BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemasaran dengan sistem dan aktivitasnya mampu
mendekatkan konsumen dengan produk dan
nama-nama merek perusahaan yang ditawarkan. Kecenderungan
perkembangan perang pemasaran di masa mendatang akan menjadi perang antar merek, yaitu persaingan
untuk memperoleh dominasi merek.
Merek akan menjadi
aset perusahaan yang paling bernilai karena merek lebih bermakna daripada sekadar produk. Produk hanya
menjelaskan atribut fisik berikut
dimensinya, sehingga tidak lebih dari komoditi yang dapat dipertukarkan, sedangkan merek dapat menjelaskan emosi serta
hubungan secara spesifik dengan pelanggannya.
Hal ini dapat terjadi karena merek mengandung nilai-nilai yang jauh lebih bermakna daripada hanya atribut
fisik. Merek mengandung nilai-nilai yang
bersifat tidak berwujud (intangible), emosional, keyakinan, harapan, serta sarat dengan persepsi pelanggan.
Di era globalisasi
ini, merek akan menjadi sangat penting karena atributatribut lain dari
kompetisi, seperti atribut produk, relatif mudah untuk ditiru.
Merek memberikan
“nilai” sehingga nilai total produk yang “bermerek” baik menjadi lebih tinggi dibandingkan produk yang
dinilai semata-mata secara objektif.
Karena itu, perusahaan harus mengelola secara terus menerus intangible asset-nya,
seperti ekuitas merek (brand equity). Ekuitas merek (brand equity) tidak tercipta begitu saja tetapi dibangun
melalui proses yang bahkan tidak jarang membutuhkan waktu ratusan tahun. Penciptaan,
pemeliharaan, dan perlindungan harus
ditangani secara profesional. Merek yang prestisius memiliki ekuitas merek
(brand equity) yang kuat.
Ekuitas merek
(brand equity) yang kuat memunculkan banyak keuntungan bagi perusahaan, antara lain tujuan perusahaan
untuk selalu mengembangkan dan merebut
pangsa pasar akan lebih mudah dicapai, meningkatkan loyalitas merek (brand loyalty), membuat harga menjadi tidak
elastis (perubahan pada harga tidak menyebabkan
konsumen serta merta berpindah ke produk
lain), serta meningkatkan
keunggulan bersaing. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat daya tariknya untuk menggiring
konsumen mengkonsumsi produk tersebut,
yang selanjutnya akan mengantarperusahaan memanen keuntungan dari waktu ke waktu (Durianto, et.al, 2004:2).
Dengan keuntungan yang tinggi, stabil bahkan
terus meningkat dari waktu ke waktu, perusahaan dapat membuktikan eksistensinya dalam persaingan bisnis.
Munculnya industri
pemasaran jaringan ( Multi Level marketing) di Indonesia merupakan fenomena yang cukup
menarik. Indikasi yang paling kuat ditunjukkan
oleh pertumbuhan industri pemasaran
jaringan (Multi Level Marketing) yang semakin pesat. Saatini ada lebih dari
seratus perusahaan yang berkecimpung di
industri ini (www.wartaekonomi.com), beberapa diantaranya yang dikategorikan memiliki prospek cukup baik
adalah: Tabel 1.
Perusahaan Multi level
Marketing(MLM) Di Indonesia Nama
Perusahaan Nama Produk Jenis Produk PT Citra Nusa Insan Cemerlang CNI
Food Suplement Beauty Care Home Care Child Care Educational Toys Food and Drink PT Sophie Martin Indonesia Sophie Martin
Fashion Accessories Cosmetics PT Solaraja Persada Jaya Prime & First New Skin Care Cosmetics Food Suplement PT Capriasi Multi nasional Sejahtera Capriasi
Fashion Perfumes Watches PT Kompak Indopola Kompak
Health Food Cosmetics House Holds PT Nugra Aloeverindo Forever
Living Product Health Food Skin Care Cosmetics PT Matolindo Primantara Matol
Food Suplement PT Tara Prima
Megah Tara Food Suplement PT Harmoni Dinamik Indonesia High-Desert
Food Suplement PT Tangguh Sakti
Pondasi Megah Bracini
Fashion PT Sehat Sugih
Sejahtera Triple-S Food and Drink Cosmetics TraditionalHerbal Medicine Sumber: www.apli.or.id (2007) Istilah Pemasaran jaringan (Multi Level
Marketing) menunjuk pada metode atau sistem
pemasaran dengan menggunakan jaringankerja. Pemasaran jaringan adalah organisasi yang terdiri dari sekelompok orang
distributor dimana setiap orangnya melakukan
sedikit penjualan eceran kepada diri mereka sendiri maupun kepada orang lain (customer) (Rozi, 2003:11).
PT Sophie Martin Indonesia adalah perintis di
industri pemasaran jaringan (Multi Level
Marketing(MLM)) fashiondi Indonesia. Visi dan misinya adalah menjadi terkenal di seluruh Asia dan tetap
menjadi leaderdi bidang MLM dengan membangun
memberyang berkelanjutan. Mengingat pentingnya pengelolaan sebuah merek, Sophie Martin terfokus pada
merek Sophie Martin sebagai major bisnisnya. Agar tetap unggul dalam persaingan
dan dapat mempertahankan loyalitas
pelanggannya, Sophie Martin senantiasa mengembangkan dan memperbarui 30 % produk sebelumnya, selalu
mengedepankan inovasi dan kreativitas,
melakukan quality controlserta terus menjaga imageproduk.
Sophie Martin
bersaing dengan Capriasi dalam angka perolehan member dan beriklan, namun
Sophie Martin tidak terusik. Kinerjanya tetap bagus, Sophie Martin kini telah memiliki jaringan pemasaran
dengan lebih dari 900.000 anggota (member)
dan 400 lebih BC (Business Centre) yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Perkembangan perusahaan ini juga dapat
ditinjau dari sisi keuangannya, seperti
yang terlihat pada tabel berikut ini: Tabel
1.
Laporan Penjualan
PT Sophie Martin Indonesia Tahun Total
Penjualan 2006 Rp. 400.000.000.000,2007 Rp. 500.000.000.000,00 (naik 25 %) Sumber: www.economyokezone.com (2007) (diolah)
Tabel 1.2 di atas memperlihatkan bahwa
total penjualan Sophie Martin pada tahun 2007 mencapai Rp. 500.000.000.000,00, naik 25
% dari omset tahun 2006 yang Rp.
400.000.000.000,00. Produk Sophie Martin berupa tas memberikan kontribusi terbesar, yakni sekitar 60 %
terhadap penghasilan perusahaan (www.economyokezone.com).
Indikator dasar loyalitas adalahjumlah
konsumen yang bersedia membayar untuk
sebuah merek dibandingkan untuk merek lain yang menawarkan manfaat yang sama atau sedikit lebih rendah.
Hasil penelitian Davis (dalam Soehadi,
2005: 26) menyimpulkan: 1. Sebanyak 72 % konsumen bersedia membayar 20 %
lebih mahal untuk merek yang dipilihnya
relatif terhadap merek pesaing terdekat.
2. Sebanyak 25 % konsumen menyatakan bahwa harga
tidak menjadi masalah ketika membeli
merek yang disukai.
3. Lebih dari 70 % konsumen menggunakan merek
sebagai petunjuk pembelian produk.
Harga
optimum/premium (premium price) dapat menjadi satu-satunya pengukuran ekuitas merek (brand equity) yang
tersedia, karena pengukuran ini langsung
menangkap konsumen yang loyal dengan cara yang relevan (Durianto, et.al, 2004:19). Dari sekian banyaknya merek
tas yang tersedia di pasar, Sophie Martin
terbukti mendapatkan tempat khususdi hati masyarakat Indonesia. Karena itu, penulis ingin meneliti mengenai ekuitas
merek (brand equity) yang dimiliki tas
Sophie Martin dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesediaan membayar harga premium.
Penelitian
dilakukan di Business Centre(BC) Rosida Medan karena berdasarkan prasurvei dalam bentuk wawancara
dengan Bapak Agus Hartono (HRD BC
Rosida) diketahui bahwa produk Sophie Martin yang paling diminati oleh pelanggan adalah tas.Tas merupakan produk
yang fast moving. Pada umumnya,
seseorang akan menyesuaikan warna busana yang ia pakai dengan warna tas agar tampil serasi dan fashionable.
Alasan lainnya adalah 82 % pelanggan di
BC Rosida (41 orang dari 50 orang) mengambil keputusan pembelian sendiri untuk setiap produk yang
dibeli sesuai dengan selera dan kebutuhannya.
Dengan ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner sesuai dengan pengetahuan dan
pengalamannya.
Berdasarkan latar
belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Ekuitas Merek (Brand
Equity) Tas Sophie Martin Terhadap
Kesediaan Membayar Harga Premium (Studi Kasus Pada BC Rosida Medan)”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ekuitas merek (brand equity) yang
terdiri dari variabel brand awareness, perceived quality, brand association, dan brand loyaltyyang dimiliki tas Sophie Martin berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kesediaan
membayar harga premium? 2. Variabel ekuitas merek (brand equity) manakah
yang paling dominan dalam mempengaruhi
kesediaan membayar harga premium? C.
Kerangka Konseptual Konsep ekuitas merek
(brand equity) oleh David A. Aaker dilatarbelakangi
oleh pemikiran bahwa merek yang bereputasi baik merupakan aset yang juga dapat diperjualbelikan
sebagaimana aset-aset perusahaan lainnya.
Semakin kuat
ekuitas merek (brand equity) suatu produk, semakin kuat daya tariknya untuk menggiring konsumen
mengkonsumsi produk tersebut (Durianto, et.al,
2004:1).
Aaker (dalam
Simamora, 2003:53) menggagas bahwa ekuitas merek (brand equity) bersumber pada lima komponen,
yaitu kesadaran merek (brand awareness),
asosiasi merek (brand association), persepsi kualitas (perceived quality), loyalitas merek (brand loyalty), dan
aset-aset merek lainnya, seperti hak paten,
rahasia teknologi, rahasia bisnis, akses khusus terhadap pemasok ataupun pasar, dan lain-lain. Aaker mengembangkan
kelima sumber diatas yang berhubungan
dengan konsumen menjadi 10 variabel yang diusulkan sebagai indikator ekuitas merek (brand equity). Adapun
ke-10 variabel yang dikembangkan
berdasarkan gagasan lima aset utama ekuitas merek (brand equity) itu adalah: Ukuran loyalitas: 1.
Premi harga 2. Kepuasan/ loyalitas Ukuran kepemimpinan/ persepsi kualitas: 3.
Persepsi kualitas 4. Kepemimpinan/ popularitas Ukuran asosiasi/ diferensiasi: 5.
Persepsi nilai (perceived value) 6. Kepribadian merek 7.
Asosiasi organisasional Ukuran
kesadaran: 8. Kesadaran merek Ukuran perilaku pasar: 9.
Pangsa pasar 10. Harga pasar dan
cakupan distribusi Harga optimum/premium
(premium price) dapat menjadi salah satu pengukuran ekuitas merek (brand equity) yang
terbaik yang tersedia, karena pengukuran
ini langsung menangkap konsumen yang loyal dengan cara yang relevan (Durianto, et.al, 2004:19).
Kesediaan membayar
dengan harga yang lebih tinggi untuk suatu merek menunjukkan penghargaan mereka yang “lebih”
kepada merek tersebut dibandingkan
kepada para pesaingnya (Durianto, et.al, 2004:68).
Berdasarkan uraian
di atas, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber: Simamora (2003:53) (diolah) Gambar 1.1 menunjukkan bahwa empat variabel
ekuitas merek (brand equity), yaitu brand awareness(X1), perceived quality(X2),
brand association (X3), dan brand loyalty(X4) mewakili persepsi konsumen
tentang suatu merek yang dapat
mempengaruhi kesediaan membayar harga premium pada konsumen.
Ukuran perilaku
pasar yang terdiri dari variabel pangsa pasar, harga pasar dan Ekuitas Merek (Brand Equity) Variabel: 1. Brand awareness(X1) 2. Perceived quality(X2) 3. Brand association(X3) 4. Brand loyalty(X4) Kesediaan membayar harga premium (Y) cakupan distribusi tidak termasuk dalam
kerangka konseptual penelitian ini, karena
variabel-variabel tersebut mewakili informasi yang diperoleh berdasarkan pasar, dan bukan langsung dari konsumen.
D. Hipotesis Hipotesis adalah suatu perumusan sementara
mengenai suatu hal yang dibuat untuk
menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun/mengarahkan penyelidikan selanjutnya (Umar, 2007:104).
Berdasarkan perumusan masalah, maka
hipotesis yang dikemukakan penulis adalah: 1.
Ekuitas merek (brand equity) tas Sophie Martin berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaanmembayar harga
premium.
2. Variabel brand
association yaitu segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek dan dapat dirangkai sehingga
membentuk citra tentang merek atau brand
imagedi dalam benak konsumen. merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi kesediaan membayar harga
premium.
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan
penelitian ini adalah: a. Mengetahui apa pengaruh ekuitas merek (brand
equity) tas Sophie Martin terhadap
kesediaan membayar harga premium pada Business Centre(BC) Rosida Medan.
b. Mengetahui dan menganalisis variabel ekuitas
merek (brand equity) yang paling dominan
mempengaruhi kesediaan membayar harga premium pada Business Centre(BC) Rosida Medan..
12. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
adalah: a. Bagi Penulis Penelitian ini menjadi sarana aplikasi untuk
menerapkan teori pemasaran khususnya
mengenai merek dan kesediaan membayar harga premium oleh pelanggan, serta lebih memahami dan dapat mempraktekkan metode penelitian yang sistematis.
b. Bagi Perusahaan Sebagai
bahan pertimbangan dalam mengelola dan mempertahankan merek agar tetap menjadi pilihan pelanggan mengingat
persaingan antar merek yang semakin
meningkat.
c. Bagi Pihak Lain Sebagai
bahan masukan, referensi, dan perbandingan dalam penelitian tentang merek terutama mengenai ekuitas merek (brand
equity) dan kesediaan membayar harga
premium.
F. Metodologi Penelitian 1. Batasan Operasional Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam
membahas dan menganalisis permasalahan,
maka ditetapkan batasan operasional. Batasan operasional dalam penelitian mengenai ekuitas merek (brand
equity) di Business Centre(BC) Rosida Medan,
sebagai berikut: 1a. Variabel
Bebas/Independent Variable (X) Variabel bebas (X) terdiri dari variabelbrand
awareness(X1), perceived quality (X2),
brand association(X3), dan brand loyalty(X4).
b. Variabel
Terikat/Dependent Variable(Y) Variabel
Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah kesediaan membayar harga premium.
2. Definisi
Operasional Variabel Definisi
Operasional dari variabel-variabel yang akan diteliti adalah: a. Kesadaran Merek (Brand Awareness) Penerimaan konsumen terhadap sebuah merek
dalam benak mereka dimana ditunjukkan
dari kemampuan merekamengingat dan mengenali kembali sebuah merek ke dalam kategori tertentu.
b. Persepsi Kualitas (Perceived Quality) Mencerminkan persepsi pelanggan terhadap
totalitas fitur dan karakteristik yang
membuat produk mampu memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan.
c. Asosiasi Merek (Brand Association) Segala
hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek dan dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang
merek atau brand imagedi dalam benak
konsumen.
d. Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Ukuran
dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek.
1e.
Kesediaan Membayar Harga Premium Perilaku konsumen yang menunjukkan kesediaan
untuk mengorbankan sesuatu kepuasan
(utility) demi memperoleh kepuasan lain atau kesediaan untuk membayar suatu objek yang sudah dinilai
dengan harga yang lebih tinggi relatif
terhadap merek pesaing terdekat.
Tabel 1.
Operasionalisasi
Variabel Variabel Definisi Variabel Indikator Skala Pengukuran
Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Penerimaan konsumen terhadap sebuah merek dalam benak mereka dimana ditunjukkan dari kemampuan mereka mengingat dan mengenali kembali sebuah merek ke dalam kategori tertentu.
a. Ingatan merek b. Pengenalan merek Likert
Kesan Kualitas (Perceived Quality) Mencerminkan persepsi pelanggan terhadap totalitas fitur dan karakteristik yang membuat produk mampu memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan.
a. Fitur dan karakteristik produk b. Kualitas produk Likert
Asosiasi Merek (Brand Association)
Segala hal yang berkaitan dengan ingatan merek dan dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand imagedi dalam benak konsumen.
a. Atribut produk b. Harga c. Brand image Likert 1Variabel Definisi Variabel Indikator Skala Pengukuran
Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek a. Kesetiaan konsumen b.
Kepuasan Konsumen c.
Komitmen Likert Kesediaan Membayar Harga Premium Perilaku konsumen yang menunjukkan kesediaan untuk mengorbankan sesuatu kepuasan (utility) demi memperoleh kepuasan lain atau kesediaan untuk membayar suatu objek yang sudah dinilai dengan harga yang lebih tinggi relatif terhadap merek pesaing terdekat a.
Kesediaan membayar dibanding merek-merek lain b. Kesediaan membayar bila harga naik c. Kesediaan membayar karena keawetan
produk d.
Kesediaan membayar karena aspek assurance e.
Kesediaan membayar karena produk
memiliki aspek estetika f.
Kesediaan membayar karena produk
mencerminkan selfexpressive value Likert Sumber: Durianto, et.al (2004) dan Istiyono,
et.al (2007) (diolah) 13. Skala Pengukuran Variabel Pengukuran masing-masing variabel dalam
penelitian ini menggunakan skala Likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert,
maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan titik
tolak untuk menyusun item-item instrumen
yang dapat berupa pernyataanatau pertanyaan (Sugiyono, 2004: 86).
Tabel 1.
Instrumen Skala
Likert No. Pertanyaan Skor 1. Sangat Setuju (SS) 2.
Setuju (S) 3.
Kurang Setuju (KS) 4.
Tidak Setuju (TS) 5.
Sangat Tidak Setuju (STS) 4.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian
dilakukan di Business Centre(BC) Rosida Jl. Halat No. 107 C Medan. Waktu penelitian dilaksanakan pada
bulan Maret 2008 sampai dengan Juli 2008.
5. Populasi dan Sampel a. Populasi Menurut Sugiyono (2004:72) populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.
1Populasi dalam penelitian ini adalah semua
memberyang terdaftar di BC Rosida Medan
sejak awal berdiri ( September 2002) hingga Februari 2008 yang berjumlah 13.698 orang.
b. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2004:73).
Teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan
sampel dengan pertimbangan tertentu,
yaitu dengan kriteria bahwa memberyang dijadikan sampel penelitian adalah memberyang telah melakukan pembelian
berulang terhadap tas Sophie Martin
minimal dua kali dan berusia 20-50 tahun. Tujuan dari penetapan kriteria ini adalah dengan mempertimbangkan pengalaman
memberyang cukup dan usia yang dianggap
mampu untuk menilai ekuitas merek (brand equity). Peneliti kemudian memberikan kuesioner sebagai salah
satu alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data kepada memberyang dipandang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan di Business Centre(BC) Rosida
tersebut.
Karena masalah
waktu dan biaya, ukuran sampel ditentukan dengan rumus Slovin (Umar, 2007:78): N 13.6n =
= = 99,1 + N e 1 + 13.698 (0,1) Dimana:
n = ukuran sampel N = ukuran populasi e =
error yang dapat ditolerir atau diinginkan, misalkan 10 % 1Dengan standard error 0,1 dan asumsipopulasi
sebesar 13.698 orang, jumlah sampel yang
diharapkan adalah 100 orang.
6. Jenis Data Jenis data yang digunakan adalah data primer
dan data sekunder. Definisi masing-masing
data tersebut menurut Umar (2007:42), yaitu: a. Data primer Data
primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari
wawancara atau hasil pengisian kuesioner
yang biasa dilakukan oleh peneliti.
b. Data sekunder Data
sekunder merupakan data primeryang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau
pihak lain, misalnya dalam bentuk
tabel-tabel atau diagram-diagram.Peneliti memperoleh data dari bukubuku,
majalah penelitian dan informasi dari internet.
7. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan, antara
lain: a. Wawancara Peneliti melakukan wawancara dengan pimpinan
BC Rosida dan pelanggan Sophie Martin di
BC tersebut.
b. Kuesioner Kuesioner adalah pengumpulan datadengan cara
mengajukan pertanyaan melalui daftar
pertanyaan pada responden terpilih.
1c. Studi pustaka Mengumpulkan dan mempelajari informasi dan
data-data yang diperoleh melalui buku,
jurnal, situs internet yang menjadi referensi pendukung.
8. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas a. Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk menguji apakah
kuesioner layak digunakan sebagai
instrumen penelitian atau tidak. Valid artinya data yang diperoleh melalui kuesioner dapat menjawab tujuan penelitian.
Pengujian validitas instrumen dalam penelitian
ini menggunakan bantuan software SPSS12.0 for windows. Adapun syarat sebuah instrumen dapat dinyatakan valid
menurut Sugiyono (2004:115), yaitu 1.
Korelasi tiap faktor positif 2. Nilai korelasi tiap faktor melebihi 0, b. Uji
Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks
yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Situmorang, et.al, 2008:37).
Pengujian
reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS12.0 for windows. Kuncoro (dalam
Situmorang, et.al, 2008:40) menyatakan
instrumen dapat dikatakan reliabel (andal) bila memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,80.
18.
Teknik Analisis Data a. Metode Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif merupakan salah
satu metode analisis data dimana
peneliti mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis, dan menginterpretasikan data sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai
masalah yang diteliti.
b. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS12.0 for windows.
Formulasi yang
digunakan adalah Y = a +
b1X1 + b2X2+ b3X3+ b4X4+ e Keterangan: Y
= Kesediaan membayar harga
premium a = Konstanta b1-4 =
Koefisien regresi berganda X1= Kesadaran merek (Brand awareness) X2 =
Persepsi kualitas (Perceived quality) X3 =
Asosiasi merek (Brand association) X4 =
Loyalitas merek (Brand loyalty) e =
Standard error 1Pengujian
hipotesis sebagai berikut: 1) Uji t (uji secara parsial) Uji t dilakukan untuk menguji setiap variabel
bebas (X1, X2, X3, X4) apakah mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara parsial. Kriteria pengujiannya sebagai
berikut : H0: b1, b2, b3, b4= Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan dari variabel
bebas terhadap variabel terikat.
H1: b1, b2, b3, b4
≠ Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kriteria
Pengambilan Keputusan (KPK): Ho diterima
apabila t-hitung< t-tabel pada α= 5 % H1diterima apabila t-hitung > t-tabel pada
α= 5 % 2) Uji F (uji secara serentak) Uji F dilakukan untuk menguji apakah setiap
variabel bebas (X1, X2, X3, X4) mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara serentak. Kriteria pengujiannya sebagai
berikut: H0: b1, b2, b3, b4= Artinya tidak terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan secara bersamasama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
H1: b1, b2, b3, b4
≠ Artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
2Kriteria Pengambilan Keputusan (KPK): Ho
diterima apabila F-hitung < F-tabel pada α= 5 % H1diterima apabila F-hitung > F-tabel pada
α= 5 % 3.) Koefisien Determinasi (R ) Koefisien determinasi (R ) menunjukkan
besarnya kontribusi variabel bebas terhadap
variabel terikat. Semakin besar koefisien determinasi, maka semakin baik kemampuan variabel bebas mempengaruhi
variabel terikat, dimana 0<R <1.
Jika determinasi (R ) semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas adalah
besar terhadap variabel terikat. Hal ini
berarti, model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang
diteliti terhadap variabel terikat.
Sebaliknya, jika
determinasi (R ) semakin kecil (mendekati nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat semakin kecil.
Hal ini berarti, model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi