BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan merupakan salah satu bentuk
organisasi yang menjalani fungsi manajemen
antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan (kontrol). Kontrol adalah segala
usaha atau kegiatan untuk mengetahui
kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya
atau tidak. Seorang pimpinan dapat melaksanakan
kontrol terhadap bawahannya dengan baik, maka fungsi kontrol di organisasi tersebut harus dapat
berjalan sebagaimana mestinya.
Jika kontrol yang
dilakukan seorang pimpinan tidak sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan oleh karyawan, dalam
arti pimpinan tidak pernah melakukan
pengawasan secara teratur, terutama saat pegawai bekerja tidak memberikan petunjuk dan pengarahan, tidak
bertindak tegas terhadap pelanggaran yang
dilakukan pegawai, maka hal ini akan dipersepsi negatif oleh pegawai. Dari persepsi negatif akan menentukan perilaku
pegawai sehubungan dengan kontrol pimpinan
yaitu ditunjukan dengan ketidak disiplinan dalam bekerja.
Disiplin kerja
adalah suatu sikap, perilaku yang dilakukan secara sukarela dan penuh kesadaran serta keadaan untuk
mengikuti peraturan yang telah ditetapkan
perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis (Nitisemito, 2006:199).
Perilaku tidak
disiplin yang timbul merupakan cerminan dari persepsi negatif pegawai terhadap kontrol yang dilakukan oleh
perilaku pimpinan. Sebaliknya perilaku
disiplin seorang pimpinan yang timbul merupakan cerminan dari persepsi positif terhadap kontrol atasan atau pimpinan.
Berkaitan dengan disiplin untuk memelihara dan meningkatkan kedisiplinan yang baik adalah hal yang sulit,
karena banyak faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor tersebut antara lain tujuan dan kemampuannya, teladan pimpinan, balas jasa (gaji dan
kesejahteraan), keadilan, pengawasan melekat,
sanksi hukum, ketegasan (peraturan), dan hubungan kemanusiaan. Jadi sangat jelas, kontrol dari atasan merupakan
salah satu faktor dalam menciptakan disiplin
kerja pegawai.
Untuk
mengantisipasi situasi yang demikian, pimpinan perusahaan harus selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas sumber daya manusia agar
perusahaan yang dipimpinnya mampu mengantarkan perusahaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan sebelumnya.
Setiap pembicaraan tentang organisasi
tentu tidak akan terlepas dari perilaku kepemimpinan. Sebuah organisasi dijalankan dan diatur oleh seorang
pemimpin. Kepemimpinan merupakan usaha
yang dijalankan untuk mempengaruhi anggota kelompok agar mereka dengan suka rela menyumbangkan
kemampuannya secara maksimal demi pencapain
tujuan kelompok yang telah ditetapkan.
Pemimpin yang ideal
dituntut harus mampu mengenal identitas dirinya secara tepat dan benar. Selain itu pemimpin
juga harus bisa memiliki perilaku dan menunjukkan
keteladanan hidupnya. Lebih jauh lagi pemimpin diharuskan memiliki pengaruh bagi bawahannya atau
anggotanya. Hal ini bukan merupakan suatu
yang baru di era globalisasi dan komunikasi sekarang ini, tapi sudah menjadi hal lumrah dalam menjalani kehidupan.
Salah satu contoh yang tidak bisa ditawar-tawar
adalah pengaruh perilaku pemimpin bagi semangat kerja pegawainya baik disiplin serta lingkungan
kerja. Pemimpin harus menjadi corong, berdidak
sebagai mercusuar yang selalu menerangi, menjadi tongkat penuntun, menjadi pelita bernyala dan bahkan mesti
menjadi contoh bagi pegawainya.
Perilaku pimpinan
merupakan sikap seorang pimpinan mengorganisasikan setiap unit dan bidang tugas yang ada
dibawahnya agar dalam melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan rencana dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Perilaku
pimpinan seperti : kepedulian terhadap
tugas, penggunaan otoritas, ketegasan,
kepercayaan diri, serta kemampuan berinisiatif dalam pencapaian tujuan organisasi. Perilaku kerja merupakan
bagian yang berperan sangat penting dalam
kehidupan bekerja. Perilaku kerja merupakan tindakan dan sikap yang ditunjukkan oleh orang-orang yang bekerja.
Perilaku kerja yaitu kemampuan kerja dan
perilaku-perilaku dimana hal tersebut sangat penting di setiap pekerjaan atau situasi kerja (Bond dan Meyer, 2004:40).
Lingkungan kerja
fisik dalam perusahaan sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan
kerja fisik tidak melaksanakan proses
produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja fisik mempunyai pengaruh langsung terhadap para
pegawai yang melaksanakan proses produksi
tersebut. Lingkungan kerja yang baik akan memuaskan karyawannya, karena dapat meningkatkan kinerja, sebaliknya
lingkungan kerja yang tidak memadai akan
dapat menurunkan kinerja dan akhirnya menurunkan motivasi kerja pegawai.
Kondisi lingkungan
kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal,
sehat, aman dan nyaman.
Kesesuaian
lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi lingkungan kerja yang
kurang baik dapat menuntut tenaga kerja
dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien.
Perilaku dan
lingkungan kerja memiliki kaitan erat dengan disiplin kerja yaitu tempat pegawai dalam melaksanakan
pekerjaan sehari – hari, latar belakang individu
ikut mempengaruhi pekerjaan yang dilakukan. Faktor tersebut merupakan satu – kesatuan untuk diterapkan
secara disiplin dalam menjalankan tugasnya.
Kenyamanan tempat kerja secara fisik dan non fisik merupakan harapan bagi tiap pegawai dalam menjalankan tugas
untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan seperti ruangan yang nyaman, penerangan, warna dinding dan perabotan kantor serta kebersihan ruangan
kerja pegawai yang selalu terjaga. Pada akhirnya
kondisi kerja akan lebih baik dan mengurangi kejenuhan dan kelelahan, pegawai akan bekerja secara optimal apabila
kondisi lingkungan tempat bekerja sesuai
dengan kondisi pekerjaan yang dilaksanakan.
Pimpinan Pegawai di
Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan perlu menerapkan disiplin kerja yang
baik, karena pemimpin harus mampu menunjukkan
sikap, sifat dan tingkah laku yang bagi bawahannya sehingga pemimpin mampu menjadi contoh tempat bertanya
bahkan tempat mengeluh baik suka maupun
duka bagi karyawan merasa lebih bersemangat dalam bekerja, bertanggung jawab terhadap hasil kerjanya dan
bersikap loyal terhadap perusahaan
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Kondisi lingkungan
kerja fisik pun sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Lingkungan kerja fisik merupakan suatu lingkungan dimana para pegawai bekerja dan dapat mempengaruhi mereka
dalam menjalankan tugas-tugas yang
dibebankan. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan kerja fisik adalah pewarnaan, kebersihan, pertukaran udara,
penerangan, musik, kebisingan dan ruang
gerak.
Lingkungan kerja
fisik yang baik akan memberikan kenyamanan pribadi maupun dalam membangkitkan semangat kerja
pegawai sehingga dapat mengerjakan
tugas-tugas dengan baik. Faktor lingkungan kerja fisik yang lainnya juga perlu diperhatikan. Disamping itu pegawai
akan lebih senang dan nyaman dalam
bekerja apabila fasilitas yang ada dalam keadaan bersih, tidak bising, pertukaran udara yang cukup baik dan peralatan
yang memadai serta relatif modern.
Seperti yang
dilakukan oleh Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan, disiplin kerja merupakan
faktor utama yang perlu diperhatikan dan
memiliki pengaruh terhadap lingkungan kerja fisik. Setiap perusahaan selalu ingin meningkatkan disiplin
kerja karyawannya semaksimal mungkin
dalam batas-batas kemampuan perusahaan. Apabila perusahaan lalai dalam memperhatikan maka disiplin kerja
karyawan akan menurun. Salah satu indikator
yang digunakan untuk melihat disiplin kerja karyawan adalah tingkat absensi, ketepatan jam kerja, menyelesaikan
tugas sesuai jadwal, dan ketaatan terhadap
peraturan. Maka untuk itu akan dikemukakan jumlah karyawan dan tingkat absensi karyawan pada Pegawai
Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob
Medan tahun 2008 seperti pada Tabel 1.1 berikut ini : Tabel 1.1 Daftar Absensi Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera Utara
Satuan Brimob Medan No.
Bulan Jumlah Tenaga
Kerja (Orang) Jumlah Hari Kerja (Hari) Jumlah Hari Kerja Seharusnya (Hari) Jumlah
Hari Kerja Hilang (Hari) Jumlah Hari Kerja Senyatanya (Hari) Prosentase Absensi
A B
C D=BxC E
F=D-E G=E.Cx100 1 Januari 08
99 26 2.574
495 2.079 1.203 2
Februari 08 99 24
2.376 396 1.980
1.650 3 Maret 08 99
24 2.376 693
1.683 2.887 4 April 08
99 25 2.475
495 1.980 1.980 5
Mei 08 99 23
2.277 792 1.485
3.443 6 Juni 08 99
26 2.574 396
2.178 1.523 7 Juli 08
99 26 2.574
495 2.079 1.903 8
Agustus 08 99 27
2.673 396 2.277
1.466 9 September 08 99
26 2.574 396
2.178 1.523 10 Oktober 08
99 26 2.574
495 2.079 1.903 11
Nopember 08 99 23
2.277 693 1.584
3.013 12 Desember 08 99
25 2.475 594
1.881 2.376 Jumlah 1188
301 29.799 6.336
23.463 25.570 Rata-rata 99
25,08 2.483,25 528
1.955,25 213,08 Sumber : Tata
Usaha dan Urusan Kepegawaian (Diolah), 2008 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa tingkat
absensi Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera
Utara Satuan Brimob Medan mempunyai
tingkat rata-rata sebesar 213,08. Hal
ini menunjukkan tingkat disiplin kerja karyawan pada absensi Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera Utara
Satuan Brimob Medan mendapat kriteria cukup.
Dalam susunan
organisasi diperusahaan terdapat pergantian tenaga kerja atau mutasi kerja. hal ini terlihat pada Tabel
1.1 tingkat perputaran sumber daya manusia
pada pegawai kepolisian daerah sumatera utara sat brimob medan tahun 2008.
Tabel 1.2 Tingkat Perputaran Sumber Daya Manusia
Pada Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera
Utara Satuan Brimob Medan Tahun 2008 Bulan Jumlah Karyawan Labour Turn
Over Jumlah Karyawan Akhir Bulan Prosentase SDM ( % ) Masuk ( Orang
) Keluar ( Orang ) Januari 99 -
- 99 -Februari
99 - - 99 Maret
99 1 1
99 7,75 Apr il 99
- - 99
-Mei 99 -
- 99 -Juni
99 - -
99 -Juli 99
- - 99
-Agustus 99 - - 99
-September 99 1
1 99 7,75 Oktober
99 - -
99 -Nopember 99
- - 99
-Desember 99 1
1 99 7,75 Prosentase Rata-rata
1,94 Sumber : Tata Usaha dan Urusan Kepegawaian (Diolah), 2008 Tabel 1.2
menunjukkan bahwa tingkat labour turn over
pegawai pada Pegawai Kepolisian
Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan mempunyai tingkat rata- rata sebesar 1,94. Hal ini
menunjukkan tingkat suasana lingkungan kerja
karyawan pada Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan mendapat kriteria cukup.
Jajaran Kepolisian
Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan dalam usahanya mencapai disiplin kerja pegawai telah
beberapa kali melaksanakan rapat rutin
agar pimpinan mengetahui bagaimana kinerja karyawan dalam bekerja.
Disamping itu juga
pimpinan harus mengetahui keluhan atau masukan dari pegawai
selama pegawai tersebut bekerja
pada Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera
Utara Satuan Brimob Medan. Berikut ini ada beberapa jenis rapat rutin pada Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera Utara
Satuan Brimob Medan.
Tabel 1.3 Jenis Pertemuan Rutin pada Pegawai
Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob
Medan Tahun 2008 No. Jenis
Pertemuan Frekuensi Pertemuan Keterangan
1 Antara Pimpinan Dengan Karyawan 12 kali (Setiap bulan sekali) - Peningkatan Kinerja.
- Peningkatan kerja sama guna mewujudkan tujuan perusahaan.
- Meningkatkan kualitas produk.
- Pemecahan masalah yang timbul dalam melaksanakan pekerjaan.
- Peningkatan komunikasi 2 Antara Kepala Bagian Dengan Bawahannya 48 kali (empat kali dalam sebulan) 3 Antara Kepala Bagian Dengan Kepala Bagian 24 kali (dua kali dalam sebulan) Sumber : Tata Usaha dan Urusan
Kepegawaian (Diolah), 2008 Tabel 1.3
menunjukkan bahwa dengan adanya pertemuan/rapat tersebut hubungan pimpinan dengan semua pegawai di
Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan
Brimob Medan bisa meningkatkan gairah dalam bekerja karena telah melaksanakan rapat sehingga akan tercipta
hubungan yang baik dan akan tercipta disiplin
dalam bekerja dan tercipta semangat kerja serta dapat terciptanya tujuan perusahaan.
Mengingat bahwa
perilaku pimpinan dan lingkungan kerja fisik terhadap disiplin kerja pegawai dalam suatu instansi
atau organisasi itu penting, maka Penulis
tertarik untuk meneliti hal tersebut dalam sebuah skripsi dengan judul : “Pengaruh Perilaku Pimpinan Dan Lingkungan
Kerja Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di
Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan”.
B.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian sebagaimana
telah diuraikan, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah : Apakah Perilaku Pimpinan dan Lingkungan Kerja Fisik Berpengaruh Terhadap
Disiplin Kerja Pegawai di Kepolisian
Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan.
C. Kerangka Konseptual Disiplin kerja dapat
diartikan sebagai suatu sikap dan perilaku yang dilakukan secara sukarela dengan penuh
kesadaran dan kesediaan mengikuti peraturan-peraturan
yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau atasan, baik tertulis maupun tidak tertulis (Robbins, 2005).
Perilaku disiplin
yang timbul merupakan cerminan dari persepsi positif terhadap kontrol atasan. Berkaitan dengan
disiplin, untuk memelihara dan meningkatkan
kedisiplinan yang baik adalah hal yang sulit, karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
antara lain tujuan dan kemampuannya,
teladan pimpinan, balas jasa (gaji dan kesejahteraan), keadilan, pengawasan melekat, sanksi hukum, ketegasan
(peraturan), dan hubungan kemanusiaan.
Jadi sangat jelas, kontrol dari pimpinan merupakan salah satu faktor dalam menciptakan disiplin kerja karyawan.
Perilaku kerja yaitu kemampuan kerja dan
perilaku-perilaku dimana hal tersebut sangat penting di setiap pekerjaan atau situasi kerja (Bond dan Meyer, 2004:40).
Lingkungan kerja
fisik adalah keseluruhan atau setiap aspek dari gejala fisik dan sosial-kultural yang mengelilingi
atau mempengaruhi individu.
(Komarudin,
2002:142). Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya penerangan,
suhu udara, ruang gerak, keamanan, kebersihan,
musik dan lain-lain (Nitisemito, 2002:183).
Berdasarkan
definisi tersebut dapat dinyatakan
lingkungan kerja fisik adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar pegawai bekerja yang mempengaruhi pegawai dalam melaksanakan beban tugasnya.
Masalah lingkungan kerja dalam suatu
organisasi sangatlah penting, dalam hal ini diperlukan adanya pengaturan maupun penataan faktor-faktor lingkungan kerja
fisik dalam penyelenggaraan aktivitas
organisasi.
Variabel – variabel
yang merupakan objek penelitian ini, dikumpulkan dan dihubungkan satu dengan yang lainnya dan
dimodifikasi kembali oleh peneliti dalam
suatu bagan sesuai dengan tujuan penelitian, berikut ini kerangka konseptual penelitian sebagai alur pikir
sekaligus sebagai dasar dalam merumuskan
hipotesis. Kerangka konseptual dapat dijelaskan sebagai berikut : Sumber: Bond
dan Meyer (2004). Komarudin (2002) dan Nitisimeto (2002), Diolah Gambar 1.1.
Kerangka Konseptual Perilaku Pimpinan ( X1) a. Kepedulian terhadap tugas b.
Penggunaan otoritas c. Ketegasan d.
Kepercayaan Diri e. Inisiatif Lingkungan Kerja Fisik (X2) a. Penerangan /
cahaya diruang kerja b. Penggunaan warna
c. Keamanan Pegawai d. Sirkulasi Udara e. Tata Ruangan f. Kebersihan pegawai Disiplin
Kerja (Y) a. Kehadiran b. Ketepatan Jam
Kerja c. Menyelesaikan tugas sesuai
jadwal d. Ketaatan terhadap peraturan D.
Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah : “Ada pengaruh yang
signifikan antara perilaku pimpinan dan lingkungan kerja fisik terhadap disiplin kerja pada
Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera Utara
Satuan Brimob Medan”.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan
Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa
pengaruh perilaku pimpinan dan
lingkungan kerja fisik berpengaruh terhadap disiplin kerja Pegawai di Kepolisian Daerah Sumatera Utara
Satuan Brimob Medan.
2. Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif maupun dasar pertimbangan oleh pimpinan maupun
Pegawai di Kepolisian Daerah Sumatera Utara
Satuan Brimob Medan untuk meningkatkan
semangat kerja pegawai.
b. Bagi Penulis Penelitian ini berguna untuk
menerapkan dan mengaplikasikan teori sumber
daya manusia yang diperoleh di bangku kuliah, dan merupakan salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana
Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas
Ekonomi .
c. Bagi
Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
bacaan ilmiah di perpustakaan dan
sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang meneliti masalah sejenis.
F. Metodologi Penelitian 1. Batasan Operasional Batasan operasional dalam
penelitian ini adalah : a. Variabel
tidak Bebas (Y) : Disiplin Kerja.
b. Variabel Bebas (X) : Perilaku Pimpinan (X1)
dan Lingkungan kerja fisik (X2 2.
Definisi Operasional ).
Untuk menjelaskan
variabel – variabel yang sudah diidentifikasi, maka diperlukan definisi operasional dari masing –
masing variabel tersebut, yaitu : a. Disiplin Kerja (Y) Merupakan bentuk ketaatan dan perilaku
seseorang dalam mematuhi ketentuan –
ketentuan ataupun peraturan – peraturan tertentu yang berkaitan dengan pekerjaan, dan diberlakukan
dalam suatu organisasi.
Indikator dari
disiplin kerja antara lain kehadiran, ketepatan jam kerja, menyelesaikan tugas sesuai jadwal, dan
ketaatan terhadap peraturan.
b. Perilaku Pimpinan (X1 Merupakan perilaku dari
seseorang individu yang memimpin aktivitas – aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan
yang ingin dicapai bersama ) (shared goal), Indikator perilaku pimpinan antara lain
kepedulian terhadap tugas, penggunaan
otoritas dan hak, ketegasan, kepercayaan diri dan inisiatif.
c. Lingkungan Kerja Fisik (X2 Merupakan kondisi
lingkungan kerja dalam perusahaan atau instansi sangat penting untuk diperhatikan oleh
manajemen. Lingkungan kerja memiliki
pengaruh langsung terhadap para pegawai yang melaksanakan pekerjaan. Indikator – indikator
lingkungan kerja antara lain penerangan
ruangan, sirkulasi udara, suara bising, tata ruang kantor, penggunaan warna, keamanan pegawai,
kebersihan pegawai ) Tabel 1.4 Defenisi
Operasional Variabel Variabel Indikator
Variabel Skala Pengukuran Disiplin Kerja (Y) a)
Kehadiran b) Ketepatan Jam Kerja c) Menyelesaikan tugas sesuai jadwal d) Ketaatan terhadap peraturan Likert Perilaku Pimpinan (X1 a) Kepedulian terhadap tugas )
b) Penggunaan otoritas c) Ketegasan d) Kepercayaan Diri e) Insiatif Likert Lingkungan Kerja Fisik (X2) a)
Penerangan/cahaya diruang kerja b) Penggunaan warna c) Keamanan Pegawai d) Sirkulasi Udara e) Tata Ruangan f) Kebersihan pegawai Likert Sumber : Bond dan
Meyer (2004). Komarudin (2002) dan Nitisimeto (2002), Diolah, 2009
3. Pengukuran Variabel Skala
pengukuran yang digunakan untuk menyatakan tanggapan responden terhadap setiap instrumen dengan
menggunakan skala Likert dengan 5 alternatif
jawaban. Urutan skala penilaian dari masing – masing item : Sangat Setuju (SS)
: Skor 5 Setuju ( S )
: Skor 4 Kurang Setuju (KS)
: Skor 3 Tidak Setuju (TS)
: Skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS) :
Skor 1 4. Lokasi dan Waktu
Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob
Medan, yang berlokasi di Jln. K.H. Wahid Hasyim No. 3-I. Medan.
Penelitian ini
direncanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2009.
5. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pegawai di Kepolisian Daerah Sumatera
Utara Satuan Brimob Medan yang berjumlah 200 orang, dapat dilihat pada Tabel 1.5 sebagai berikut : Tabel 1.5 Jumlah
Pegawai di Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan No Golongan
I II III IV
1 A
- 14 Orang 27 Orang
10 Orang 2 B 2 Orang
22 Orang 33 Orang 3 Orang 3
C 3 Orang 23 Orang
32 Orang 5 Orang 4 D 5
Orang 12 Orang 9 Orang
- Jumlah 10 Orang
71 Orang 101 Orang 18 Orang Sumber : Tata Usaha dan Urusan
Kepegawaian (Diolah), 2009 b. Sampel Penulis
dalam penarikan sampel menggunakan metode “quota sampling” dimana penulis
menentukan target kuota yang dikehendaki dengan kriteria yang telah ditentukan. Pada penelitian ini, penulis
menetapkan sampel sebanyak 60 orang.
Apabila populasi di atas 200 orang dapat mengambil sampel minimal 60 orang (Umar, 2003:78).
Tabel 1.6 Penarikan
Sampel Berdasarkan Jumlah Populasi Pegawai No
Golongan Jumlah Jumlah Sampel 1 1a
- -2 1b
2 1 3 1c
3 2 4 1d
5 3 5 2a
14 5 6 2b
22 6 7 2c
23 6 8 2d
12 7 9 3a
27 10 10 3b
33 8 11 3c
32 3 12 3d
9 3 13 4a
10 3 14 4b
3 2 15 4c
5 1 16 4d
- -Jumlah 200
60 Sumber : (Umar, 2003:48), Diolah, 2009 Tabel 6.1 menunjukkan bahwa kriteria
penarikan sample ditentukan berdasarkan
golongan-golongan pegawai di Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan.
Penentuan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik “sampling aksidental” yaitu teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan siapa saja yang bertemu
dengan peneliti dan dipandang cocok sebagai sumber data dan dapat dijadikan sampel (Sugiyono, 2003:77).
6.
Jenis dan Sumber Data Supranto (2000:10), dilihat dari cara
memperolehnya, data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa : a. Data primer
merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber utama untuk kemudian diolah dan
dianalisis berupa hasil pengisian
kuesioner dan hasil wawancara yang dilakukan penulis sebagai data pendukung.
b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh
dari perusahaan sebagai tambahan dan
data pelengkap dari data primer, antara
lain seperti sejarah singkat perusahaan,
struktur organisasi, Job Description pegawai
dan keterangan-keterangan lain yang diperlukan penulis berhubungan dengan penelitian ini.
7. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dari
penelitian ini dilakukan dengan cara: a.
Angket/kuesioner Teknik ini
dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk dijawab, kemudian dari
jawaban setiap pertanyaan tersebut
ditentukan skornya dengan menggunakan skala likert.
b. Wawancara Wawancara dan diskusi dengan para karyawan,
untuk memperoleh informasi mendalam
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan perilaku pimpinan dan lingkungan kerja fisik
terhadap disiplin kerja pada Pegawai
Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan
Brimob Medan.
c. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi yaitu memperoleh data dengan
cara meninjau ke lapangan, membaca dan
mempelajari dokumen yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
8. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas a. Uji
Validitas Uji validitas dilakukan untuk
mengukur data yang telah didapat setelah penelitian merupakan data yang valid dengan
alat ukur yang digunakan dalam meneliti
yaitu kuesioner (Sugiyono, 2005:146).
b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan
untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan tersebut menunjukkan konsistensi dalam
mengukur gejala yang sama (Sugiyono, 2005:120).
9. Metode Analisis Data a. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif,
merupakan suatu cara menganalisis dimana data yang sudah dikumpulkan, dikelompokkan, dianalisis
dan diinterpretasikan sehingga diperoleh
gambaran yang jelas tentang
pengaruh perilaku pimpinan dan lingkungan kerja fisik berpengaruh terhadap
disiplin kerja Pegawai di Kepolisian Daerah
Sumatera Utara Satuan Brimob Medan.
b. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi liniear berganda digunakan
untuk mengetahui variabel bebas (X) yang
lebih dari 2 (dua) variabel terhadap variabel terikat (Y).
Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 12.00 for windows.
Analisis Regresi Berganda menggunakan persamaan, sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 Dimana: + ei Y
= Disiplin kerja a = Nilai
intercept b1–b5 X = Koefisien Regresi yang akan dihitung 1 X =
Variabel Perilaku Pimpinan 2 Suatu perhitungan statistik disebut signifikan
secara statistik apabila nilai uji
statistiknya berada di dalam daerah kritis (daerah apabila nilai uji
statistiknya berada di dalam daerah
kritis (daerah dimana H = Variabel Lingkungan Kerja Fisik 0 ditolak).
Sebaliknya disebut tidak signifikan bila
uji nilai statistiknya berada dalam daerah dimana H0 1.
Uji-F diterima.
Dalam analisis
regresi ada 3 (tiga) jenis kriteria ketepatan yaitu: Uji-F digunakan untuk
menguji apakah setiap variabel bebas (X) mempunyai pengaruh yang positif dan sifnifikan
terhadap variabel terikat (Y) secara
serentak.
(Uji serempak) Jika
F hitung < F tabel, maka H0 ditolak dan Ha Kriteria Pengujian sebagai
berikut: diterima.
H0 H : b1, b2 = 0, Artinya tidak terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas
terhadap variabel terikat.
1 Kriteria
Pengambilan Keputusan: : b1, b2 ≠ 0, Artinya terdapat pengaruh positif dan
signifikan secara bersamasama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
H0 diterima apabila
Fhitung < Ftabel H pada α = 5% 1 diterima apabila Fhitung > Ftabel F pada
α = 5%.
tabel Rumus F dapat
dilihat dengan Tabel F kemudian dibandingkan apakah F hitung > atau < dari F hitung. Sehingga
dapat diperoleh keputusan apakah seluruh
variabel bebas (X) secara serempak signifikan terhadap variabel terikat (Y).
hitung 2. Uji-T (Uji secara parsial) = mean sguare
regression ⁄ mean square residual.
Uji-t digunakan
untuk menguji setiap variabel bebas (X) apakah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap variabel terikat (Y) secara
parsial.
Jika t hitung <
t tabel, maka H0 diterima atau Ha ditolak, sedangkan jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha Kriteria
Pengujian sebagai berikut: diterima.
H0 H : b1, b2 = 0,
Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari seluruh variabel bebas
terhadap variabel terikat.
0 Kriteria
Pengambilan Keputusan sebagai berikut :
: b1, b2 ≠ 0, Artinya secara
parsial tidak terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan dari seluruh
variabel bebas terhadap variabel terikat.
H0 diterima apabila thitung < ttabel H pada
α = 5% 1 diterima apabila thitung > ttabel 3. Uji Koefisien Determinasi (R pada α = 5% 2 Koefisien
Determinasi (R ) 2 ) merupakan ukuran
untuk mengetahui kesesuaian atau
ketepatan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dalam suatu persama regresi dapat dilihat dari
koefisien determinasi (R 2 ) dimana 0<R
2 <1. Hal ini menunjukkan jika nilai R2 semakin dekat dengan 1 maka pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel
terikat (Y) semakin kuat.
Sebaliknya jika R 2
semakin mendekati 0 maka pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) semakin lemah.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi