BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kegiatan pemasaran adalah kegiatan penawaran suatu produk atau
jasa sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Kegiatan ini tentu saja tidak terlepas dari keputusan konsumen mengenai salah satu
atribut yang dimiliki produk tersebut
yaitu harga. Harga adalah jumlah yang harus diberikan oleh pelanggan terhadap kepemilikan suatu produk atau jasa.
Dalam penelitian
ini, keputusan konsumen membayar harga premium maksudnya adalah keputusan konsumen untuk
bersedia membeli suatu produk dengan
harga prestise yang merupakan strategi penetapan harga tertinggi yang bisa ditawarkan dimana pembeli mempunyai
asumsi bahwa barang-barang mahal mempunyai
reputasi yang luar biasa atau mempunyai kualitas yang sangat bagus dan berbeda.
Keputusan konsumen
membayar harga premium tentu saja tidak terlepas dari kemampuan para pemasar dalam membentuk
identitas produk yang kuat, antara lain
merek dari produk tersebut untuk dapat bertahan di tengah maraknya persaingan dan membanjirnya penawaran produk
sejenis dengan merek yang berbeda di
pasar baik dari dalam maupun dari luar negeri. Merek merupakan suatu tanda atau simbol yang menunjukkan identitas
suatu barang atau jasa tertentu yang
dapat berupa kata-kata, gambar atau kombinasi keduanya sehingga membedakannya dengan barang atau jasa dari
pesaingnya.
1 Pada merek ditemukan nilai-nilai yang bersifat
tidak berwujud (intangible), emosional,
keyakinan, harapan, serta sarat dengan persepsi pelanggan. Merek yang prestisius dapat disebut memiliki ekuitas
merek (brand equity) yang kuat.
Ekuitas merek
merupakan pengaruh diferensial positif maksudnya apabila pelanggan mengenal nama merek, pelanggan akan
merespons produk atau jasa tersebut.
Suatu produk dengan ekuitas merek yang kuat akan mampu memberikan pertahanan kepada perusahaan dalam persaingan
dengan jangka waktu yang lama.
Oleh karena itu,
pengetahuan tentang elemen-elemen ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi
kualitas, dan loyalitas merek serta pengukurannya sangat diperlukan untuk
menyusun langkah strategis dalam meningkatkan
eksistensi merek yang akhirnya dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.
Tupperware telah
menjadi salah satu perusahaan terkemuka di dunia di bidang wadah plastik untuk penyimpanan maupun
penyajian yang berkualitas tinggi dalam
usianya yang lebih dari setengah abad. Saat ini Tupperware telah dipasarkan hampir di seratus negara di dunia
dan merupakan perusahaan ketiga terbesar
di dunia untuk kategori penjualan langsung (Direct Selling). Di Indonesia sendiri, Tupperware mulai dijual sejak tahun
1991. Saat ini Tupperware Indonesia telah
memiliki lebih dari 70 distributor resmi yang tersebar di beberapa kota di Indonesia.
Tupperware
mengalami peningkatan dalam pemasarannya pada saat krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998. Hal ini
justru dikarenakan pada saat masyarakat
Indonesia banyak yang di-PHK, disinilah Tupperware kemudian mengajak mereka yang hanya mempunyai modal
yang tersisa untuk ikut bergabung dalam
pemasaran Tuppeware yang pada akhirnya menguntungkan bagi mereka. Proses yang dilalui Tupperware seperti
’akar pohon’ dimana seorang dealer
mencari beberapa orang untuk dijadikan dealer baru dengan mengadakan suatu party.
Party disini dalam arti
mengadakan pertemuan dengan beberapa kenalannya
untuk mendemonsrasikan produk-produk dari Tupperware, penjualan dan diselingi dengan beberapa permainan yang
akan memberikan hadiah menarik bagi
ibu-ibu yang hadir dalam party tersebut. Kegiatan ini akan menarik minat para undangan untuk menjadi dealer-dealer
Tupperware yang baru nantinya dan jumlahnya
akan terus-menerus berkembang. Hal inilah yang membuat peningkatan penjualan Tupperware pada krisis
moneter tahun 1998.
Tupperware
mempunyai banyak keunggulan seperti adanya garansi seumur hidup, melakukan inovasi terus-menerus,
desainnya yang menarik, ramah lingkungan,
serta aman untuk makanan dan minuman membuat Tupperware semakin diminati dan berdampak semakin diingatnya
merek Tupperware oleh konsumennya.
Pada Kamis 22 Juli
2010 Tupperware berhasil memperoleh penghargaan ”Indonesia Most Favorite Woman Brand 2010”.
Ini menandakan bahwa merek Tupperware
sangat diminati wanita-wanita di Indonesia meskipun Tupperware memiliki harga yang cukup tinggi dibandingkan
produk penyimpanan dan penyajian lainnya.
Penulis melakukan
penelitian pada orangtua murid SD di St. Yoseph Jalan Pemuda Medan. Para orang tua tersebut dalam
hal ini ibu-ibu memiliki arisan dan pada
arisan tersebut Tupperware diperbincangkan dan diperjualbelikan yang dealer-nya juga merupakan anggota dari
kelompok arisan tersebut. Para orangtua yang
mengikuti arisan selalu tertarik untuk mengetahui jenis-jenis produk dan manfaat yang dimiliki Tupperware yang kemudian
melakukan pemesanan dan pembelian
sehingga hampir seluruh murid SD di sekolah tersebut menggunakan produk Tupperware.
Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul: “Pengaruh Ekuitas Merek Produk Tupperware Terhadap Keputusan Konsumen Membayar Harga Premium (Studi Kasus Pada Orangtua Murid
SD. Santo Yoseph Jalan Pemuda Medan)” B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ekuitas merek (brand equity) yang
terdiri dari variabel kesadaran merek
(brand awareness), asosiasi merek (brand association), persepsi kualitas (perceived quality), dan loyalitas
merek (brand loyalty) yang dimiliki Tupperware
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen membayar harga premium pada orangtua murid
SD.Santo Yoseph Jalan Pemuda Medan ? 2. Variabel
ekuitas merek (brand equity) manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan konsumen membayar harga
premium pada orangtua murid SD.Santo Yoseph Jalan Pemuda
Medan ? C. Kerangka Konseptual Aaker (dalam Simamora, 2003:53) menggagas bahwa:
Ekuitas merek (brand equity) bersumber pada lima komponen, yaitu: kesadaran merek (brand awareness), asosiasi
merek (brand association), persepsi
kualitas (perceived quality), loyalitas merek (brand loyalty), dan aset-aset merek lainnya, seperti hak paten,
rahasia teknologi, rahasia bisnis, akses
khusus terhadap pemasok ataupun pasar, dan lain-lain.
Aaker mengembangkan
kelima sumber di atas yang berhubungan dengan konsumen menjadi 10 variabel yang diusulkan
sebagai indikator ekuitas merek (brand equity).
Adapun ke-10
variabel yang dikembangkan Aaker (dalam Simamora, 2003:53) berdasarkan gagasan lima aset utama
ekuitas merek (brand equity) itu adalah:
Ukuran kesadaran: 1. Kesadaran merek Ukuran asosiasi/ diferensiasi: 2. Persepsi
nilai (perceived value) 3. Kepribadian merek 4. Asosiasi organisasional Ukuran
kepemimpinan/ persepsi kualitas: 5. Persepsi kualitas 6. Kepemimpinan/
popularitas Ukuran loyalitas: 7. Premi harga 8. Kepuasan/ loyalitas Ukuran
perilaku pasar: 9. Pangsa pasar 10. Harga pasar dan cakupan distribusi “Harga
optimum/premium (premium price) dapat menjadi salah satu pengukuran ekuitas merek (brand equity) yang
terbaik yang tersedia, karena pengukuran
ini langsung menangkap konsumen yang loyal dengan cara yang relevan dan menunjukkan penghargaan konsumen
yang “lebih” kepada merek tersebut
dibandingkan kepada para pesaingnya” (Durianto, et.al, 2004:19 s/d 2004:68).
Berdasarkan uraian
di atas, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.1
Kerangka Konseptual Sumber: Simamora (2003:53) dan Kuncoro (2009:52) (data diolah, Oktober 2010) Pada Gambar 1.1
menunjukkan bahwa empat variabel ekuitas
merek, yaitu kesadaran merek (X1),
asosiasi merek (X2), persepsi kualitas (X3), dan loyalitas merek
(X4) mewakili persepsi konsumen tentang suatu merek yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen membayar harga
premium.
D. Hipotesis “Hipotesis
merupakan suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau
akan terjadi” (Kuncoro, 2009 : 59).
Ekuitas Merek (X) Asosiasi
Merek (X2) Persepsi Kualitas (X3) Loyalitas Merek (X4) Keputusan Konsumen Membayar Harga Premium
(Y) Kesadaran Merek (X1) Berdasarkan
perumusan masalah, maka hipotesis yang dikemukakan penulis adalah: 1.
Ekuitas merek (brand equity) yang terdiri dari variabel kesadaran merek (brand awareness), asosiasi merek (brand
association), persepsi kualitas (perceived
quality), dan loyalitas merek (brand loyalty)
yang dimiliki Tupperware
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen membayar harga premium pada orangtua murid
SD.Santo Yoseph Jalan Pemuda Medan.
2. Variabel
loyalitas merek (brand loyalty)
merupakan variabel yang paling dominan
mempengaruhi keputusan konsumen membayar harga premium pada orangtua murid SD.St.Yoseph Jalan Pemuda Medan.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini
adalah untuk : a. Mengetahui dan
menganalisis pengaruh ekuitas merek (brand equity) yang terdiri dari variable kesadaran merek
(brand awareness), asosiasi merek (brand association), persepsi kualitas
(perceived quality) dan loyalitas merek (brand loyalty) yang dimiliki Tupperware terhadap keputusan
konsumen membayar harga premium pada
orangtua murid SD Santo Yoseph Jalan Pemuda Medan.
b. Mengetahui dan menganalisis variabel ekuitas
merek (brand equity) yang paling dominan
mempengaruhi keputusan konsumen membayar harga premium pada orangtua murid SD Santo Yoseph
Jalan Pemuda Medan.
2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini
adalah: a. Bagi Penulis Penelitian ini
menjadi sarana untuk mengaplikasikan
pengetahuan teoritis pemasaran khususnya mengenai merek dan keputusan konsumen
membayar harga premium oleh pelanggan
dalam praktek.
b. Bagi Perusahaan Dapat digunakan sebagai salah
satu dasar pertimbangan dalam mengelola dan mempertahankan merek agar tetap menjadi
pilihan pelanggan mengingat persaingan
antar merek yang semakin meningkat.
c. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan sebagai bahan pertimbangan,
perbandingan dan penyempurnaan bagi
penelitian selanjutnya.
F. Metodologi Penelitian 1. Batasan Operasional Variabel Penelitian ini
hanya dibatasi pada orangtua murid kelas satu sampai dengan kelas enam SD (Sekolah Dasar) pada St. Yoseph
yang beralamat di Jln. Pemuda No.3A
Medan. Penulis membatasi atau memberikan batasan operasional bahwa penelitian ini hanya melihat pada pengaruh
ekuitas merek Tupperware terhadap keputusan
konsumen membayar harga premium.
2. Definisi Operasional Variabel Dalam
penelitian ini ada dua variabel penelitian yaitu: a. ”Variabel independen
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat)” (Sugiyono
2008:59). Adapun yang menjadi variabel independen dari penelitian ini adalah variabel kesadaran merek (X1), asosiasi
merek (X2), persepsi kualitas (X3), loyalitas
merek (X4).
Aaker (dalam
Hermawan Kartajaya, 2010:64) mendefinisikan keempat dimensi untuk menentukan ekuitas merek ,
yaitu: 1) Kesadaran Merek (Brand Awareness), yaitu
kemampuan dari pelanggan potensial untuk
mengenali atau mengingat bahwa suatu merek
termasuk ke dalam kategori produk tertentu.
2) Asosiasi Merek (Brand Association), yaitu
segala sesuatu yang terhubung di memori
pelanggan terhadap suatu merek.
3) Persepsi Kualitas (Perceived Quality), yaitu
persepsi pelanggan terhadap
kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa sehubungan dengan tujuan yang diinginkannya,
dibandingkan dengan alternatif-alternatif
lain.
4) Loyalitas Merek (Brand Loyalty), yaitu sebuah
ukuran ketertarikan pelanggan terhadap
suatu merek.
b. ”Variabel
dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”
(Sugiyono 2008:59). Variabel terikat dari penelitian ini adalah keputusan konsumen
membayar harga premium (Y) yaitu perilaku
konsumen yang menunjukkan kesediaan untuk mengorbankan sesuatu kepuasan (utility) demi memperoleh kepuasan
lain atau kesediaan untuk membayar suatu
objek yang sudah dinilai dengan harga yang lebih tinggi relatif terhadap merek pesaing terdekat.
Tabel 1.1 Defenisi
Operasionalisasi Variabel Persepsi Kualitas (X3) Persepi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa sehubungan dengan tujuan yang diinginkannya.
a. Tupperware merupakan wadah plastik yang memiliki mutu dan kualitas yang cukup baik.
b. Produk
Tupperware aman dan bebas dari zat kimia beracun.
c. Tupperware memberikan garansi seumur hidup yang benar
– benar bermanfaat Skala Likert Loyalitas Merek (X4) Sebuah
ukuran ketertarikan pelanggan terhadap suatu merek.
a. Konsumen selalu menggunakan merek Tupperware sebagai wadah makanan dan minuman b. Konsumen selalu beranggapan bahwa produk merek Tupperware adalah yang terbaik.
Skala Likert VARIABEL
(1) DEFENISI (2) INDIKATOR (3) SKALA PENGUKU RAN (4) Kesadaran Merek ( X1) Kemampuan
dari pelanggan potensial untuk mengenali atau mengingat bahwa suatu merek termasuk ke dalam kategori produk tertetu a. Tupperware merupakan merek wadah plastik yang pertama kali muncul di ingantan konsumen.
b. Merek Tupperware
sudah sangat terkenal di kalangan masyarakat umum.
c. Konsumen sudah cukup lama mengenal produk Tupperware.
Skala Likert Asosiasi
Merek ( X2) Segala sesuatu yang terhubung
di memori pelanggan terhadap suatu merek.
a. Tupperware cocok untuk segala jenis makanan dan minuman.
b. Wadah plastik
yang anti tumpah.
c. Produk yang cukup inovatif.
Skala Likert bersambung
Keputusan Konsumen Membayar Harga Premium (Y) Perilaku
konsumen yang menunjukkan kesediaan untuk membayar sesuatu kepuasan (utility) demi memperoleh kepuasan atau kesediaan untuk membayar suatu objek yang sudah dinilai dengan harga yang lebih tinggi relative terhadap merek pesaing terdekat a. Keputusan konsumen membayar dibanding merek-merek lain.
b. Keputusan konsumen membayar bila harga naik c. Keputusan konsumen membayar karena keawetan produk.
d. Kesediaan
membayar karena produk memiliki aspek estetika.
Skala Likert Sumber:
Aaker (2003), Ferrinadewi (2008), Kartajaya (2010), diolah oleh Penulis 3. Skala Pengukuran Variabel Pengukuran
masing-masing variabel dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. ”Skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial” (Sugiyono, 2008:132). Dalam
melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji, pada setiap jawaban akan diberi skor.
Pembagiannya adalah: Tabel 1.2 Instrumen
Skala Likert No. Pertanyaan Skor 1.
Sangat Setuju (SS) 5 2. Setuju (S)
4 3. Kurang Setuju (KS) 3 4.
Tidak Setuju (TS) 2 5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber: Sugiyono (2008:132) (1) (2)
(3) (4) c. Konsumen selalu merekomendasikan produk merek Tupperware kepada orang lain.
Sambungan: 4.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SD.Santo Yoseph
Jalan Pemuda Medan No.3A Medan Maimun.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.
5. Populasi dan Sampel a. Populasi ”Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2008:115).
Berdasarkan hasil
wawancara terhadap salah satu anggota bagian tata usaha sekolah, jumlah semua orangtua perempuan dari
murid SD kelas satu sampai dengan kelas
enam Santo Yoseph Jalan Pemuda Medan tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 967 orang.
b. Sampel ”Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut” (Sugiyono, 2008:116). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling,
yaitu teknik pengambilan sampel dengan
pertimbangan tertentu, yaitu dengan kriteria bahwa orangtua yang dijadikan sampel penelitian adalah orangtua
yang telah melakukan pembelian berulang
terhadap Tupperware minimal dua kali. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin (Ginting dan
Situmorang, 2008: 132), yaitu : n = ( ) 62 , 90 1 , 0 967 1 967 2 = + = n n Dimana
: n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e =
Taraf Kesalahan = 10% Sehingga jumlah sampel yang diperoleh adalah: Maka jumlah sampel yang diperoleh digenapkan
menjadi 91 orang.
6. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang
digunakan adalah data primer dan data sekunder.
a. Data primer Data primer diperoleh dengan
memberikan daftar pertanyaan (angket) kepada orangtua murid SD St.Yoseph Jalan Pemuda Medan
dan wawancara dengan salah satu anggota
tata usaha sekolah dan orangtua murid SD St. Yoseph Jalan Pemuda Medan.
b. Data sekunder Data yang diperoleh melalui
studi dokumentasi dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal, majalah,
informasi dari perusahaan maupun internet
untuk mendukung penelitian ini.
7. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan, antara lain: a. Wawancara Pengumpulan data dengan melakukan
wawancara langsung dengan pimpinan Istana
Business Centre Tupperware di Jalan Brigjend Katamso No.8, Medan Maimun dan orangtua murid SD St. Yoseph Jalan
Pemuda Medan yang terpilih sebagai
responden untuk mengetahui apakah mereka menggunakan Tupperware dan berapa kali menggunakan
Tupperware.
b. Daftar Pertanyaan (kuesioner) Kuesioner
adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan untuk diisi oleh
orangtua murid SD St. Yoseph Jalan Pemuda
Medan yang terpilih sebagai responden.
c. Studi Dokumentasi Teknik pengumpulan data
dengan cara meninjau, membaca, dan mempelajari berbagai macam buku, jurnal, dan informasi
dari internet yang berhubungan dengan
pengaruh ekuitas merek terhadap keputusan konsumen membayar harga premium.
8. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Uji
validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan untuk menguji apakah suatu kuesioner layak digunakan sebagai instrumen
penelitian. “Validitas menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukuran itu mengukur apa yang ingin diukur.
Reliabilitas adalah
indeks yang munjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau adapat diandalkan” (Ginting dan
Situmorang, 2008: 172).
Untuk menguji
apakah kuesioner yang digunakan peneliti valid dan reliabel maka peneliti mengambil responden diluar
sampel sebanyak 30 orangtua SD St.
Antonius di Jalan
Sriwijaya No.7, dengan kriteria telah membeli produk Tupperware minimal sebanyak dua kali.Uji
validitas dan reliabilitas kuesioner dalam
penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Windows.
9. Metode Analisis Data Metode Deskriptif Metode
deskriptif merupakan metode yang digunakan dengan mengumpulkan dan menganalisa data yang diperoleh sehingga
dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai pengaruh ekuitas merek Tupperware terhadap keputusan konsumen membayar harga premium.
10. Teknik Analisis
Data Teknik Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Pengolahan
data dilakukan dengassn menggunakan
bantuan software SPSS 16.0 for windows.
Formulasi yang
digunakan adalah Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan:
Y
= Kesediaan membayar harga
premium a = Konstanta b1-4 =
Koefisien regresi berganda X1
= Kesadaran merek (Brand
awareness) X2 = Persepsi kualitas (Perceived quality) X3 =
Asosiasi merek (Brand association) X4
= Loyalitas merek (Brand loyalty)
e =
Standard error Model regresi linear berganda diatas harus memenuhi
syarat asumsi klasik sebagai berikut: 1)
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah residual yang
diteliti berdistribusi normal atau
tidak. Distribusi data tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem data yang diambil. Ada dua cara
yang dapat digunakan untuk uji normalitas,
yaitu: a. Analisis Grafik Normalitas data dapat dilihat melalui penyebaran
titik pada sumbu diagonal dari P-Plot
atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannya sebagai berikut: 1. Apabila data menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
2. Apabila data menyebar jauh dari diagonal atau
tidak mengikuti arah garis diagonal atau
grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
b. Analisis
statistik Pengujian normalitas yang didasarkan pada uji statistik non
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Menurut Umar (2008:181) bahwa: “apabila pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov, nilai Asymp. Sig
(2-tailed) lebih besar dari 0,05 (α =
5%, tingkat signifikan) maka data berdistribusi normal”.
2) Uji
Multikolinieritas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi
linier ditemukan adanya korelasi yang
tinggi diantara variable bebas. Ada atau tidaknya multikolinieritas antar variable dapat
diketahui dengan melihat nilai dari variance
inflation factor (VIF) dari
masing-masing variable independent terhadap
variable dependent.
Pengambilan
keputusannya: VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas VIF
< 5 maka tidak terdapat multikolinieritas Tolerence < 0,1 maka diduga
mempunyai persoalan multikolinieritas Tolerence > 0,1 maka tidak terdapat
multikolinieritas b. Analisis statistik Gejala heteroskedastisitas juga dapat
dideteksi melalui uji Glesjer.
Pengujian hipotesis
sebagai berikut: 1. Uji t (uji secara parsial) Uji t dilakukan untuk menguji setiap variabel
bebas (X1, X2, X3, X4) apakah mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara parsial. Kriteria pengujiannya sebagai
berikut : H0 : b1, b2, b3, b4 = 0 Artinya secara parsial tidak terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
H1 : b1, b2, b3, b4
≠ 0 Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kriteria
Pengambilan Keputusan: Ho diterima apabila t-hitung< t-tabel pada α = 5 % H1
diterima apabila t-hitung > t-tabel pada α = 5 % 2. Uji F (uji secara
serentak) Uji F dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (X1, X2,
X3, X4) mempunyai pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara serentak. Kriteria pengujiannya sebagai
berikut: H0 : b1, b2, b3, b4 = 0 Artinya tidak terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan secara bersamasama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
H1 : b1, b2, b3, b4
≠ 0 Artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Kriteria
Pengambilan Keputusan: Ho diterima
apabila F-hitung < F-tabel pada α = 5 % H1 diterima apabila F-hitung >
F-tabel pada α = 5 % 3. Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2
) menunjukkan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Semakin besar
koefisien determinasi, maka semakin baik
kemampuan variabel bebas mempengaruhi variabel
terikat, dimana 0<R 2 <1.
Jika determinasi (R 2 ) semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas adalah
besar terhadap variabel terikat. Hal ini berarti, model yang digunakan semakin
kuat untuk menerangkan pengaruh variabel
bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.
Sebaliknya, jika
determinasi (R 2 ) semakin kecil (mendekati nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat semakin kecil.
Hal ini berarti, model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi