Selasa, 25 Maret 2014

Skripsi Manajemen: PENGARUH NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PADA INDUSTRI TEKSTIL



BAB I PENDAHULUAN
 1.1. Latar Belakang 
Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi investor. Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu aset  selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan atau  peningkatan  nilai investasi (Husnan, 2004). Investasi pada saham dianggap  mempunyai tingkat  resiko yang lebih besar dibandingkan dengan alternatif  investasi lain, seperti obligasi, deposito, dan tabungan.

Setiap investor di pasar saham sangat membutuhkan informasi yang  relevan dengan perkembangan transaksi di bursa, hal ini sangat penting untuk  dijadikan bahan  pertimbangan dalam menyusun strategi dan  pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Investor dapat memanfaatkan pasar modal  sebagai sarana untuk menyalurkan dana yang menganggur atau berinvestasi guna  memperoleh keuntungan  atau return yang didapat berupa peningkatan modal  (capital gain) dan laba hasil usaha  yang dibagikan (dividen) untuk investasi  dipasar saham, serta bunga (coupon) untuk invesatasi di pasar obligasi.
Pemodal atau Investor hanya dapat memperkirakan berapa tingkat  keuntungan yang diharapkan (expected return) dan seberapa jauh kemungkinan  hasil yang  sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan.
Apabila kesempatan investasi mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi, maka  1  investor akan mengisyaratkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi pula. Dengan  kata lain, semakin tinggi risiko suatu kesempatan investasi maka akan semakin  tinggi pula tingkat  keuntungan  (return)  yang diisyaratkan oleh investor  (Jogiyanto, 2000). Saham perusahaan yang go public sebagai investasi tergolong  beresiko tinggi, karena sifatnya sangat dipengaruhi oleh  perubahan-perubahan  yang terjadi, baik perubahan di luar negeri maupun dalam negeri. Perubahan  tersebut dapat berdampak positif maupun negatif terhadap nilai saham tersebut  yang berada di pasar saham.
Faktor utama yang menyebabkan harga pasar saham berubah adalah  adanya persepsi yang berbeda dari masing masing investor sesuai informasi yang  dimiliki. Dalam melakukan pemilihan investasi di pasar modal dipengaruhi oleh  informasi fundamental dan teknikal. Informasi fundamental adalah  informasi  kinerja dan kondisi internal perusahaan yang cenderung dapat dikontrol, sedangkan informasi teknikal adalah informasi kondisi makro seperti tingkat  pergerakan suku bunga, nilai tukar mata uang, inflasi, indeks saham di pasar  dunia, kondisi keamanan dan politik. Informasi teknikal sering digunakan sebagai  dasar analisis pasar modal. Jika kondisi atau indikator makro ekonomi mendatang  diperkirakan jelek, maka kemungkinan besar refleksi indeks harga harga saham  menurun, demikian sebaliknya (Ang dalam Thobarry, 2009).
Perkembangan industri tekstil di Indonesia menarik untuk dicermati.
Industri ini merupakan salah satu industri yang bertahan di tengah kondisi  perekonomian Indonesia. Industri tekstil merupakan industri padat karya (Labour  Intensive) yang sedikitnya telah menyerap 1,8 juta pekerja. Disamping itu industri  tekstil juga memberikan devisa yang cukup besar melalui  kontribusi dalam  komoditi ekspor non-migas. Kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil dari 2000  sampai 2009 meningkat 11,59 persen, atau rata-rata 3,41 persen per tahun, ini  setara dengan nilai ekspor US$ 9,26 miliar. Meski cenderung stagnan, bila  dibanding nilai impor, industri tekstil masih menunjukkan surplus. Selama 10  tahun terakhir surplus perdagangan selalu diatas US$ 5 miliar, dan pada 2009 lalu  mencapai US$ 5,09 miliar. Tetapi, hingga triwulan II-2010, terdapat empat sektor  yang melempem atau tumbuh minus, termasuk diantaranya yakni sektor industri  tekstil yang tumbuh minus 0,09 persen dari target 2,15 persen. Dunia usaha  Indonesia termasuk industri tekstil saat ini mengalami banyak permasalahan  antara lain karena semakin maraknya produk impor disebabkan munculnya  banyak negara pesaing, seperti Vietnam, Bangladesh, Thailand dan Cina, yang  menggunakan teknologi baru, meningkatnya harga bahan baku, dan kondisi  permesinan yang umumnya sudah tergolong tua. (www.koran-jakarta.com).
Dalam penelitian ini, indikator makro ekonomi yang digunakan yakni nilai  tukar dan suku bunga, yang juga dapat berpengaruh terhadap industri tekstil yang  tercermin dari harga saham setiap perusahaan.
Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan  dalam mata uang negara lainnya, (Sukirno, 2004:397).  Penelitian ini  menggunakan nilai tukar Rupiah yang dikaitkan dengan nilai tukar Dollar US.
Apabila jumlah Rupiah yang dikeluarkan untuk mendapatkan Dollar US lebih  sedikit dibandingkan jumlah Rupiah yang dikeluarkan pada periode sebelumnya  berarti nilai tukar Rupiah mengalami penguatan nilai tukar (apresiasi) terhadap  Dollar US. Sebaliknya, apabila jumlah Rupiah yang dikeluarkan untuk  mendapatkan Dollar US lebih banyak dibandingkan jumlah Rupiah yang  dikeluarkan  pada periode sebelumnya berarti nilai tukar Rupiah mengalami  pelemahan nilai tukar (depresiasi) terhadap Dollar US.
Kenaikan Kurs Dollar US yang tajam terhadap Rupiah akan berdampak  negatif terhadap emiten yang memiliki hutang dalam Dollar US sementara produk  emiten tersebut dijual secara lokal. Sementara itu, emiten yang berorientasi ekspor  akan menerima dampak positif dari kenaikan Kurs Dollar US tersebut. Ini berarti  harga saham emiten yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di  Bursak Efek, dan emiten yang terkena dampak positif akan meningkat harga  sahamnya. (Samsul, 2006).
Berdasarkan teori di atas, hubungan nilai tukar dengan harga saham  Industri Tekstil adalah positif. Karena, aktivitas Industri Tekstil berorientasi  ekspor. Dilihat dari tabel 1.1, pada tahun 2007 nilai tukar Rupiah mengalami  apresiasi menjadi Rp9.136 dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp9.167. Pada tahun  2007 harga saham juga mengalami peningkatan sebesar Rp502 dibandingkan  dengan harga saham tahun 2006 sebesar Rp474. Pada tahun 2008, nilai tukar  mengalami depresiasi terhadap tahun 2007 menjadi Rp9.680, dan harga saham  turun menjadi Rp415. Pada tahun 2009, nilai tukar juga mengalami depresiasi  menjadi Rp10.398 diikuti dengan penurunan harga saham menjadi Rp384. Pada  tahun 2010, nilai tukar mengalami apresiasi menjadi Rp9.085 dan harga saham  meningkat menjadi Rp472 dibandingkan tahun sebelumnya.
Suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal pinjaman dan  dividen serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal  ekuitas  (Brigham dan Houston, 2001: 158). Suku bunga yang berlaku di Indonesia adalah  suku bunga Bank Indonesia (SBI)  selama lima tahun terakhir mengalami  fluktuasi. Akan tetapi, setelah Suku bunga dikendalikan oleh Bank Indonesia,  maka fluktuasi suku bunga sudah terkendali.
Tingkat suku bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga  saham. Karena dengan kenaikan tingkat suku bunga akan meningkatkan beban  bunga kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan  mengakibatkan laba per  saham juga menurun dan akhirnya akan berakibat  turunnya harga saham di pasar. Sehingga menyebabkan para investor menarik  investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan  ataupun deposito. Sebaliknya, penurunan tingkat suku bunga akan menaikkan  harga saham di pasar dan laba bersih per saham, sehingga mendorong harga  saham meningkat. Maka, investor akan mengalihkan investasinya dari perbankan  ke pasar modal. Investor akan memborong saham sehingga harga saham  terdorong naik akibat meningkatnya permintaan saham. (Samsul, 2006) Berdasarkan teori di atas, hubungan antara suku bunga dengan harga  saham adalah negatif. Dilihat dari tabel 1.1, pada tahun 2007, suku bunga 8,60%  lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga pada tahun 2006 sebesar 11,83%.
Sebaliknya, harga saham pada tahun 2007 sebesar Rp502 lebih tinggi  dibandingkan harga saham pada tahun 2006 sebesar Rp474. Pada tahun 2008,  suku bunga meningkat menjadi 8,67% diikuti dengan penurunan harga saham  menjadi Rp415. Pada tahun 2010, suku bunga menurun menjadi 6,50% diikuti  dengan harga saham meningkat menjadi Rp472. Sementara pada tahun 2009, suku  bunga dan harga saham sama – sama mengalami penurunan dibandingkan dengan  tahun 2008.
Tabel 1.1 Indikator Makro Ekonomi dan Harga Saham Industri Tekstil Tahun 2006 s/d Tahun 2010 No  Indikator Tahun 2006  2007  2008  2009  2010 1  Nilai Tukar  9.167  9.136  9.680  10.398  9.085 2  Suku Bunga  11,83%  8,60%  8,67%  7,15%  6,50% 3  Harga Saham 474  502  415  384  472 Sumber : www.bi.go.id dan www.idx.co.id, 2010  (diolah) Gambar 1.1.
Grafik Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar US Periode Tahun 2006 - 2010 Pasar modal Indonesia yang semakin berkembang, menuntut pengetahuan  yang baik dalam berinvestasi saham di pasar modal, sehingga penulis mencoba  meneliti pengaruh nilai tukar dan suku bunga terhadap harga saham. Penelitian ini  melibatkan Industri Tekstil dengan judul “Pengaruh Nilai Tukar dan Suku  Bunga Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil di Bursa Efek  Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:  Bagaimana  pengaruh nilai tukar dan suku bunga terhadap harga saham pada  industri tekstil di Bursa Efek Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis  pengaruh antara variabel nilai tukar  dan  suku bunga terhadap harga saham  Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1.  Manfaat Teoritis Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan pengetahuan ilmu ekonomi, terutama dalam hal melihat pengaruh antara nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga SBI terhadap  harga saham pada industri tekstil di Bursa Efek Indonesia.
1.4.2.  Manfaat Praktis 1.  Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat dijadikan masukan bagi investor, terutama yang terlibat dalam pasar modal dalam menentukan pengaruh antara nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham Industri tekstil di Bursa Efek Indonesia.
2.  Bagi Emiten Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi emiten khususnya bagi pimpinan perusahaan untuk mempertimbangkan pengaruh nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham.
3.   Bagi Akademik Penelitian ini diharapkan memberikan tambahan wacana untuk literature perpustakaan yang membahas penelitian tentang pengaruh nilai tukar rupiah  dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham industri tekstil di Bursa  Efek Indonesia.
4. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh antara nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham  industri tekstil di Bursa Efek Indonesia.


Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi