Rabu, 26 Maret 2014

Skripsi Manajemen: PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN FASILITAS KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA PT.PLN



BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar belakang masalah 
Keunggulan bersaing suatu organisasi sangat bergantung pada kemampuan  organisasi tersebut dalam mencapai kinerja yang optimal. Kinerja yang baik akan  dapat diraih jika produktivitas dari karyawan yang bekerja dalam organisasi  mengalami kemajuan atau peningkatan. Untuk mencapai produktivitas kerja  karyawan yang diharapkan, maka organisasi sangat perlu untuk mengkaji faktor -faktor apa saja yang mempengaruhinya. Dengan demikian organisasi yang akan  berusaha untuk meningkatkan produktivitas karyawannya, dapat dilihat dari  variabel kepuasan kerja (Yuli, 2005: 189).

Kepuasan kerja didefenisikan dengan sejauh mana individu merasakan  secara positif atau negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas  dalam pekerjaannya. Kepuasan kerja dalam pekerjaannya adalah kepuasan kerja  yang dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja,  penempatan, perlakuan, peralatan dan suasana kerja yang baik. Sikap ini  dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan kerja  dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan dan kombinasi dalam dan luar  pekerjaan (Hasibuan, 2007: 203).
Menciptakan kepuasan kerja karyawan dalam organisasi adalah sangat  penting. Apabila karyawan tidak mencapai kepuasan kerjanya maka akan timbul  sikap negatif dalam pekerjaan seperti kurangnya rasa ketertarikan pada diri  karyawan terhadap pekerjaannya yang sekarang; keinginan mencari pekerjaan  yang menawarkan imbalan lebih atau mencari pekerjaan sambilan ditempat lain  sehingga mutu pekerjaannya yang sekarang tidak diperhatikan; mogok kerja dan  keluhan-keluhan lainnya.
Kepuasan kerja merupakan sasaran penting dalam manajemen SDM,  karena secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi produktivitas  kerja karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan, adapun komponen  kepuasan kerja yang dimaksud antara lain: upah atau gaji, pekerjaan atau aktivitas  kerja, pengawasan, promosi karir, hubungan dan kondisi lingkungan kerja (Yuli,  2005: 197). Kepuasan kerja berkait dengan pemenuhan kebutuhan, karyawan yang  merasa terpenuhi kebutuhan akan mempersepsikan dirinya sebagai karyawan yang  memiliki kepuasan atas pekerjaannya. Sebaliknya, ketidakpuasan muncul apabila  salah satu atau sebagian dari kebutuhannya tidak dapat dipenuhi.
Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan  kepemimpinan. Jadi harus ada pemimpin demi sukses dan efisiensi kerja. Untuk  macam-macam usaha dari kegiatan manusia yang jutaan banyaknya ini diperlukan  upaya yang terencana dan sistematis untuk melatih dan mempersiapkan  pemimpin-pemimpin baru.
Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan  dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan  perilaku para anggota atau bawahannya (Nawawi,  2003: 113). Gaya  kepemimpinan merupakan norma perilaku orang lain, atau dapat pula dikatakan  bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang konsisten ditunjukkan  sebagainya yang diketahui oleh pihak lain ketika seorang pemimpin berusaha  mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain. Seorang pemimpin mempunyai  kapasitas untuk membaca situasi yang dihadapinya dan menyesuaikan gaya  kepemimpinannya sesuai dengan situasi tersebut, meskipun penyesuaian ini hanya  bersifat sementara. Setiap pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, watak dan  kepribadian sendiri yang unik/khas, sehingga tingkah laku dan gayanya  membedakan dari pemimpin yang lain.
Tugas seorang pemimpin dalam mewujutkan kepuasan kerja pegawai, hal  lain yang ikut mempengaruhinya adalah fasilitas kerja. Tanpa adanya fasilitas  yang memadai, maka peran pegawai akan merasa jenuh dan kurang bergairah  dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa ketidakpuasan  dari pegawai itu sendiri terhadap pekerjaannya. Jadi dengan kata lain, untuk dapat  memberikan rasa puas bagi pegawai terhadap pekerjaannya adalah dengan adanya  fasilitas yang memadai.
PT.PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara adalah Badan Usaha Milik  Negara (BUMN) yang bergerak dibidang penyediaan, pengadaan dan penyaluran  tenaga listrik terhadap masyarakat atau pelanggan. PT.PLN (PERSERO) Wliyah  Sumatra Utara menerapkan gaya kepemimpinan demokratis, dimana kegiatankegiatan pengendalian yang dilakukan PT.PLN (PERSERO) dilaksanakan secara  efektif dan efisien. Salah satu faktor utama yang menjadi kepuasan para pegawai  dalam menyelesaikan pekerjaannya adalah kepemimpinan dan fasilitas-fasilitas  yang tersedia. Adapun permasalahan yang sering dikeluhkan oleh para pegawai adalah kurangnya perhatian yang diberikan oleh pimpinan terhadap  mereka,  seperti: pemimpin sering kali menunda pertemuannya dengan karyawan, bahkan  pernah membatalkan perjanjian pertemuan yang sudah disepakati bersama, dan  disamping itu, fasilitas-fasilitas kerja yang tersedia di kantor saat ini juga kurang  mendukung, seperti: unit komputer yang kurang, unit meja kantor yang kurang  memadai, tempat parkir yang selalu bermasalah, bangunan kantor yang kurang  nyaman, dan transportasinya yang sering bermasalah atau kurang terawatt,  sehingga memakan waktu yang lama bagi pegawai dalam menyelesaikan suatu  pekerjaan.
Kelengkapan sarana dan fasilitas kerja akan mendorong timbulnya hasil  kerja yang efektif, efisien serta mendorong peningkatan kualitas, yang seiring dengan standar kerja yang ada. Fasilitas kerja yang disediakan perusahaan  haruslah disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, sehingga pekerjaan yang  dikerjakan oleh karyawan dapat berjalan dengan efektif (Hasibuan, 2007: 183).
Gaya kepemimpinan dan fasilitas kerja merupakan salah satu faktor yang  dapat mempengaruhi kepuasan kerja bagi setiap karyawan, semakin baik gaya  kepemimpinan dan fasilitas maka semakin tinggi tingkat kepuasan kerja  karyawan, begitu juga sebaliknya semakin buruk dan tidak efektifnya gaya  kepemimpinan dan fasilitas akan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Hal  demikian dapat dilihat dengan tingginya tingkat absensi karyawan.
Tabel 1.1 Absensi Karyawan PT.PLN (PERSERO)  Tahun 2006-2009 Tahun  Jumlah  Karyawan Tingkat Absensi  Total Sakit  Izin  Alfa  Jlh  % Jlh  %  Jlh  %  Jlh  % 2006  160  5  3,13  5  3,13  4  2,50  14  8,75 2007  165  6  3,64  4  2,42  4  2,42  14  8,48 2008  171  5  2,92  5  2,92  5  2,92  15  8,77 2009  181  7  3,87  6  3,31  4  2,20  17  9,39 Sumber : Bagian Personalia PT.PLN (PERSERO) Wilayah Sumut.
Table 1.1 merupakan data absensi karyawan PT.PLN (PERSERO) Wilayah  Sumut. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa persentase jumlah absensi  karyawan tahun 2006 sebesar 8,75%, tahun 2007 sebesar 8,48%, tahun 2008  sebesar 8,77%, tahun 2009 sebesar 9,39%. Dari data diatas dapat dilihat bahwa  adanya peningkatan absensi dari tahun 2007 sampai tahun 2009. Berdasarkan  peningkatan tersebutdapat disimpulkan bahwa karyawan kurang puas dengan gaya  kepemimpinan demokratis dan fasilitas yang kurang mendukung.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dan ketersediaan  fasilitas sangat mendukung kepuasan  pewagai dalam menyelesaikan  pekerjaannya, untuk itu penulis tertarik melakukan suatu penelitian dengan  memilih judul: “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Fasilitas Kerja  Terhadap KepuasanKerja Pegawai pada PT.PLN (PERSERO) Wilayah  Sumatera Utara”.
B.  Perumusan  Masalah  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,  maka perumusan masalah penelitian ini adalah : “Apakah gaya kepemimpinan  dan fasilitas berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai pada PT.PLN (PERSERO) Wilayah Sumatra Utara?” C.  Kerangka Konseptual Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan suatu yang bersifat individual.
Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan  system nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan  dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya  terhadap kegiatan tersebut. Dengan demikian, kepuasan kerja merupakan evaluasi  yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya, senang atau tidak  senang, puas atau tidak puas dalam perusahaan.
Faktor-faktor yang dapat mengukur kepuasan kerja antara lain: kualitas  karyawan melakukan pekerjaannya, kuantitas kemampuan karyawan memenuhi  target ditetapkan perusahaan, efektivitas kemampuan penyelesaian pekerjaan  sesuai dengan waktu yang ditetapkan dan dijadikan satu kesatuan untuk  menunjukkan seberapa besar kontribusi yang diberikan karyawan pada  perusahaan.
Menurut Hasibuan (2007: 203) kepuasan kerja karyawan banyak  dipengaruhi sikap pimpinan dalam kepemimpinannya. Kepemimpinan partisipasi  memberikan kepuasan kerja bagi karyawan karena karyawan ikut aktif dalam  memberikan pendapatnya untuk menentukan kebijakan perusahaan.
Kepemimpinan oteriter mengakibatkan kepuasan kerja karyawan rendah atau  mengakibatkan ketidakpuasan kerja karyawan. Jadi, kepuasan karyawan  merupakan kunci pendorong moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja karyawan  dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan.
Gaya kepemimpinan demokratis : Kepemimpinan selalu bertitik tolak  dari  pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang paling mulia, ia senang  menerima saran, pendapat, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, selalu berusaha  mengsinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan  pribadi dan tujuan dari para bawahannya. (Nawawi, 2003: 27).
Fasilitas kerja adalah salah satu alat yang digunakan karyawan/pegawai  untuk memudahkan dalam menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. Failitas kerja  pada setiap perusahaan akan berbeda dalam bentuk dan jenisnya, tergantung pada  jenis  usaha dan besar kecilnya perusahaan tersebut. Fasilitas kerja berkaitan  dengan kepuasan kerja karyawan karena kepuasan kerja berkaitan dengan  pemenuhan kebutuhan. Karyawan yang merasa terpenuhi kebutuhannya akan  mempersepsikan dirinya sebagai karyawan yang  memiliki kepuasan atas  pekerjaannya. Sebaliknya, ketidakpuasan muncul apabila salah satu atau sebagian  dari kebutuhannya tidak dapat dipenuhi (Hasibuan, 2007: 201). Maka kerangka  konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:  Gaya Kepemimpinan  demokratis (X1)     Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual Sumber   : Nawawi (2003), Sofyan (2000), Hasibuan (2007), diolah penulis D.  Hipotesis Menurut Kuncoro (2003:47) menyatakan hipotesis merupakan suatu  penjelasan sementara tentang prilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah  terjadi atau yang akan terjadi. Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat  disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Gaya Kepemimpinan  dan Fasilitas Kerja Berpengaruh Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada PT.PLN  (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara.” E.  Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan terhadap  kepuasan, pengaruh fasilitas kerja terhadap kepuasan kerja dan untuk  mengetahui pengaruh kepemimpinan dan fasilitas kerja terhadap kepuasan  kerja pegawai.
2. Manfaat Penelitian Fasilitas Kerja (X2) Kepuasan Pegawai (Y) Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk : a.  Bagi Perusahaan Memberikan informasi tambahan dan menjadi bahan dan masukan terhadap  pihak-pihak yang menjadi subjek penelitian yaitu PT.PLN (PERSERO)  Wilayah Sumatera Utara.
b.  Bagi Peneliti Memberikan pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan  serta pola pikir dalam menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan dan  fasilitas kerja terhadap kepuasan kerja pegawai.
c.  Bagi Fakultas dan Peneliti Lain Sebagai bahan referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan  dalam mengadakan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Variabel Penelitian ini hanya dibatasi pada pegawai/karyawan PT.PLN (PERSERO)  Wilayah Sumatera Utara yang beralamat di Jln. K.L. Yos Sudarso No.284  Medan.
2. Definisi Operasional Variabel Untuk menjelaskan variabel yang dimaksudkan dalam penelitian ini, maka  perlu definisi operasional variabel dari masing-masing variabel sebagai  upaya pemahaman dalam penelitian. Definisi operasional variabel adalah  unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur  suatu variabel. Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti dibagi menjadi  dua kelompok besar, yaitu variabel bebas (independent variable) dan  variabel terikat (dependent variable). Definisi operasional variabel yang  diteliti adalah sebagai berikut: a. Variabel Bebas (independent variable) 1.  Gaya kepemimpinan demokratis : Kepemimpinan selalu bertitik  tolak  dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang  paling mulia, ia senang menerima saran, pendapat, dan kritikankritikan dari bawahannya, selalu berusaha mengsinkronisasikan  kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan pribadi  dan tujuan dari para bawahannya. (Nawawi, 2003: 27).
2.  Fasilitas Kerja (X2), adalah sarana pendukung dalam aktivitas  perusahaan berbentuk fisik, dan digunakan dalam kegiatan  normal perusahaan, memiliki jangka waktu kegunaan yang  relatif permanen dan memberikan manfaat untuk masa yang  akan datang.  Dapat dilihat melalui : 1.  Komputer 2.  Meja kantor 3.  Tempat parkir 4.  Bangunan 5.  Transportasi.
b. Variabel Terikat (Dependent variable) Kepuasan Kerja Pegawai (Y) merupakan ukuran perasaan seorang  pegawai atas sesuatu yang berkenaan dengan pekerjaan, pemberian dan  situasi lingkungan sekitarnya. Dapat dilihat melalui : a.  Hubungan antar rekan kerja b.  Hubungan atasan dengan bawahan c.  Kebijakan atau peraturan perusahaan d.  Sikap pimpinan.
Tabel 1. 2  Operasional Variabel Variabel  Definisi  Indikator  Skala Gaya  Kepemimpinan  Demokratis(X1) Kepemimpinan selalu bertitik  tolak  dari pendapat bahwa  manusia itu adalah makhluk  yang paling mulia, ia senang  menerima saran, pendapat,  dan kritikan-kritikan dari  bawahannya, selalu berusaha  mengsinkronisasikan  kepentingan dan tujuan  organisasi dengan  kepentingan pribadi dan  tujuan dari para bawahannya.
a.  Memberikan  perintah kerja  yang baik b.  Memberikan  pengarahan c.  Pengambilan  keputusan  bersama  Likert Fasilitas Kerja  (X2) sarana pendukung dalam  aktivitas perusahaan  berbentuk fisik, dan  digunakan dalam kegiatan  normal perusahaan, memiliki  jangka waktu kegunaan yang  relatif permanen dan  memberikan manfaat untuk  masa yang akan datang.
a.  Komputer b.  Meja kantor c.  Tempat parkir d.  Bangunan e.  Transportasi Likert Kepuasan Kerja  Pegawai (Y) ukuran perasaan seorang  pegawai atas sesuatu yang  berkenaan dengan pekerjaan,  pemberian dan situasi  lingkungan sekitarnya.
a.  Hubungan antar  rekan kerja b.  Hubungan  atasan dan  bawahan c.  Kebijakan atau  peraturan  perusahaan d.  Sikap pimpinan Likert Sumber: Nawawi(2003), Sofyan (2000), Hasibuan (2007), Diolah, 2011.
3. Pengukuran Variabel Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Likert sebagai alat untuk  mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang  tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2008:132). Peneliti memberikan lima  alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan skala 1 sampai  dengan 5 untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian, yang dapat dilihat  pada Tabel 1.3 berikut ini: Tabel 1.3 Instrumen Skala Likert No  Alternatif Jawaban  Skor 1.  Sangat Setuju (SS)  5 2.  Setuju (S)  4 3.  Ragu-ragu (RR)  3 4.  Tidak Setuju (TS)  2 5.  Sangat Tidak Setuju (STS)  1 Sumber: Sugiyono (2008:133) 4. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, Jln.
K.L. Yos Sudarso No.284 Medan.   Waktu penelitian  dilakukan mulai  Agustus 2010 sampai dengan November 2010.
5. Populasi dan Sampel a.  Populasi Populasi adalah himpunan/unit (orang, objek, atau kejadian) yang  menjadi bahan perhatian penelitian (Ariestonandri, 2006:93).  Pada  penelitian ini yang menjadi populasinya adalah pegawai/karyawan tetap  PT.PLN (Persero) yang berjumlah 181 orang.
b.  Sampel  Menurut Situmorang dan Ginting  (2008:132). Ukuran sampel  ditentukan dengan menggunakan rumus dari Slovin dan Sevila sebagai  berikut:  n =  N 1 + Ne  2 Dimana: n  = Jumlah Sampel N  = Ukuran Populasi e  = Batas Kesalahan 10% Sehingga jumlah sampel yang diperoleh adalah: n =  181 1 + 181 (0,1) 2 = 64,41 orang Maka jumlah sampel yang diperoleh adalah 65 responden.
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Purposive  random sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan  karakter dan ciri-ciri yang ditentukan terlebih dahulu (Sugiyono,  2008:122). Hal tersebut dapatdilihat pada Tabel 1.4 berikut: Tabel 1.4 Jumlah Sampel Devisi  Populasi  (orang) Sampel (orang)  Jumlah  (orang) Bidang Perencanaan  22  22/181 x 64 = 7,77  8 Bidang Teknik  44  44/181 x 64 = 15,55  17 Bidang Niaga dan  Pelayanan Pelanggan 28  28/181 x 64 =9,90  10 Bidang Keuangan  28  28/181 x 64 =9,90  10 Bidang SDM dan  Organisasi 29  29/181 x 64 =10,2  10 Bidang Komunikasi,  Hukum, dan  30  30/181 x 64 = 10,6  10  Administrasi Total  181    65 Sumber: PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, diolah 2011.
6. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yaitu data primer dan  data sekunder.
a. Data Primer Data yang diperoleh langsung dari responden yang terpilih pada lokasi  penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan daftar pertanyaan  dan wawancara.
b. Data Sekunder Data yang diperoleh melalui studi dokumentasi dengan mempelajari  berbagai tulisan melalui buku, jurnal, majalah, dan juga internet untuk  mendukung penelitian ini.
7. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini  adalah sebagai berikut: a. Wawancara  Wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terlibat langsung didalam  penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang  berkaitan dengan penelitian.
b. Daftar Pertanyaan (kuesioner) Teknik menggunakan angket atau kuesioner dalam suatu cara  pengumpulan data adalah dengan memberikan dan menyebarkan daftar  pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka dapat memberi  respon atas daftar pertanyaan tersebut. Jawaban tersebut selanjutnya diberi  skor dengan skala Likert.
c. Studi Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan cara meninjau, membaca dan  mempelajari berbagai macam buku, jurnal, dan informasi dari internet  yang berhubungan dengan penelitian.
8. Uji Validitas dan Reliabilitas Kualitas hasil penelitian yang bermutu dan baik sudah bisa didapatkan jika  rangkaian penelitian yang dilakukan harus baik juga. Perencanaan yang  matang mutlak diperlukan, lalu alat-alat yang digunakan juga harus dalam  kondisi yang baik pula, oleh karena itulah seringkali sebelum penelitian  dilakukan, alat-alat yang digunakan diuji terlebih dahulu.  Hal ini  bertujuan, supaya data yang diperoleh valid dan reliabel.
a. Uji Validitas Menurut Arikunto (2000:219), validitas adalah suatu ukuran yang  menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan  valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur serta mampu  mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini  menggunakan alat kuesioner, oleh karena itu uji validitas  didalam  penelitian ini dilakukan pada populasi yang tidak termasuk didalam  sampel penelitian pada PT.PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Utara,  yaitu sebanyak 30 orang.Pengujian validitas dilakukan dengan  menggunakan program SPSS versi 16,0 dengan tingkat signifikansi sebesar  5% adalah 0,361, dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:  1. Jika r hitung > r table, maka pertanyaan dinyatakan valid 2.  Jika r hitung < r table, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid Tabel 1.5 Validitas Tiap pertanyaan Scale Mean if  Item Deleted Scale  Variance if  Item  Deleted Corrected  Item-Total  Correlation Cronbach's  Alpha if Item  Deleted Validitas Butir1  84.6000  11.903  .416  .742  Valid Butir2  84.5333  10.809  .589  .714  Valid Butir3  84.7667  13.564  .442  .759  Valid Butir4  84.1000  11.334  .591  .719  Valid Butir5  84.6667  12.920  .448  .752  Valid Butir6  84.6000  12.317  .394  .741  Valid Butir7  84.3333  11.057  .620  .714  Valid  Butir8  84.6667  12.023  .527  .729  Valid Butir9  84.4333  11.840  .393  .735  Valid Butir10  84.4000  11.766  .408  .734  Valid Butir11  84.8333  12.902  .475  .761  Valid Butir12  84.7000  13.666  .686  .766  Valid Butir13  84.6000  12.593  .435  .748  Valid Butir14  84.7333  11.789  .458  .730  Valid Butir15  84.4333  11.840  .399  .741  Valid Butir16  84.6333  12.102  .440  .733  Valid Butir17  84.4667  11.775  .426  .732  Valid Butir18  84.7333  13.237  .537  .754  Valid Butir19  84.2333  12.875  .477  .762  Valid Butir20  84.7667  13.151  .398  .750  Valid Butir21  84.7667  13.082  .421  .748  Valid Sumber : Hasil Pengolahan data primer SPSS 16.0 (kuesioner, 2011) Pada Tabel 1.5 diatas dapat dilihat seluruh butir pertanyaan mempunyai  nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r tabel (0,361), sehingga  semua butir pertanyaan tersebut dikatakan valid, dan selanjutnya dilakukan uji  reliabilitas. Interpretasi item total statistic, yaitu : 1. Scale mean if item deleted menerangkan nilai rata-rata total jika variabel  tersebut dihapus. Misalnya jika pertanyaan (item) 1 dihapus maka rata-rata  variabel sebesar 84.6000 jika pertanyaan (item) 2 dihapus maka rata-rata  variabel bernilai 84.5333, dan seterusnya.
2. Scale Variance if item deleted menerangkan besarnya variance total jika  variabel (butir) tersebut dihapuskan. Misalnya variabel (butir) item 1  dihapus maka besarnya variance adalah sebesar 11.903, sedangkan jika  variabel (butir) item 2 dihapus adalah 10.809, dan seterusnya.
3.  Corrected Item-Total Correlation  merupakan korelasi antar skor item  dengan skor total item yang dapat digunakan  untuk menguji validitas  instrumen. Nilai pada kolom Corrected Item-Total Correlation merupakan  nilai rhitung  yang akan dibandingkan dengan rtabel untuk mengetahui  validitas pada setiap butir pertanyaan. Jumlah kasus adalah 30; nilai tabel r  dengan tingkat signifikansi sebesar 5% adalah 0,361.
b. Uji Reliabilitas Reliabilitas bisa diartikan sebagai keterpercayaan, keterandalan atau  konsistensi. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam  beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap subjek yang sama  diperoleh hasil yang relatif sama, artinya mempunyai konsistensi  pengukuran yang baik, dan suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel  apabila memiliki  Cronbach Alpha>0,70 (Yamin dan Kurniawan,  2009:282).
Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut  koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas berkisar antara  0-1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas (mendekati  angka 1), maka  semakin reliabel alat ukur tersebut.
Pengujian realibilitas instrumen menggunakan pengujian satu skor pada  taraf signifikan 5%. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan  program SPSS versi 16,0.
Tabel 1.6 Reliability Statistics Cronbach's Alpha  N of Items .751  21 Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 16,0 (2011) Ketentuan untuk pengambilan keputusan:  Jika nilai Cronbach Alpha  > 0,70 (Yamin dan Kurniawan, 2009:282), maka  pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel. Berdasarkan Tabel 1.6 diatas dapat dilihat  nilai Cronbach Alpha > 0,70, maka setiap butir pertanyaan dinyatakan reliabel.
9. Metode Analisis Data a. Metode Analisis Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data  dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah  terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan  yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008:206). Metode  ini merupakan suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan mulamula disusun, diklasifikasikan dan dianalisis sehingga akan memberikan  gambaran yang jelas mengenai masalah yang sedang diteliti.
b. Metode Analisis Statistik 1.  Analisis Regresi Berganda Metode analisis regresi linier berfungsi untuk mengetahui  pengaruh/hubungan antara variabel independent (gaya Kepemimipian dan  fasilitas kerja) dan variabel dependent (Kepuasan Kerja Pegawai) akan  digunakan analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis).
Peneliti menggunakan bantuan program software SPSS versi 16,0 untuk  memperoleh hasil yang lebih terarah. Rumus perhitungan persamaan  regresi berganda adalah sebagai berikut: Y= a + b1X1 +b2X2  Dimana: Y   : Kepuasan Kerja Pegawai a   : Konstanta b1-b2  : Koefisien regresi  X1    : Gaya Kepemimpinan X2    : Fasilitas kerja e   : Standard error Model regresi linier berganda diatas harus memenuhi syarat asumsi klasik  sebagai berikut: 1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah residual yang diteliti  berdistribusi normal atau tidak. Distribusi data tidak normal, karena  terdapat nilai ekstrem data yang diambil. Ada dua cara yang dapat  digunakan untuk uji normalitas, yaitu: a) Analisis Grafik Normalitas data dapat dilihat melalui penyebaran titik pada sumbu  diagonal dari P-Plot atau dengan melihat histogram dari residualnya.
Dasar pengambilan keputusannya sebagai berikut: Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah  garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi  normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Apabila data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah  garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi  normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b) Analisis Statistik Pengujian normalitas yang didasarkan pada uji statistik non  parametrik Kolmogorof-Smirnov (K-S). Menurut Umar (2008:181)  bahwa, apabila pada hasil uji Kolmogorov Smirnov, nilai Asymp. Sig  (2-tailed) lebih besar dari 0,05 (α = 5%, tingkat signifikan) maka  data berdistribusi normal.
2) Uji Multikolinieritas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi linier  ditemukan adanya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas. Ada  atau tidaknya multikolinieritas antar variabel dapat diketahui dengan  melihat nilai dari variance inflation factor (VIF) dari masing-masing  variabel independent terhadap variabel dependent.
Pengambilan Keputusannya: VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinieritas Tolerence < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas Tolerence > 0,1 maka tidak terdapat multikolinieritas 3) Uji Heteroskedastisitas  Uji ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi terjadi  ketidaksamaan  variance  dari suatu residual pengamatan  kepengamatan lain. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk  mendeteksi gejala Heteroskedastisitas, yaitu: a) Analisis Grafik Gejala Heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan  grafik Scatterplot. Apabila data yang berbentuk titik-titik tidak  membentuk suatu pola atau menyebar, maka model regresi tidak  terkena heteroskedastisitas.
b) Analisis Statistik Gejala Heteroskedastisitas juga dapat dideteksi melalui uji  Glesjer.
2.  Uji F (Uji Serentak) Uji F (uji serentak) adalah untuk melihat apakah variabel independent  secara bersama-sama (serentak) berpengaruh secara positif dan signifikan  terhadap variabel dependent. Melalui uji statistik dengan langkah-langkah  sebagai berikut: H0 : b1 = b2 = b3 = 0 Artinya secara bersama-sama (serentak) tidak terdapat pengaruh yang  positif dan signifikan dari variabel independent (Gaya Kepemimpinan Dan  Fasilitas Kerja) terhadap variabel dependent (Kepuasan Kerja Pegawai).   H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 Artinya secara bersama-sama (serentak) terdapat pengaruh yang positif  dan signifikan dari variabel independent (gaya kepemimpinan dan faslitas  kerja) terhadap variabel dependent (Kepuasan Kerja Pegawai).
Nilai fhitung akan dibandingkan dengan nilai ftabel . Kriteria pengambilan  keputusan, yaitu: H0 diterima jika fhitung ≤ ftabel  pada α = 5% dengan tingkat keyakinan  95%.
H1  diterima jika fhitung  > ftabel  pada α  = 5% dengan tingkat  keyakinan 95%.
3.  Uji t (Uji Parsial) Uji t dimaksudkan untuk melihat secara parsial apakah ada pengaruh yang  signifikan dari variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y).
Bentuk pengujiannya yaitu:  Ho : bi = 0 (variabel independent secara parsial tidak berpengaruh positif  dan signifikan terhadap variabel dependent).
HI  : bi ≠ 0 (variabel independent secara parsial berpengaruh positif dan  signifikan terhadap variabel dependent).
Nilai thitung  akan dibandingkan dengan nilai ttabel . Kriteria pengambilan  keputusan, yaitu: Ho diterima bila thitung < ttabel  pada α = 5% HI ditolak bila thitung > ttabel  pada α = 5%  4.  Pengujian Koefisien Determinan (R 2 ) Koefisien determinan (R 2 )  bertujuan untuk mngetahui signifikansi  variabel. Koefisien deteminasi melihat seberapa besar pengaruh variabel  independent  terhadap  variabel dependent. Koefisien determinan (R 2 )  berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu), (0 ≤  R 2 ≤  1).  Apabila  deteminasi (R 2 )  semakin kecil (mendekati nol), maka dapat dikatakan  bahwa pengaruh variabel  independent  terhadap pengaruh variabel  dependent semakin kecil. Hal ini berarti, model yang digunakan tidak kuat  untuk menerangkan pengaruh variabel independent  terhadap variabel  dependent, dan bila R 2 mendekati 1, maka dapat dikatakan bahwa  pengaruh variabel independent adalah besar terhadap variabel dependent.
Hal ini berarti, model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan  pengaruh variabel independent yang diteliti terhadap variabel dependent.


Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi