Kamis, 20 Maret 2014

Skripsi Manajemen: PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PT PEMBANGUNAN PERUMAHAN



BAB I PENDAHULUAN 
A.  Latar Belakang Masalah 
Setiap perusahaan memiliki berbagai sasaran yang akan diraih guna mencapai  tujuan perusahaan. Sasaran-sasaran itu akan dapat tercapai melalui aktivitas-aktivitas  yang dilakukan dengan cara melibatkan aspek-aspek sumber daya yang terdapat dalam  perusahaan tersebut; misalnya modal, mesin, atau peralatan, sumber daya manusia, dan  sebagainya. Di antara aspek tersebut yang paling penting adalah aspek sumber daya  manusia. Sumber daya manusia sering di sebut sebagai modal intelektual (Intelectual  capital)  yang terdiri dari orang-orang yang ada dalam perusahaan yang mempunyai  kemampuan, bakat, dan semangat untuk bekerja. Begitu pentingnya sumber daya  manusia maka perusahaan perlu memberikan semangat kerja kepada karyawan, sehingga  dapat merangsang karyawan untuk dapat bekerja dengan giat dan dapat meyelesaikan  pekerjaan tepat waktu hal ini akan mempengaruhi tingkat produktivitas karyawan agar  tercapainya tujuan perusahaan.

Menurut Siagian (2007:57), bahwa semangat kerja karyawan menunjukkan sejauh  mana karyawan bergairah dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya didalam  perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja  diantaranya: kebanggaan pekerja atas pekerjaannya dan kepuasannya dalam menjalankan  pekerjaannya yang baik, sikap terhadap pimpinan, hasrat untuk maju, perasaan telah  diperlakukan secara baik, kemampuan untuk bergaul secara baik, kesadaran akan  tanggung jawab pekerjaannya. Disamping itu, semangat kerja merupakan faktor yang   cukup penting sebagai penunjang tercapainya produktivitas yang tinggi. Untuk itulah  perusahaan mendorong para karyawannya agar mempunyai semangat kerja yang tinggi  dengan harapan memperoleh banyak keuntungan, dapat memperkecil tingkat absensi dan  perpindahan. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh peran seorang pemimpin dalam  perusahaan. Salah satu peran yang penting seorang pemimpin adalah merealisasikan  semangat kerja bagi para karyawannya. Hal ini memperlihatkan suatu keterkaitan bahwa  keberhasilan ataupun kegagalan perusahaan dalam mencapai tujuannya berhubungan  dengan peranan seorang pemimpin.
Kemampuan seorang pemimpin dalam memberikan pengaruh bagi karyawan-nya  untuk senantiasa menciptakan dan meningkatkan semangat bekerja untuk melakukan  pekerjaan sesuai dengan apa yang di arahkan dan di kehendakinya dalam upaya mencapai  tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Tujuan tersebut dapat terwujud jika orangorang yang ada didalam nya mampu bekerja sama dengan orang lain dengan koordinasi  seorang pemimpin yang memiliki berbagai kemampuan untuk mengarahkan anggotanya.
Salah satu unsur penting kepemimpinan dalam kaitannya terhadap semangat kerja  karyawan adalah gaya kepemimpinan (cara pemimpin untuk mempengaruhi  bawahannya). Menurut Heidjrachaman (2005:225) terdapat tiga macam gaya  kepemimpinan yang berbeda yaitu: gaya kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan  partisipasif, dan gaya kepemimpinan pendelegasian  (Free Rein Leader). Gaya  kepemimpinan otokratik adalah pemimpin yang menganggap bahwa semua kewajiban  untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan dan untuk mengarahkan,  memberi motivasi dan mengawasi bawahan terpusat di tangannya. gaya kepemimpinan   partisipasif adalah pemimpin menjalankan kepemimpinannya secara konsultasi, ia tidak  mendelegasikan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir, dan untuk memberikan  pengarahan tertentu kepada bawahannya, tetapi ia mencari berbagai pendapat dan  pemikiran dari bawahan mengenai keputusan yang akan di ambil. Gaya kepemimpinan  pendelegasian (Free Rein Leader) adalah pemimpin mendelegasikan wewenang untuk  menyerahkan tanggung jawab penuh atas pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan.
Kepemimpinan yang efektif akan memberikan kontribusi besar kepada semangat  kerja karyawan, sebaliknya kepemimpinan yang tidak efektif dapat menghambat  semangat kerja karyawan. Indikasi turun dan rendahnya semangat kerja yaitu rendahnya  produktivitas kerja, tingkat absensi yang tinggi, labour turn over yang tinggi, tingkat  kerusakan yang tinggi, kegelisahan dimana-mana, tuntutan yang sering terjadi dan  pemogokan. Untuk mengetahui tingkat semangat kerja karyawan pada PT. Pembangunan  Perumahan (PP) bagian DVO-1 berikut ini adalah rekapitulasi absensi karyawan mulai  bulan Januari 2008 - Desember 2008.
 Tabel 1.Rekapitulasi Absensi Karyawan PT. Pembangunan Perumahan (PP) Pada Bagian DVO-Bulan Januari 2008- Desember 200NoBulan Jml.
Tenaga Kerja Jml.
Hari Kerja Jml.
Hari Kerja Seharusnya Jml.
Orang yg Tidak Hadir Absensi (%) 1  Januari  49  21  1.029  5  4,2  Februari  49  20  980  3  4,3  Maret  49  18  882  4  5,4  April  49  22  1.076  4  4,5  Mei  49  20  980  3  4,6  Juni  49  21  1.029  5  4,7  Juli  49  22  1.076  3  4,8  Agustus  49  20  980  2  4,9  September  49  22  1.076  2  4,10  Oktober  49  21  1.029  4  4,11  November  49  20  980  4  4,12  Desember  49  20  980  5  4,Jumlah  588  247  12.099  44  53,Rata-Rata  49    1008,25    4,4Sumber: PT. Pembangunan Perumahan (PP), diolah Berdasarkan Tabel 1.1 tingkat kecendrungan ketidakhadiran bervariasi selama  bulan Januari 2008 – Desember 2008, tingkat kehadiran yang terendah adalah bulan April  4,1%  sementara yang tertinggi adalah Maret sebesar  5,1%. Tingkat  rata-rata ketidakhadiran untuk seluruh karyawan adalah 4,43%. Menurut Flippo tingkat  ketidakhadiran karyawan maksimal sebesar 3% hal ini menunjukkan bahwa ada indikasi  penurunan semangat kerja di perusahaan tersebut.
Penelitian ini dilakukan di PT. Pembangunan Perumahan (PP) Kantor DVO-I  Medan yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi, dimana  dewasa ini dengan perkembangan yang ada perusahaan dituntut untuk dapat bersaing  dengan perusahaan sejenis, maka dari itu diperlukan suatu pemimpin yang dapat   memberikan semangat kepada karyawannya. Hal ini diharapkan agar karyawan tetap  merasa puas untuk bekerja lebih giat lagi dan mempunyai dedikasi yang tinggi serta  loyalitas yang pada akhirnya dapat menguntungkan semua pihak yang ada di dalam  perusahaan tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik  meneliti dengan judul: “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Semangat Kerja  Karyawan pada PT. Pembangunan Perumahan (PP) Kantor DVO-I Medan”.
B.  Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dapat disusun  sebagai berikut: Apakah gaya kepemimpinan otokratik, partisipasif dan pendelegasian  berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan pada PT. Pembangunan Perumahan (PP)  Kantor DVO-I Medan?  C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan penjelasan secara teoritis pertautan antara  variabel yang akan diteliti (Sugoyono, 2006:47).
Secara umum model gaya kepemimpinan yang di terapkan seorang pemimpin  dalam perusahaan terdiri atas tiga macam, di antaranya gaya kepemimpinan otokratik,  gaya kepemimpinan partisipasif, dan gaya kepemimpinan pendelegasian (Heidjrachaman  2005:225). Gaya kepemimpinan otokratik adalah gaya kepemimpinan yang menganggap  bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan dan   untuk mengarahkan, memberi motivasi dan mengawasi bawahan terpusat di tangannya.
Gaya kepemimpinan partisipasif adalah pemimpin menjalankan kepemimpinannya secara  konsultasi, ia tidak mendelegasikan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir, dan  untuk memberikan pengarahan tertentu kepada bawahannya, tetapi ia mencari berbagai  pendapat dan pemikiran dari bawahan mengenai keputusan yang akan di ambil. Gaya  kepemimpinan pendelegasian adalah pemimpin mendelegasikan wewenang untuk  menyerahkan tanggung jawab penuh atas pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan.
Menurut Nitisemito (2002:160)  semangat kerja  adalah upaya melakukan  pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat di selesaikan  dengan lebih baik. Hal ini sangat berpengaruh terhadap bagaimana seorang pemimpin  dapat menggerakan karyawan nya untuk semangat bekerja agar tercapai tujuan  perusahaan. Hubungan kedua variabel secara diagram dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Sumber: Heidjrachaman (2005:225), Nitisemito (2002:160), diolah Gambar 1.1: Kerangka Konseptual Gaya Kepemimpinan  Otokratik (X1) Gaya Kepemimpinan  Partisipatif (X2) Gaya Kepemimpinan  Pendelegasian (X3) Semangat Kerja (Y)  .D. Hipotesis Menurut Sugiyono (2004:257) : “Hipotesa adalah pernyataan yang masih lemah  kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataannya”. Dari pendapat tersebut, maka  suatu hipotesis yang dikemukakan nantinya bukanlah suatu jawaban yang benar secara  mutlak, tetapi dipakai sebagai jalan untuk mengatasi permasalahan yang ada, dan masih  harus dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di  atas, penulis merumuskan hipotesis yaitu: ”Gaya kepemimpinan otokratik, partisipasif  dan pendelegasian berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan pada PT.
Pembangunan Perumahan (PP) Kantor DVO-I Medan”.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.  Tujuan Penelitian Mengetahui dan menganalisis gaya kepemimpinan otokratik, partisipasif dan  pendelegasian berpengaruh  terhadap semangat kerja karyawan pada PT.
Pembangunan Perumahan (PP) Kantor DVO-I Medan.
2.  Manfaat Penelitian a.  Bagi Perusahaan  Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi PT. Pembangunan Perumahan  (PP) kantor DVO-I Medan dalam rangka pengembangan sumber daya  manusia . Khususnya pengaruh Gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja  maka akan bermanfaat bagi karyawan PT. Pembangunan Perumahan (PP)  kantor DVO-I Medan untuk meningkatkan semangat kerja.
 b.  Bagi pihak atau peneliti lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan  referensi untuk penelitian selanjutnya.
c.  Bagi Penulis Selain sebagai syarat menyelesaikan pendidikan, juga dapat menambah  khasanah ilmu pengetahuan bidang ilmu manajemen sumber daya manusia,  dan melatih penulis untuk dapat menerapkan teori-teori yang diperoleh dari  perkuliahan.
F. Metode Penelitian 1.  Batasan Operasional Dalam penelitian ini, yang menjadi batasan operasional adalah: a.  Variabel bebas (independent): Gaya kepemimpinan (X) Gaya kepemimpinan yang akan diteliti dalam penelitian adalah: gaya  kepemimpinan otokratik (X1), gaya kepemimpinan partisipasif (X2), gaya  kepemimpinan pedelegasian (X3).
b.  Variabel terikat (dependent): Semangat kerja (Y) Menurut Nitisemito (2002:160) semangat kerja adalah upaya melakukan  pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan pekerjaan akan dapat diselesaikan  dengan lebih baik.
 2.  Skala Pengukuran Variabel Penelitian ini menggunakan skala likert  yaitu digunakan untuk mengukur  sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena  sosial (Sugiyono, 2006: 104). Untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian  maka peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden dengan  menggunakan skor 1 sampai 5 yang dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini: Tabel 1.Instrumen Skala Likert Jawaban  Skor Sangat Setuju  Setuju  Kurang Setuju  Tidak Setuju  Sangat Tidak Setuju  Sumber: Sugiyono (2006: 104) (data diolah, September2009)  3.  Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional variabel merupakan penjelasan mengenai pengertian  teoritis variabel sehingga dapat diamati dan diukur. Defenisi operasional dari  variabel-variabel yang digunakan dala penelitian ini antara lain: a.  Variabel independen : Gaya kepemimpinan Gaya kepemimpinan adalah pola khas dari perilaku yang ditunjukkan oleh  pemimpin saat berhadapan dengan anggota kelompok (Dubrin, 2005:114).
Pada umumnya ada tiga macam gaya kepemimpinan yaitu gaya  kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan partisipasif,  gaya  kepemimpinan pedelegasian.  Gaya kepemimpinan otokratik adalah gaya   kepemimpinan menganggap semua kewajiban untuk mengambil keputusan,  untuk menjalankan tindakan dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan  mengawasi bawahan terpusat di tangannya. Gaya kepemimpinan partisipasif  adalah pemimpin menjalankan pimpinannya secara konsultasi, ia tidak  mendelegasikan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir, dan untuk  memberikan pengarahan kepada bawahannya, tetapi ia mencari berbagai  pendapat dan pemikiran dari bawahan mengenai keputusan yang diambil.
Gaya kepemimpinan pendelegasian adalah pemimpin mendelegasikan  wewenang untuk menyerahkan tanggung jawab penuh atas pelaksanaa  pekerjaan kepada bawahan.
b.  Variabel dependen : Semangat kerja Menurut Nitisemito (2002:160) adalah upaya melakuka pekerjaan secara lebih  giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan  lebih baik.
 Tabel 1.Definisi Operasionalisasi Variabel No  Variabel  Indikator Variabel  Skala  Ukur 1  Independent (bebas) Gaya Kepemimpinan (X) a.  Otokratik (X1)  Pemimpin yang menganggap bahwa  semua kewajiban untuk mengambil  keputusan, untuk menjalankan  tindakan dan untuk  mengarahkan,  memberi motivasi dan mengawasi  bawahan terpusat di tangannya.
b.  Partisipasif (X2)  Pemimpin menjalankan  kepemimpinannya secara konsultasi, ia  tidak mendelegasikan wewenangnya  untuk membuat keputusan akhir, dan  untuk memberikan pengarahan tertentu  kepada bawahannya, tetapi ia mencari  berbagai pendapat dan pemikiran dari  bawahan mengenai keputusan yang  akan di ambil.
c.  Pendelegasian (X3)  pemimpin mendelegasikan wewenang  untuk menyerahkan tanggung jawab  penuh atas pelaksanaa pekerjaa kepada  bawahan.
1.  pimpinan anda selalu mengambil  keputusan didalam setiap tugas yang  bapak/ibu kerjakan.
2.  pimpinan anda tidak memberikan  motivasi kepada bawahan dalam  menjalankan tugasnya.
3.  pimpinan anda selalu mengawasi  pelaksanaan pekerjaan bawahannya.
4.  pimpinan anda menganggap  bawahannya tidak mampu  mengarahkan diri sendiri.
5.  pimpinan anda dalam menjalankan  tanggung-jawabnya selalu  berkonsultasi dengan bawahannya.
6.  pimpinan anda selalu memberikan  pengarahan tertentu kepada bawahan  dalam melakukan pekerjaan.
7.  pimpinan  anda senang menerima  saran, kritik dan pendapat dari  bawahan dalam mengambil keputusan.
8.  pimpinan anda selalu memotivasi  karyawan untuk memberikan ide  dalam bekerja.
9.  pimpinan anda sering menyerahkan  tanggung-jawabnya kepada bawahan.
10.  pimpinan anda selalu menginginkan  bawahannya dapat mengendalikan diri  sendiri dalam bekerja.
11.  pimpinan anda tidak membuat  peraturan tentang pelaksanaan tugas  yang harus dikerjakan bawahannya.
12.  pimpinan anda selalu tidak melakukan  kontak denga bawahannya dalam  bekerja.
Skala Likert 2.  Dependent (terikat) Semangat Kerja (Y) Adalah upaya melakukan pekerjaan  secara lebih giat sehingga dengan  demikian pekerjaan akan dapat di  selesaikan dengan lebih baik.
13.  Dengan memperhatikan hubungan  kerja sesama rekan kerja akan dapat  meningkatkan semangat kerja.
14.  pimpinan anda selalu memberikan  kebebasan berkreativitas kepada  bawahan.
15.  adanya pimpinan yang selalu  memberikan kebebasan berprestasi  kepada karyawan akan dapat  meningkatkan semangat kerja.
16.  lingkungan kerja yang memadai dalam  menjalankan tugas sehari-hari dapat  meningkatkan semangat kerja.
17.  suasana kerja yang nyaman dan damai  selalu diperhatikan.
18.  pimpinan selalu menegakkan disiplin  kerja kepada karyawannya Skala Likert Sumber: Heidjrachman (2005), Nitisemito (2002)  4.  Lokasi dan Waktu Penelitian  Penelitian mengambil lokasi pada PT. Pembangunan Perumahan (PP) Jl. Haji  Adam Malik No. 103 Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September  sampai dengan November 2009.
5.  Populasi dan Sampel a.  Populasi  Populasi didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengamatan atau obyek yang  menjadi perhatian kita sedangkan  sampel adalah bagian populasi yang  menjadi perhatian kita. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah para  karyawan PT. Pembangunan Perumahan (PP) kantor DVO-I Medan yang  berjumlah 49 orang.
b. Teknik pengambilan sampel Agar data yang diperoleh representatif maka besarnya sampel yang akan  diambil harus ditentukan dan harus mencerminkan karakteristik populasi.
Menurut Arikunto (2006:120) apabila subyeknya kurang dari 100 orang lebih baik diambil seluruhnya sebagai sampelnya. Sampel adalah sebagian atau  wakil populasi yang diteliti dan sebagai sampel dalam penelitian ini karena  populasinya kurang dari 100 orang maka dalam penelitian ini keseluruhan  populasi akan diambil sebagai sampel. Dengan dasar pendapat tersebut di atas  maka sampel penelitian ini adalah seluruh Karyawan bagian DVO-I Medan  sejumlah 49 orang karyawan. Penarikan sampel menggunakan metode sampel  jenuh yaitu penentuan sampel apabila semua anggota populasi di gunakan  sebagai sampel atau yang di sebut juga dengan sensus (Sugiyono 2004: 78).
 6.  Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yaitu: a.  Data Primer  Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang terpilih di  lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan cara memberikan daftar  pertanyaan (kuesioner) dan melakukan wawancara (interview).
b. Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi baik dari buku, jurnal,  majalah, sejarah perusahaan dan situs internet untuk mendukung penelitian  ini.
7.  Teknik Pengumpulan Data a.  Kuesioner Kuesioner yaitu seperangkat daftar yang berisikan serangkaian pernyataan dan  pertanyaan yang di buat oleh penulis untuk diajukan kepada responden  berhubungan dengan hal  yang ingin di teliti.  ini dimaksudkan untuk  memperoleh data primer berupa informasi secara tertulis yang diperoleh  langsung dari responden karyawan PT. Pembangunan Perumahan (PP) kantor  DVO-I Medan berkaitan dengan variabel-variabel yang telah ditetapkan dalam  penelitian.
b.  Dokumentasi  Pengambilan data secara tertulis atau data yang sudah tersedia di tempat  penelitian dalam hal ini adalah di PT. Pembangunan Perumahan (PP) kantor  DVO-I Medan seperti;     1. Sejarah singkat perusahaan.
   2.  Struktur organisasi.
   3. Data-data lain yang berhubungan dengan data penelitian.
8. Uji Validitas dan Realibilitas 1) Uji validitas digunakan oleh peneliti untuk mengetahui kelayakan butir-butir  dalam suatu daftar pertanyaan (kuesioner) dalam mendefinisikan suatu  variabel. Menurut Nugroho (2005:68) Kriteria dalam menentukan validitas  suatu kuesioner adalah sebagai berikut:  a) Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan dinyatakan valid b) Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.
2) Uji Realibilitasmerupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden  dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan  yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk  kuesioner. Uji realibilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap butir  pertanyaan  untuk lebih dari satu variabel. Menurut Nugroho (2005:72)  realibilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai  Cronbach’s Alpha > dari 0,6. Untuk uji validitas dan realibilitas awal, peneliti  menyebarkan kuesioner kepada 30 orang responden yang diambil pada bagian  DVO-2.
Uji validitas dan realibilitas dimaksudkan untuk mendapatkan hasil penelitian  yang baik dan bermutu. Uji validitas dan realibilitas dilakukan terhadap alat penelitian  dalam hal ini adalah kuesioner. Valid artinya data-data yang diperoleh dengan  penggunaan alat (instrumen) dapat menjawab tujuan penelitian sedangkan reliabel   artinya konsisten atau stabil. Pada penelitian ini, uji validitas dan realibilitas  dilakukan dengan metode sekali ukur (one shot method), dimana pengukuran dengan  metode ini cukup dilakukan satu kali. Untuk uji validitas dan realibilitas awal,  peneliti menyebarkan kuesioner kepada 30 orang responden awal diluar sampel yaitu  karyawan pada bagian DVO-2. Maka nilai r tabel dapat diperoleh melalui df (degree of  freedom) = n – k. k merupakan jumlah butir pertanyaan dalam suatu variabel. Jadi df = 30 - 18 = 12, maka r-tabel = 0.532. Pengujian validitas dilakukan dengan  menggunakan SPSS 12.00 dengan kriteria sebagai berikut: 1.  Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan dinyatakan valid 2.  Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.
3.  R hitung dapat dilihat pada kolom corrected item – total correlation Tahap survei kuesioner berisikan 18 pertanyaan yang terdiri dari variabel bebas  yaitu gaya kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan partisipatif dan gaya  kepemimpinan pendelegasian serta variabel terikat yaitu semangat kerja. Pada Tabel  4.8 dapat dilihat uji validitas di bawah ini:  Tabel 1.Validitas Butir Pertanyaan Butir Pertanyaan Corrected item – total corelation Rtabel  Keterangan P1  .861  0.532  Valid P2  .862  0.532  Valid P3  .875  0.532  Valid P4  .732  0.532  Valid P5  .809  0.532  Valid P6  .812  0.532  Valid P7  .796  0.532  Valid P8  .792  0.532  Valid P9  .679  0.532  Valid P10  .721  0.532  Valid P11  .828  0.532  Valid P12  .818  0.532  Valid P13  .768  0.532  Valid P14  .774  0.532  Valid P15  .810  0.532  Valid P16  .787  0.532  Valid P17  .875  0.532  Valid P18  .892  0.532  Valid Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 12.00, September 200Tabel 1.4 menunjukkan bahwa 18 butir pertanyaan valid dengan nilai Rhitung >  Rtabel dan butir pertanyaan yang memiliki nilai tertinggi adalah P18 (0.892) dan nilai  terendah adalah pertanyaan P9 (0.679). Berdasarkan data tersebut maka dapat  disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan tersebut valid dan layak untuk digunakan  sebagai instrumen penelitian.
Hasil uji realibilitas berdasarkan data yang diolah peneliti dengan bantuan  Software SPSS ver. 12.00 dapat dilihat pada Tabel 1.5 di bawah ini: Tabel 1.Realibilitas Kuesioner Cronbach’s Alpha  N of Items 0.973 1Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 12.00, September 200 Tabel 1.5 menunjukkan bahwa Rhitung (0.973) > Rtabel (0.60). Menurut Nugroho  (2005: 72) “Realibilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai  Cronbach’s Alpha > dari 0.60”. Maka dapat disimpulkan bahwa pada pertanyaan yang  terdapat pada kuesioner adalah realibilitas dan layak digunakan sebagai instrumen  penelitian.
9. Metode Analisis Data a.  Metode Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif merupakana cara merumuskan dan menafsirkan  data yang ada, sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui  pengumpulan, menyusun dan menganalisis data sehingga dapat diketahui  gambaran perusahaan yang diteliti.
b. Analisis regresi linier berganda Dalam penelitian ini persamaan model regresi yang digunakan yaitu  menurut Sugiyono (2004:251): Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e  Dimana:    a = konstanta    b = perubahan rata-rata untuk setiap perubahan satu unit variabel x    X1 = Gaya kepemimpinan Otoktratik    X2 = Gaya kepemimpinan Partisipasif    X3 = Gaya kepemimpinan Pendelegasian    Y =   Semangat kerja    b1,..b3=  Koefisien regresi    e  = Variabel pengganggu  Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji  statistiknya berada didalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak).
Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada didalam  daerah dimana Ho diterima.
   Dalam analisis regresi ada 3 jenis kriteria ketepatan (Nugroho, 2005:45) yaitu: (1) Uji –F  Uji – F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang  dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama  terhadap variabel terikat. Uji – F digunakan untuk melihat secara bersamasama (serentak) variabel independen yaitu gaya kepemimpinan  pendelegasian (X1), gaya kepemimpinan partisipatif (X2), gaya  kepemimpinan pendelegasian (X3) terhadap variabel dependen yaitu  semangat kerja (Y). Ho : b1 = b2 = b3 = 0artinya, secara bersama-sama  tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel-variabel  independen X1, X2, X3  terhadap variabel dependen yaitu semangat kerja  (Y).
Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya secara bersama-sama (serentak) terdapat  pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel-variabel independen X1,  X2, X3 terhadap variabel dependen yaituvariabel terikat (Y).
(2) Uji - t  Uji-t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas  secara  individual terhadap variable terikat.    Adapun Uji – t menggunakan  langkah-langkah sebagai berikut: Ho : b1 =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan  signifikan dari variabel independen yaitu gaya kepemimpinan otokratik   (X1), variabel gaya kepemimpinan partisipasif  (X2), variabel gaya  kepemimpinan pendelegasian (X3) terhadap  variabel dependen yaitu semangat kerja (Y).
Ho : b1 ≠  0,  artinya  secara  parsial  terdapat  pengaruh  yang  positif  dan  signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3) yaitu berupa variabel gaya  kepemimpinan otokratik (X1), variabel gaya kepemimpinan partisipasif (X2), variabel gaya kepemimpinan pendelegasian (X3) terhadap  variable  dependen yaitu semangat kerja (Y).
Kriteria pengambilan keputusan: Ho diterima jika t hitung < t table pada α = 5%.
Ha diterima jika t hitung > t table pada α = 5%.
(3) Identifikasi Determinasi (R²)  Identifikasi determinan (R²) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar  kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam  output SPSS, identifikasi determinan terletak pada tabel Model Summary dan tertulis R square. Namun untuk regresi linear berganda sebaiknya  menggunakan Adjusted  R square,  karena disesuaikan dengan jumlah  variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Nilai R square dikatakan baik jika di atas 0.5 karena nilai R square berkisar antara sampai 1 (Nugroho, 2005: 51). Identifikasi determinan menunjukkan  besarnya kontribusi variabel independen (X)terhadap variabel dependen  (Y). Semakin besar nilai identifikasi determinan, maka semakin baik  kemampuan variabel dependen (Y). Jika determinan (R ) semakin besar  (mendekati satu) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh yang signifikan  dari variabel independen yaitu gaya kepemimpinan otokratik (X1), gaya   kepemipinan partisipatif (X2), gaya kepemimpinan pendelegasian (X3)  terhadap variabel dependen yaitu semangat kerja (Y) semakin besar.
  Sebaliknya,  jika  determinan (R²) semakin kecil (mendekati nol) maka  dapat dikatakan bahwa pengaruh yang signifikan dari variabel independen  yaitu gaya kepemimpinan otokratik (X1), gaya kepemipinan partisipatif  (X2), gaya kepemimpinan pendelegasian (X3) terhadap variabel dependen  yaitu semangat kerja (Y) semakin kecil.
10. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Analisis normalitas dilakukan dengan mengamati penyebaran data (titik) pada  sumbu diagonal grafik. Metode yang dipakai dalam pengujian ini adalah  metode plot. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah  garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya  jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis  diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Nugroho,  2005: 64).
2. Multikolinearitas Pengujian ini digunakan untuk menguji apakah model regresi  ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dengan variabel  dependen. Untuk mendeteksi adanyamultikolinearitas digunakan ketentuan  sebagai berikut: Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF)   tidak lebih besar  dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan  terbebas dari multikolinearitas (Nugroho, 2005: 59).
 3. Uji Autokorelasi Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada  tidaknya korelasi antara variabel pengganggu. Cara mudah mendeteksi  autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. Model regresi linier  berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson hitung terletak di  daerah No Autocorelasi. Untuk mempercepat proses ada tidaknya autokorelasi  dalam suatu model dapat digunakan patokan nilai Durbin Watson. Jika nilai  Durbin Watson hitung mendekati atau sekitar angka 2 maka model tersebut  terbebas dari asumsi klasik autokorelasi, karena angka 2 pada uji Durbin  Watson terletak di daerah No Autocorrelation (Nugroho, 2005: 60).
4. Uji Heterokedastisitas Pengujian ini digunakan dalam model regresi untuk melihat terjadi  ketidaksamaan varians dasar residual pengamatan yang lain. Jika  varians  berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang paling baik adalah tidak  terjadi heterokedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas  pada suatu model dapat dilihat pada gambar Scatterplot model. Analisis pada  gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak  terdapat heteroskedastisitas jika (Nugroho, 2005: 63).
a.  Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.
b.  Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau dibawah saja c.  Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang  melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
d.  Penyebaran titik-titik data sebainya tidak berpola.
  

Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi