BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kinerja pada beberapa
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menurun. Hal ini terlihat dengan tindakan pemerintah melakukan
privatisasi terhadap BUMN yang tidak
sehat. Perusahaan tersebut mengalami kemunduran dan berangsur-angsur perusahaan tersebut harus mengalami kerugian.
Salah satu penyebab terjadinya hal
tersebut adalah tidak terjadinya komunikasi yang efektif di dalam perusahaan atau organisasi tersebut. Komunikasi di dalam
organisasi tersebut sedang mengalami
masalah. Komunikasi efektif sangat menentukan kelangsungan hidup dan kesehatan setiap organisasi (Mulyana,
2005:34).
Komunikasi
merupakan saluran hubungan untuk melakukan dan menerima mekanisme perubahan, juga sebagai sarana untuk
mencapai tujuan dalam suatu organisasi.
Tanpa adanya komunikasi, maka ide, pikiran dan perasaan tidak dapat disalurkan pada orang lain. Kepemimpinan
dalam organisasi adalah hal yang tak dapat dipisahkan.
Kepemimpinan
diperlukan untuk menjalankan manajemen organisasi dalam mencapai tujuan organisasi tersebut.
Kepemimpinan adalah proses kegiatan seseorang
dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang
lain (Effendi, 1986:3). Seorang pemimpin
atau manajer berperan besar dalam menciptakan suasana yang kondusif dan komunikatif diantara sesama anggota
organisasi maupun unit kerja. Banyak pemimpin
yang gagal dalam kepemimpinannya tidak menyadari bahwa kegagalannya itu disebabkan mereka tidak bisa
berkomunikasi (Effendi, 1986:39).
Dalam kepemimpinan
tidak ada azas-azas yang universal; yang tampak ialah bahwa proses-proses kepemimpinan dan pola-pola
hubungan antara pemimpin dan yang
dipimpin mempunyai ciri-ciri khas dalam setiap jenis kelompoknya.
Kepemimpinan
tersebut berhubungan erat dengan iklim komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi yang berdampak terhadap
kelangsungan hidup organisasi tersebut.
Sesuai dengan teori
kepemimpinan situasional, pemimpin sebaiknya menggali potensi, memberikan dukungan,
keahlian berupa ketekunan, kualitas pelayanan,
komitmen, dan komunikasi kepada bawahan sehingga menciptakan iklim komunikasi yang sehat.
Iklim komunikasi
meliputi pengalaman dan persepsi karyawan tentang saling percaya (trust), partisipasi dalam pembuatan
keputusan, pemberian dukungan, keterbukaan
dalam komunikasi ke bawahan, kerelaam mendengar komunikasi dari bawahan, keprihatinan untuk tingkat kinerja
tinggi (Hardjana, 2000:55).
Cara orang bereaksi
terhadap aspek organisasi menciptakan suatu iklim komunikasi. Iklim komunikasi sebuah organisasi
mempengaruhi cara hidup kita: kepada
siapa kita bicara, siapa yang kita sukai, bagaimana perasaan kita, bagaimana kegiatan kerja kita, bagaimana
perkembangan kita, apa yang ingin kita capai,
dan bagaimana cara kita menyesuaikan diri dengan organisasi. Redding (1972), menyatakan bahwa “iklim (komunikasi)
organisasi jauh lebih penting daripada
keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif”
(Mulyana, 2005:148).
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan
merupakan salah satu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa pelayanan kepelabuhan. PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia
I Medan mempunyai tugas pokok
menyediakan fasilitas pelabuhan, menyelenggarakan pelayanan dan pengusahaan jasa kepelabuhan serta usaha
lainnya yang menunjang pencapaian tujuan
perusahaan, dalam rangka kelancaran arus kapal penumpang dan barang serta menyelenggarakan keamanan dan ketertiban
untuk kepentingan perusahaan.
Hal ini dimaksudkan
untuk mewujudkan misi perusahaan, yaitu untuk menyediakan jasa kepelabuhan berkualitas yang
berperan sebagai pusat logistik untuk
memuaskan kebutuhan pelanggan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemberdayaan sumber daya manusia.
Kinerja karyawan
pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan selama ini cukup baik (Tabel 1.1.). Jika kinerja
karyawan baik, pastinya iklim komunikasi pada perusahaan ini sudah cukup sehat, namun
dalam hal ini masih memiliki kekurangan.
Hal ini dapat dilihat dari menurunnya faktor kerjasama (gaya kepemimpinan ‘berpartisipasi’ dan iklim
komunikasi ‘partisipasi dalam pembuatan
keputusan’) dalam penilaian kinerja, meskipun hasil kerja, disiplin, dan inisiatif mereka cenderung meningkat. Pada
penilaian kinerja dapat diketahui bahwa
kinerja karyawan dari tahun ke tahun
cenderung baik, kecuali faktor kerjasama
yang sempat mengalami penurunan pada tahun 2005 dan 2006. Tingkat kinerja karyawan pada PT. (Persero) Pelabuhan
Indonesia I Medan tahun 2004 – 2006
dapat dilihat pada Tabel 1.1.: Tabel 1.1
Penilaian Kinerja Karyawan Divisi Komersial dan Divisi Pelayanan Kapal dan Barang Tahun 2006-2008 (orang) Faktor yang dinilai 2006
2007 2008 Sangat Baik
Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik Cukup Hasil Kerja 7
128 21 114
28 107 - Disiplin
3 132
17 118 21 114 - Inisiatif
3 132
3 132 10 125 - Kerjasama
- 135
7 128 7
125 3 Sumber : PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I
Medan (diolah) Pada Tabel 1.1. dapat dilihat bahwa kinerja karyawan meningkat
setiap tahun. Untuk tetap memiliki kinerja yang baik dan
selangkah lebih maju, sangatlah penting
bagi pemimpin PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan menyadari bahwa kepemimpinan dalam
mengoperasikan suatu organisasi dan gaya
kepemimpinan yang diterapkan dapat mempengaruhi iklim komunikasi organisasi yang akan berdampak pada kinerja
organisasi itu sendiri.
Berdasarkan uraian
diatas, penulis tertarik untuk menulis skripsi ini dengan judul “PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN
TERHADAP IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI
PADA PT. (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I
MEDAN” B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
masalah penelitian maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Apakah
gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap
iklim komunikasi organisasi pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan?” C.
Kerangka Konseptual Baik tidaknya kinerja suatu perusahaan, tidak
terlepas dari gaya kepemimpinan yang
diterapkan pada perusahaan tersebut. Gaya kepemimpinan yang diterapkan berpengaruh terhadap iklim
komunikasi yang terjadi di dalamnya.
Gaya kepemimpinan
meliputi (Mulyana, 2005:286&287): 1.
Memberitahu (Telling) 2. Mempromosikan (Selling) 3.
Berpartisipasi (Participating) 4. Mewakilkan (Delegating) Iklim komunikasi organisasi dari pengalaman
dan persepsi karyawan tentang (Hardjana,
2000:55) : 1. Saling percaya (trust), 2. Partisipasi dalam pembuatan keputusan, 3. Pemberian dukungan, 4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawahan, 5. Kerelaan mendengar komunikasi dari bawahan, 6. Keprihatinan untuk tingkat kinerja tinggi.
Gambar 1.1. Kerangka Konseptual Sumber :
Mulyana (2005 : 286&287) & Hardjana (2000 : 55) (diolah) D. Hipotesis Berdasarkan latar belakang
perumusan masalah serta teori-teori pendukung,
maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: “Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap iklim
komunikasi organisasi pada PT Pelabuhan
Indonesia I Medan” meliputi: Gaya Kepemimpinan Memberitahu (X1), Mempromosikan
(X2), Berpartisipasi (X3),
Mewakilkan (X4 Ada pengaruh signifikan
dari Gaya Kepemimpinan Memberitahu (X ) terhadap variabel Y (Iklim Komunikasi).
1), Mempromosikan (X2), Berpartisipasi (X3),
Mewakilkan (X4) terhadap variabel Y
(Iklim Komunikasi).
GAYA KEPEMIMPINAN
(X) 1. Memberitahu (X1) 2. Mempromosikan (X2) 3.
Berpartisipasi (X3) 4. Mewakilkan (X4) IKLIM KOMUNIKASI (Y) 1. Saling Percaya (Trust) 2. Partisipasi dalam pembuatan keputusan 3. Pemberian dukungan 4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawahan 5. Kerelaan mendengar komunikasi dari bawahan 6. Keprihatinan untuk tingkat kinerja tinggi
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
iklim komunikasi organisasi pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.
2. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat
diperoleh dari penelitian ini adalah : a.
Bagi perusahaan yang diteliti, sebagai bahan pertimbangan dalam membuat perencanaan khususnya yang berkaitan dengan
hal penerapan gaya kepemimpinan dan
menciptakan iklim komunikasi organisasi yang sehat di masa yang akan datang.
b. Bagi penulis, sebagai usaha untuk mendalami
masalah gaya kepemimpinan dan iklim
komunikasi organisasi sebagai kajian dalam bidang Manajemen Sumber Daya Manusia.
c. Bagi peneliti lain, sebagai bahan rujukan
pada penelitian berikutnya yang terkait
dengan kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi.
F. Metode Penelitian 1. Definisi Operasional a. Variabel Independen (X) : Gaya Kepemimpinan Gaya
Kepemimpinan adalah suatu cara pada proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau
mengontrol pikiran, perasaan, atau
tingkah laku orang lain.
Variabel X ini dibagi menjadi 4 bagian, antara
lain : 1) Variabel X1 Gaya ini ditandai
oleh ko munikasi satu arah; dalam hal ini pemimpin menentukan peranan anak buah dan memberitahu
apa, dimana, kapan, dan bagaimana cara
mengerjakan berbagai macam tugas.
: Memberitahu 2) Variabel X2 Gaya ini ditandai oleh usaha
melalui komunikasi dua arah, meskipun hampir
semua pengaturan dilakukan oleh pemimpin. Pemimpin juga menyediakan dukungan sosioemosional supaya
anak-buah turut bertanggung jawab dalam
pengambilan keputusan.
: Mempromosikan 3) Variabel X3 Gaya ini ditandai oleh pemimpin
dan anak-buah yang bersama-sama terlibat
dalam pembuatan keputusan melalui komunikasi dua arah yang sebenarnya. Pemimpin lebih banyak terlibat
dalam pemberian kemudahan karena
anak-buahnya memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk menyelesaikan tugasnya.
: Berpartisipasi 4) Variabel X4 Gaya ini ditandai oleh pemimpin
yang membiarkan anak-buahnya bertanggung
jawab atas keputusan-keputusan mereka. Pemimpin mewakilkan keputusan kepada anak-buahnya
karena mereka mempunyai tingkat kesiapan
yang tinggi, bersedia serta mampu bertanggung jawab untuk mengatur perilaku mereka sendiri.
: Mewakilkan b.
Variabel Dependen (Y) : Iklim Komunikasi Iklim Komunikasi adalah
persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap
komunikasi.
Variabel Y ini
terdiri dari 6 indikator, antara lain : 1)
Saling Percaya (Trust) Pemimpin
dapat mempercayai bawahan dan mereka dapat saling mengandalkan.
2) Partisipasi dalam pembuatan keputusan Pemimpin
bersikap terbuka kepada bawahan, semua masalah dalam organisasi dibahas bersama-sama. Para pegawai
di semua tingkat diberi kesempatan
berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses
pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.
3) Pemberian dukungan Kejujuran dan
keterusterangan ada dalam organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan “apa yang ada dalam pikiran
mereka” kepada teman, bawahan, atau
atasan.
4) Keterbukaan dalam komunikasi ke bawahan Anggota
organisasi mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka dan yang
berhubungan luas dengan perusahaan, para
pemimpin, dan rencana-rencana.
5) Kerelaan mendengar komunikasi dari bawahan Pemimpin
dalam organisasi mendengarkan saran dan laporan masalah yang dikemukakan personel di setiap tingkat
bawahan dalam organisasi, secara
berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan dianggap cukup penting untuk
dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang
berlawanan arah.
6) Keprihatinan untuk tingkat kinerja tinggi Personel
di dalam organisasi berkomitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktivitas tinggi, kualitas
tinggi, biaya rendah, demikian pula
menunjukkan perhatian besar kepada anggota organisasi lainnya.
Variabel Penelitian
dan Sub Variabel, Konsep Variabel dan Sub Variabel, Indikator, Skala Pengukuran yang digunakan
serta Sumber Data dapat dilihat pada Tabel
1.2. di bawah ini.
Tabel 1.2.
Variabel, Konsep
Variabel, Indikator, Skala Pengukuran dan Sumber Data Variabel / Sub Variabel Konsep Variabel / Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran
Sumber Data Gaya Kepemimpinan (Variabel X) Suatu cara pada proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain Likert
Kuesioner Wawancara 1.
Memberitahu (X1 Gaya kepemimpinan
melalui komunikasi satu arah; dalam hal ini pemimpin menentukan peranan anak buah dan memberitahu apa, dimana, kapan dan bagaimana cara mengerjakan berbagai macam tugas )
• Pemimpin bertindak bijaksana • Segenap karyawan memperoleh informasi Likert Kuesioner Wawancara Variabel / Sub Variabel Konsep Variabel / Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran
Sumber Data 2.
Mempromosik an (X2 Gaya kepemimpinan melalui komunikasi dua arah, meskipun hampir semua pengaturan dilakukan oleh pemimpin.
Pemimpin menyediakan dukungan sosioemosional supaya anak buah turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan ) •
Pemimpin memberi petunjuk yang spesifik • Pemimpin selalu mengarahkan
dalam penyelesaian tugas Likert
Kuesioner Wawancara 3. Berpartisipasi (X3 Gaya kepemimpinan dimana pemimpin dan anak buah yang bersama-sama terlibat dalam pembuatan keputusan melalui komunikasi dua arah yang sebenarnya ) • Pemimpin memberikan fasilitas • Segenap karyawan dimintai pendapat berkaitan dengan perusahaan
• Pemimpin memberikan rehat minum dan waktu istirahat yang cukup Likert
Kuesioner Wawancara 4. Mewakilkan
(X4 Gaya kepemimpinan dimana pemimpin membiarkan anak buahnya bertanggung jawab atas keputusan-keputusan mereka ) • Pemimpin mengikutserta kan karyawan dalam pengambilan
keputusan • Pemimpin bersikap terbuka terhadap saran dari bawahannya
• Pemimpin menyerahkan tanggung jawab kepada bawahan
Variabel / Sub Variabel Konsep
Variabel / Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran
Sumber Data Iklim Komunikasi (Variabel Y) Persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi dan pengaruh unsurunsur tersebut terhadap komunikasi Likert Kuesioner Wawancara Observasi 1. Saling Percaya (Trust) Pemimpin dapat mempercayai bawahan dan mereka dapat saling mengandalkan • Atasan tampaknya dapat mempercayai
bawahan • Segenap karyawan tampaknya dapat mempercayai
atasan • Suasana tulus dan jujur di segenap tingkatan • Hubungan antar teman sekerja berlangsung baik Likert
Kuesioner Wawancara Observasi 2.
Partisipasi dalam pembuatan keputusan Pemimpin bersikap terbuka kepada bawahan, semua masalah dalam organisasi dibahas bersama-sama • Atasan menerima informasi dari bawahan • Segenap karyawan diberitahu dan dimintai pendapat Likert Kuesioner Wawancara Observasi 3. Pemberian dukungan Kejujuran dan keterusterangan ada dalam organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan “apa yang ada dalam pikiran mereka” kepada teman, bawahan, atau atasan • Teman sekerja saling mendukung
dan membantu • Atasan memberi ucapan selamat
kepada bawahan Likert
Kuesioner Wawancara Observasi Variabel
/ Sub Variabel Konsep Variabel / Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran
Sumber Data 4.
Keterbukaan dalam komunikasi ke bawahan Anggota organisasi mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka dan yang berhubungan luas dengan perusahaan, para pemimpin, dan rencanarencana • Segenap
karyawan memperoleh informasi • Segenap karyawan mengetahui apapun yang terjadi dalam perusahaan Likert Kuesioner Wawancara Observasi 5. Kerelaan mendengar komunikasi dari bawahan Pemimpin dalam organisasi mendengarkan saran dan laporan masalah yang dikemukakan personel di setiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka • Pemimpin mau mendengarkan saran dan laporan dari bawahan • Karyawan mempunyai kesempatan untuk berkonsultasi dengan atasan • Setiap karyawan dapat mengungkapkan
“apa isi pikirannya” kepada atasan Likert
Kuesioner Wawancara Observasi 6.
Keprihatinan untuk tingkat kinerja tinggi Personel di dalam organisasi berkomitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah, demikian pula menunjukkan perhatian besar kepada anggota organisasi lainnya • Segenap karyawan menunjukkan komitmen tujuan berkinerja tinggi • Perusahaan
menciptakan kondisi kerja terbaik • Perusahaan memberikan peluang untuk menghasilkan kerja yang unggul • Perusahaan memberikan kenaikan pangkat kepada yang memenuhi syarat • Kesejahteraan karyawan dianggap sangat penting oleh perusahaan Likert Kuesioner Wawancara Observasi Sumber: Mulyana
(2005) (diolah) 2. Batasan Operasional Penelitian ini membahas
tentang keterkaitan atau pengaruh gaya kepemimpinan
yang merupakan variabel bebas (independen) terhadap iklim komunikasi organisasi sebagai variabel terikat
(dependen) di PT. (Persero) Pelabuhan
Indonesia I Medan.
3. Skala Pengukuran Variabel Pengukuran variabel
dalam penelitian ini menggunakan skala likert yang dimodifikasi, yaitu skala yang digunakan untuk
mengukur tanggapan responden terhadap
objek penelitian dengan menggunakan bobot nilai 1 sampai 4. Dalam kuesioner yang disebarkan tersebut responden
diminta memberi tanda (√) pada alternatif
jawaban sesuai dengan skala yang telah dicantumkan untuk masingmasing
pertanyaan. Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini responden diminta untuk menyatakan kesesuaian atau tidak
kesesuaian terhadap isi pertanyaan dalam
4 kategori jawaban.
Penulis
mengantisipasi agar jawaban yang diperoleh adalah jawaban yang sesungguhnya pasti atau bukan ragu-ragu dengan
meniadakan pilihan jawaban ragu-ragu /
undecided. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hadi Sutrisno (1990: 21).
Alasan untuk
meniadakan jawaban ragu-ragu adalah : 1.
Kategori Undecided mempunyai arti
ganda. Bisa diartikan belum bisa memberi
jawaban, netral atau ragu-ragu. Kategori yang memiliki arti ganda (multi intertable) ini tidak diharapkan dalam
instrumen.
2. Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan
kecenderungan menjawab ketengah (Central
tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya.
3.
Disediakan jawaban ditengah akan meninggalkan banyaknya data penelitian,
sehingga mengurangi banyaknya informasi
yang sepatutnya dapat diperoleh dari
responden.
4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian
dilakukan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan yang beralamat di Jl. Krakatau Ujung No. 100 Medan.
Waktu penelitian berlangsung selama Mei
2008 – Agustus 2009.
5. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian
ini adalah semua karyawan perusahaan PT.
(Persero) Pelabuhan
Indonesia I Medan, pada Divisi Komersial dan Divisi Pelayanan Kapal dan Barang, yang berjumlah :
135 (seratus tiga puluh lima) orang.
Penarikan sampel menggunakan metode Sampling Jenuh (sensus) dimana semua anggota populasi akan diobservasi karena
jumlah populasinya relatif kecil (Sugiyono,
2005:78).
6. Jenis dan Sumber Data Peneliti mengadakan
penelitian guna mendapatkan data dan informasi yang akan digunakan sebagai bahan analisis.
Dalam hal ini jenis data yang diperlukan
adalah : 1. Data Primer, yaitu data yang
diperoleh melalui penelitian langsung ke objek penelitian melalui kuesioner/pertanyaan
dimana data tersebut harus diolah
terlebih dahulu oleh peneliti, yaitu berupa data hasil wawancara dan jawaban dari kuesioner.
2. Data
Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui penelitian perpustakaan yang tidak perlu diolah lagi seperti teori
pendukung, sejarah perusahaan, struktur
organisasi, dan lain-lain.
7. Teknik Pengumpulan Data Teknik atau alat
untuk memperoleh keterangan dari objek adalah sebagai berikut : 1.
Kuesioner, yaitu satu set pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan standar yang diberikan kepada sampel
penelitian tentang gaya kepemimpinan dan
iklim komunikasi organisasi.
2. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara
langsung dengan pihak-pihak yang
berkepentingan untuk mendapatkan data yang akurat.
3. Studi Dokumentasi, yaitu memperoleh data
dengan meninjau, membaca, dan
mempelajari dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
8. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji
Validitas: Validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur (kuesioner) yang digunakan dapat mengukur apa yang ingin diukur
(Singarimbun dan Effendi, 1995, p. 124).
Uji validitas dalam
penelitian ini menggunakan korelasi Pearson.
Hasil perhitungan
korelasi (r) atau corrected item-total
correlation selanjutnya dibandingkan dengan rkritis atau r(α,n-2), dimana α
ditetapkan 5% dan n adalah jumlah
responden. Valid tidaknya ditentukan dengan:
a. Bila korelasi (r) >rkritis b. Bila korelasi (r) < r , maka pertanyaan
dinyatakan valid (sahih).
kritis 2. Uji
Reliabilitas , maka pertanyaan dinyatakan tidak valid (tidak sahih).
Reliabilitas adalah
indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan
dalam mendapatkan data penelitian
(Singarimbun dan Effendi, 1995, p. 140).
Uji reliabilitas
dalam penelitian ini menggunakan metode Cronbachs’s Alpha, karena metode ini merupakan penyempurnaan dari
metode sebelumnya (Hadi, 1991, p. 60).
Nilai yang
didapatkan kemudian dievaluasi lagi. Alat ukur dinyatakan reliabel dengan: a.
Apabila r-Alpha > 0,60 maka alat ukur dinyatakan reliabel (andal)
atau hasil pengukuran relatif konsisten
apabila dilakukan pengukuran ulang pada
waktu berlainan.
b. Apabila r-Alpha < 0,60 maka alat ukur
dinyatakan tidak reliabel (tidak andal).
9. Uji Asumsi Klasik Model regresi linier
berganda tidak boleh bias. Uji asumsi klasik berguna untuk menguji bias tidaknya data.
a. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data
time series) atau data yang diambil pada
waktu tertentu (data cross-sectional)” (Gujarati, 1995, p. 201). Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak
terdapat gejala autokorelasi. Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat
dites dengan menghitung nilai Durbin Watson.
b. Uji Multiko
linieritas Persamaan regresi linier berganda pada penelitian ini diasumsikan
tidak terjadi hubungan antar variabel
bebas. Apabila ternyata ada hubungan linier antar variabel bebas, maka asumsi tersebut tidak
berlaku lagi (terjadi bias).
Mengambil
keputusan: Bila nilai VIF pada semua variabel dibawah 5 dan toleransi diatas
0,0001, pada variabel tidak terdapat
adanya gejala multikolinier (tidak terjadi bias).
10. Teknik Analisis
Data Teknik analisis data yang digunakan berpedoman pada Sugiyono (2005:181), bahwa untuk menguji hipotesis dan
menganalisis data penelitian yang bersifat
hubungan (associative) maka dapat dianalisis dengan metode berikut : 1. Metode
Analisis Deskriptif Metode menganalisis data dengan cara menyusun data,
mengelompokkannya, selanjutnya
menginterpretasikannya, sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya mengenai kondisi perusahaan.
2. Metode Analisis
Kuantitaif Yaitu metode yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk angka.
Untuk kepentingan
analisis dan pengujian hipotesis, data diolah secara statistik dengan menggunakan alat bantu program SPSS
versi 12.0. Peneliti menganalisis data
dengan menggunakan metode: 1. Regresi
Linier Berganda (Multiple Regression) Regresi linier berganda digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas (X)
terhadap variabel tidak bebas (Y).
Rumus regresi
linier berganda adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + Keterangan : e Y =
Iklim Komunikasi a = Konstanta b1-4 X = Koefisien regresi 1 X = Skor variabel Memberitahu 2 X = Skor variabel Mempromosikan 3 X = Skor variabel Berpartisipasi 4 e =
Standar error = Skor variabel
Mewakilkan 2. Mengetahui pengaruh secara
simultan: R 2 a. Koefisien Determinasi
Berganda (R dan R.
2 Koefisien
determinasi berganda merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap iklim komunikasi
pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.
Bertujuan untuk
mengukur seberapa besar pengaruh variabel bebas (X) mempunyai kontribusi terhadap variabel terikat
(Y).
) Rumus koefisien determinasi berganda adalah: R
2 = SS SS Reg y Keterangan: R 2 SS :
Koefisien determinasi berganda Reg SS : Regression sum of squares y (1) Nilai R : Total sum of squares 2 (2) Nilai R bervariasi antara 0,0 s.d. 1,0 atau
antara 0,0% s.d. 100% memberikan
kontribusi terhadap iklim komunikasi pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.
2 b. Koefisien Korelasi Berganda (R) = 100% menunjukkan kontribusi iklim komunikasi
pada PT.
(Persero) Pelabuhan
Indonesia I Medan.
Koefisien korelasi
berganda digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap
iklim komunikasi.
Bertujuan untuk
menunjukkan ada tidaknya (kuat lemahnya) hubungan antara gaya kepemimpinan (variabel bebas X)
dengan iklim komunikasi (variabel
terikat Y) Rumus koefisien korelasi berganda adalah: R = √R Keterangan: 2 R 2 R : Koefisien korelasi berganda :
Koefisien determinasi berganda Nilai R bervariasi antara 0 s.d. 1,0,
dimana variasi nilai korelasi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut: (1) Nilai R
= 0,70 s.d. 1,0 hubungan variabel-variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) adalah kuat.
(2)
Nilai R = 0,40 s.d. < 0,70 hubungan antara X dan Y adalah cukup kuat.
(3) Nilai R = 0,20 s.d. < 0,40 hubungan antara
X dan Y adalah lemah.
(4) Nilai R = 0,00 s.d. < 0,20 hubungan antara
X dan Y boleh diabaikan.
(5) Nilai R negatif (−) maka hubungan antara X
dan Y berlawanan arah dan nilai R
positif (+) hubungan X dan Y searah 3.
Mengetahui pengaruh secara parsial: Regresi Linier Berganda Regresi
linier berganda dalam penelitian ini berguna untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan
terhadap iklim komunikasi.
Persamaan regresi
linier berganda adalah: Y = a + b1.X1 + b2.X2 + ... + bk.Xk Keterangan: + e Y :
Iklim komunikasi (variabel terikat) a
: Konstanta b1- bk X : Koefisien regresi 1- Xk e :
Error (kesalahan baku estimasi) :
Gaya Kepemimpinan (variabel bebas) 4.
Mengetahui pengaruh dominan: Koefisien Determinasi Parsial Koefisien
determinasi parsial berguna untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh dominan terhadap Iklim
Komunikasi.
Rumus koefisien
determinasi parsial adalah: ri 2 =
(ry1.234...k) 2 Keterangan: ri 2 r : koefisien determinasi parsial y1.234...k Nilai
r : koefisien korelasi parsial i 2 (1)
Nilai r bervariasi antara 0,0 s.d. 1,0 atau antara 0,0% s.d. 100%, apabila: i 2
(2) Nilai r = 0,0% menunjukkan salah satu gaya kepemimpinan tidak memberikan kontribusi terhadap iklim
komunikasi.
i 2 5. Uji Hipotesis = 100% menunjukkan salah satu
gaya kepemimpinan memberikan kontribusi
yang sempurna terhadap iklim komunikasi.
Berdasarkan jenis penelitian yang digunakan dan memperhatikan pengukuran serta model dugaan, pengujian yang
digunakan adalah uji-t (pengujian
hipotesis secara parsial) dan uji F (pengujian hipotesis secara simultan).
(1) Uji-t Dilakukan uji t, yaitu secara parsial untuk
membuktikan hipotesis awal tentang
pengaruh gaya kepemimpinan sebagai variabel bebas terhadap iklim komunikasi sebagai variabel terikatnya.
H0 : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan
dari variabel bebas (X1, X2, X3,X4 H ) terhadap variabel terikat (Y).
a : b1 ≠0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan dari variabel
bebas (X1, X2, X3,X4) terhadap variabel
terikat (Y).
Kriteria pengambilan keputusan : H0 diterima
atau Hi ditolak, jika t hitung < t tabel H pada α = 5 % 0 ditolak atau Hi
diterima, jika t hitung > t tabel (2) Uji F (Uji Signifikansi Simultan) pada
α = 5 % Uji F pada dasarnya menunjukkan semua variabel yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel terikat.
H0 : b1 = b2 = b3 =
b4 Artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X = 0 1, X2,
X3,X4 H ) yaitu berupa variabel Memberitahu,
Mempromosikan, Berpartisipasi, dan Mewakilkan terhadap variabel terikat (Y) yaitu iklim komunikasi
organisasi.
0 : b1 ≠b2 ≠b3 ≠b4 Artinya
secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X ≠0 1, X2, X3,X4 H ) yaitu berupa variabel Memberitahu, Mempromosikan, Berpartisipasi,
dan Mewakilkan terhadap variabel terikat
(Y) yaitu iklim ko munikasi organisasi.
0 diterima atau Hi
ditolak, jika t hitung < t tabel H pada α = 5 % 0 ditolak atau Hi diterima,
jika t hitung > t tabel pada α = 5 %
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi