BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama tiga dasawarsa
perekonomian Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat yang pada akhirnya terpuruk
diterjang krisis moneter yang berkepanjangan,
krisis moneter yang terjadi menunjukkan bahwa Indonesia belum mempunyai ketanggguhan dalam perekonomian.
Sektor riil yang selama ini menjadi andalan
sumber penerimaan negara seolah-olah berhenti, para pelaku ekonomi baik pemerintahan (BUMN), sektor
swasta (perusahaan-perusahaan swasta)
dan koperasi banyak yang tidak lagi bisa bangkit untuk menjalani usahanya.
Krisis ekonomi yang
dimulai pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan kondisi perekonomian menjadi buruk.
Pertumbuhan ekonomi yang pada tahun 1996
sebesar 8% merosot menjadi -13% di akhir tahun 1998. Pendapatan per kapita yang sebelumnya mencapai di atas
US$1000 merosot lagi menjadi US$300.
Indonesia kembali menjadi negara miskin.
Kondisi tersebut
menghasilkan banyak tenaga kerja kehilangan pekerjaan karena diberhentikan agar biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan dapat ditekan.
Sebagian dari
pekerja tersebut mungkin saja beralih bekerja ke perusahaan lain atau membuka usaha baru dengan keterampilan
yang dimilikinya, namun sebagian dari
mereka belum pasti mendapat keuntungan yang sama. Hal ini berakibat pada peningkatan jumlah pengangguran. Pengangguran
yang pada tahun 1997 hanya 4,7% naik
menjadi 5,4% tahun 1998. Menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) menyebutkan, sekitar 1,4 juta orang
kehilangan pekerjaan di sektor formal,
sementara pada sektor non formal menjadi 57,3 juta orang pada tahun 1998 (Feridhanusetyawan dalam Riyanti, 2003:2).
Sebelas tahun pasca
krisis ekonomi tahun 1997 dan masih hangat dalam ingatan, ketika krisis keuangan global di
tahun 2008 hampir melanda seluruh dunia.
Bursa saham anjlok dan nilai tukar mata uang asia ikut rontok. Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar sempat mencapai level Rp
12.000 per USD1. Sayangnya, rontoknya
nilai tukar Rupiah tidak dibarengi dengan naiknya ekspor karena pasar utama tujuan ekspor Indonesia, yaitu AS,
sedang bangkrut. Hal ini mengisahkan bahwa
perekomomian Indonesia tidak mandiri.
Namun, dibalik
kisah pilu itu, ternyata ada penanda lain yang juga tetap kontekstual dengan kondisi saat ini.
Ketangguhan sektor usaha mikro dan kecil pada masa krisis merupakan penanda yang
dimaksud itu. Sebuah fenomena yang layak
untuk terus direnungkan dan disikapi secara proporsional dalam konteks peningkatan ketahanan ekonomi dewasa ini.
Tanpa mengesampingkan peran sektor
korporasi, dalam banyak aspek, sektor usaha mikro dan kecil pun memiliki peran dan kontribusi yang tidak bisa dianggap
remeh.
Secara filosofis,
eksistensi usaha mikro sebetulnya mengandung spirit enterpreunership yang hakiki dan itu lekat
dalam praktek keseharian pelaku usahanya
di lapangan. Dan, ketika hari ini kita bicara soal kewirausahaan, di titik itulah sebetulnya kita bisa melahirkan
pioner-pioner pembaharuan di bidang ekonomi.
Dalam konteks ketahanan dan pertumbuhan ekonomi, memfokuskan pengembangan ekonomi rakyat khususnya pada
usaha mikro bisa jadi adalah langkah
yang sangat strategis untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi yang adil yang merata. Disamping itu, masalah
pengangguran merupakan masalah besar yang
timbul akibat krisis moneter yang terjadi.
Salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pengangguran adalah memanfaatkan keahlian dan
pengetahuan wirausaha untuk membuka
lapangan pekerjaan sendiri atau bahkan membuka lapangan kerja untuk orang lain. Pengembangan ekonomi rakyat
merupakan wujud nyata keberpihakan pemerintah
pada rakyat kecil. Keberpihakan tersebut wajar, karena dalam peta pemain bisnis di Indonesia jumlah unit-unit usaha skala kecil
lebih banyak dibanding usaha menengah
dan besar.
Kewirausahaan
merupakan modal yang ada pada diri manusia untuk melakukan proses produksi, kewirausahaan
merupakan konsep, maka untuk menerapkan
dalam kegiatan usaha harus diwujudkan dalam tindakan, bisa saja seseorang memiliki potensi kewirausahaan yang
bagus tetapi tidak diwujudkan dalam
perilaku, maka potensi itu tidak mempunyai nilai tambah dalam dunia bisnis riil. Jadi perilaku kewirausahaan harus
ada dalam aktivitas bisnis.
Pengembangan sistem
ekonomi yang memberi peluang bagi usaha-usaha kecil untuk berkiprah dalam perekonomian
nasional akan mendorong tumbuhnya perekonomian
berbasis wirausaha, yang selanjutnya akan mendorong tumbuhnya usaha-usaha baru. Kemajuan teknologi yang
semakin cepat akan meningkatkan konsumsi
informasi dan kebutuhan barang-barang elektronik ikut meningkat.
Kesempatan ini
dapat diambil pelaku-pelaku usaha lokal. Para wirausaha ini biasanya memulai usahanya secara mandiri
dengan modal sendiri atau modal bersama.
Kemandirian ini merupakan modal awal terciptanya ekonomi perusahaan sehat. Usaha mereka umumnya
berskala kecil, tetapi dapat menyerap tenaga
kerja yang besar. Pemerataannya ke desa-desa ikut mendorong pemerataan kesempatan kerja. Usaha kecil juga dapat
digunakan sebagai kunci pemacu ekspor serta
peningkatan kesejahteraan rakyat.
Jenis usaha yang
sangat berkembang saat ini di kota Medan adalah usaha di bidang makanan yang banyak ditemukan dimana pun terutama di
daerah pemukiman padat penduduk, sarana pendidikan atau pusat
perbelanjaan yang menuntut ketersediaan
kebutuhan hidup sehari-hari yaitu makanan dan minuman.
Bisnis makanan terus
berkembang dari waktu ke waktu dan sebagian besarnya mampu memperoleh laba yang lebih dari cukup
dan bahkan memperluas usahanya menjadi
lebih besar lagi. Dengan kata lain, peluang dan
potensi dari bisnis makanan
sangat menjanjikan dalam segi keuntungan maupun pasar yang ada.
Bisnis makanan atau
Rumah Makan merupakan prospek yang tinggi bagi suatu daerah, khususnya kota Medan. Fakta
membuktikan bahwa pada tahun 2005 ditargetkan
perolehan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari sektor UKM sangat signifikan. Rinciannya, dari sekretariat Kota
Medan berupa ritribusi izin usaha mencapai
Rp.100 juta, Dinas Pendapatan Daerah Berupa Pajak Hotel Rp.16,5 milyar, Pajak Restoran Rp.35,480 milyar, Pajak
Hiburan Rp.8 milyar.
(www.pemkomedan.com).
Data diatas menunjukkan bahwa pendapatan pajak yang paling tinggi adalah pada Pajak Restoran,
ini membuktikan bahwa bisnis rumah makan
atau makanan di Kota Medan berkembang pesat.
Kemampuan untuk
mengembangkan usaha bergantung kepada upaya para pengusaha itu sendiri memanfaatkan ketrampilan
bisnisnya untuk memuaskan pelanggan.
Penelitian Cunningham (dalam Riyanti,
2003:7) terhadap 178 wirausaha
dan manajer profesional di Singapura, menunjukkan bahwa keberhasilan berkaitan dengan sifat-sifat
kepribadian (49%), seperti keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik,
keinginan untuk berhasil, motivasi diri, percaya diri dan berfikir positif, komitmen
dan sabar. Penelitian Mc. Ber & CO (dalam Riyanti, 2003:7) menemukan bahwa
wirausaha yang berhasil memiliki sifat
yang proaktif, berorientasi prestasi dan komitmen dengan pihak lain.
Beberapa faktor
yang mempengaruhi kemampuan tersebut bersumber dari pengetahuan kewirausahaan, keinginan untuk
maju atau motif berprestasi dan juga kemandirian
pribadi dalam berpikir sehingga setiap pengusaha mampu secara maksimal memanfaatkan ketrampilan usaha pada
dirinya. Kemampuan memahami lingkungan
bisnis, menurut Cunningham (dalam Riyanti, 2003:9) merupakan faktor yang menyebabkan 28,1%
keberhasilan usaha skala kecil.
Faktor ini terkait
dengan sifat-sifat kepribadian dan kemauan untuk belajar dan menerima perubahan. Menurut Dinsi (2004:6)
mengatakan bisnis adalah ajang kompetisi
yang peka terhadap perubahan.
Kepekaan ini
menuntut pribadi-pribadi dengan inisiatif, kreativitas dan motivasi yang tinggi. Faktor-faktor
tersebut akan mempengaruhi perilaku kewirausahaan yang mereka miliki. Dengan
demikian masing-masing pelaku usaha akan
terdorong dalam meningkatkan kreativitas
berpikir, menentukan keputusan yang
lebih baik dan mandiri dalam pencapaian sukses usaha.
Kemandirian pribadi
direfleksikan dalam bentuk kemampuan mengerjakan suatu pekerjaan yang baik dan benar sesuai
dengan kapasitas yang ada dalam dirinya.
Kemampuan berusaha yang dimaksudkan adalah perolehan kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang direfkleksikan dengan adanya
nilai tambah dari keadaan sebelumnya. Faktor pengalaman dalam pekerjaan juga
sangat berperan dalam melaksanakan suatu pekerjaan, sebab pengalaman itu sendiri berfungsi sebagai seni,
dalam menangani berbagai masalah yang
timbul dalam rangka menjalankan suatu usaha (www.waspada.co.id).
Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas dan
penelitian-penelitian tersebut, penulis
tertarik untuk mengembangkan penelitian pada usaha rumah makan di Jalan Kapten Mukhtar Basri, maka
penulis mengambil judul : ”Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Motif
Berprestasi, dan Kemandirian Pribadi
Terhadap Perilaku Kewirausahaan (Studi Kasus Pada Rumah Makan di Jalan Kapten Mukhtar Basri
Medan)” B. Perumusan Masalah Berdasarkan
pemaparan pada latar belakang tersebut terlihat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
kewirausahaan, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut : ”Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan kewirausahaan, motif
berprestasi dan kemandirian pribadi
terhadap perilaku kewirausahaan?”.
C. Kerangka Konseptual Kerangka pemikiran merupakan sintesa hubungan
antara variabel yang diteliti dan
disusun dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian
serta merumuskan hipotesis yang dapat
berbentuk bagan alur atau model matematik yang dilengkapi penjelasan kualitatif. Berikut ini gambar model kerangka
konseptual yang menegaskan pengaruh
pengetahuan kewirausahaan, motif berprestasi dan kemandirian pribadi terhadap perilaku kewirausahaan.
Perilaku
kewirausahaan adalah sikap dan kepribadian wirausaha yang dipengaruhi oleh diri sendiri atau pengaruh
dari luar/eksternal (Suryana, 2006:49).
Pengetahuan
kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk
mencari peluang menuju sukses (Suryana, 2003:2). Definisi tentang kewirausahaan
tersebut akan dipergunakannya untuk
melakukan upaya pengembangan prestasi organisasi dengan cara mengambil substansi dari orgasnisasi lain.
Motivasi
Berprestasi adalah suatu pembentukan perilaku yang ditandai oleh bentuk-bentuk aktivitas atau kegiatan
melalui proses psikologis, baik yang dipengaruhi
oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik, yang dapat mengarahkannya dalam mencapai apa yang diinginkannya (dalam
Ranto, 2007:20).
Kemandirian pribadi
adalah kekuatan diri dalam upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru tanpa harus bergantung kepada orang lain,
mulai dari menciptakan ide, menetapkan
tujuan, sampai pada pencapaian kepuasan (dalam Ranto, 2007:23).
Berikut ini gambar
model hubungan antar variabel : Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian Sumber:
dalam Riyanti (2003), dimodifikasi penulis (2010) D. Hipotesis Hipotesis adalah hubungan yang
diperkirakan secara logis diantara dua atau
lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2006:135). Adapun hipotesis yang
penulis kemukakan berdasarkan argumentasi
yang dipaparkan pada kerangka berpikir di atas adalah sebagai berikut “Pengetahuan Kewirausahaan, Motif
Berprestasi dan Kemandirian Pribadi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Perilaku Kewirausahaan Pada Rumah Makan di Jalan Kapten
Muchtar Basri Medan”.
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin diperoleh melalui penelitian ini
adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh antara pengetahuan kewirausahaan dengan perilaku
kewirausahaan.
2. Untuk mengetahui
pengaruh antara motif berprestasi dengan perilaku kewirausahaan.
Perilaku Kewirausahaan (Y) 1. Pengetahuan Kewirausahaan (X1) 2. Motif Berprestasi (X2) 3. Kemandirian Pribadi (X3) 3. Untuk mengetahui pengaruh antara
kemandirian pribadi dengan perilaku kewirausahaan.
2. Manfaat
Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak lain
: 1. Bagi pelaku usaha rumah makan, penelitian ini dapat menjadi pedoman dalam meningkatkan kemampuan diri melalui
keikutsertaan dalam pelatihan-pelatihan
pengembangan usaha.
2. Bagi peneliti,
penelitian ini berguna untuk mempertajam pola pikir mengenai faktor yang perlu ditingkatkan dalam
perilaku kewirausahaan.
3. Bagi peneliti
selanjutnya, sebagai bahan referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan
penelitian lebih lanjut di masa yang
akan datang.
3. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Batasan
operasional untuk menghindari kesimpangsiuran
dalam membahas dan menganalisis
permasalahan, penelitian ini dibatasi pada keterkaitan pengetahuan kewirausahaan, motif
berprestasi dan kemandirian pribadi
sebagai variabel bebas (independent) terhadap perilaku kewirausahaan sebagai variabel
terikat (dependent) pada usaha rumah
makan di Jalan Kapten Mukhtar Basri Medan.
2. Definisi
Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel pengetahuan kewirausahaan (X1) Pengetahuan kewirausahaan adalah segala sesuatu yang
perlu diketahui mengenai kewirausahaan
yang diperoleh dari sumbersumber informasi.
Adapun indikator
yang digunakan adalah : a. Pengetahuan
langsung (pengalaman sendiri) b.
Pengetahuan tidak langsung (pengalaman orang lain) 2. Variabel motif berprestasi (X2) Motif berprestasi
adalah suatu upaya untuk mencapai sukses dengan maksud keberhasilan dalam kompetensi
berdasarkan suatu ukuran keunggulan.
Adapun indikator
yang digunakan adalah : a. Keunggulan
pribadi b. Keunggulan orang lain 3. Variabel kemandirian mandiri (X3) Kemandirian
pribadi adalah kemampuan untuk mengandalikan diri sendiri melalui adanya perasaan otonomi.
Indikator yang digunakan : a.
Mengandalkan kemampuan diri sendiri dalam tugas b. Mengandalkan kemampuan keuangan sendiri Tabel
1.1 Operasional Variabel Variabel
Definisi Indikator Skala Pengetahuan Kewirausaha an (X1) suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya a.
Pengetahuan langsung dan tidak langsung b.
Kemampuan berinisiatif c. Kemampuan berinovasi d.
Kemampuan mengatur waktu dan membiasakan diri Likert Motif Berprestasi (X2) Suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai hasil terbaik guna mencapai kepuasan pribadi a.
Selalu berusaha dan tidak mudah menyerah
b. Menampilkan hasil yang lebih baik c. Kreatif d.
Mencermati peluang Likert Kemandirian Pribadi (X3) kekuatan diri dalam upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru tanpa harus bergantung kepada orang lain dan adanya perasaan otonomi a. Mengandalkan kemampuan diri sendiri b.Mengandalkan kemampuan keuangan sendiri c.Keberanian menghadapi tantangan d. Kebebasan berfikir Likert
Perilaku Kewirausaha an (Y) Sikap dan
perilaku wirausaha yang dipengaruhi oleh diri sendiri atau pengaruh dari luar/eksternal a. Disiplin b.
Komitmen tinggi c. Jujur d. Penuh percaya diri Likert Sumber: Suryana
(2003), Cantika (2005), Diolah oleh penulis 3. Skala Pengukuran Variabel Skala
pengukuran variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah skala Likert (Umar 2003:98) dimana responden
menyatakan jawaban mengenai berbagai
pernyataan terhadap perilaku, hal, maupun pengetahuan yang diajukan. Pengukuran dengan skala Likert ini
dilakukan dengan pembagian : a. Nilai 1
untuk jawaban sangat tidak setuju b.
Nilai 2 untuk jawaban tidak setuju c.
Nilai 3 untuk jawaban kurang setuju d.
Nilai 4 untuk jawaban setuju e.
Nilai 5 untuk jawaban sangat setuju 4. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat
penelitian adalah di Jalan Kapten Mukhtar Basri Kota Medan dengan waktu penelitian mulai bulan November 2010
sampai Januari 2011.
5. Populasi dan
Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau objek
yang memiliki kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono,2008:72). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah semua pengusaha rumah makan yang
masih berada dalam Jalan Kapten Mukhtar
Basri yang berjumlah 32 orang.
Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pemilihan sampel dalam penelitian
ini dilakukan dengan metode yang
digunakan adalah menggunakan metode Sampling Jenuh (sensus), artinya seluruh populasi yang ada dijadikan
sebagai objek penelitian, sehingga responden
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 32 orang (Sugiyono,
2008:78).
6. Jenis dan Sumber
Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder : a. Data primer Data primer dikumpulkan melalui
observasi dan wawancara langsung dengan
berpedoman kepada kuesioner penelitian.
b. Data sekunder Data yang diperoleh melalui
studi dokumentasi dengan mempelajari berbagai
tulisan melalui buku, jurnal, majalah, dan juga internet untuk mendukung penelitian ini.
7. Teknik
Pengumpulan Data a. Kuesioner Kuesioner
yaitu suatu daftar yang berisi pernyataan-pernyataan untuk ditanggapi oleh para responden.
b. Wawancara Wawancara yaitu suatu cara
pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti
dengan tanya jawab secara tulisan maupun tatap muka dengan responden.
c. Studi Dokumentasi Teknik pengumpulan data
dengan cara meninjau, membaca dan mempelajari
berbagai macam buku, jurnal, dan informasi dari internet yang berhubungan dengan penelitian.
8. Uji Validitas
dan Reliabilitas Kualitas hasil penelitian yang bermutu dan baik sudah bisa
didapatkan jika rangkaian penelitian
yang dilakukan harus baik juga. Perencanaan yang matang mutlak diperlukan, lalu alat-alat yang
digunakan juga harus dalam kondisi yang
baik pula, oleh karena itulah seringkali sebelum penelitian dilakukan, alat-alat yang digunakan diuji
terlebih dahulu. Hal ini bertujuan, supaya
data yang diperoleh valid dan reliabel.
a. Uji Validitas Menurut
Arikunto (2000:219), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang ingin diukur serta mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Penelitian ini menggunakan
alat kuesioner, oleh karena itu uji validitas dilakukan untuk menguji data yang telah didapat setelah
penelitian merupakan data yang valid
atau tidak dengan menggunakan alat ukur kuesioner tersebut.
Pengujian validitas
dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16,0 dengan kriteria sebagai berikut: a. Jika r hitung > r table, maka pertanyaan
dinyatakan valid b. Jika r hitung < r table, maka pertanyaan dinyatakan
tidak valid b. Uji Reliabilitas Reliabilitas
bisa diartikan sebagai keterpercayaan, keterandalan atau konsistensi. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya
apabila dalam beberapa kali pelaksanaan
pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh
hasil yang relatif sama, artinya mempunyai konsistensi pengukuran yang baik, dan suatu konstruk atau
variabel dikatakan reliabel apabila
memiliki Cronbach Alpha>0,70
(Yamin dan Kurniawan, 2009:282).
Tinggi rendahnya
reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas
berkisar antara 0-1. Semakin tinggi
koefisien reliabilitas (mendekati angka
1), maka semakin reliabel alat ukur
tersebut.
Pengujian
realibilitas instrumen menggunakan pengujian satu skor pada taraf signifikan 5%. Pengujian validitas
dilakukan dengan menggunakan program
SPSS versi 16,0.
9. Metode Analisis
Data Metode analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Metode Analisis Deskriptif Merupakan metode
yang dilakukan dengan mengumpulkan, mengolah,
menyajikan dan menganalisis data sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang
diteliti.
b. Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan analisis
regresi, agar diperoleh perkiraan yang tidak
bias dan demi efisiensi maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi yaitu: 1) Uji Normalitas Tujuan
uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan
Kolmogorov-Smirnov.
Dengan menggunakan
tingkat signifikan 5% maka jika nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) di
atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang et al,
2008:62).
2) Uji
Heteroskedastisitas Artinya varians variabel independen adalah konstan untuk
setiap nilai tertentu variabel
independen (homokedastisitas). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Gleijser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan
secara statistik mempengaruhi variabel
dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.
Jika probabilitas signifikannya di atas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi
tidak mengarah pada adanya
heteroskedastisitas (Situmorang et al, 2008:76).
3) Uji
Multikolinearitas Artinya variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling
berhubungan secara sempurna atau
mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya
nilai Tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor) melalui program SPSS. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolerance >
0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak
terjadi multikolinearitas (Situmorang et al, 2008:104).
c. Analisis Regresi Linier Berganda Metode ini
untuk mengetahui pengaruh pengetahuan kewirausahaan, motif berprestasi dan kemandirian pribadi
terhadap perilaku kewirausahaan. Metode
statistik yang digunakan adalah metode regresi
linier berganda (multiple linier regression), dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 Y
= Perilaku kewirausahaan X1 =
Pengetahuan Kewirausahaan a = Konstanta Y
X2 = Motif Berprestasi b = Koefisien arah regresi X3 = Kemandirian Pribadi Untuk analisis dan
pengujian hipotesis , data diolah secara statistik dengan menggunakan alat bantu program
statistik SPSS (Statistical Product and
Service Solution) versi . Data-data yang telah diperoleh kemudian diuji dengan : 1. Uji
F Yaitu uji secara bersama-sama untuk membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh kewirausahaan, motif
berprestasi dan kemandirian pribadi (X1,
X2, X3) sebagai variabel bebas terhadap perilaku kewirausahaan (Y) sebagai variabel terikat.
H0 : b1 = b2 = b3 =
0, artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap
variabel terikat.
H0 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠
0, artinya secara serentak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Kriteria
pengambilan keputusan : H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5% H0 ditolak jika Fhitung >
Ftabel pada α = 5% 2. Uji t Yaitu uji secara parsial untuk
membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh-pengaruh
pengetahuan kewirausahaan, motif berprestasi dan kemandirian pribadi (X1, X2, X3) sebagai
variabel bebas terhadap perilaku
kewirausahaan (Y) sebagai variabel terikat.
H0 : b1 =
0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap
variabel terikat.
H1 : b1 ≠ 0
, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kriteria
pengambilan keputusan : H0 diterima jika thitung < ttabel pada α = 5% H0 ditolak jika thitung >
ttabel pada α = 5% 3. Identifikasi determinan (R 2 ) Signifikan
variabel diperoleh dengan mencari koefisien determinan (R 2 ). Koefisien determinan digunakan untuk
melihat seberapa besar pengaruh variabel
bebas (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat (Y).
Nilai koefisien
determinan digunakan untuk mengukur besarnya variabel bebas yang diteliti yaitu pengetahuan
kewirausahaan, motif berprestasi dan
kemandirian pribadi (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat yaitu perilaku kewirausahaan (Y).
Nilai R 2 akan
berkisar antara 0 sampai 1, jika determinan (R 2 ) semakin besar atau mendekati nilai 1 (satu), maka
hubungan variabel bebas (X1, X2, X3)
terhadap variabel terikat (Y) semakin kuat. Jika determinan (R 2 ) semakin kecil atau mendekati nilai 0 (nol), maka hubungan variabel bebas (X1, X2, X3) terhadap variabel
terikat (Y) semakin lemah. Menurut Lind
(dalam Suharyadi dan Purwanto, 2004:515) nilai R 2 > 0,5 menunjukkan variabel bebas dapat
menjelaskan variabel tidak bebas dengan
baik atau kuat. Bila R 2 = 0,5 dikatakan sedang dan kurang 0,5 relatif kurang baik.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi