BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan
memiliki berbagai sasaran yang akan diraih guna mencapai tujuan perusahaan. Sasaran-sasaran itu akan
dapat tercapai melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan dengan cara melibatkan
aspek-aspek sumber daya yang terdapat dalam perusahaan tersebut; misalnya modal, mesin,
atau peralatan, sumber daya manusia, dan sebagainya. Di antara aspek tersebut yang
paling penting adalah aspek sumber daya manusia.
Sumber daya manusia sering di sebut sebagai modal intelektual (Intelectual capital)
yang terdiri dari orang-orang yang ada dalam perusahaan yang mempunyai kemampuan, bakat, dan semangat untuk bekerja.
Begitu pentingnya sumber daya manusia
maka perusahaan perlu memberikan semangat kerja kepada karyawan, sehingga dapat merangsang karyawan untuk dapat bekerja
dengan giat dan dapat meyelesaikan pekerjaan
tepat waktu hal ini akan mempengaruhi tingkat produktivitas karyawan agar tercapainya tujuan perusahaan.
Menurut Siagian (2007:57), bahwa
semangat kerja karyawan menunjukkan sejauh mana karyawan bergairah dalam melakukan tugas
dan tanggung jawabnya didalam perusahaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja diantaranya: kebanggaan pekerja atas
pekerjaannya dan kepuasannya dalam menjalankan pekerjaannya yang baik, sikap terhadap
pimpinan, hasrat untuk maju, perasaan telah diperlakukan secara baik, kemampuan untuk
bergaul secara baik, kesadaran akan tanggung
jawab pekerjaannya. Disamping itu, semangat kerja merupakan faktor yang cukup penting sebagai penunjang tercapainya
produktivitas yang tinggi. Untuk itulah perusahaan
mendorong para karyawannya agar mempunyai semangat kerja yang tinggi dengan harapan memperoleh banyak keuntungan,
dapat memperkecil tingkat absensi dan perpindahan.
Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh peran seorang pemimpin dalam perusahaan. Salah satu peran yang penting
seorang pemimpin adalah merealisasikan semangat
kerja bagi para karyawannya. Hal ini memperlihatkan suatu keterkaitan bahwa keberhasilan ataupun kegagalan perusahaan
dalam mencapai tujuannya berhubungan dengan
peranan seorang pemimpin.
Kemampuan seorang pemimpin dalam
memberikan pengaruh bagi karyawan-nya untuk
senantiasa menciptakan dan meningkatkan semangat bekerja untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang di arahkan
dan di kehendakinya dalam upaya mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Tujuan tersebut dapat terwujud jika orangorang yang ada didalam nya mampu
bekerja sama dengan orang lain dengan koordinasi seorang pemimpin yang memiliki berbagai
kemampuan untuk mengarahkan anggotanya.
Salah satu unsur penting
kepemimpinan dalam kaitannya terhadap semangat kerja karyawan adalah gaya kepemimpinan (cara
pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya).
Menurut Heidjrachaman (2005:225) terdapat tiga macam gaya kepemimpinan yang berbeda yaitu: gaya
kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan partisipasif, dan gaya kepemimpinan
pendelegasian (Free Rein Leader). Gaya kepemimpinan otokratik adalah pemimpin yang
menganggap bahwa semua kewajiban untuk
mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan mengawasi bawahan
terpusat di tangannya. gaya kepemimpinan partisipasif adalah pemimpin menjalankan
kepemimpinannya secara konsultasi, ia tidak mendelegasikan wewenangnya untuk membuat
keputusan akhir, dan untuk memberikan pengarahan
tertentu kepada bawahannya, tetapi ia mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari bawahan mengenai keputusan yang
akan di ambil. Gaya kepemimpinan pendelegasian
(Free Rein Leader) adalah pemimpin mendelegasikan wewenang untuk menyerahkan tanggung jawab penuh atas
pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan.
Kepemimpinan yang efektif akan
memberikan kontribusi besar kepada semangat kerja karyawan, sebaliknya kepemimpinan yang
tidak efektif dapat menghambat semangat
kerja karyawan. Indikasi turun dan rendahnya semangat kerja yaitu rendahnya produktivitas kerja, tingkat absensi yang
tinggi, labour turn over yang tinggi, tingkat kerusakan yang tinggi, kegelisahan
dimana-mana, tuntutan yang sering terjadi dan pemogokan. Untuk mengetahui tingkat semangat
kerja karyawan pada PT. Pembangunan Perumahan
(PP) bagian DVO-1 berikut ini adalah rekapitulasi absensi karyawan mulai bulan Januari 2008 - Desember 2008.
Tabel 1.Rekapitulasi Absensi Karyawan PT.
Pembangunan Perumahan (PP) Pada Bagian DVO-Bulan Januari 2008- Desember 200NoBulan
Jml.
Tenaga Kerja Jml.
Hari Kerja Jml.
Hari Kerja Seharusnya Jml.
Orang yg Tidak Hadir Absensi (%) 1 Januari
49 21 1.029
5 4,2 Februari
49 20 980
3 4,3 Maret
49 18 882
4 5,4 April
49 22 1.076
4 4,5 Mei
49 20 980
3 4,6 Juni
49 21 1.029
5 4,7 Juli
49 22 1.076
3 4,8 Agustus
49 20 980
2 4,9 September
49 22 1.076
2 4,10 Oktober
49 21 1.029
4 4,11 November
49 20 980
4 4,12 Desember
49 20 980
5 4,Jumlah 588
247 12.099 44 53,Rata-Rata 49
1008,25 4,4Sumber: PT.
Pembangunan Perumahan (PP), diolah Berdasarkan Tabel 1.1 tingkat kecendrungan
ketidakhadiran bervariasi selama bulan
Januari 2008 – Desember 2008, tingkat kehadiran yang terendah adalah bulan
April 4,1% sementara yang tertinggi adalah Maret sebesar 5,1%. Tingkat
rata-rata ketidakhadiran untuk seluruh karyawan adalah 4,43%. Menurut
Flippo tingkat ketidakhadiran karyawan
maksimal sebesar 3% hal ini menunjukkan bahwa ada indikasi penurunan semangat kerja di perusahaan
tersebut.
Penelitian ini dilakukan di PT.
Pembangunan Perumahan (PP) Kantor DVO-I Medan
yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi, dimana dewasa ini dengan perkembangan yang ada
perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan perusahaan sejenis, maka dari itu
diperlukan suatu pemimpin yang dapat memberikan
semangat kepada karyawannya. Hal ini diharapkan agar karyawan tetap merasa puas untuk bekerja lebih giat lagi dan
mempunyai dedikasi yang tinggi serta loyalitas
yang pada akhirnya dapat menguntungkan semua pihak yang ada di dalam perusahaan tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang
telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik meneliti dengan judul: “Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Terhadap Semangat Kerja Karyawan
pada PT. Pembangunan Perumahan (PP) Kantor DVO-I Medan”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
di atas maka perumusan masalah dapat disusun sebagai berikut: Apakah gaya kepemimpinan
otokratik, partisipasif dan pendelegasian berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan
pada PT. Pembangunan Perumahan (PP) Kantor
DVO-I Medan? C. Kerangka Konseptual Kerangka
konseptual merupakan penjelasan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti (Sugoyono,
2006:47).
Secara umum model gaya
kepemimpinan yang di terapkan seorang pemimpin dalam perusahaan terdiri atas tiga macam, di
antaranya gaya kepemimpinan otokratik, gaya
kepemimpinan partisipasif, dan gaya kepemimpinan pendelegasian (Heidjrachaman 2005:225). Gaya kepemimpinan otokratik adalah
gaya kepemimpinan yang menganggap bahwa
semua kewajiban untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan
mengawasi bawahan terpusat di tangannya.
Gaya kepemimpinan partisipasif
adalah pemimpin menjalankan kepemimpinannya secara konsultasi, ia tidak mendelegasikan
wewenangnya untuk membuat keputusan akhir, dan untuk memberikan pengarahan tertentu kepada
bawahannya, tetapi ia mencari berbagai pendapat
dan pemikiran dari bawahan mengenai keputusan yang akan di ambil. Gaya kepemimpinan pendelegasian adalah pemimpin
mendelegasikan wewenang untuk menyerahkan
tanggung jawab penuh atas pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan.
Menurut Nitisemito
(2002:160) semangat kerja adalah upaya melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan
demikian pekerjaan akan dapat di selesaikan dengan lebih baik. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap bagaimana seorang pemimpin dapat
menggerakan karyawan nya untuk semangat bekerja agar tercapai tujuan perusahaan. Hubungan kedua variabel secara
diagram dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Sumber: Heidjrachaman (2005:225),
Nitisemito (2002:160), diolah Gambar 1.1: Kerangka Konseptual Gaya Kepemimpinan
Otokratik (X1) Gaya Kepemimpinan Partisipatif (X2) Gaya Kepemimpinan Pendelegasian (X3) Semangat Kerja (Y) .D. Hipotesis Menurut Sugiyono (2004:257) :
“Hipotesa adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan
kenyataannya”. Dari pendapat tersebut, maka suatu hipotesis yang dikemukakan nantinya
bukanlah suatu jawaban yang benar secara mutlak, tetapi dipakai sebagai jalan untuk
mengatasi permasalahan yang ada, dan masih harus dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan
latar belakang dan perumusan masalah di atas,
penulis merumuskan hipotesis yaitu: ”Gaya kepemimpinan otokratik, partisipasif dan pendelegasian berpengaruh terhadap
semangat kerja karyawan pada PT.
Pembangunan Perumahan (PP) Kantor
DVO-I Medan”.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Mengetahui dan menganalisis
gaya kepemimpinan otokratik, partisipasif dan pendelegasian berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan pada PT.
Pembangunan Perumahan (PP) Kantor
DVO-I Medan.
2. Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi
PT. Pembangunan Perumahan (PP) kantor
DVO-I Medan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia . Khususnya pengaruh Gaya kepemimpinan
terhadap semangat kerja maka akan
bermanfaat bagi karyawan PT. Pembangunan Perumahan (PP) kantor DVO-I Medan untuk meningkatkan semangat
kerja.
b. Bagi
pihak atau peneliti lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan
dan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
c. Bagi Penulis Selain sebagai syarat
menyelesaikan pendidikan, juga dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan bidang ilmu
manajemen sumber daya manusia, dan
melatih penulis untuk dapat menerapkan teori-teori yang diperoleh dari perkuliahan.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Dalam penelitian ini,
yang menjadi batasan operasional adalah: a.
Variabel bebas (independent): Gaya kepemimpinan (X) Gaya kepemimpinan
yang akan diteliti dalam penelitian adalah: gaya kepemimpinan otokratik (X1), gaya kepemimpinan
partisipasif (X2), gaya kepemimpinan
pedelegasian (X3).
b. Variabel terikat (dependent): Semangat kerja
(Y) Menurut Nitisemito (2002:160) semangat kerja adalah upaya melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan
pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan
lebih baik.
2.
Skala Pengukuran Variabel Penelitian ini menggunakan skala likert yaitu digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial
(Sugiyono, 2006: 104). Untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian maka peneliti memberikan lima alternatif
jawaban kepada responden dengan menggunakan
skor 1 sampai 5 yang dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini: Tabel 1.Instrumen
Skala Likert Jawaban Skor Sangat
Setuju Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju Sumber: Sugiyono (2006: 104)
(data diolah, September2009) 3. Definisi Operasional Variabel Definisi
Operasional variabel merupakan penjelasan mengenai pengertian teoritis variabel sehingga dapat diamati dan
diukur. Defenisi operasional dari variabel-variabel
yang digunakan dala penelitian ini antara lain: a. Variabel independen : Gaya kepemimpinan Gaya
kepemimpinan adalah pola khas dari perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin saat berhadapan dengan anggota
kelompok (Dubrin, 2005:114).
Pada umumnya ada tiga macam gaya
kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan otokratik,
gaya kepemimpinan partisipasif, gaya kepemimpinan pedelegasian. Gaya kepemimpinan otokratik adalah gaya kepemimpinan menganggap semua kewajiban untuk
mengambil keputusan, untuk menjalankan
tindakan dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan mengawasi bawahan terpusat di tangannya. Gaya
kepemimpinan partisipasif adalah
pemimpin menjalankan pimpinannya secara konsultasi, ia tidak mendelegasikan wewenangnya untuk membuat
keputusan akhir, dan untuk memberikan
pengarahan kepada bawahannya, tetapi ia mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari bawahan mengenai
keputusan yang diambil.
Gaya kepemimpinan pendelegasian
adalah pemimpin mendelegasikan wewenang
untuk menyerahkan tanggung jawab penuh atas pelaksanaa pekerjaan kepada bawahan.
b. Variabel dependen : Semangat kerja Menurut
Nitisemito (2002:160) adalah upaya melakuka pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan
dapat diselesaikan dengan lebih baik.
Tabel 1.Definisi Operasionalisasi Variabel No Variabel
Indikator Variabel Skala Ukur 1
Independent (bebas) Gaya Kepemimpinan (X) a. Otokratik (X1) Pemimpin yang menganggap bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan mengawasi bawahan terpusat di tangannya.
b. Partisipasif (X2) Pemimpin menjalankan kepemimpinannya secara konsultasi, ia tidak mendelegasikan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir, dan untuk memberikan pengarahan tertentu kepada bawahannya, tetapi ia mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari bawahan mengenai keputusan yang akan di ambil.
c. Pendelegasian (X3) pemimpin mendelegasikan wewenang untuk menyerahkan tanggung jawab penuh atas pelaksanaa pekerjaa kepada bawahan.
1. pimpinan anda selalu mengambil keputusan didalam setiap tugas yang bapak/ibu kerjakan.
2. pimpinan anda tidak memberikan motivasi kepada bawahan dalam menjalankan tugasnya.
3. pimpinan anda selalu mengawasi pelaksanaan pekerjaan bawahannya.
4. pimpinan anda menganggap bawahannya tidak mampu mengarahkan diri sendiri.
5. pimpinan anda dalam menjalankan tanggung-jawabnya selalu berkonsultasi dengan bawahannya.
6. pimpinan anda selalu memberikan pengarahan tertentu kepada bawahan dalam melakukan pekerjaan.
7. pimpinan
anda senang menerima saran,
kritik dan pendapat dari bawahan dalam
mengambil keputusan.
8. pimpinan anda selalu memotivasi karyawan untuk memberikan ide dalam bekerja.
9. pimpinan anda sering menyerahkan tanggung-jawabnya kepada bawahan.
10. pimpinan anda selalu menginginkan bawahannya dapat mengendalikan diri sendiri dalam bekerja.
11. pimpinan anda tidak membuat peraturan tentang pelaksanaan tugas yang harus dikerjakan bawahannya.
12. pimpinan anda selalu tidak melakukan kontak denga bawahannya dalam bekerja.
Skala Likert 2. Dependent (terikat) Semangat Kerja (Y) Adalah
upaya melakukan pekerjaan secara lebih
giat sehingga dengan demikian pekerjaan
akan dapat di selesaikan dengan lebih
baik.
13. Dengan memperhatikan hubungan kerja sesama rekan kerja akan dapat meningkatkan semangat kerja.
14. pimpinan anda selalu memberikan kebebasan berkreativitas kepada bawahan.
15. adanya pimpinan yang selalu memberikan kebebasan berprestasi kepada karyawan akan dapat meningkatkan semangat kerja.
16. lingkungan kerja yang memadai dalam menjalankan tugas sehari-hari dapat meningkatkan semangat kerja.
17. suasana kerja yang nyaman dan damai selalu diperhatikan.
18. pimpinan selalu menegakkan disiplin kerja kepada karyawannya Skala Likert Sumber:
Heidjrachman (2005), Nitisemito (2002) 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil lokasi pada PT.
Pembangunan Perumahan (PP) Jl. Haji Adam
Malik No. 103 Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan November 2009.
5. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi didefinisikan sebagai suatu keseluruhan
pengamatan atau obyek yang menjadi
perhatian kita sedangkan sampel adalah
bagian populasi yang menjadi perhatian
kita. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah para karyawan PT. Pembangunan Perumahan (PP) kantor
DVO-I Medan yang berjumlah 49 orang.
b. Teknik pengambilan sampel Agar
data yang diperoleh representatif maka besarnya sampel yang akan diambil harus ditentukan dan harus
mencerminkan karakteristik populasi.
Menurut Arikunto (2006:120)
apabila subyeknya kurang dari 100 orang lebih baik diambil seluruhnya sebagai
sampelnya. Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti dan sebagai sampel dalam penelitian ini karena populasinya kurang dari 100 orang maka dalam
penelitian ini keseluruhan populasi akan
diambil sebagai sampel. Dengan dasar pendapat tersebut di atas maka sampel penelitian ini adalah seluruh
Karyawan bagian DVO-I Medan sejumlah 49
orang karyawan. Penarikan sampel menggunakan metode sampel jenuh yaitu penentuan sampel apabila semua
anggota populasi di gunakan sebagai
sampel atau yang di sebut juga dengan sensus (Sugiyono 2004: 78).
6.
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data,
yaitu: a. Data Primer Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
responden yang terpilih di lokasi
penelitian. Data primer diperoleh dengan cara memberikan daftar pertanyaan (kuesioner) dan melakukan wawancara
(interview).
b. Data Sekunder Yaitu data yang
diperoleh melalui studi dokumentasi baik dari buku, jurnal, majalah, sejarah perusahaan dan situs internet
untuk mendukung penelitian ini.
7. Teknik Pengumpulan Data a. Kuesioner Kuesioner yaitu seperangkat daftar
yang berisikan serangkaian pernyataan dan pertanyaan yang di buat oleh penulis untuk
diajukan kepada responden berhubungan
dengan hal yang ingin di teliti. ini dimaksudkan untuk memperoleh data primer berupa informasi secara
tertulis yang diperoleh langsung dari
responden karyawan PT. Pembangunan Perumahan (PP) kantor DVO-I Medan berkaitan dengan variabel-variabel
yang telah ditetapkan dalam penelitian.
b. Dokumentasi Pengambilan data secara tertulis atau data
yang sudah tersedia di tempat penelitian
dalam hal ini adalah di PT. Pembangunan Perumahan (PP) kantor DVO-I Medan seperti; 1.
Sejarah singkat perusahaan.
2. Struktur organisasi.
3. Data-data lain yang berhubungan dengan data penelitian.
8. Uji Validitas dan Realibilitas
1) Uji validitas digunakan oleh peneliti untuk mengetahui kelayakan butir-butir
dalam suatu daftar pertanyaan
(kuesioner) dalam mendefinisikan suatu variabel.
Menurut Nugroho (2005:68) Kriteria dalam menentukan validitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut: a) Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan
dinyatakan valid b) Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan dinyatakan tidak
valid.
2) Uji Realibilitasmerupakan
ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan
konstruk-konstruk pertanyaan yang
merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Uji realibilitas dapat dilakukan
secara bersama-sama terhadap butir pertanyaan untuk lebih dari satu variabel. Menurut
Nugroho (2005:72) realibilitas suatu
konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,6. Untuk uji
validitas dan realibilitas awal, peneliti menyebarkan kuesioner kepada 30 orang
responden yang diambil pada bagian DVO-2.
Uji validitas dan realibilitas
dimaksudkan untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik dan bermutu. Uji validitas dan
realibilitas dilakukan terhadap alat penelitian dalam hal ini adalah kuesioner. Valid artinya
data-data yang diperoleh dengan penggunaan
alat (instrumen) dapat menjawab tujuan penelitian sedangkan reliabel artinya konsisten atau stabil. Pada
penelitian ini, uji validitas dan realibilitas dilakukan dengan metode sekali ukur (one shot
method), dimana pengukuran dengan metode
ini cukup dilakukan satu kali. Untuk uji validitas dan realibilitas awal, peneliti menyebarkan kuesioner kepada 30 orang
responden awal diluar sampel yaitu karyawan
pada bagian DVO-2. Maka nilai r tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n – k. k merupakan jumlah butir
pertanyaan dalam suatu variabel. Jadi df = 30 - 18 = 12, maka r-tabel = 0.532.
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan
SPSS 12.00 dengan kriteria sebagai berikut: 1.
Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan dinyatakan valid 2. Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan
dinyatakan tidak valid.
3. R hitung dapat dilihat pada kolom corrected
item – total correlation Tahap survei kuesioner berisikan 18 pertanyaan yang
terdiri dari variabel bebas yaitu gaya
kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan partisipatif dan gaya kepemimpinan pendelegasian serta variabel
terikat yaitu semangat kerja. Pada Tabel 4.8 dapat dilihat uji validitas di bawah ini: Tabel 1.Validitas Butir Pertanyaan Butir Pertanyaan
Corrected item – total corelation Rtabel
Keterangan P1 .861 0.532
Valid P2 .862 0.532
Valid P3 .875 0.532
Valid P4 .732 0.532
Valid P5 .809 0.532
Valid P6 .812 0.532
Valid P7 .796 0.532
Valid P8 .792 0.532
Valid P9 .679 0.532
Valid P10 .721 0.532
Valid P11 .828 0.532
Valid P12 .818 0.532
Valid P13 .768 0.532
Valid P14 .774 0.532
Valid P15 .810 0.532
Valid P16 .787 0.532
Valid P17 .875 0.532
Valid P18 .892 0.532
Valid Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 12.00,
September 200Tabel 1.4 menunjukkan bahwa 18 butir pertanyaan valid dengan nilai
Rhitung > Rtabel dan butir pertanyaan
yang memiliki nilai tertinggi adalah P18 (0.892) dan nilai terendah adalah pertanyaan P9 (0.679).
Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa semua butir pertanyaan tersebut valid dan layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.
Hasil uji realibilitas
berdasarkan data yang diolah peneliti dengan bantuan Software SPSS ver. 12.00 dapat dilihat pada
Tabel 1.5 di bawah ini: Tabel 1.Realibilitas Kuesioner Cronbach’s Alpha N of Items 0.973 1Sumber: Pengolahan Data
Primer (kuesioner) dengan SPSS 12.00, September 200 Tabel 1.5 menunjukkan bahwa
Rhitung (0.973) > Rtabel (0.60). Menurut Nugroho (2005: 72) “Realibilitas suatu konstruk
variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0.60”. Maka dapat
disimpulkan bahwa pada pertanyaan yang terdapat
pada kuesioner adalah realibilitas dan layak digunakan sebagai instrumen penelitian.
9. Metode Analisis Data a. Metode Analisis Deskriptif Metode analisis
deskriptif merupakana cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada, sehingga memberikan gambaran
yang jelas melalui pengumpulan, menyusun
dan menganalisis data sehingga dapat diketahui gambaran perusahaan yang diteliti.
b. Analisis regresi linier
berganda Dalam penelitian ini persamaan model regresi yang digunakan yaitu menurut Sugiyono (2004:251): Y = a + b1x1 +
b2x2 + b3x3 + e Dimana: a = konstanta b = perubahan rata-rata untuk setiap
perubahan satu unit variabel x X1 =
Gaya kepemimpinan Otoktratik X2 = Gaya
kepemimpinan Partisipasif X3 = Gaya
kepemimpinan Pendelegasian Y = Semangat kerja b1,..b3=
Koefisien regresi e = Variabel pengganggu Suatu perhitungan statistik disebut
signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada didalam daerah kritis
(daerah dimana Ho ditolak).
Sebaliknya, disebut tidak
signifikan bila nilai uji statistiknya berada didalam daerah dimana Ho diterima.
Dalam analisis regresi ada 3 jenis kriteria ketepatan (Nugroho, 2005:45)
yaitu: (1) Uji –F Uji – F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel
terikat. Uji – F digunakan untuk melihat secara bersamasama (serentak) variabel
independen yaitu gaya kepemimpinan pendelegasian
(X1), gaya kepemimpinan partisipatif (X2), gaya kepemimpinan pendelegasian (X3) terhadap
variabel dependen yaitu semangat kerja
(Y). Ho : b1 = b2 = b3 = 0artinya, secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel-variabel independen
X1, X2, X3 terhadap variabel dependen
yaitu semangat kerja (Y).
Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya
secara bersama-sama (serentak) terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan dari variabel-variabel independen X1, X2, X3 terhadap variabel dependen yaituvariabel
terikat (Y).
(2) Uji - t Uji-t menunjukkan seberapa besar pengaruh
variabel bebas secara individual terhadap variable terikat. Adapun Uji – t menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: Ho : b1 =0,
artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen yaitu gaya
kepemimpinan otokratik (X1), variabel
gaya kepemimpinan partisipasif (X2),
variabel gaya kepemimpinan pendelegasian
(X3) terhadap variabel dependen yaitu semangat
kerja (Y).
Ho : b1 ≠ 0,
artinya secara parsial
terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3)
yaitu berupa variabel gaya kepemimpinan
otokratik (X1), variabel gaya kepemimpinan partisipasif (X2), variabel gaya
kepemimpinan pendelegasian (X3) terhadap
variable dependen yaitu semangat
kerja (Y).
Kriteria pengambilan keputusan: Ho
diterima jika t hitung < t table pada α = 5%.
Ha diterima jika t hitung > t
table pada α = 5%.
(3) Identifikasi Determinasi (R²)
Identifikasi determinan (R²) bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam output SPSS, identifikasi determinan terletak
pada tabel Model Summary dan tertulis R square. Namun untuk regresi linear
berganda sebaiknya menggunakan
Adjusted R square, karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam
penelitian. Nilai R square dikatakan baik jika di atas 0.5 karena nilai R
square berkisar antara sampai 1 (Nugroho, 2005: 51). Identifikasi determinan
menunjukkan besarnya kontribusi variabel
independen (X)terhadap variabel dependen (Y). Semakin besar nilai identifikasi
determinan, maka semakin baik kemampuan
variabel dependen (Y). Jika determinan (R ) semakin besar (mendekati satu) maka dapat dikatakan bahwa
pengaruh yang signifikan dari variabel
independen yaitu gaya kepemimpinan otokratik (X1), gaya kepemipinan partisipatif (X2), gaya
kepemimpinan pendelegasian (X3) terhadap
variabel dependen yaitu semangat kerja (Y) semakin besar.
Sebaliknya, jika determinan (R²) semakin kecil (mendekati nol)
maka dapat dikatakan bahwa pengaruh yang
signifikan dari variabel independen yaitu
gaya kepemimpinan otokratik (X1), gaya kepemipinan partisipatif (X2), gaya kepemimpinan pendelegasian (X3)
terhadap variabel dependen yaitu
semangat kerja (Y) semakin kecil.
10. Uji Asumsi Klasik 1. Uji
Normalitas Analisis normalitas dilakukan dengan mengamati penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal grafik.
Metode yang dipakai dalam pengujian ini adalah metode plot. Jika data menyebar di sekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal
dan tidak mengikuti arah garis diagonal
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Nugroho, 2005: 64).
2. Multikolinearitas Pengujian
ini digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen dengan variabel dependen.
Untuk mendeteksi adanyamultikolinearitas digunakan ketentuan sebagai berikut: Jika nilai Variance Inflation
Factor (VIF) tidak lebih besar dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari
0,1 maka model dapat dikatakan terbebas
dari multikolinearitas (Nugroho, 2005: 59).
3. Uji Autokorelasi Menguji autokorelasi dalam
suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu.
Cara mudah mendeteksi autokorelasi dapat
dilakukan dengan uji Durbin Watson. Model regresi linier berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai
Durbin Watson hitung terletak di daerah
No Autocorelasi. Untuk mempercepat proses ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat digunakan patokan
nilai Durbin Watson. Jika nilai Durbin
Watson hitung mendekati atau sekitar angka 2 maka model tersebut terbebas dari asumsi klasik autokorelasi,
karena angka 2 pada uji Durbin Watson
terletak di daerah No Autocorrelation (Nugroho, 2005: 60).
4. Uji Heterokedastisitas Pengujian
ini digunakan dalam model regresi untuk melihat terjadi ketidaksamaan varians dasar residual
pengamatan yang lain. Jika varians berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang
paling baik adalah tidak terjadi
heterokedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu model dapat dilihat pada gambar
Scatterplot model. Analisis pada gambar
Scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika (Nugroho,
2005: 63).
a. Titik-titik data menyebar di atas dan di
bawah atau di sekitar angka 0.
b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di
atas atau dibawah saja c. Penyebaran
titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
d. Penyebaran titik-titik data sebainya tidak
berpola.
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi