Rabu, 26 Maret 2014

Skripsi Manajemen: PENGARUH EKUITAS MEREK TUPPERWARE TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBAYAR HARGA PREMIUM



BAB I PENDAHULUAN
 A. Latar Belakang 
Kegiatan pemasaran adalah kegiatan penawaran suatu produk atau jasa sesuai  dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Kegiatan ini tentu saja tidak terlepas  dari keputusan konsumen mengenai salah satu atribut yang dimiliki produk  tersebut yaitu harga. Harga adalah jumlah yang harus diberikan oleh pelanggan  terhadap kepemilikan suatu produk atau jasa.

Dalam penelitian ini, keputusan konsumen membayar harga premium  maksudnya adalah keputusan konsumen untuk bersedia membeli suatu produk  dengan harga prestise yang merupakan strategi penetapan harga tertinggi yang  bisa ditawarkan dimana pembeli mempunyai asumsi bahwa barang-barang mahal  mempunyai reputasi yang luar biasa atau mempunyai kualitas yang sangat bagus  dan berbeda.
Keputusan konsumen membayar harga premium tentu saja tidak terlepas dari  kemampuan para pemasar dalam membentuk identitas produk yang kuat, antara  lain merek dari produk tersebut untuk dapat bertahan di tengah maraknya  persaingan dan membanjirnya penawaran produk sejenis dengan merek yang  berbeda di pasar baik dari dalam maupun dari luar negeri. Merek merupakan suatu  tanda atau simbol yang menunjukkan identitas suatu barang atau jasa tertentu  yang dapat berupa kata-kata, gambar atau kombinasi keduanya sehingga  membedakannya dengan barang atau jasa dari pesaingnya.
1  Pada merek ditemukan nilai-nilai yang bersifat tidak berwujud (intangible),  emosional, keyakinan, harapan, serta sarat dengan persepsi pelanggan. Merek  yang prestisius dapat disebut memiliki ekuitas merek (brand equity) yang kuat.
Ekuitas merek merupakan pengaruh diferensial positif maksudnya apabila  pelanggan mengenal nama merek, pelanggan akan merespons produk atau jasa  tersebut. Suatu produk dengan ekuitas merek yang kuat akan mampu memberikan  pertahanan kepada perusahaan dalam persaingan dengan jangka waktu yang lama.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang elemen-elemen ekuitas merek yang terdiri  dari kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, dan loyalitas merek serta pengukurannya sangat diperlukan untuk menyusun langkah strategis dalam  meningkatkan eksistensi merek yang akhirnya dapat meningkatkan keuntungan  perusahaan.
Tupperware telah menjadi salah satu perusahaan terkemuka di dunia di bidang  wadah plastik untuk penyimpanan maupun penyajian yang berkualitas tinggi  dalam usianya yang lebih dari setengah abad. Saat ini Tupperware telah  dipasarkan hampir di seratus negara di dunia dan merupakan perusahaan ketiga  terbesar di dunia untuk kategori penjualan langsung (Direct Selling). Di Indonesia  sendiri, Tupperware mulai dijual sejak tahun 1991. Saat ini Tupperware Indonesia  telah memiliki lebih dari 70 distributor resmi yang tersebar di beberapa kota di  Indonesia.
Tupperware mengalami peningkatan dalam pemasarannya pada saat krisis  moneter yang terjadi pada tahun 1998. Hal ini justru dikarenakan pada saat  masyarakat Indonesia banyak yang di-PHK, disinilah Tupperware kemudian  mengajak mereka yang hanya mempunyai modal yang tersisa untuk ikut  bergabung dalam pemasaran Tuppeware yang pada akhirnya menguntungkan bagi  mereka. Proses yang dilalui Tupperware seperti ’akar pohon’ dimana seorang  dealer mencari beberapa orang untuk dijadikan dealer baru dengan mengadakan  suatu party.  Party  disini dalam arti mengadakan pertemuan dengan beberapa  kenalannya untuk mendemonsrasikan produk-produk dari Tupperware, penjualan  dan diselingi dengan beberapa permainan yang akan memberikan hadiah menarik  bagi ibu-ibu yang hadir dalam party tersebut. Kegiatan ini akan menarik minat  para undangan untuk menjadi dealer-dealer Tupperware yang baru nantinya dan  jumlahnya akan terus-menerus berkembang. Hal inilah yang membuat  peningkatan penjualan Tupperware pada krisis moneter tahun 1998.
Tupperware mempunyai banyak keunggulan seperti adanya garansi seumur  hidup, melakukan inovasi terus-menerus, desainnya yang menarik, ramah  lingkungan, serta aman untuk makanan dan minuman membuat Tupperware  semakin diminati dan berdampak semakin diingatnya merek Tupperware oleh  konsumennya.
Pada Kamis 22 Juli 2010 Tupperware berhasil memperoleh penghargaan  ”Indonesia Most Favorite Woman Brand 2010”. Ini menandakan bahwa merek  Tupperware sangat diminati wanita-wanita di Indonesia meskipun Tupperware  memiliki harga yang cukup tinggi dibandingkan produk penyimpanan dan  penyajian lainnya.
Penulis melakukan penelitian pada orangtua murid SD di St. Yoseph Jalan  Pemuda Medan. Para orang tua tersebut dalam hal ini ibu-ibu memiliki arisan dan  pada arisan tersebut Tupperware diperbincangkan dan diperjualbelikan yang  dealer-nya juga merupakan anggota dari kelompok arisan tersebut. Para orangtua  yang mengikuti arisan selalu tertarik untuk mengetahui jenis-jenis produk dan  manfaat yang dimiliki Tupperware yang kemudian melakukan pemesanan dan  pembelian sehingga hampir seluruh murid SD di sekolah tersebut menggunakan  produk Tupperware.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka  penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Ekuitas  Merek  Produk Tupperware  Terhadap Keputusan Konsumen Membayar  Harga Premium (Studi Kasus Pada Orangtua Murid SD. Santo Yoseph Jalan  Pemuda Medan)” B.  Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka  penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1.  Apakah ekuitas merek (brand equity) yang terdiri dari variabel kesadaran  merek (brand  awareness),  asosiasi merek (brand association),  persepsi  kualitas (perceived quality), dan loyalitas merek (brand loyalty) yang dimiliki  Tupperware berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen  membayar harga premium pada orangtua murid SD.Santo Yoseph Jalan  Pemuda Medan ?  2.  Variabel ekuitas merek (brand equity) manakah yang paling dominan dalam  mempengaruhi keputusan konsumen membayar harga premium  pada  orangtua murid SD.Santo Yoseph Jalan Pemuda Medan ? C. Kerangka Konseptual Aaker (dalam Simamora, 2003:53) menggagas bahwa: Ekuitas merek (brand equity) bersumber pada lima komponen, yaitu:  kesadaran merek (brand awareness), asosiasi merek (brand association),  persepsi kualitas (perceived quality), loyalitas merek (brand loyalty), dan  aset-aset merek lainnya, seperti hak paten, rahasia teknologi, rahasia  bisnis, akses khusus terhadap pemasok ataupun pasar, dan lain-lain.
Aaker mengembangkan kelima sumber di atas yang berhubungan dengan  konsumen menjadi 10 variabel yang diusulkan sebagai indikator ekuitas merek (brand equity).
Adapun ke-10 variabel yang dikembangkan Aaker (dalam Simamora,  2003:53) berdasarkan gagasan lima aset utama ekuitas merek (brand equity) itu  adalah: Ukuran kesadaran: 1. Kesadaran merek Ukuran asosiasi/ diferensiasi: 2. Persepsi nilai (perceived value) 3. Kepribadian merek 4. Asosiasi organisasional Ukuran kepemimpinan/ persepsi kualitas: 5. Persepsi kualitas 6. Kepemimpinan/ popularitas Ukuran loyalitas: 7. Premi harga 8. Kepuasan/ loyalitas Ukuran perilaku pasar: 9. Pangsa pasar 10. Harga pasar dan cakupan distribusi “Harga optimum/premium (premium price) dapat menjadi salah satu  pengukuran ekuitas merek (brand equity) yang terbaik yang tersedia, karena  pengukuran ini langsung menangkap konsumen yang loyal dengan cara yang  relevan dan menunjukkan penghargaan konsumen yang “lebih” kepada merek  tersebut dibandingkan kepada para pesaingnya” (Durianto, et.al, 2004:19 s/d  2004:68).
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat  digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber: Simamora (2003:53) dan Kuncoro (2009:52)  (data diolah, Oktober 2010) Pada Gambar 1.1 menunjukkan bahwa  empat variabel ekuitas merek, yaitu  kesadaran merek (X1), asosiasi merek (X2), persepsi kualitas (X3), dan loyalitas  merek  (X4) mewakili persepsi konsumen tentang suatu merek yang dapat  mempengaruhi keputusan konsumen membayar harga premium.
D. Hipotesis “Hipotesis merupakan suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena,  atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi” (Kuncoro, 2009 : 59).
Ekuitas Merek (X) Asosiasi Merek (X2) Persepsi Kualitas (X3) Loyalitas Merek (X4) Keputusan  Konsumen  Membayar  Harga  Premium (Y) Kesadaran Merek (X1)  Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis yang dikemukakan penulis  adalah: 1.  Ekuitas merek (brand equity) yang terdiri dari variabel kesadaran merek  (brand awareness), asosiasi merek (brand association), persepsi kualitas  (perceived quality), dan loyalitas merek (brand loyalty)  yang dimiliki  Tupperware berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen  membayar harga premium pada orangtua murid SD.Santo Yoseph Jalan  Pemuda Medan.
2.  Variabel  loyalitas merek  (brand loyalty) merupakan variabel yang paling  dominan mempengaruhi keputusan konsumen membayar harga premium pada  orangtua murid SD.St.Yoseph Jalan Pemuda Medan.
E.  Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.  Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : a.  Mengetahui dan menganalisis pengaruh ekuitas merek (brand equity) yang  terdiri dari variable kesadaran merek (brand  awareness), asosiasi merek  (brand association), persepsi kualitas (perceived quality) dan loyalitas merek (brand loyalty)  yang dimiliki Tupperware terhadap keputusan konsumen  membayar harga premium pada orangtua  murid SD Santo Yoseph Jalan  Pemuda Medan.   b.  Mengetahui dan menganalisis variabel ekuitas merek (brand equity) yang  paling dominan mempengaruhi keputusan konsumen membayar harga  premium pada orangtua murid SD Santo Yoseph Jalan Pemuda Medan.
2.  Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: a.  Bagi Penulis Penelitian ini menjadi sarana  untuk mengaplikasikan pengetahuan teoritis pemasaran khususnya mengenai merek dan keputusan konsumen membayar  harga premium oleh pelanggan dalam praktek.
b.  Bagi Perusahaan Dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam mengelola dan  mempertahankan merek agar tetap menjadi pilihan pelanggan mengingat  persaingan antar merek yang semakin meningkat.
c.  Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak-pihak yang  membutuhkan sebagai bahan pertimbangan, perbandingan dan  penyempurnaan bagi penelitian selanjutnya.
F.  Metodologi Penelitian 1.  Batasan Operasional Variabel Penelitian ini hanya dibatasi pada orangtua murid kelas satu sampai dengan  kelas enam SD (Sekolah Dasar) pada St. Yoseph yang beralamat di Jln. Pemuda  No.3A Medan. Penulis membatasi atau memberikan batasan operasional bahwa  penelitian ini hanya melihat pada pengaruh ekuitas merek Tupperware terhadap  keputusan konsumen membayar harga premium.
2.  Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini ada dua variabel penelitian yaitu: a. ”Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang  menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”  (Sugiyono 2008:59). Adapun yang menjadi variabel independen dari penelitian ini  adalah variabel kesadaran merek (X1), asosiasi merek (X2), persepsi kualitas (X3),  loyalitas merek (X4).
Aaker (dalam Hermawan Kartajaya, 2010:64) mendefinisikan keempat  dimensi untuk menentukan ekuitas merek , yaitu:  1)  Kesadaran Merek (Brand Awareness), yaitu kemampuan dari  pelanggan potensial untuk mengenali atau mengingat bahwa suatu  merek termasuk ke dalam kategori produk tertentu.
2)  Asosiasi Merek (Brand Association), yaitu segala sesuatu yang  terhubung di memori pelanggan terhadap suatu merek.
3)   Persepsi Kualitas (Perceived Quality),  yaitu  persepsi  pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa  sehubungan dengan tujuan yang diinginkannya, dibandingkan dengan  alternatif-alternatif lain.
4)  Loyalitas Merek (Brand Loyalty), yaitu sebuah ukuran ketertarikan  pelanggan terhadap suatu merek.
b. ”Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi  akibat, karena adanya variabel bebas” (Sugiyono 2008:59). Variabel terikat dari  penelitian ini adalah keputusan konsumen membayar harga premium (Y) yaitu  perilaku konsumen yang menunjukkan kesediaan untuk mengorbankan sesuatu  kepuasan (utility) demi memperoleh kepuasan lain atau kesediaan untuk  membayar suatu objek yang sudah dinilai dengan harga yang lebih tinggi relatif  terhadap merek pesaing terdekat.
Tabel 1.1 Defenisi Operasionalisasi Variabel Persepsi Kualitas (X3) Persepi pelanggan  terhadap kualitas atau  keunggulan suatu  produk atau jasa  sehubungan dengan  tujuan yang  diinginkannya.
a.  Tupperware merupakan  wadah plastik yang  memiliki mutu dan  kualitas yang cukup  baik.
b. Produk Tupperware  aman dan bebas dari zat  kimia beracun.
c.  Tupperware  memberikan garansi  seumur hidup yang  benar    benar  bermanfaat Skala Likert Loyalitas Merek (X4) Sebuah ukuran  ketertarikan pelanggan  terhadap suatu merek.
a. Konsumen selalu  menggunakan merek  Tupperware sebagai  wadah makanan dan  minuman b. Konsumen selalu  beranggapan bahwa  produk merek  Tupperware adalah  yang terbaik.
Skala Likert VARIABEL (1) DEFENISI (2) INDIKATOR (3) SKALA PENGUKU RAN (4) Kesadaran Merek ( X1) Kemampuan dari  pelanggan potensial  untuk mengenali atau  mengingat bahwa  suatu merek termasuk  ke dalam kategori  produk tertetu a.  Tupperware merupakan  merek wadah plastik  yang pertama kali  muncul di ingantan  konsumen.
b. Merek Tupperware  sudah sangat terkenal di  kalangan masyarakat  umum.
c.  Konsumen sudah cukup  lama mengenal produk  Tupperware.
Skala Likert Asosiasi Merek ( X2) Segala sesuatu yang  terhubung di memori  pelanggan terhadap  suatu merek.
a.  Tupperware cocok  untuk segala jenis  makanan dan minuman.
b. Wadah plastik yang anti  tumpah.
c.  Produk yang cukup  inovatif.
Skala Likert bersambung  Keputusan  Konsumen Membayar Harga Premium (Y) Perilaku konsumen  yang menunjukkan  kesediaan untuk  membayar sesuatu  kepuasan (utility) demi  memperoleh kepuasan  atau kesediaan untuk  membayar suatu objek  yang sudah dinilai  dengan harga yang  lebih tinggi relative  terhadap merek  pesaing terdekat a. Keputusan konsumen  membayar dibanding  merek-merek lain.
b. Keputusan  konsumen  membayar bila harga  naik c. Keputusan konsumen  membayar karena  keawetan produk.
d. Kesediaan membayar  karena produk memiliki  aspek estetika.
Skala Likert Sumber: Aaker (2003), Ferrinadewi (2008), Kartajaya (2010), diolah oleh Penulis 3.  Skala Pengukuran Variabel Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian ini menggunakan skala  Likert. ”Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi  seseorang atau sekelompok  orang tentang fenomena sosial” (Sugiyono,  2008:132). Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan  diuji, pada setiap jawaban akan diberi skor. Pembagiannya adalah:  Tabel 1.2 Instrumen Skala Likert No.  Pertanyaan  Skor 1.  Sangat Setuju (SS)  5 2.  Setuju (S)  4 3.  Kurang Setuju (KS)  3 4.  Tidak Setuju (TS)  2 5.  Sangat Tidak Setuju (STS)  1 Sumber: Sugiyono (2008:132) (1)  (2)  (3)  (4) c.  Konsumen selalu  merekomendasikan  produk merek Tupperware  kepada orang lain.
Sambungan:  4.  Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SD.Santo Yoseph Jalan Pemuda Medan No.3A Medan  Maimun. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan  Februari 2011.
5.  Populasi dan Sampel a.  Populasi ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek  yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti  untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2008:115).
Berdasarkan hasil wawancara terhadap salah satu anggota bagian tata usaha  sekolah, jumlah semua orangtua perempuan dari murid SD kelas satu sampai  dengan kelas enam Santo Yoseph Jalan Pemuda Medan tahun ajaran 2010/2011  yang berjumlah 967 orang.
b.  Sampel ”Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh  populasi tersebut” (Sugiyono, 2008:116). Teknik pengambilan sampel dilakukan  dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan  sampel dengan pertimbangan tertentu, yaitu dengan kriteria bahwa orangtua yang  dijadikan sampel penelitian adalah orangtua yang telah melakukan pembelian  berulang terhadap Tupperware minimal dua kali. Teknik pengambilan sampel  menggunakan rumus Slovin (Ginting dan Situmorang, 2008: 132), yaitu : n =   ( ) 62 , 90 1 , 0 967 1 967 2 = + = n n Dimana :   n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Taraf Kesalahan = 10% Sehingga jumlah sampel yang diperoleh adalah:  Maka jumlah sampel yang diperoleh digenapkan menjadi 91 orang.
6.  Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
a.  Data primer Data primer diperoleh dengan memberikan daftar pertanyaan (angket) kepada  orangtua murid SD St.Yoseph Jalan Pemuda Medan dan wawancara dengan  salah satu anggota tata usaha sekolah dan orangtua murid SD St. Yoseph Jalan  Pemuda Medan.
b.  Data sekunder Data yang diperoleh melalui studi dokumentasi dengan mempelajari berbagai  tulisan melalui buku, jurnal, majalah, informasi dari perusahaan maupun  internet untuk mendukung penelitian ini.
7.  Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan  menggunakan, antara lain: a.  Wawancara Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung dengan pimpinan  Istana Business Centre Tupperware di Jalan Brigjend Katamso No.8, Medan  Maimun dan orangtua murid SD St. Yoseph Jalan Pemuda Medan yang  terpilih sebagai responden untuk mengetahui apakah mereka menggunakan  Tupperware dan berapa kali menggunakan Tupperware.
b.  Daftar Pertanyaan (kuesioner) Kuesioner adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan  melalui daftar pertanyaan untuk diisi oleh orangtua murid SD St. Yoseph Jalan  Pemuda Medan yang terpilih sebagai responden.
c.  Studi Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan cara meninjau, membaca, dan mempelajari  berbagai macam buku, jurnal, dan informasi dari internet yang berhubungan  dengan pengaruh ekuitas merek terhadap keputusan konsumen membayar  harga premium.
8.  Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan untuk menguji apakah suatu  kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian. “Validitas menunjukkan  sejauh mana suatu alat pengukuran itu mengukur apa yang ingin diukur.
Reliabilitas adalah indeks yang munjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat  dipercaya atau adapat diandalkan” (Ginting dan Situmorang, 2008: 172).
Untuk menguji apakah kuesioner yang digunakan peneliti valid dan reliabel  maka peneliti mengambil responden diluar sampel sebanyak 30 orangtua SD St.
Antonius di Jalan Sriwijaya No.7, dengan kriteria telah membeli produk  Tupperware minimal sebanyak dua kali.Uji validitas dan reliabilitas kuesioner  dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Windows.
9.  Metode Analisis Data Metode Deskriptif Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan dengan mengumpulkan  dan menganalisa data yang diperoleh sehingga dapat memberikan gambaran yang  jelas mengenai pengaruh ekuitas merek Tupperware terhadap keputusan  konsumen membayar harga premium.
10. Teknik Analisis Data Teknik Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel  bebas terhadap variabel terikat.  Pengolahan data dilakukan dengassn  menggunakan bantuan software SPSS 16.0 for windows.
Formulasi yang digunakan adalah Y  =  a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan:  Y  =  Kesediaan membayar harga premium a  =  Konstanta b1-4  =  Koefisien regresi berganda X1  =  Kesadaran merek (Brand awareness) X2  =  Persepsi kualitas (Perceived quality) X3  =  Asosiasi merek (Brand association) X4  =  Loyalitas merek (Brand loyalty) e   =  Standard error Model regresi linear berganda diatas harus memenuhi syarat asumsi klasik  sebagai berikut: 1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah residual yang diteliti  berdistribusi normal atau tidak. Distribusi data tidak normal, karena terdapat  nilai ekstrem data yang diambil. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk uji  normalitas, yaitu: a. Analisis Grafik Normalitas data dapat dilihat melalui penyebaran titik pada sumbu diagonal  dari P-Plot atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan  keputusannya sebagai berikut: 1.  Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah  garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi  normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2.  Apabila data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah  garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi  normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Analisis statistik Pengujian normalitas yang didasarkan pada uji statistik non parametrik  Kolmogorov-Smirnov (K-S). Menurut Umar (2008:181) bahwa: “apabila pada  hasil uji Kolmogorov-Smirnov, nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05  (α = 5%, tingkat signifikan) maka data berdistribusi normal”.
2) Uji Multikolinieritas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi linier ditemukan  adanya korelasi yang tinggi diantara variable bebas. Ada atau tidaknya  multikolinieritas antar variable dapat diketahui dengan melihat nilai dari  variance inflation factor  (VIF) dari masing-masing variable independent  terhadap variable dependent.
Pengambilan keputusannya: VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinieritas Tolerence < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas Tolerence > 0,1 maka tidak terdapat multikolinieritas b. Analisis statistik Gejala heteroskedastisitas juga dapat dideteksi melalui uji Glesjer.
Pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Uji t (uji secara parsial)  Uji t dilakukan untuk menguji setiap variabel bebas (X1, X2, X3, X4) apakah  mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y)  secara parsial. Kriteria pengujiannya sebagai berikut : H0 : b1, b2, b3, b4 = 0 Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari  variabel bebas terhadap variabel terikat.
H1 : b1, b2, b3, b4 ≠ 0 Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari  variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kriteria Pengambilan Keputusan: Ho diterima apabila t-hitung< t-tabel pada α = 5 % H1 diterima apabila t-hitung > t-tabel pada α = 5 % 2. Uji F (uji secara serentak) Uji F dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (X1, X2, X3, X4)  mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y)  secara serentak. Kriteria pengujiannya sebagai berikut: H0 : b1, b2, b3, b4 = 0 Artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersamasama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
H1 : b1, b2, b3, b4 ≠ 0 Artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama  dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kriteria Pengambilan Keputusan:  Ho diterima apabila F-hitung < F-tabel pada α = 5 % H1 diterima apabila F-hitung > F-tabel pada α = 5 % 3. Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) menunjukkan besarnya kontribusi variabel bebas  terhadap variabel terikat. Semakin besar koefisien determinasi, maka semakin  baik kemampuan variabel bebas mempengaruhi variabel  terikat, dimana  0<R 2 <1. Jika determinasi (R 2 ) semakin besar (mendekati satu), maka dapat  dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas adalah besar terhadap variabel terikat. Hal ini berarti, model yang digunakan semakin kuat untuk  menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.
Sebaliknya, jika determinasi (R 2 ) semakin kecil (mendekati nol), maka dapat  dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat semakin  kecil. Hal ini berarti, model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan  pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.


Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi