Selasa, 25 Maret 2014

Skripsi Manajemen: PENGARUH PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT –PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (PNPM-P2KP) TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT



BAB I PENDAHULUAN
 1.1 Latar Belakang 
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan  senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik para akademisi maupun  para praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun terus menerus  dikembangkan untuk menyibak tirai dan misteri kemiskinan ini. Di Indonesia  masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk  dikaji terus-menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak  lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini, melainkan pula karena kini  gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih  dihadapi oleh bangsa Indonesia (Suharto, 2006:131).

Defenisi kemiskinan terbagi atas tiga yaitu kemiskinan relatif, kemiskinan  absolut, kemiskinan struktural dan kultural. Kemiskinan relatif merupakan kondisi  masyarakat karena kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau  seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi  pendapatan. Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan  untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum. Kemiskinan struktural dan kultural  merupakan kemiskinan yang disebabkan kondisi struktur dan faktor-faktor adat  budaya dari suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang (Hamdani,  2009:43). Masalah kemiskinan merupakan masalah nasional, Karena masalah ini  merupakan sumber muncul dan berkembangnya masalah sosial lainnya seperti  anak terlantar, anak jalanan, gelandangan, pengemis, keluarga berumah tak layak  huni, tuna susila, dan sebagainya. Karena itu, masalah kemiskinan merupakan  masalah yang harus ditangani secara serius  baik oleh pemerintah maupun  masyarakat.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2009 sebesar  32,53 juta (14,15 %). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret  2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,42 %) berarti jumlah penduduk miskin turun  sebesar 2,43 juta.Selama periode Maret 2008-Maret 2009, penduduk miskin di  daerah perdesan berkurang 1,57 juta, sementara di daerah perkotaan berkurang  0,86 juta(BPS, 2009).
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada  bulan Maret 2009 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi  Sumatera Utara sebanyak 1.499.700 orang atau sebesar 11,51 % terhadap jumlah  penduduk. Kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2008  yang jumlah sebanyak 1.613.800 orang. Dengan demikian ada penurunan jumlah  penduduk miskin sebanyak 114.100 orang atau sebesar 1,04 %. Penurunan jumlah  penduduk miskin di Sumatera Utara mengindikasikan bahwa dampak dari  program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah cukup  berperan dalam menurunkan penduduk miskin di daerah ini (BPS Sumut,2009).
Kemiskinan masih menjadi masalah nasional yang serius, begitu juga  dengan Sumatera Utara tercatat pada tahun 2009 jumlah kemiskinan di Sumatera  Utara 1.480.877 jiwa. Belum lagi penyandang  masalah sosial lainnya seperti  rumah tidak layak huni 157.505 buah, dan anak jermal 1.184, dan keluarga rentan  88.542 jiwa. Dinas Kesejahteraan dan Sosial Sumatera Utara mencatat pada tahun  2009 jumlah penyandang masalah sosial sebesar 2.458.803. Melihat permasalahan  tersebut, masalah kimiskinan perlu ditangani secara lintas sektoral,  berkesinambungan, dan sinergis. Upaya penanggulangan masalah kesejahteraan  sosial telah menjadi bagian dari pelaksanaan mandat UUD 1945 yang  diterjemahkan ke dalam berbagai agenda pembangunan Negara. Dalam Rencana  Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) misalnya, pemerintah telah menetapkan  penanggulangan kemiskinan sebagai salah satu prioritas utama pembangunan  untuk tahun 2004-2009(PTO,2007:1).
Berbagai cara yang dilakukan untuk  mengatasi masalah kemiskinan  dengan menghabiskan dana yang sangat besar. Di Indonesia saja, biaya  penanggulangan kemiskinan terus meningkat dari tahun ke tahun dari sebesar Rp  18 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp 23 triliun pada tahun 2005. Pada tahun  2006, anggaran ini melonjak hampir dua kali lipat menjadi Rp 42 triliun dan untuk  tahun 2007 dialokasikan sebesar Rp 51 triliun (Suharto, 2006:72).
Berbagai program nasional juga sudah banyak dikeluarkan pemerintah  salah satunya adalah PNPM-P2KP. Program Penggulangan Kemiskinan di  Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai upaya pemerintah untuk  membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam  menanggulangi kemiskinan secara bekelanjutan. Program ini sangat strategis  karena menyiapkan  landasan kemandirian masyarakat berupa “Lembaga  Kepimpinan Masyarakat” yang representatif, mengakar dan kondusif bagi  perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta  menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penaggulangan  kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan  pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.
Lembaga kepimpinan masyarakat yang mengakar, representatif dan  dipercaya tersebut (secara generik disebut Badan atau Lembaga Keswadayaan  Masyarakat atau disingkat BKM/LKM) dibentuk melalui kesadaran kritis  masyarakat untuk menggali kembali nilai-nilai luhur kemnusiaan dan nilai-nilai  kemasyarakatan sebagai pondasi modal sosial kehidupan masyarakat.
BKM/LKM ini diharapkan mampu menjadi  wadah perjuangan kaum  miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhan mereka, sekaligus menjadi  motor bagi upaya penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat  secara mandiri dan berkelanjutan, mulai dari proses penentuan kebutuhan,  pengambilan  keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program  hingga pemanfaatan dan pemeliharaan. Tiap BKM/LKM bersama masyarakat  melakukan proses perencanaan partisipatif dengan menyusun Perencanaan Jangka  Menengah dan Rencana Tahunan Program Penanggulangan Kemiskinan (yang  kemudian lebih dikenal sebagai PJM dan Renta Pronagkis), sebagai prakarsa  masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di wilayahnya secara mandiri. Atas  aflisiasi pemerintah dan prakarsa masyarakat, LKM-LKM ini mulai menjalin  kemitraan dengan berbagai instansi pemerintah dan kelompok peduli setempat.
Sejak pelaksanaan P2KP-1 hingga pelaksanaan P2KP-3 telah terbentuk  sekitar 6.405 LKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kota/kabupaten, telah  memunculkan lebih dari 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta  telah mencakup 18,9 juta orang pemanfaat (penduduk miskin) melalui 243.838  KSM.
Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi Program Nasional Pemberdayaan  Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan). Sebagai bagian dari  PNPM Mandiri maka tujuan, prinsip dan pendekatan yang ditetapkan dalam  PNPM Mandiri juga menjadi tujuan, prinsip dan pendekatan PNPM Mandiri  Perkotaan begitu juga nama generik lembaga kepimpinan masyarakat berubah dari  Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) menjadi Lembaga Keswadayaan  Masyarakat (LKM).
Tujuan umum PNPM Mandiri Perkotaan yaitu meningkatnya  kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri, dengan  demikian secara khusus tujuan PNPM Mandiri Perkotaan adalah masyarakat di  kelurahan peserta program menikmati perbaikan sosial ekonomi dan  tatapemerintahan lokal.
Berbagai program kemiskinan terdahulu yang bersifat parsial, sektoral,  dan kedermawanan dalam kenyataannya sering justru menghasilkan kondisi yang  kurang menguntungkan, misalnya salah sasaran, terciptanya benih-benih  fragmentasi sosial dan melemahkan modal sosial yang ada di masyarakat (gotong  royong, kepedulian, musyawarah, keswadayaan). Lemahnya modal sosial pada  gilirannya juga mendorong pergeseran perilaku masyarakat yang semakin jauh  dari semangat kemandirian, kebersamaan, dan kepedulian untuk mengatasi  persoalannya secara bersama. Kondisi modal sosial masyarakat yang melemah  serta memudar tersebut salah satunya disebabkan oleh keputusan, kebijakan, dan  tindakan dari pengelola program kemiskinan dan peminpin-pemimpin masyarakat  yang selama ini cenderung tidak adil, tidak transparan, dan tidak tanggunggugat.
Sehingga menimbulkan kecurigaan, ketidakpedulian, dan skeptisme masyarakat.
Keputusan, kebijakan, dan tindakan yang tidak adil ini banyak terjadi  dimana lembaga kepimpinan masyarakat yang ada belum berdaya, karena diurus  oleh orang-orang yang tidak berdaya sehingga tidak mampu menerapkan nilainilai luhur dalm kebijakan-kebijakan yang diputuskannya. PNPM Mandiri  Perkotaan sebagai kelanjutan P2KP memahami bahwa kemiskinan adalah adalah  akibat dan akar penyebab kemiskinan yang sebenarnya adalah kondisi masyarakat  utamanya para pemimpin yang belum berdaya sehingga tidak mampu  menerapakan nilai-nilai luhur dalam setiap keputusan dan tindakan yang  dilakukan.
Maka dari itu sejak tahun 2006 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah  (BAPPEDA) Kabupaten Dairi berusaha untuk menanggulangi permasalahan  kemiskinan tersebut melalui PNPM-P2KP (Program Nasional Pemberdayaan  Masyarakat – Program Pemberdayaan Kemiskinan di Perkotaan).
Hubungan antara Kecamatan Sidikalang dengan Kabupaten Dairi,  Kecamatan Sidikalang merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Dairi.
Kelurahan Sidikalang merupakan bagian dari Kecamatan Sidikalang dan  menerima program PNPM-P2KP.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji  lebih lanjut masalah tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul:Pengaruh  Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Program permberdayaan  Kemiskinan di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi  Masyarakat di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten  Dairi.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya maka yang menjadi  permasalahan adalah Bagaimana Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan  Masyarakat–Program permberdayaan Kemiskinan di Perkotaan (PNPM-P2KP)  Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Sidikalang Kecamatan  Sidikalang Kabupaten Dairi ? 1.3  Tujuan Penelitian Penelitian ini diselenggarakan dengan tujuan: Untuk mengetahui Pengaruh  Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat–Program permberdayaan  Kemiskinan di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di  Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :  1)  Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi instansi terkait  dan sumber informasi bagi pemerintah guna peningkatan kesejahteraan  masyarakat melalui program penanggulangan fakir miskin lewat PNPMP2KP khususnya masyarakat yang menjadi binaan BAPPEDA Kabupaten  Dairi.
2)  Secara pribadi untuk menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh sebagai  mahasiswa Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP USU serta menambah  wawasan keilmuan dan pengalaman bagi peneliti.
3)  Bagi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, penelitian diharapkan dapat  menambah referensi dan sebagai bahan kajian dan perbandingan bagi para  mahasiswa yang tertarik terhadap pengaruh kegiatan PNPM-P2KP.
1.5 Sistematika Penulisan Adapun sistematika dalam penelitian ini sebagai berikut : BAB I   : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan  masalah, ruang lingkup masalah, tujuan dan manfaat  penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II  : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan  dengan penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep  dan defenisi operasional, juga hipotesis.
BAB III  : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian,  populasi, teknik pengumpulan data dan teknik analisa  data.
BAB IV  : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi  penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang  akan diteliti.
BAB V  : ANALISA DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari  hasil penelitian dan analisisnya.
BAB VI  : PENUTUP Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran atas  penelitian yang telah dilakukan.


Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi