BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur
dengan berbagai cara, salah satunya
dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri sekuritas yang ada
pada negara tersebut. Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan
untuk memperoleh dana, dimana terjadi
alokasi dana dari pihak yang kelebihan dana ke pihak yang memerlukan dana. Kehadiran pasar modal memperbanyak
pilihan sumber dana bagi investor serta
menambah pilihan investasi, yang dapat juga diartikan kesempatan untuk memperoleh imbal hasil semakin besar sesuai
dengan karakteristik investasi yang dipilih.
Industri properti
sangat digemari oleh masyarakat karena harga tanah yang cenderung naik. Hal ini disebabkan supply
tanah bersifat tetap sedangkan demand akan selalu besar seiring pertambahan
penduduk. Selain itu, harga tanah bersifat rigid, artinya penentu harga bukanlah pasar
tetapi orang yang menguasai tanah tersebut.
Investasi di bidang
properti pada umumnya bersifat jangka panjang dan akan bertumbuh sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi. Namun sejak krisis ekonomi
tahun 1998, banyak perusahaan pengembang mengalami kesulitan karena memiliki hutang dolar Amerika dalam
jumlah besar. Suku bunga kredit melonjak
hingga 50% sehingga pengembang kesulitan membayar cicilan kredit (Kompas,
2003). Menurunnya kinerja perusahaan akan direspon oleh investor di pasar modal sehingga mempengaruhi harga pasar
saham.
Keterpurukan sektor properti ini tidak
berlangsung lama. Pada tahun 2000 sektor
ini mulai mengalami kebangkitan dan diperkirakan akan terus berlangsung hingga tahun-tahun berikutnya. Pada
Juli 2007 suku bunga Bank Indonesia mengalami penurunan hingga 8,25%. Penurunan suku bunga ini mengakibatkan
penjualan pada sektor properti mengalami
peningkatan. Tercatat penjualan Summarecon Agung mengalami kenaikan dari Rp 600 M pada tahun 2006 diprediksi menjadi Rp700 M - Rp 800 M pada
tahun 2007 (SWA, 2007).
Berikut ini adalah
data mengenai kapitalisasi proyek properti
selama periode 2003 sampai dengan
2006.
Tabel 1.1 Perkembangan
Proyek Properti Tahun 2003 s/d2006 (Rp
Miliar) No. Nama Proyek Tahun 2003
2004 2005P 2006P 1. Proyek Pusat Perbelanjaan Modern Jadebotabek 16.809,16 21.270,30
27.782,00 20.254,00 2. Proyek Pusat Perbelanjaan Modern Daerah 13.304,17 17.946,59
18.183,16 10.133,00 3. Proyek Apartemen Jadebotabek 4023,05 6.671,60
10.461,70 8.461,70 4. Proyek Apartemen Daerah 361,82
236,90 1.065,50 1.297,20 5.
Proyek Perkantoran Jadebotabek 890,30 1392,90
3.539,70 3.826,07 6. Proyek Hotel (Nasional) 885,32
1.378,15 1.843,07 1.323,92 7.
Proyek Perumahan (Nasional) 8.708,00 11.571,00
17.635,00 19.398,50 8. Proyek Ruko/Rukan (Nasional) 5.582,50 6.364,05
7.812,15 10.669,18 Kapitalisasi
Proyek Properti Nasional 50.564,00 66.831,00
88.328,00 75.363,00 Sumber: Pusat
Studi Properti Indonesia (PSPI) (8 November 2007, pukul 12.48 WIB) Ket: 2005 dan 2006 merupakan angka perkiraan Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa jumlah
kapitalisasi proyek properti nasional cenderung
mengalami peningkatan, walaupun diperkirakan akan menurun pada tahun 2006. Hal ini membuktikan bahwa
properti cenderung mengalami perkembangan, sehingga dapat dijadikan sebagai
salah satu industri yang memiliki prospek baik.
Kinerja
perusahaan pada sektor properti
cenderung mengalami peningkatan selama
tahun 2007, hal ini ditandai dengan adanya kenaikan harga saham perusahaan. Peningkatan harga saham
tersebut terjadi karena aksi koporasi perusahaan
berupa restrukturisasi hutang, ekspansi usaha, dan faktor fundamental (SWA, 2007). Investor tertarik pada perusahaan
yang memiliki fundamental yang baik
karena dapat memberikan return yang
tinggi. Fundamental yang baik ditandai
dengan adanya peningkatan laba. Tercatat PT Modernland Realty Tbk (MDLN) mengalami kenaikan laba sebesar 1.597,
46 % dan PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk
(DUTI) sebesar 85,65% (Suara Karya Online, 2007). Kemampuan perusahaan properti untuk menghasilkan laba
disebut dengan istilah profitabilitas.
Pada penelitian
ini, untuk mengukur profitabilitas tersebut, penulis menggunakan rasio keuangan ROA (Return on Assets) dan ROE
(Return on Equity).
Investor tidak
hanya melihat kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba,
tetapi juga banyaknya penggunaan hutang oleh perusahaan
dalam menjalankan aktivitasnya.
Sejak krisis ekonomi tahun 1998, banyak perusahaan termasuk properti mengalami kesulitan membayar hutang dalam jumlah yang besar, akibat nilai rupiah yang turun drastis
terhadap dolar Amerika. Oleh karena itu,
investor sangat perlu mengetahui tingkat
penggunaan hutang dalam suatu perusahaan sebelum menanamkan dananya pada perusahaan yang diinginkan.
Apabila tingkat
hutang semakin tinggi berarti semakin besar pula beban bunga sehingga mengurangi keuntungan perusahaan.
Tingkat penggunaan hutang oleh perusahaan disebut dengan istilah
solvabilitas (leverage). Pada penelitian ini, untuk mengukur tingkat leverage tersebut,
penulis menggunakan rasio keuangan DTA
(Debt to Total Assets). Beberapa penelitian sebelumnya menguji
pengaruh profitabilitas dan leverage terhadap Return
Saham menunjukkan hasil yang tidak konsisten (Sunarto, 2001; Gunawan dan
Wijiyanti, 2003; Triyani,2005) . Hasil penelitian yang tidak konsisten tersebut mendorong untuk
dilakukan penelitian lanjutan tentang
pengaruh profitabilitas (ROA dan ROE) dan leverage (DTA) terhadap Return Saham .
Berdasarkan uraian
di atas, maka dilakukan penelitian
dengan menitikberatkan pada aspek
profitabilitas dan leverage terhadap
pendapatan (return). Penelitian ini
dilakukan dengan melibatkan perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan data keuangan tahun 2002-2006 yaitu dengan judul ”Pengaruh
Profitabilitas dan Leverage Terhadap
Return Saham pada Sektor Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti dalam hal ini merumuskan masalah
yang akan dibahas sebagai berikut : Apakah ada pengaruh yang signifikan dari
Return on Assets (ROA), Return on Equity(ROE)
dan Debt to Total Assets(DTA) terhadap ReturnSaham pada sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia? C. Kerangka Konseptual Saham memiliki
karakteristik ”high risk-high return”. Karakteristik ini menggambarkan bahwa semakin tinggi keuntungan
yang diharapkan oleh investor maka
semakin tinggi pula resiko yang akan dihadapi untuk merealisasikan keuntungan
tersebut. Investor sangat membutuhkan informasi fundamentalberupa laporan keuangan untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan. Semakin baik kinerja suatu perusahaan maka semakin besar
return yang akan diterima oleh investor.
Begitu juga sebaliknya, semakin menurun kinerja suatu perusahaan maka semakin kecil kemungkinan return yang akan
diterima oleh investor.
Kinerja suatu
perusahaan dapat dianalisis dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio kuangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rasio profitabilitas dan rasio leverage. Semakin
tinggi rasio profitabilitas maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba (Abdullah, 2005:54).
Dengan kata lain,
semakin tinggi rasio profitabilitas maka return yang diterima oleh investor akan semakin besar. Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas diwakili oleh Return on Assets(ROA) dan Return
on Equity(ROE). Sebaliknya, angka
rasio leverage yang semakin besar bukanlah menunjukkan
kinerja perusahaan yang semakin baik
(Abdullah, 2005:51). Teori pecking order yang dikemukakan oleh Gordon Donaldson menyatakan
bahwa perusahaan cenderung memilih
pendanaan yang berasal dari dalam perusahaan (internal) daripada luar perusahaan (external). Penggunaan hutang dalam
perusahaan dapat mengurangi keuntungan
perusahaan karena perusahaan harus membayar sejumlah biaya berupa bunga pinjaman. Oleh karena itu,
semakin besar rasio leverage maka return yang diterima oleh investor akan
semakin kecil. Dalam penelitian ini, rasio leverage diwakili oleh Debt to Total
Assets(DTA).
Berdasarkan
beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA, ROE, dan DTA mempunyai pengaruh terhadap Return
Saham (Sunarto, 2001; Gunawan dan
Wijiyanti, 2003; Triyani, 2005) serta perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual
yang digunakan dapat digambarkan pada Gambar 1.1 sebagai berikut: Sumber
: Sunarto(2001) Abdullah (2005), diolah
peneliti Gambar 1.1: Kerangka Konseptual D. Hipotesis Hipotesis atau jawaban
sementara atas permasalahan yang dikemukakan adalah sebagai berikut: Ada pengaruh yang
signifikan dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Debt to
Total Assets (DTA) terhadap Return Saham pada sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
ROA ROE DTA Return
Saham E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah untuk
menguji pengaruh Return on Assets(ROA),
Return on Equity(ROE) dan Debt to Total Assets (DTA) terhadap ReturnSaham pada sektor
properti yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian
ini adalah sebagai berikut : a. Bagi
Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan bahan masukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan
kinerja keuangan yang semakin baik,
diharapkan minat investor terhadap saham suatu perusahaan juga akan semakin meningkat.
b. Bagi Investor Sebagai bahan pertimbangan
dalam menanamkan modalnya pada saham suatu
perusahaan untuk meraih return yang tinggi.
c. Bagi Peneliti Sebagai bahan untuk
meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang Return Saham dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
d. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan dukungan empiris berkaitan dengan penelitian sejenis.
F.
Metode Penelitian 1. Batasan
Operasional Adapun batasan operasional penelitian yang ditetapkan oleh
penulisadalah sebagai berikut : a. Data laporan keuangan dan harga saham penutupan sektor properti di
Bursa Efek Indonesia pada periode 2002
sampai 2006.
b. Variabel-variabel yang diteliti dalam
mempengaruhi Return Saham adalah Return
on Assets(ROA), Return on Equity(ROE) dan Debt to Total Assets (DTA).
2. Definisi Operasional Berdasarkan pada
permasalahan dan hipotesis yang akan diuji, parameter yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Variabel Dependen (tidak bebas/terikat) Return saham yang digunakan adalah return
realisasi (actual return) yang merupakan
capital gain/capital loss yaitu selisih antara harga saham periode saat ini
(Pt) dengan harga saham pada periode sebelumnya (Pt-1). Secara matematis actual return dapat diformulasikan sebagai
berikut (Jogiyanto, 2003:110) : ( ) 1 1 .Re.
− − − = t tt P PP t
Act Dimana: Pt = harga saham penutupan
rata-rata bulanan pada bulan ke-t Pt-1=
harga saham penutupan rata-rata bulanan pada bulan sebelumnya b.
Variabel Independen (bebas) 1.
ROA(Return on Assets, X1) Return
on Assets (ROA) adalah rasio yang mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya.
Rumus (Abdullah,
2005:57) : × = Aktiva Total Pajak setelah bersih Laba ROA 2. ROE(Return on Equity, X2) Return on Equity(ROE) adalah rasio yang
mengukur tingkat kembalian perusahaan
atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan.
Rumus (Abdullah,
2004:60) : × = Sendiri Modal pajak
setelah bersih Laba ROE 3. DTA(Debt to
Total Assets, X3) Debt to Total Assets
(DTA) adalah rasio yang mengukur tingkat
penggunaan hutang (kewajiban) terhadap total asset yang dimiliki perusahaan.
Rumus (Abdullah,
2005:52) : tan × = Aktiva Total g Hu Total DTA
3. Populasi dan Sampel Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi perusahaan properti yang
terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2006. Sedangkan
penarikan sampel yang dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan desain sampel nonprobabilitas
dengan metode “Judgment Sampling”.
Judgment Sampling adalah salah
satu jenis purposive sampling dimana peneliti memilih sampel berdasarkan
penilaian beberapa karakteristik anggota
sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian (Kuncoro, 2003:119).
Adapun
karakteristik penarikan sampel yang
digunakan oleh penulis adalah : a.
Perusahaan termasuk dalam
kategori properti yang berturut-turut
terdaftar pada tahun 2002-2006.
b. Perusahaan terus listing di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2002-2006 (tidak
pernah disuspend).
c. Perusahaan memiliki harga saham penutupan
yang bergerak naik atau turun setiap
bulan selama periode 2002-2006 (likuid).
b. Perusahaan tidak memiliki ekuitas dan laba
negatif sekaligus.
Tabel 1.2 Jumlah
Sampel Berdasarkan Karakteristik Sampel No.
Karakteristik Sampel Jumlah 1. Perusahaan properti yang berturut-turut
terdaftar selama periode 2002-2006 34 2.
Perusahaan yang pernah disuspend
(9) 3. Perusahaan yang harga
saham penutupannya tidak likuid (12) 4. Perusahaan yang memiliki ekuitas dan laba
negatif sekaligus (2) Jumlah Akhir
Sampel 11 Berdasarkan karakteristik penarikan sampel di
atas, maka diperoleh sampel penelitian
sebanyak 11 perusahaan properti. Adapun
sampel-sampel tersebut antara lain : Tabel
1.3 Nama-nama Sampel Perusahaan Properti No.
Kode Nama Perusahaan 1. BMSR
PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk 2.
CKRA PT Ciptojaya Kontrindoreksa
Tbk 3. CTRS PT Ciputra Surya Tbk 4. DUTI
PT Duta Pertiwi Tbk 5. ELTY PT Bakrieland Development Tbk 6. JIHD
PT Jakarta International Hotels & Development Tbk 7. KPIG
PT Kridaperdana Indahgraha Tbk 8.
LPCK PT Lippo Cikarang Tbk 9. PUDP
PT Pudjiadi Prestige Limited Tbk 10.
RBMS PT Ristia Bintang Mahkota
Sejati Tbk 11. SMRA PT Summarecon Agung Tbk Sumber: www.idx.co.id
(8 November 2007, pukul 13.00 WIB) 4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di
Bursa Efek Indonesia melalui Pojok Bursa Fakultas Ekonomi dan melalui media internet dengan situs www.idx.co.id.
b. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan mulai
dari bulan November 2007 sampai dengan Februari2008.
5.
Jenis Data Data yang digunakan penulis dalam menyusun penelitian ini
adalah data sekunder. Data sekunder
adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu melalui media internet (www.idx.co.id),
jurnal, buku-buku referensi, surat kabar, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan
dengan topik bahasan dalam penelitian.
6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu: a.
Tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka yakni dengan mengumpulkan data pendukung berupa literatur, jurnal,
penelitian terdahulu, serta laporanlaporan yang dipublikasikan untuk mendapat
gambaran permasalahan yang akan diteliti.
b. Tahap kedua dilakukan dengan mengumpulkan
data sekunder yang diperlukan berupa
laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
7. Metode Analisis Data Metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan suatu metode dimana
data-data yang dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian dianalisis dan
diinterpretasikan secara objektif.
b.
Analisis Regresi Linear Berganda Model analisis ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel-variabel independen
baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap variabel dependen.
Dalam penelitian
ini, penulis menggunakan bantuan program Software SPSS 12.0 for Windows (Statistic
Product and Services Solution). Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai
berikut: eXbXbXbaY ++++= 332211 Dimana: Y
= ReturnSaham a = Konstanta X1 =
ROA X2
= ROE X3 = DTA b1,2,3
= Koefisien regresi variabel X1,2,3 e =
Kesalahan pengganggu (standard error) Sebelum data tersebut dianalisis,
model regresi berganda di atas harus memenuhi
syarat asumsi klasik yang meliputi : 1.
Uji Normalitas Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel pengganggu
atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005:110). Model
yang paling baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini
dilakukan melalui analisis grafik dan Kolmogorov
Smirnov.
2. Uji
Multikolinearitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen) (Ghozali, 2005: 91). Hubungan linier antar variabel independen
inilah yang disebut dengan multikolinearitas.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Uji Multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan Variance Inflation Factor (VIF)
dengan ketentuan bila VIF > 5 terdapat
masalah multikolinearitas yang serius, sebaliknya bila VIF < 5 tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius.
3. Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk
menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (periode sebelumnya) (Ghozali, 2005: 95).
Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan
Durbin Watson (DW) Test.
Pengambilan
keputusan ada tidaknya masalah autokorelasi
dengan menggunakan besaran Durbin
Watson adalah (Santoso, 2002: 218): • Angka D-W di bawah -2, berarti ada
autokorelasi positif.
• Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti
tidak ada autokorelasi.
• Angka D-W di atas +2, berarti ada
autokorelasi negatif.
4. Uji
Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan
untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain
(Ghozali, 2005: 105). Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas. Jika varians tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan
heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Heterokedastisitas dalam
penelitian ini menggunakan grafik dan Glejser Test.
c. Pengujian Hipotesis Model regresi yang sudah
memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian
hipotesis sebagai berikut: 1. Uji
Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Pengujian
ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara serentak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujian : H0
: bi = 0, artinya tidak terdapat
pengaruh yang signifikan secara bersamasama dari ROA, ROE, dan DTA terhadap
ReturnSaham.
H1 : minimal satu
dari 0 ≠ i b , artinya terdapat pengaruh
yang signifikan secara bersama-sama dari
ROA, ROE, dan DTA terhadap ReturnSaham.
Pada penelitian ini
nilai F hitung akan dibandingkan dengan
F tabelpada tingkat signifikan )(α = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada
uji-F ini adalah : Terima H0 bila F
hitung ≤ F tabel Tolak H0 (terima H1)
bila F hitung > F tabel 2. Uji
Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Pengujian ini dilakukan
untuk menguji apakah setiap variabel
bebas mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujian : H0
: bi = 0, artinya tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dari ROA, ROE, dan
DTA secara parsial terhadap Return Saham.
H1 : 0 ≠ i b , artinya terdapat pengaruh yang
signifikan dari ROA, ROE, dan DTA secara
parsial terhadap ReturnSaham.
Pada penelitian ini
nilai t hitung akan dibandingkan dengan
t tabel pada tingkat signifikan
)(α = 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t ini adalah : H0 diterima jika : -t tabel ≤ t hitung
≤ t tabel H1diterima jika : t hitung
> t tabel t hitung ≤ - t tabel
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi