Sabtu, 22 Maret 2014

Skripsi Manajemen: PENGARUH KEPEMIMPINAN WANITA TERHADAP KOMPETENSI GURU PADA SMA



BAB I  PENDAHULUAN
  A. Latar Belakang   
Manusia (man) merupakan salah satu dari enam unsur manajemen.  Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi  karena manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu terwujudnya tujuan  organisasi. Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif manusia sebagai  karyawan meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu canggih. Dengan  kata lain, sumber daya manusia merupakan kekayaan utama suatu perusahaan,  karena tanpa keikutsertaan manusia, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi.

Manusia mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status, latar belakang  pendidikan, usia, dan jenis kelamin yang heterogen yang dibawa ke dalam  organisasi perusahaan. Oleh karena itu, mengatur sumber daya manusia adalah  hal yang sulit dan kompleks karena karyawan bukanlah mesin ataupun material  yang bersifat pasif yang dapat dikuasai serta diatur sepenuhnya dalam  mendukung tercapainya tujuan perusahaan.
Guru dan pegawai lainnya (seperti pegawai administrasi, penjaga  sekolah, dan satpam) merupakan karyawan, sedangkan kepala sekolah sebagai  pemimpinnya. Kepala sekolah harus mampu mengelola dan membangun  jalinan kerjasama yang baik dengan sumber daya manusia yang dipimpinnya  (baik guru maupun pegawai yang bukan guru) demi terwujudnya visi dan misi  sekolah yaitu meningkatkan kualitas anak didiknya.
 Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar  mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia  yang potensial di bidang pembangunan (Sardiman, 2005: 125). Oleh karena  itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan harus berperan  secara aktif dan menempatkan kedudukannyasebagai tenaga profesional,  sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini  guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu  pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai  sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun  siswa dalam belajar.
Spencer dan Spencer dalam Hutapea (2008) menyatakan kompetensi  adalah karakterisrik dasar seseorang yang ada hubungan sebab-akibatnya  dengan prestasi kerja yang luar biasa atau dengan efektivitas kerja. Tiga  komponen utama pembentuk kompetensi, yaitu pengetahuan (knowledge) yang  dimiliki seseorang, keterampilan (skill), dan perilaku individu (behavior).
Pengetahuan (knowledge) merupakan informasi yang dimiliki oleh seseorang,  keterampilan (skill) merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan suatu  aktivitas atau pekerjaan, dan perilaku individu (behavior) yang mencakup  kedisiplinan, kerjasama, dan tanggung jawab.
Kompetensi guru akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam  belajar, yang pada akhirnya akan berperan besar pada peningkatan mutu  pendidikan. Kompetensi guru dalam mempersiapkan siswa untuk melewati  jenjang pendidikan sangat bergantung pada kepala sekolah sebagai pemimpin   dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia disekolah. Hal tersebut  dikarenakan kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan  pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan  pendayagunaan serta pemeliharaan saranadan prasarana (Mulyasa, 2004: 25).
Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh  dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi,  memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya.
Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan  peningkatan kompetensi guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga  kependidikan. Oleh karena itu, kepalasekolah harus mempunyai kepribadian  atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk  memimpin sebuah lembaga pendidikan. Dalam perannya sebagai seorang  pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan  orang-orang yang bekerja sehingga kompetensi guru selalu terjaga.
Kepala sekolah, baik pria atau wanita berpengaruh terhadap kompetensi  para guru dan pegawai yang dipimpinnya. Dalam mendorong kompetensi para  guru dan pegawai, antara pemimpin pria dan wanita pasti memiliki perbedaan  karakteristik.
Wanita tidak dapat menjalankan tugas sebagai pemimpin merupakan  pendapat yang masih berkembang luas pada masyarakat Indonesia. Kodrat  wanita dianggap sebagai manusia yang berkemampuan lebih rendah daripada  laki-laki. Pemikiran semacam ini sejalan dengan pemikiran tradisional yang  mempercayai bahwa wanita tidak layak sebagai pemimpin. Pendapat ini   tampaknya masih tertanam dengan  kuat di masyarakat dan cenderung  menghambat keinginan wanita untuk menjangkau posisi yang lebih tinggi  (Tukiran 2007: 232).
Sejarah mencatat banyak wanita-wanita pemimpin ataupun yang  mampu menduduki posisi penting dalam sebuah organisasi. Dari luar negeri  ada Margaret Thatcher dari Inggris, CorryAquino dari Filipina, Benazir Bhutto  dari Pakistan, Aung San Suu Kyi dari Myanmar, sedangkan dari dalam negeri  kita sendiri ada Tjut Njak Dhien, Mooryati Soedibyo, Martha Tilaar, Sri  Mulyani Indrawati, Megawati Soekarnoputri, dan banyak lagi. Mereka adalah  para wanita pemimpin yang telah menunjukkan prestasi di bidang yang mereka  tekuni.
Kenyataan bahwa saat ini wanita sudah mampu bergerak maju dan  berperan sebagai pemimpin, menimbulkan pertanyaan apakah kepemimpinan  wanita efektif bagi karyawan yang dipimpinnya. Apakah sebuah organisasi  atau divisi yang dipimpin oleh seorang wanita akan memiliki kompetensi  karyawan yang tinggi, atau justru sebaliknya. Kemampuan seorang wanita  dalam hal memimpin inilah yang masih diragukan oleh banyak kalangan.
 Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh jenis kelamin.
Sugiarto (2006) menyatakan kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari  dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi  pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi lingkungan  pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya.
 Pemimpin adalah seseorang yang berada di dalam kelompok, sebagai  pemberi tugas atau sebagai pengarah dan mengkoordinasikan kegiatan  kelompok yang relevan, serta dia  sebagai penanggung jawab utama.
Kepemimpinan adalah cara mengajak karyawan agar bertindak secara benar,  mencapai komitmen dan memotivasi untuk mencapai tujuan bersama (Friedler  dalam Zahro (2007)). Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat dikatakan  bahwa seorang pemimpin mempengaruhi kompetensi bawahannya.
SMA Negeri 1 Medan merupakan salah satu organisasi berbentuk  sekolah yang di dalam kegiatan operasionalnya membutuhkan tenaga-tenaga  pendidik yang berkualitas tinggi. Kompetensi dari para guru di dalam sekolah  tidak terlepas dari peran seorang kepalasekolah. SMA Negeri 1 Medan terletak  di Jl. Teuku Cik Ditiro no. 1, Medan. Saat ini SMA Negeri 1 Medan dipimpin  oleh seorang wanita yang bernama Dra. Hj. Rebekka Girsang yang telah  menjabat sebagai kepala sekolah daritahun ajaran 2006/2007 sampai sekarang.
Gaya kepemimpinannya akan berpengaruh besar terhadap kompetensi  bawahannya. Saat ini SMA Negeri 1 Medan memiliki 109 orang guru dan 35  orang pegawai bukan guru (termasuk didalamnya pegawai administrasi,  penjaga sekolah, dan satpam).
SMA Negeri 1 Medan berdiri pada tahun 1950. SMA Negeri 1 Medan  merupakan sekolah yang memiliki akreditasi A (sumber: Bagian Tata Usaha  SMA Negeri 1 Medan), yang mana hal ini menjadi salah satu alasan SMA  Negeri 1 Medan menjadi salah satu sekolah favorit yang banyak dituju oleh  lulusan SMP di Medan dan sekitarnya. Pada tahun 2009, SMA Negeri 1 Medan   merupakan sekolah yang paling banyak diincar oleh para lulusan SMP  (sumber: www.kompas.com berita pada 2 Juli 2009).
SMA Negeri 1 Medan baru dua kali dipimpin oleh kepala sekolah  wanita. Sejak tahun 2004, SMA Negeri 1 Medan dipimpin oleh Dra. Yustini  Amnah Lubis, kemudian di tahun 2006 dipimpin oleh Dra. Hj. Rebekka  Girsang. Tugas yang cukup berat sebenarnya diemban oleh para pemimpin  wanita ini dikarenakan mereka harus menjaga nama baik sekolah bahkan  meningkatkan kualitas sekolah yang mereka pimpin. Penulis juga tertarik  untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan para wanita ini mempengaruhi  kompetensi guru dan pegawai lainnya pada SMA Negeri 1 Medan.
Kompetensi seorang guru dapat dinilai dari keberhasilan siswanya  dalam mencapai suatu prestasi. Di bawah ini terdapat gambar grafik yang dapat  memperlihatkan laju peningkatan prestasi siswa SMA Negeri 1 Medan dari  tahun 2004 – 2009.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 Prestasi Siswa 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber: Bagian Kesiswaan SMA Negeri 1 Medan Gambar 1.1. Grafik Prestasi Siswa SMA Negeri 1 Medan   Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk  melakukan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan wanita terhadap  kompetensi guru pada SMA Negeri 1 Medan. Hal ini juga dilakukan karena di  sekolah ini belum pernah diadakan penelitian mengenai kepemimpinan wanita.
Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh Kepemimpinan Wanita  Terhadap Kompetensi Guru Pada SMA Negeri 1 Medan”.
B. Perumusan Masalah   Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalahnya  adalah sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh antara kepemimpinan  wanita terhadap kompetensi guru pada SMA Negeri 1 Medan ?”  C. Kerangka Konseptual   Pemikiran mengenai pria jauh lebih baik daripada wanita telah  berkembang sejak zaman dahulu. Terbukti dari pengalaman yang ada seperti  hak untuk bersekolah akan diutamakan untuk diberikan kepada anak laki-laki  dibandingkan anak perempuan; wanitadibatasi untuk melakukan pekerjaan,  pekerjaan yang dipercayakan hanya seputar mengurus anak dan rumah tangga.
Sejarah zaman dulu inilah yang akhirnya menanamkan buah pemikiran bahwa  wanita tidak mampu memimpin hal yang lebih besar lagi. Selain itu, pemimpin  wanita juga sering dikatakan lemah dalam pengambilan keputusan, lebih sering  ragu-ragu dan tidak tegas. Hal-hal seperti ini yang membuat wanita jarang   diangkat menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi dan cenderung  mempunyai jenjang karir yang tidak jelas.
 Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi akan menentukan  kompetensi bawahan yang dipimpinnya (Wibowo, 2007:111). Faktor-faktor  kepemimpinan wanita mencakup pendelegasian wewenang, pelibatan  bawahan, perlakuan terhadap bawahan, dan pengakuan bawahan. Kompetensi  mengacu pada pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan yang dimiliki  karyawan yang lebih berorientasi padaintelijensi dan daya pikir serta  penguasaan ilmu yang luas yang dimiliki karyawan, keterampilan (skill) yaitu  kemampuan dan penguasaan teknis operasional dibidang tertentu yang dimiliki  karyawan dan perilaku (behavior) yaitu yang mencakup kedisiplinan,  kerjasama dan tanggung jawab (Hutapea, 2008: 28).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:  Kepemimpinan Wanita  (X)  Kompetensi Guru  (Y)  1. Pendelegasian Wewenang (X1)  2. Pelibatan Bawahan (X2)  3. Perlakuan Terhadap Bawahan (X3)  4. Pengakuan Bawahan (X4)  Sumber: Wibowo (2007:111), Hutapea (2008: 28) diolah  Gambar1.2 Kerangka Konseptual  D. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah yang telak dikemukakan, maka  hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: “Kepemimpinan wanita  mempunyai pengaruh signifikan terhadapkompetensi guru pada SMA Negeri  1 Medan.”  E. Tujuan dan Manfaat Penelitian  1. Tujuan Penelitian  Tujuan dari penelitian ini adalah:  a.  Mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan wanita terhadap  kompetensi guru pada SMA Negeri 1 Medan.
b.  Mengetahui dan menganalisis variabel kepemimpinan wanita yang mana  yang paling besar memberikan pengaruh terhadap kompetensi guru pada  SMA Negeri 1 Medan.
2. Manfaat Penelitian   Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:  a.  Bagi SMA Negeri 1 Medan   Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi dan masukan kepada  pihak sekolah mengenai peran pemimpin untuk meningkatkan  kompetensi guru.
b.  Bagi penulis   Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan  mengenai kepemimpinan wanita dengan menghubungkan teori yang   didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan serta dapat memperdalam  pengetahuan penulis.
c.  Bagi pihak lain   Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi, sumber informasi,  serta sumbangan pemikiran yang nantinya dapat memberikan  perbandingan dalam mengadakan penelitian pada masa yang akan  datang.
F. Metode Penelitian  1. Batasan Operasional   Batasan operasional dilakukan untuk menghindari penelitian yang  simpang siur terhadap permasalahan. Sesuai dengan latar belakang dan  perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini dibatasi pada  faktor-faktor sebagai berikut:  a.  Variabel bebas (X) yaitu kepemimpinan wanita yang terdiri dari:  X1= Pendelegasian wewenang  X2= Pelibatan bawahan  X3= Perlakuan terhadap bawahan  X4= Pengakuan bawahan  b.  Variabel terikat (Y) yaitu kompetensi guru SMA Negeri 1 Medan.
2. Identifikasi Variabel   Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, dan hipotesis yang  diajukan, maka variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas   (independent) dan variabel terikat (dependent). Di mana variabel bebasnya  adalah kepemimpinan wanita yang terdiri dari pendelegasian wewenang (X1),  pelibatan bawahan (X2), perlakuan terhadap bawahan (X3), dan pengakuan  bawahan (X4). Sedangkan variabel terikatnya adalah kompetensi guru.
3. Definisi Operasional Variabel  a.  Kepemimpinan Wanita (X) terdiri dari:  1.  Pendelegasian wewenang (X1) merupakan sikap seorang pemimpin  mendelegasikan wewenang dan memberikan tugas terhadap bawahan  sesuai deskripsi pekerjaan.
2. Pelibatan bawahan (X2) merupakan sikap pemimpin dalam  mengikutsertakan bawahan dalam setiap pengambilan keputusan dan  dalam kegiatan pekerjaan sehari-hari.
3. Perlakuan terhadap bawahan (X3) merupakan sikap dan perilaku  pemimpin dalam bekerjasama dan menghadapi bawahan yang  memiliki karakter berbeda-beda.
4. Pengakuan bawahan (X4) merupakan persepsi dari bawahan tentang  kinerja seorang pemimpin dalam organisasi.
b.  Kompetensi Guru (Y) adalah kapasitas yang ada pada seseorang yang  bisa membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan  oleh pekerjaan dalam suatu organisasi sehingga organisasi tersebut  mampu mencapai hasil yang diharapkan. Tiga komponen utama  pembentuk kompetensi yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan  (skill), dan perilaku (behavior).
  Berdasarkan definisi operasional yang telah dikemukakan, maka  peneliti merumuskan mekanisme penganalisaan variabel sebagai berikut:   Tabel 1.1  Tabel Definisi Operasional Variabel  Variabel  Sub Variabel  Definisi  Indikator  Skala  Pengukuran  Kepemimpinan  Wanita  (X)  Pendelegasian  Wewenang  (X1)  Sikap seorang  pemimpin  mendelegasikan  wewenang dan  memberikan  tugas terhadap  bawahan sesuai  deskripsi  pekerjaan.
a. sikap dalam  mendelegasikan  wewenang  b. kebebasan  memberikan  wewenang  Likert  Pelibatan  Bawahan  (X2)  Sikap pemimpin  dalam  mengikutsertakan  bawahan dalam  setiap  pengambilan  keputusan dan  dalam kegiatan  pekerjaan seharihari.
a. kepedulian  terhadap  bawahan  b. menerima  kritik dari  bawahan  Likert  Perlakuan  Terhadap  Bawahan  (X3)  Sikap dan  perilaku  pemimpin dalam  bekerjasama dan  menghadapi  bawahan yang  memiliki karakter  berbeda-beda.
a. keterbukaan  pimpinan pada  bawahan  b. sikap dan  perilaku  pimpinan  terhadap  bawahan  Likert  Pengakuan  Bawahan  (X4)  Persepsi dari  bawahan tentang  kinerja seorang  pemimpin dalam  organisasi  a. persepsi  bawahan pada  pimpinan  b. sikap bawahan  pada pimpinan  Likert  Kompetensi  Guru  (Y)  Kapasitas yang  ada pada  seseorang yang  bisa membuat  orang tersebut  mampu  memenuhi apa  yang disyarakan  oleh pekerjaan  dalam suatu  organisasi  sehingga  organisasi  tersebut mampu  mencapai hasil  yang diharapkan  a. pengetahuan  (knowledge)  b. keterampilan  (skill)  c. perilaku  individu  (behavior)  Likert  Sumber: Wibowo (2007:111), Hutapea (2008: 38), diolah   4. Skala Pengukuran Variabel   Pengukuran indikator variabel dalam penelitian ini menggunakan skala  Likert, yaitu dengan menyusun range skor dalam skala Likert. Menurut  Sugiyono (2006:86) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat  dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial.
 Peneliti memberikan lima alternatifjawaban kepada responden, dengan  menggunakan skala 1 sampai dengan 5 untuk keperluan analisis kuantitatif  penelitian ini, yang dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut:  Tabel 1.2  Instrumen Skala Likert No  Pernyataan  Skor  1  Sangat Setuju (SS)  5  2  Setuju (S)  4  3  Kurang Setuju (KS)  3  4  Tidak Setuju (TS)  2  5  Sangat Tidak Setuju (STS) 1    Sumber: Sugiyono (2006:87)   Responden diharuskan memilih salah satu dari sejumlah kategori  jawaban yang tersedia pada penelitian ini, kemudian masing-masing jawaban  diberi skor tertentu (5, 4, 3, 2, 1). Skor jawaban dari responden dijumlahkan,  dan jumlah ini merupakan total skor. Total skor inilah yang menjadi tafsir  sebagai posisi responden dalam skala Likert.
5. Tempat dan Waktu Penelitian   Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Medan Jl. Cik Ditiro no.1,  Medan. Penelitian ini dilakukan mulai April 2010 dan direncanakan sampai  dengan Juni 2010.
 6. Populasi dan Sampel   Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek  yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh  peneliti untuk dipelajaridan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006:  72). Populasi dari penelitian ini adalah guru SMA Negeri1 Medan yang  berjumlah 109 orang.
 Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh  populasi tersebut (Sugiyono, 2006:73). Pemilihan sampel yang akan diuji  dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu metode  pemilihan sampel dengan beberapa kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan  yaitu: guru yang telah bekerja semasa kepemimpinan Dra. Yustini Amnah  Lubis dan Dra. Rebekka Girsang. Guru-guru yang termasuk dalam sampel  penelitian ini adalah guru-guru yang mengalami 2 masa kepemimpinan wanita  SMA Negeri 1 Medan. Masa kepemimpinan wanita yang pertama (Dra.
Yustini Amnah Lubis dari tahun 2004) dan masa kepemimpinan wanita yang  kedua (Dra. Rebekka Girsang dari tahun 2006). Berdasarkan karakteristik  sampel yang diteliti maka dari 109 orang guru terdapat 96 orang guru yang  menjadi sampel untuk penelitian ini.
 7. Jenis dan Sumber Data  Penulis menggunakan dua jenis data dalam melakukan penelitian, yaitu:  a.  Data Primer   Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh penulis  dari responden yang dipilih pada lokasipenelitian. Data primer diperoleh  dengan memberikan kuesioner kepada responden terpilih.
b.  Data Sekunder   Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh melalui studi  pustaka dengan mempelajari berbagaitulisan, buku, jurnal, majalah dan  internet yang berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder yang  diperoleh merupakan sejarah dan gambaran umum perusahaan, struktur  organisasi dan sebagainya.
8. Teknik Pengumpulan Data  a.  Kuesioner   Kuesioner adalah seperangkat pernyataan tertulis yang disusun oleh  peneliti yang berisikan pernyataantentang kepemimpinan wanita dan  kompetensi guru.
b.  Wawancara   Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara  langsung dengan responden secara sistematis sesuai dengan tujuan  penelitian.
 c.  Studi Dokumentasi   Yaitu dengan mengumpulkan datadan informasi dari buku, jurnal,  majalah dan internet yang berhubungan dengan penelitian.
9. Uji Validitas dan Reliabilitas  a.  Uji Validitas   Validitas adalah suatu ukuranyang menunjukkan kevalidan atau  kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila  mampu mengukur apa yang diinginkan serta mampu mengungkap data  dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto 2002: 144). Penelitian  ini menggunakan alat kuesioner, karena itu uji validitas dilakukan untuk  menguji data yang telah didapat setelah penelitian apakah merupakan  data yang valid atau tidak dengan menggunakan alat ukur kuesioner  tersebut. Uji validitas dilakukan  di SMA Negeri 18 Medan yang  berlokasi di Jl. Dr. Wahidin no 15a, Medan. Kriteria dalam menentukan  validitas kuesioner adalah sebagai berikut:  1.  Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
2.  Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak  valid.
b.  Uji Reliabilitas   Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen  dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena  instrumen itu sudah baik (Arikunto 2002: 154). Reliabilitas menunjukkan  tingkat kestabilan, konsistensi, dan atau kehandalan instrumen untuk   menggambarkan gejala seperti apa adanya. Suatu instrumen dikatakan  reliabel apabila instrumen tersebutdigunakan untuk subjek yang sama,  dalam waktu dan kondisi yang berbeda, tetap menunjukkan hasil yang  sama. Adapun kriteria dari pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut:  1.  Jika ralphapositif atau > rtabel , maka pertanyaan reliabel.
2.  Jika ralphanegatif atau < rtabel, maka pertanyaan tidak reliabel.
 Uji validitas dan reliabilitas akan dilakukan pada SMA Negeri 18  Medan, di mana memiliki kriteria yang sama yaitu dipimpin oleh kepala  sekolah wanita.
10. Metode Analisis Data  a.  Metode Analisis Deskriptif   Analisis deskriptif adalah salah satu dari metode analisis data dengan  cara data disusun dan dikelompokkan, kemudian dianalisis sehingga  diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk  menjelaskan hasil perhitungan.
b.  Metode Analisis Statistik  1.  Analisis Regresi Linear Berganda   Analisis regresi linear berganda digunakan sebagai alat analisa  statistik karena penelitian ini dirancang untuk meneliti variabel bebas  terhadap variabel terikat.
 Perumusan model regresi yang akan digunakan dalam penelitian ini  adalah:  Y   = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ e  Dimana:   Y   = kompetensi guru  a    = konstanta  b1,2,3,4  = koefisien regresi  X1    = pendelegasian wewenang  X2   = pelibatan bawahan  X3   = perlakuan terhadap bawahan  X4   = pengakuan bawahan   e   = standar error   Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan  pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsiasumsi klasik yaitu:  1.1. Uji Normalitas  Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah  model regresi, variabel independen, variabel dependen atau  keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang  paling baik adalah distribusi datanormal atau mendekati normal.
Uji dilakukan melalui analisis grafik P-P Plot dan dengan melihat  histogram dari residualnya.
1.2. Uji Multikolinieritas  Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana variabel  independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi  berganda tidak saling berhubungan secara sempurna. Untuk   mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat  dari besarnya nilai Tolerancedan VIF (Variance Inflation  Factor) melalui program SPSS. Uji multikolinearitas  menggunakan kriteria Variance Inflation Factor (VIF) dengan  ketentuan bila VIF > 5 terjadi masalah multikolinearitas yang  serius.
1.3. Uji Heterokedastisitas  Artinya varians variabel independen adalah konstan untuk setiap  nilai tertentu variabel independen (homokedastisitas). Model  regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji  Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen  signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen,  maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.
2.  Pengujian Hipotesis   Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah  dirumuskan di muka dengan menggunakan alat bantu Statistics  Package for Social Science 16.00 for Windows.
2.1. Uji F (Uji Serempak)   Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel  bebas secara serentak mempunyai pengaruh yang signifikan  terhadap variabel terikat.
 Bentuk pengujian:  H0: b1= b2= b3 = b4= 0   Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamasama dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel  terikat (Y).
H0: b1 ≠b2 ≠b3 ≠b4 ≠0   Artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama  dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat  (Y). Pada penelitian ini nilai Fhitungakan dibandingkan dengan  Ftabelpada tingkat signifikansi (α) = 5 %.
 Kriteria penilaian hipotesis pada uji F ini adalah:  Terima H0bila Fhitung ≤Ftabel Tolak H0(terima H1) hila Fhitung> Ftabel  2.2. Uji t (Uji Pengaruh Parsial)   Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas  (independent) dengan variabel terikat (dependent) mempunyai  pengaruh yang signifikan atau tidak.
Nilai t hitungdapat diperoleh dengan menggunakan bantuan SPSS  15.0 for windows. Nilai t hitung selanjutnya akan dibandingkan  dengan t tabel dengan tingkat kesalahan (alpha) 5 % dan derajat  kebebasan (df) = (n – k)  Ho:b = 0 (tidak ada pengaruh Kepemimpinan Wanita terhadap  Kompetensi Guru)   Ha:b ≠0 (terdapat pengaruh Kepemimpinan Wanita terhadap  Kompetensi Guru)   Kaidah pengambilan keputusan:  Hoditerima jika t hitung< t tabelpada α= 5 %  Haditerima jika t hitung> t tabel pada α= 5 %  2.3. Uji Koefisien Determinan (R 2 )  Identifikasi determinan (R 2 ) digunakan untuk melihat seberapa  besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara  bersama-sama, dimana 0 < R 2  < 1. Hal ini berarti bila R 2 = 0  menunjukkan tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap  variabel terikat dan bila R 2 mendekati 1 menunjukkan semakin  kuat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
  

Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi