BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Pertumbuhan pasar dan berbagai ritel swalayan
menunjukkan semakin banyaknya
produk-produk baru yang ada. Persaingan yang semakin ketat ini mendorong produsen untuk lebih berfikir keras
dalam menciptakan suatu produk yang
lebih unik dan berbeda dalam upaya menarik minat pembelian konsumen dan mempertahankan konsumennya. Salah satu
strategi yang dapat dilakukan produsen
selain melalui merek adalah desain kemasan yang unik dan menarik.
Fungsi kemasan
secara primer adalah melindungi dan membungkus produk. Namun seiring dengan perkembangan,
produsen mulai menyadari bahwa kemasan
memilki fungsi lain lebih dari sekedar membungkus dan melindungi produk. Kemasan mempunyai posisi yang sangat
penting, selain terkait dengan produk
yang dikemas, sekaligus juga merupakan penampilan pertama dari citra pemasaran suatu produk.
Kemasan merupakan
cara terbaik mengkomunikasikan kepada konsumen alasan paling menarik dan meyakinkan agar
konsumen membeli produk (Schulz, 2003:100).
Informasi atau pesan yang disampaikan lewat kemasan haruslah jelas dan singkat serta menggiurkan untuk meraih
perhatian konsumen dan pembelian konsumen.
Dengan kata lain, kemasan dapat dijadikan sebagai alat promosi perusahaan dalam memasarkan produknya.
Kesan (image)
produk juga dapat terbentuk lewat kemasan. Produk yang memiliki image sebagai produk yang kokoh,
awet, mewah atau tahan lama akan mendorong
konsumen untuk memilih produk tersebut karena sesuai dengan syarat yang diinginkannya.
Menurut Shimp
(2000:308), suatu kemasan mengkomunikasikan makna tentang merek melalui beragam simbolik yaitu
warna, desain, bentuk, ukuran, material
fisik dan informasi dalam label. Kemasan sangat penting sebagai alat untuk mengkomunikasikan produk atau brand dan
dapat membuat konsumen tertarik ketika
berada di tempat belanja karena kebanyakan konsumen membeli suatu produk
lebih tertarik pada warna dan bentuk kemasan. Membuat suatu produk atau brand dilirik hanyalah tujuan awal
dari kemasan. Tujuan akhirnya adalah
membuat konsumen membeli dan membeli kembali (Marketing Mix edisi November 2005). Pembelian kembali (ulang)
merupakan pembelian yang terjadi setelah
konsumen mempunyai pengalaman dengan produk sebagai indikasi adanya kepercayaan atau kepuasan atas produk
tersebut (Suwandi 2007: 3).
Hal inilah yang
ingin dilakukan Sunsilk dalam mengkomunikasikan produk yang ditawarkan melalui kemasannya.
Shampo Sunsilk merupakan salah satu
produk perawatan rambut yang mempunyai kemasan dengan bentuk yang unik serta warna yang menarik. Bentuknya yang ramping mendeskripsikan kefemininan wanita. Produk ini memiliki
beragam varian, berwarna warni dengan ikon
perempuan cantik yang memperlihatkan keindahan mahkotanya. Tujuan dari pemberian warna yang berbeda pada setiap
kemasan Shampo Sunsilk adalah untuk
memberikan diferensiasi dari masing-masing varian. Dengan warna berbeda, konsumen bisa merasakan manfaat yang
berbeda dari setiap varian.
Sunsilk merupakan
sebuah brand yang mengerti perempuan, khususnya untuk kebutuhan rambutnya. Sunsilk selalu
berusaha memahami setiap perempuan yang
ingin merasakan kebahagiaan. Oleh karena itu, pada setiap kemasan Sunsilk terdapat gambar perempuan dalam kesehariannya.
Semua upaya yang dilakukan Unilever
untuk membangun kepercayaan konsumen Sunsilk tidaklah sia-sia.
Hasilnya, Sunsilk
selalu berhasil meraih top brand award selama delapan tahun berturut-turut (2000-2007) dan top brand award
2008 untuk kategori Shampo. Hal ini
terlihat pada Tabel 1.1 berikut ini: Tabel 1.TOP BRAND SHAMPO Merek TBI (Top Brand Index) 2000-200TBI (Top Brand
Index) 200Sunsilk 28,44% 25,4% Clear
23,55% 25,3% Pantene 14,89%
15,4% Lifebuoy 11,31% 12,3% Rejoice
6,78% 7,4% Sumber: Majalah
Marketing edisi Februari 2007 dan edisi Khusus 200Pada Tabel 1.1 dapat
diketahui bahwa selama delapan tahun berturut-turut (2000-2007), Sunsilk berhasil meraih top brand
index tertinggi diantara merek shampo
lainnya yaitu sebesar 28,44%. Namun pada top brand 2008 , top brand index
Sunsilk mengalami penurunan sebesar 3,04%, Meskipun TBI
Sunsilk mengalami penurunan,
Sunsilk masih tetap berada diperingkat yang pertama.
Pada ajang
Packaging Consumer Branding Award 2005, kemasan Sunsilk berhasil mencapai level outstanding brand
untuk kategori shampo berdasarkan penilaian
terhadap branding, design, technical printing dan merchandising (Tabel 1.2).
Tabel 1.PACKAGING
CONSUMER BRANDING AWARD 200R Brand B
D P M Brand
Score 1 Sunsilk 0.838
0.812 0.897 0.908
4,242 Clear 0.827
0.703 0.891 0.923
4,033 Pantene 0.818
0.704 0.887 0.631
3,804 Head&shoulder 0.791
0.692 0.885 0.603
3,715 Lifebuoy 0.774
0.689 0.888 0.604
3,67R = Rank, B = Branding, D = Design, P = Technical Printing, M =
Merchandising Sumber: Marketing Mix edisi November 200Tabel 1.2 menunjukkan bahwa Sunsilk mencapai peringkat
pertama dengan skor untuk branding
sebesar 0.838, design sebesar 0.812, printing sebesar 0.897 dan merchandising sebesar 0.908, lebih tinggi dibandingkan
produk lainnya.
Supaya selalu
tampak segar dan mengikuti perkembangan zaman, diawal tahun 2008 Sunsilk melakukan inovasi dan
pengembangan atas kemasannya.
Penggantian kemasan
ini dilakukan untuk membuat merek Sunsilk terlihat senantiasa up to date dan lebih mendekatkan
lagi dengan target marketnya yaitu perempuan.
Sunsilk mengerti
bahwa rambut tidak hanya simbol bagi perempuan dalam mengekspresikan identitas dirinya, namun
juga mempunyai sebuah kekuatan emosional
yang ada dalam diri setiap perempuan untuk menjalani hidupnya. Rambut dapat mengubah penampilan
yang dapat menimbulkan rasa bahagia,
percaya diri dan yakin dalam menjalani hidup dan meraih cita-citanya.
Adanya tanda seru
di kemasan terbaru Sunsilk mengkomunikasikan bahwa semangat hidup tak bisa menunggu, sesuai
dengan semangat hidup wanita di usia 20-an
tahun.
Penulis memilih
Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia sebagai objek penelitian karena sebagian besar
target market Sunsilk adalah perempuan
dan bila dilihat dari persentase jumlah keseluruhan mahasiswa, 60% diantaranya adalah mahasiswa perempuan, lebih
besar dibandingkan dengan lakilaki. Hal ini terlihat pada Tabel 1.3 berikut
ini: Tabel 1.JUMLAH MAHASISWA FE UMI Angkatan
Perempuan Laki-laki 2004 135 82005 180 122006 193 122007 222 14Total 730
48Sumber: Tata Usaha UMI, 2008, diolah Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan sebelumnya maka penulis mengambil
judul “Pengaruh Kemasan Sunsilk Terhadap Minat Pembelian Ulang Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Methodist Indonesia”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis mengambil pokok masalah yang
dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah kemasan Sunsilk mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap minat pembelian
ulang pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia?” C. Kerangka Konseptual Konsumen
melakukan pembelian karena mereka mencari manfaat yang disediakan suatu produk. Sehingga, tempat
terbaik untuk menyampaikan manfaat produk
tersebut adalah dibagian depan kemasan.
Kemasan adalah
mencakup semua kegiatan merancang dan memproduksi wadah atas pembungkus untuk satu produk
(Kotler, 2001: 593). Menurut Tjiptono (
2002 : 104 ) pengemasan ( packaging ) merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah ( container )
atau pembungkus ( wrapper ) untuk suatu produk.
Kemasan adalah cara
terbaik untuk mengkomunikasikan kepada konsumen alasan yang paling menarik dan meyakinkan agar
konsumen membeli produk (Schulz, 2003:100).
Informasi atau pesan yang disampaikan lewat kemasan haruslah jelas dan singkat serta menggiurkan
untuk meraih perhatian konsumen dan
pembelian konsumen.
Konsumen dalam
membeli tidak hanya didasarkan pada ciri-ciri suatu produk tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain seperti harga, citra toko, nama merek, identitas merek dan juga kemasan
yang dapat dijadikan sebagai faktor
pertimbangan. Bentuk dan warna merupakan bagian dari kemasan yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Informasi
label kemasan memberikan tambahan untuk
dipertimbangkan oleh konsumen.
Menurut Shimp
(2000:308), suatu kemasan mengkomunikasikan makna tentang merek melalui beragam simbolik yaitu: 1. Warna Warna memiliki kemampuan
mengkomunikasikan pada para pembeli tentang suatu produk.
Warna berperan dalam mempengaruhi panca indera dan emosional seseorang.
2. Desain Desain memberi informasi dan membawa
makna pada konsumen tentang apa yang
tersirat dalam kemasan.
3. Bentuk Bentuk yang unik dan memudahkan
identifikasi konsumen terhadap suatu produk
yang nantinya akan memperkuat identifikasi merek tersebut.
4. Ukuran Ukuran ditujukan untuk memuaskan
kebutuhan konsumen dari beragam segmen
pasar, untuk mewakili suatu pemanfaatan yang berbeda dan juga untuk memperoleh ruang pajang di gerai-gerai
eceran.
5. Material fisik Mareial fisik atau bahan dapat
membangkitkan emosi konsumen, khususnya emoi
bawah sadar. Berbagai kemasan dikonstruksi dari bahan yang dapat menimbulkan perasaan tertentu dibenak konsumen.
6. Informasi dalam label Informasi merujuk pada
kata-kata kunci pada kemasan, informasi pada panel/ permukaan dibagian belakang, bahan-bahan,
peringatan, gambar-gambar serta ilustrasi.
Menurut Schiffman
dan Kanuk dalam Suwandi (2007: 3) terdapat dua jenis pembelian yaitu pembelian coba-coba dan
pembelian ulang. Pembelian coba-coba
merupakan awal dari konsumen melakukan hubungan dengan produk maupun organisasi sedangkan pembelian ulang
menunjukkan pembelian yang terjadi
setelah konsumen mempunyai pengalaman dengan produk maupun organisasi sebagai indikasi adanya kepercayaan
atau kepuasan. Berdasarkan beberapa teori pendukung, maka
dapat digambarkan kerangka konseptual
sebagai berikut: Sumber: Shimp (2000) dan Suwandi(2007),diolah Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual D. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah yang
telah ditetapkan, maka penulis mengajukan
hipotesis sebagai berikut: Terdapat pengaruh yang siginifikan antara
kemasan Sunsilk yang terdiri dari warna, desain, bentuk, ukuran, material fisik,
dan informasi dalam label terhadap minat
pembelian ulang pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kemasan Sunsilk terhadap minat
pembelian ulang pada mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Methodist Indonesia.
2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian
ini adalah: Kemasan (X) 1. Warna (X) 2. Desain (X) 3.
Bentuk (X) 4. Ukuran (X) 5. Material Fisik (X) 6. Informasi dalam Label (X ) Minat Pembelian Ulang (Y) a. Bagi
penulis Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh selama
dibangku perkuliahan serta memperluas
wawasan penulis mengenai kemasan dan kaitannya dengan minat pembelian ulang.
b. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini
dapat menjadi bahan referensi atau masukan bagi penulis lain dalam melakukan penelitian dengan objek
maupun masalah yang sama dan
mengembangkan penelitian di masa yang akan datang.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Batasan operasional dalam
penelitian ini adalah: 1. Variabel yang
diteliti adalah variabel bebas yaitu warna, desain, bentuk, ukuran, material fisik, informasi
dalam label dan variabel terikat yaitu
minat pembelian ulang.
2. Produk yang diteliti adalah kemasan Shampo
Sunsilk dan objek penelitiannya yaitu
mahasiswi Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Methodist Indonesia.
2. Definisi Operasional Defenisi operasional
variabel akan menuntun peneliti untuk memenuhi unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana
caranya mengukur suatu variabel.
Defenisi
masing-masing variabel yang diteliti adalah: 1a.
Variabel kemasan sebagai variabel bebas, diukur dengan menggunakan enam elemen, yaitu: 1. Warna Warna memiliki kemampuan
mengkomunikasikan pada para pembeli
tentang suatu produk. Warna berperan
dalam mempengaruhi panca indera dan
emosional seseorang.
2. Desain Desain memberi informasi dan membawa
makna pada konsumen tentang apa yang
tersirat dalam kemasan.
3. Bentuk Bentuk yang unik dan memudahkan
identifikasi konsumen terhadap suatu
produk yang nantinya akan memperkuat identifikasi merek tersebut.
4. Ukuran Ukuran ditujukan untuk memuaskan
kebutuhan konsumen dari beragam segmen
pasar, untuk mewakili suatu pemanfaatan yang berbeda dan juga untuk memperoleh
ruang pajang di gerai-gerai eceran.
5. Material fisik Material fisik atau bahan dapat
membangkitkan emosi konsumen, khususnya
emosi bawah sadar. Berbagai kemasan dikonstruksi dari bahan yang dapat menimbulkan perasaan tertentu
dibenak konsumen.
16. Informasi dalam label Informasi merujuk pada
kata-kata kunci pada kemasan, informasi pada
panel/ permukaan dibagian belakang, bahan-bahan, peringatan, gambar-gambar serta ilustrasi.
b. Minat pembelian ulang (Y) sebagai variabel
terikat.
Minat pembelian
ulang didefinisikan sebagai respon terhadap objek dan minat pembelian ulang menunjukkan
keinginan untuk melakukan pembelian
untuk waktu yang akan datang.
Tabel 1.OPERASIONALISASI
VARIABEL Variabel Indikator Skala Warna
1. Menarik 2. Kombinasi warna variatif 3. Identitas merek Likert Desain 4.
Mencerminkan kualitas produk baik 5.
Bagus 6. Menarik 7.
Mencerminkan sosok perempuan yang percaya diri Likert Bentuk 8.
Unik 9. Tidak sulit untuk
dikenali 10. Mencerminkan sosok perempuan yang percaya diri Likert Ukuran 11. Praktis 12. Mudah untuk dibawa 13. Ukuran
variatif Likert Material Fisik 14. Kuat 15. Tidak mudah bocor 16.
Ringan 17. Mencerminkan kualitas produk baik Likert Informasi dalam label 18. Mudah dibaca 19. Dapat
menyampaikan pesan Likert Minat Pembelian
Ulang 20. Warna yang menarik 21. Desain
bagus 22. Bentuk yang unik 23. Ukuran yang praktis 24. Material fisik yang
ringan 25. Informasi dapat dibaca dengan jelas Likert Sumber: Manaf (2005),
diolah.
13. Skala Pengukuran Variabel Adapun skala
pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala likert sebagai alat untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2006: 86).
Skala likert menggunakan lima tingkatan jawaban yang dapat
dilihat pada Tabel 1.5 berikut ini: Tabel
1.INSTRUMEN SKALA LIKERT No
Pertanyaan Skor 1 Sangat Setuju (SS) 2
Setuju (S) 3 Ragu-ragu (RG) 4
Tidak Setuju (TS) 5 Sangat Tidak Setuju (STS) 4.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa S-1
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen
Universitas Methodist Indonesia yang berlokasi di Jalan Hang Tuah No. 8 Medan. Waktu penelitian dimulai
dari bulan Februari sampai Juni 2008.
5. Populasi dan Sampel a) Populasi Menurut Sugiyono (2006: 72) populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas subjek atau objek yang mempunyai kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian ditarik kesimpulan.
1Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswi S-1 Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Methodist
Indonesia angkatan 2004-2007.
Data populasi dapat
dilihat pada Tabel 1.Tabel 1.JUMLAH POPULASI MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS
METHODIST INDONESIA Angkatan Jumlah
mahasiswa Perempuan 2004 42005
62006 52007 6Total Populasi 23Sumber: Tata Usaha UMI, 2008, diolah b) Sampel Sampel yang diambil adalah 20% dari
populasi yaitu 46 mahasiswi.
Menurut Gay dalam
Umar (2000: 79), jumlah ini sudah dianggap representatif dan sudah mewakili populasi.
Data jumlah sampel
adalah sebagai berikut: Tabel 1.JUMLAH SAMPEL MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN Angkatan Jumlah mahasiswa Perempuan 2004
2005 12006 12007
1Total Populasi 4Sumber: Tata
Usaha UMI, 2008, diolah Teknik penarikan sampel yang dipakai adalah metode
purposive sampling, yaitu teknik
penentuan sampel dengan mempertimbangkan karakter dan ciri-ciri yang telah ditentukan
terlebih dahulu untuk 1membatasi sampel
(Sugiyono, 2006: 78). Adapun kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu adalah mahasiswi
yang telah melakukan pembelian Shampo
Sunsilk minimal telah dua kali melakukan pembelian Shampo Sunsilk. Tujuan dari
penetapan ini adalah dengan mempertimbangkan
pengalaman mahasiswi yang dianggap mampu mengukur beberapa variabel.
6. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang
diperoleh secara langsung dari responden terpilih pada lokasi penelitian. Data primer
diperoleh dengan memberikan daftar
pertanyaan kepada responden mengenai kemasan Shampo Sunsilk dan minat pembelian ulang
mereka serta pertanyaan deskriptif
responden.
b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang
diperoleh melalui studi dokumentasi yang
dapat menjadi referensi pendukung yaitu berupa buku, majalah, internet.
7. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Yaitu dengan melakukan wawancara
langsung (komunikasi langsung) dengan responen
yaitu mahasiswi Fakultas Ekonomi
Jurusan Manajemen Universiats Methodist
Indonesia.
1b. Kuisioner (daftar pertanyaan) Yaitu satu set
pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan standar yang diberikan kepada sampel penelitian
tentang pengaruh kemasan terhadap minat
pembelian ulang.
c. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi yaitu
mengumpulkan data melalui buku, internet, dan majalah yang dapat menjadi referensi
pendukung.
8. Metode Analisis Data Metode yang digunakan
adalah sebagai berikut: a. Uji Validitas
dan Reabilitas Uji validitas digunakan penulis untuk mengukur data yang telah didapat setelah penelitian dimana merupakan
data valid dengan menggunakan kuesioner
sebagai alat ukur. Pengujian validitas instrument
digunakan dengan menggunakan program SPSS 13.0 for windows, dengan kriteria sebagai berikut: 1. Jika tabel
hitung r r > , maka pernyataan tersebut dinyatakan valid.
2. Jika tabel
hitung r r < , maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid.
Reliabilitas
merupakan tingkat keandalan suatu instrument penelitian.
Instrumen yang
reliabel adalah instrument yang apabila digunakan berulang kali untuk mengukur objek yang sama
(Sugiyono, 2006:110).
Pengujian dilakukan
dengan program SPSS 13.0 for windows. Butir pertanyaan yang dusah dinyatakan valid dalam
uji validitas akan ditentukan dengan
kriteria sebagai berikut: 1e X b X b X b X b X b X b a Y 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1
1 + + + + + + + = 1. Jika tabel alpha r atau positif r > , maka pernyataan reliabel.
2. Jika tabel
alpha r atau negatif r < , maka pernyataan tidak reliabel.
b. Metode Analisis Deskriptif Metode analisis
deskriptif yaitu suatu metode analisis yang digunakan dengan cara mengumpulkan, mengolah,
mengklasifikasikan, dan meginterpretasikan
data sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti.
c. Metode Analisis Regresi Linier Berganda Metode
Analisis Regresi Linier Berganda digunakan untuk melihat secara langsung pengaruh beberapa variabel
bebas dimana rumusnya adalah sebagai
berikut: keterangan: Y = minat pembelian
ulang konstanta a= enam sampai pertama regresi koefisien b b 6 1 = − Warna
X1 = Desain X2 = Bentuk X3 = Ukuran X4 = Fisik
Material X5= Label dalam Informasi X6= epshilon e = 11. Uji F (uji secara serentak) Dilakukan untuk
menguji apakah setiap variabel bebas ( 6
5 4 3 2, 1, ,X ,X X , X X X ) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara serentak.
Kriteria pengujian
sebagai berikut: 0 b , b , b , b , b , b : H 6 5 4 3 2 1 o = artinya
secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
dari variabel bebas ( 6 5 4 3 2, 1, ,X
,X X , X X X ) yaitu berupa
variabel warna, desain, bentuk, ukuran, material fisik, informasi
dalam label terhadap variabel terikat (Y) sebagai minat pembelian
ulang.
0 b , b , b , b , b
, b : H 6 5 4 3 2 1 1 ≠ artinya secara
bersamaan terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan dari variabel bebas ( 6 5
4 3 2, 1, ,X ,X X , X X X ) yaitu warna,
desain, bentuk, ukuran, material fisik,
informasi dalam label terhadap variabel terikat (Y) sebagai minat pembelian ulang.
Dengan kriteria
pengambilan keputusan sebagai berikut: % 5 : 0 = < α pada F F jika diterima
H tabel hitung % 5 : 1 = > α pada F F jika diterima H tabel hitumg 2. Determinan ( R) Koefisien determinasi ( R)
pada intinya untuk mengukur proporsi atau
persentase sumbangan variabel bebas yaitu variabel warna (X ), desain (X ), bentuk (X ), ukuran (X ),
material fisik (X ), informasi dalam
label (X ) terhadap variasi naik turunnya variabel 1terikat atau minat pembelian ulang (Y)
secara bersama-sama, dimana: 1 ≤ ≤R Jika R semakin besar (mendekati satu), maka dapat
dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas
( 6 5 4 3 2, 1, ,X ,X X , X X X ) yang terdiri atas warna, desain, bentuk, ukuran, material
fisik, informasi dalam label terhadap
minat pembelian ulang sebagai variabel terikat (Y) adalah besar.
Hal ini berarti
model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan
pengaruh variabel bebas ( 6 5 4 3 2, 1, ,X ,X X , X X X ) terhadap minat pembelian ulang (Y).
Sebaliknya jika R semakin mengecil (mendekati nol), maka dapat
dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas
( 6 5 4 3 2, 1, ,X ,X X , X X X ) yang
terdiri atas warna, desain, bentuk, ukuran, material fisik, informasi dalam label terhadap minat pembelian ulang sebagai variabel terikat (Y) semakin kecil.
Hal ini berarti
model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan
pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi