pan Indonesia, Tbk Sumber: www.idx.co.id
(September 2010, data diolah) 4. Tempat dan Waktu Penelitian a.
Tempat Penelitian Penelitian
dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan menggunakan situs www.idx.co.id b.
Waktu Penelitian Penelitian
dilakukan mulai dari bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan Januari 2011.
5. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data kuantitatif yang bersumber
data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media internet, laporan
keuangan, harga saham, jurnal, buku-buku
referensi, dan majalah.
6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka yakni dengan mengumpulkan data
pendukung literatur, jurnal, serta
laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan gambaran masalah yang akan diteliti dan juga
dengan mengumpulkan data-data sekuder
yaitu laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.
7. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif
merupakan suatu metode dimana data-data yang dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian dianalis
dan diinterpretasikan secara objektif.
b. Analisis Regresi Linear Berganda Model
analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabelvariabel independen
baik secara bersama-sama maupun parsial terhadap
variabel dependen.
Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan bantuan program Software
SPSS 16.0 for Windows (Statistic Product and Services Solution).
Persamaan regresi
berganda adalah sebagai berikut: Y= a+b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ b6X6+
b7X7+e Dimana: Y = Return Saham a = Konstanta X1 = Return on Assets (ROA) X2 = Return on Equity (ROE) X3 = Net Interest Margin (NIM) X4 = Debt to Equity Ratio (DER) X5 = Earning Per Share (EPS) X6 = Price Earning Ratio (PER) X7 = Long term Debt to Assets Ratio (LDAR) b1,2,3,4,5,6,7
= Koefisien regresi variabel X1,2,3,4,5,6,7 e
= Kesalahan Penggangu (standard error) Sebelum model tersebut dikatakan layak
digunakan maka harus memenuhi syarat
asumsi klasik yang meliputi: a. Uji
Normalitas Uji normalitas digunakan
untuk mengetahui apakah distribusi sebuah
data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng
(Situmorang, 2010:91). Data yang baik
adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak
melenceng ke kiri atau ke kanan. Model
regresi yang baik adalah model yang berdistribusi normal. Uji ini dilakukan melaui analisis
grafik dan KolmogorvSmirnov.
b. Uji Multikolineritas Uji Multikolineritas
digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terdapat korelasi
(hubungan) diantara variabel bebas dalam
model regresi(Situmorang, 2010:129). Hubungan linear antar variabel bebas inilah yang
disebut dengan multikolineritas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Uji
multikolineritas ini dapat dilihat dari
nilai tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF). Nilai cutoff
yang umum dipakai untuk menunujukkan adanya multikolineritas adalah tolerance < 0,1
sedangkan VIF > 5.
c. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode sebelumnya.
Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Situmorang,
2010:113). Model regresi yang baik
adalah bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Durbin-Watson
(DW) Test dengan ketentuan: Tabel 1.3 Kriteria
Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi Hipotesis Nol Keputusan
Jika Tidak ada autokorelasi positif
Tolak 0 < d < dl Tidak ada
autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak
4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision
4 – du ≤ d ≤ 4 - dl Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak Du < d < 4 - du Sumber : Situmorang (2010:120) Keterangan : dl =
Batas bawah du= Batas atas d. Uji Heteroskedastisitas Uji
heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance
dari residual satu pengamatan
kepengamatan lainnya (Situmorang,
2010:100). Jika variance dari
satu residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap maka terjadi homoskedastisitas. Jika
berbeda, inilah yang disebut dengan heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang tidak
terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan metode grafik yaitu
grafik Scatterplot.
Apabila terlihat
titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas
serta tersebar baik di atas maupun di
bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi. Uji heteroskedastisitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan uji glejser.
c. Pengujian Hipotesis Model regresi yang sudah
memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan
digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji ini
dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara simultan terhadap variabel
terikat.
Bentuk
pengujiannya: Ho : bi =0, artinya secara simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan
dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Debt to Equity
Ratio (DER), Earning Per Share (EPS),
Price Earning Ratio (PER), dan Long term Debt to Assets Ratio (LDAR) terhadap return saham.
Ho : bi ≠ 0,
artinya secara simultan
terdapat pengaruh yang signifikan
dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Debt to Equity
Ratio (DER), Earning Per Share (EPS),
Price Earning Ratio (PER), dan Long term Debt to Assets Ratio (LDAR) terhadap return saham.
Pada penelitian ini
nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat signifikan (α) = 5%.
Kriteria
pengambilan keputusan pada uji F adalah: Ho diterima jika Fhitung < Ftabel H1 diterima jika Fhitung > Ftabel 2. Uji Signifikansi Parsial ( Uji- t) Uji ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel bebas secara parsial terhadap variasi variabel
terikat.
Bentuk pengujiannya
adalah: Ho : bi =0, artinya secara
parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan
dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Debt to Equity
Ratio (DER), Earning Per Share (EPS),
Price Earning Ratio (PER), dan Long term Debt to Assets Ratio (LDAR) terhadap return saham.
Ho : bi ≠ 0,
artinya secara parsial terdapat
pengaruh yang signifikan dari Return on
Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net
Interest Margin (NIM), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER),
dan Long term Debt to Assets Ratio
(LDAR) terhadap return saham Pada penelitian ini nilai thitung akan
dibandingkan dengan ttabel pada tingkat
signifikan (α) = 5%.
Kriteria
pengambilan keputusan pada uji-t adalah: Ho diterima jika thitung <
ttabel H1 diterima jika thitung
> ttabel
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi