Selasa, 25 Maret 2014

Skripsi Manajemen: PENGARUH PERILAKU PIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI KEPOLISIAN DAERAH



BAB I PENDAHULUAN
 A.  Latar Belakang  
 Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang menjalani fungsi  manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan  pengawasan (kontrol). Kontrol adalah segala usaha atau kegiatan untuk  mengetahui kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau  kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak. Seorang pimpinan  dapat melaksanakan kontrol terhadap bawahannya dengan baik, maka fungsi  kontrol di organisasi tersebut harus dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Jika kontrol yang dilakukan seorang pimpinan tidak sesuai dengan  kebutuhan yang diinginkan oleh karyawan, dalam arti pimpinan tidak pernah  melakukan pengawasan secara teratur, terutama saat pegawai bekerja tidak  memberikan petunjuk dan pengarahan, tidak bertindak tegas terhadap pelanggaran  yang dilakukan pegawai, maka hal ini akan dipersepsi negatif oleh pegawai. Dari  persepsi negatif akan menentukan perilaku pegawai sehubungan dengan kontrol  pimpinan yaitu ditunjukan dengan ketidak disiplinan dalam bekerja.
Disiplin kerja adalah suatu sikap, perilaku yang dilakukan secara sukarela  dan penuh kesadaran serta keadaan untuk mengikuti peraturan yang telah  ditetapkan perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis (Nitisemito, 2006:199).
Perilaku tidak disiplin yang timbul merupakan cerminan dari persepsi negatif  pegawai terhadap kontrol yang dilakukan oleh perilaku pimpinan. Sebaliknya  perilaku disiplin seorang pimpinan yang timbul merupakan cerminan dari persepsi  positif terhadap kontrol atasan atau pimpinan.
 Berkaitan dengan disiplin untuk  memelihara dan meningkatkan  kedisiplinan yang baik adalah hal yang sulit, karena banyak faktor yang  mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut antara lain tujuan dan kemampuannya,  teladan pimpinan, balas jasa (gaji dan kesejahteraan), keadilan, pengawasan  melekat, sanksi hukum, ketegasan (peraturan), dan hubungan kemanusiaan. Jadi  sangat jelas, kontrol dari atasan merupakan salah satu faktor dalam menciptakan  disiplin kerja pegawai.
Untuk mengantisipasi situasi yang demikian, pimpinan perusahaan harus  selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia  agar perusahaan yang dipimpinnya mampu mengantarkan perusahaan untuk  mencapai tujuan yang diharapkan sebelumnya. Setiap pembicaraan tentang  organisasi tentu tidak akan terlepas dari perilaku kepemimpinan. Sebuah  organisasi dijalankan dan diatur oleh seorang pemimpin. Kepemimpinan  merupakan usaha yang dijalankan untuk mempengaruhi anggota kelompok agar  mereka dengan suka rela menyumbangkan kemampuannya secara maksimal demi  pencapain tujuan kelompok yang telah ditetapkan.
Pemimpin yang ideal dituntut harus mampu mengenal identitas dirinya  secara tepat dan benar. Selain itu pemimpin juga harus bisa memiliki perilaku dan  menunjukkan keteladanan hidupnya. Lebih jauh lagi pemimpin diharuskan  memiliki pengaruh bagi bawahannya atau anggotanya. Hal ini bukan merupakan  suatu yang baru di era globalisasi dan komunikasi sekarang ini, tapi sudah  menjadi hal lumrah dalam menjalani kehidupan. Salah satu contoh yang tidak bisa  ditawar-tawar adalah pengaruh perilaku pemimpin bagi semangat kerja  pegawainya baik disiplin serta lingkungan kerja. Pemimpin harus menjadi corong,   berdidak sebagai mercusuar yang selalu menerangi, menjadi tongkat penuntun,  menjadi pelita bernyala dan bahkan mesti menjadi contoh bagi pegawainya.
Perilaku pimpinan merupakan sikap seorang pimpinan mengorganisasikan  setiap unit dan bidang tugas yang ada dibawahnya agar dalam melaksanakan  pekerjaan sesuai dengan rencana dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Perilaku pimpinan  seperti : kepedulian terhadap tugas, penggunaan otoritas,  ketegasan, kepercayaan diri, serta kemampuan berinisiatif dalam pencapaian  tujuan organisasi. Perilaku kerja merupakan bagian yang berperan sangat penting  dalam kehidupan bekerja. Perilaku kerja merupakan tindakan dan sikap yang  ditunjukkan oleh orang-orang yang bekerja. Perilaku kerja yaitu kemampuan kerja  dan perilaku-perilaku dimana hal tersebut sangat penting di setiap pekerjaan atau  situasi kerja (Bond dan Meyer, 2004:40).
Lingkungan kerja fisik dalam perusahaan sangat penting untuk  diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja fisik tidak melaksanakan  proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja fisik  mempunyai pengaruh langsung terhadap para pegawai yang melaksanakan proses  produksi tersebut. Lingkungan kerja yang baik akan memuaskan karyawannya,  karena dapat meningkatkan kinerja, sebaliknya lingkungan kerja yang tidak  memadai akan dapat menurunkan kinerja dan akhirnya menurunkan motivasi  kerja pegawai.
Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia  dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman.
Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang  lama. Lebih jauh lagi lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga   kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan  sistem kerja yang efisien.
Perilaku dan lingkungan kerja memiliki kaitan erat dengan disiplin kerja  yaitu tempat pegawai dalam melaksanakan pekerjaan sehari – hari, latar belakang  individu ikut mempengaruhi pekerjaan yang dilakukan. Faktor tersebut  merupakan satu – kesatuan untuk diterapkan secara disiplin dalam menjalankan  tugasnya. Kenyamanan tempat kerja secara fisik dan non fisik merupakan harapan  bagi tiap pegawai dalam menjalankan tugas untuk mencapai suatu tujuan yang  telah ditetapkan seperti ruangan yang nyaman, penerangan, warna dinding dan  perabotan kantor serta kebersihan ruangan kerja pegawai yang selalu terjaga. Pada  akhirnya kondisi kerja akan lebih baik dan mengurangi kejenuhan dan kelelahan,  pegawai akan bekerja secara optimal apabila kondisi lingkungan tempat bekerja  sesuai dengan kondisi pekerjaan yang dilaksanakan.
Pimpinan Pegawai di Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob  Medan perlu menerapkan disiplin kerja yang baik, karena pemimpin harus mampu  menunjukkan sikap, sifat dan tingkah laku yang bagi bawahannya sehingga  pemimpin mampu menjadi contoh tempat bertanya bahkan tempat mengeluh baik  suka maupun duka bagi karyawan merasa lebih bersemangat dalam bekerja,  bertanggung jawab terhadap hasil kerjanya dan bersikap loyal terhadap  perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Kondisi lingkungan kerja fisik pun sangat berpengaruh terhadap kinerja  pegawai. Lingkungan kerja fisik  merupakan suatu lingkungan dimana para  pegawai bekerja dan dapat mempengaruhi mereka dalam menjalankan tugas-tugas  yang dibebankan. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan kerja fisik adalah   pewarnaan, kebersihan, pertukaran udara, penerangan, musik, kebisingan dan  ruang gerak.
Lingkungan kerja fisik yang baik akan memberikan kenyamanan pribadi  maupun dalam membangkitkan semangat kerja pegawai sehingga dapat  mengerjakan tugas-tugas dengan baik. Faktor lingkungan kerja fisik yang lainnya  juga perlu diperhatikan. Disamping itu pegawai akan lebih senang dan nyaman  dalam bekerja apabila fasilitas yang ada dalam keadaan bersih, tidak bising,  pertukaran udara yang cukup baik dan peralatan yang memadai serta relatif  modern.
Seperti yang dilakukan oleh Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera Utara  Satuan Brimob Medan, disiplin kerja merupakan faktor utama yang perlu  diperhatikan dan memiliki pengaruh terhadap lingkungan kerja fisik. Setiap  perusahaan selalu ingin meningkatkan disiplin kerja karyawannya semaksimal  mungkin dalam batas-batas kemampuan perusahaan. Apabila perusahaan lalai  dalam memperhatikan maka disiplin kerja karyawan akan menurun. Salah satu  indikator yang digunakan untuk melihat disiplin kerja karyawan adalah tingkat  absensi, ketepatan jam kerja, menyelesaikan tugas sesuai jadwal, dan ketaatan  terhadap peraturan. Maka untuk itu akan dikemukakan jumlah karyawan dan  tingkat absensi karyawan pada Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan  Brimob Medan tahun 2008 seperti pada Tabel 1.1 berikut ini :  Tabel 1.1 Daftar Absensi  Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan No.
Bulan Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Jumlah Hari Kerja (Hari) Jumlah Hari Kerja Seharusnya (Hari) Jumlah Hari Kerja Hilang (Hari) Jumlah Hari Kerja Senyatanya (Hari) Prosentase Absensi A  B  C  D=BxC  E  F=D-E  G=E.Cx100 1  Januari 08  99  26  2.574  495  2.079  1.203 2  Februari 08  99  24  2.376  396  1.980  1.650 3  Maret 08  99  24  2.376  693  1.683  2.887 4  April 08  99  25  2.475  495  1.980  1.980 5  Mei 08  99  23  2.277  792  1.485  3.443 6  Juni 08  99  26  2.574  396  2.178  1.523 7  Juli 08  99  26  2.574  495  2.079  1.903 8  Agustus 08  99  27  2.673  396  2.277  1.466 9  September 08  99  26  2.574  396  2.178  1.523 10  Oktober 08  99  26  2.574  495  2.079  1.903 11  Nopember 08  99  23  2.277  693  1.584  3.013 12  Desember 08  99  25  2.475  594  1.881  2.376 Jumlah  1188  301  29.799  6.336  23.463  25.570 Rata-rata  99  25,08  2.483,25  528  1.955,25  213,08 Sumber : Tata Usaha dan Urusan Kepegawaian (Diolah), 2008 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa tingkat absensi Pegawai Kepolisian Daerah  Sumatera Utara Satuan  Brimob Medan mempunyai tingkat rata-rata sebesar  213,08. Hal ini menunjukkan tingkat disiplin kerja karyawan pada absensi  Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan  Brimob Medan mendapat  kriteria cukup.
Dalam susunan organisasi diperusahaan terdapat pergantian tenaga kerja  atau mutasi kerja. hal ini terlihat pada Tabel 1.1 tingkat perputaran sumber daya  manusia pada pegawai kepolisian daerah sumatera utara sat brimob medan tahun  2008.
 Tabel 1.2 Tingkat Perputaran Sumber Daya Manusia Pada Pegawai Kepolisian Daerah  Sumatera Utara Satuan Brimob Medan Tahun 2008 Bulan Jumlah Karyawan Labour Turn Over  Jumlah Karyawan  Akhir Bulan Prosentase SDM ( % ) Masuk ( Orang ) Keluar ( Orang ) Januari   99  -  -  99  -Februari  99  -  -  99  Maret   99  1  1  99  7,75 Apr il   99  -  -  99  -Mei   99  -  -  99  -Juni   99  -  -  99  -Juli   99  -  -  99  -Agustus   99  -  -  99  -September  99  1  1  99  7,75 Oktober   99  -  -  99  -Nopember   99  -  -  99  -Desember  99  1  1  99  7,75 Prosentase  Rata-rata  1,94 Sumber : Tata Usaha dan Urusan Kepegawaian (Diolah), 2008 Tabel 1.2 menunjukkan bahwa tingkat labour turn over  pegawai pada  Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan mempunyai  tingkat rata- rata sebesar 1,94. Hal ini menunjukkan tingkat suasana lingkungan  kerja karyawan pada Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob  Medan mendapat kriteria cukup.
Jajaran Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan dalam  usahanya mencapai disiplin kerja pegawai telah beberapa kali melaksanakan rapat  rutin agar pimpinan mengetahui bagaimana kinerja karyawan dalam bekerja.
Disamping itu juga pimpinan harus mengetahui keluhan atau masukan dari  pegawai  selama pegawai  tersebut bekerja pada Pegawai Kepolisian Daerah  Sumatera Utara Satuan Brimob Medan. Berikut ini ada beberapa jenis rapat rutin  pada Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan.
 Tabel 1.3 Jenis Pertemuan Rutin pada Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan  Brimob Medan Tahun 2008 No.  Jenis Pertemuan  Frekuensi Pertemuan Keterangan 1  Antara Pimpinan  Dengan Karyawan 12 kali (Setiap  bulan sekali) -  Peningkatan Kinerja.
-  Peningkatan kerja sama  guna mewujudkan tujuan  perusahaan.
-  Meningkatkan kualitas  produk.
-  Pemecahan masalah yang  timbul dalam melaksanakan  pekerjaan.
-  Peningkatan komunikasi 2  Antara Kepala Bagian  Dengan Bawahannya 48 kali (empat kali  dalam sebulan) 3  Antara Kepala Bagian  Dengan Kepala  Bagian 24 kali (dua kali  dalam sebulan) Sumber : Tata Usaha dan Urusan Kepegawaian (Diolah), 2008  Tabel 1.3 menunjukkan bahwa dengan adanya pertemuan/rapat tersebut  hubungan pimpinan dengan semua pegawai di Kepolisian Daerah Sumatera Utara  Satuan Brimob Medan bisa meningkatkan gairah dalam bekerja karena telah  melaksanakan rapat sehingga akan tercipta hubungan yang baik dan akan tercipta  disiplin dalam bekerja dan tercipta semangat kerja serta dapat terciptanya tujuan  perusahaan.
Mengingat bahwa perilaku pimpinan dan lingkungan kerja fisik terhadap  disiplin kerja pegawai dalam suatu instansi atau organisasi itu penting, maka  Penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut dalam sebuah skripsi dengan judul :  “Pengaruh Perilaku Pimpinan Dan Lingkungan Kerja Terhadap Disiplin Kerja  Pegawai di Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan”.
 B.   Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian sebagaimana telah diuraikan, maka  perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah Perilaku Pimpinan dan  Lingkungan Kerja Fisik Berpengaruh Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di  Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan.
C.  Kerangka Konseptual Disiplin kerja dapat diartikan sebagai suatu sikap dan perilaku yang  dilakukan secara sukarela dengan penuh kesadaran dan kesediaan mengikuti  peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau atasan, baik  tertulis maupun tidak tertulis (Robbins, 2005).
Perilaku disiplin yang timbul merupakan cerminan dari persepsi positif  terhadap kontrol atasan. Berkaitan dengan disiplin, untuk memelihara dan  meningkatkan kedisiplinan yang baik adalah hal yang sulit, karena banyak faktor  yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut antara lain tujuan dan  kemampuannya, teladan pimpinan, balas jasa (gaji dan kesejahteraan), keadilan,  pengawasan melekat, sanksi hukum, ketegasan (peraturan), dan hubungan  kemanusiaan. Jadi sangat jelas, kontrol dari pimpinan merupakan salah satu faktor  dalam menciptakan disiplin kerja karyawan. Perilaku kerja yaitu kemampuan  kerja dan perilaku-perilaku dimana hal tersebut sangat penting di setiap pekerjaan  atau situasi kerja (Bond dan Meyer, 2004:40).
Lingkungan kerja fisik adalah keseluruhan atau setiap aspek dari gejala  fisik dan sosial-kultural yang mengelilingi atau mempengaruhi individu.
(Komarudin, 2002:142). Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di  sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan,  kebersihan, musik dan lain-lain (Nitisemito, 2002:183).
Berdasarkan definisi tersebut dapat  dinyatakan lingkungan kerja fisik  adalah segala sesuatu yang ada di sekitar pegawai bekerja yang mempengaruhi  pegawai dalam melaksanakan beban tugasnya. Masalah lingkungan kerja dalam  suatu organisasi sangatlah penting, dalam hal ini diperlukan adanya pengaturan  maupun penataan faktor-faktor lingkungan kerja fisik dalam penyelenggaraan  aktivitas organisasi.
Variabel – variabel yang merupakan objek penelitian ini, dikumpulkan dan  dihubungkan satu dengan yang lainnya dan dimodifikasi kembali oleh peneliti  dalam suatu bagan sesuai dengan tujuan penelitian, berikut ini kerangka  konseptual penelitian sebagai alur pikir sekaligus sebagai dasar dalam  merumuskan hipotesis. Kerangka konseptual dapat dijelaskan sebagai berikut : Sumber: Bond dan Meyer (2004). Komarudin (2002) dan Nitisimeto (2002), Diolah Gambar 1.1. Kerangka Konseptual Perilaku Pimpinan ( X1) a. Kepedulian terhadap tugas b. Penggunaan otoritas c. Ketegasan  d. Kepercayaan Diri e. Inisiatif Lingkungan Kerja Fisik (X2) a. Penerangan / cahaya  diruang kerja b. Penggunaan warna c. Keamanan Pegawai d. Sirkulasi Udara e. Tata Ruangan f. Kebersihan pegawai Disiplin Kerja (Y) a. Kehadiran  b. Ketepatan Jam Kerja c. Menyelesaikan tugas  sesuai jadwal d. Ketaatan terhadap  peraturan  D.  Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini  adalah : “Ada pengaruh yang signifikan antara perilaku pimpinan dan lingkungan  kerja fisik terhadap disiplin kerja pada Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera  Utara Satuan Brimob Medan”.
E.  Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh  perilaku pimpinan dan lingkungan kerja fisik berpengaruh terhadap disiplin kerja  Pegawai di Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan.
2.   Manfaat Penelitian a.  Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif  maupun dasar pertimbangan oleh pimpinan maupun Pegawai di  Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan  Brimob Medan  untuk  meningkatkan semangat kerja pegawai.
b.  Bagi Penulis Penelitian ini berguna untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori  sumber daya manusia yang diperoleh di bangku kuliah, dan merupakan  salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan  Manajemen pada Fakultas Ekonomi .
 c.  Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan  ilmiah di perpustakaan dan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain  yang meneliti masalah sejenis.
F.  Metodologi Penelitian 1.  Batasan Operasional Batasan operasional dalam penelitian ini adalah : a.  Variabel tidak Bebas (Y) : Disiplin Kerja.
b.  Variabel Bebas (X) : Perilaku Pimpinan (X1) dan Lingkungan kerja  fisik (X2 2. Definisi Operasional  ).
Untuk menjelaskan variabel – variabel yang sudah diidentifikasi, maka  diperlukan definisi operasional dari masing – masing variabel tersebut,  yaitu : a.  Disiplin Kerja (Y)  Merupakan bentuk ketaatan dan perilaku seseorang dalam mematuhi  ketentuan – ketentuan ataupun peraturan – peraturan tertentu yang  berkaitan dengan pekerjaan, dan diberlakukan dalam suatu organisasi.
Indikator dari disiplin kerja antara lain kehadiran, ketepatan jam kerja,  menyelesaikan tugas sesuai jadwal, dan ketaatan terhadap peraturan.
b.  Perilaku Pimpinan (X1 Merupakan perilaku dari seseorang individu yang memimpin aktivitas  – aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama  )   (shared goal),  Indikator perilaku pimpinan antara lain kepedulian  terhadap tugas, penggunaan otoritas dan hak, ketegasan, kepercayaan  diri dan inisiatif.
c.  Lingkungan Kerja Fisik (X2 Merupakan kondisi lingkungan kerja dalam perusahaan atau instansi  sangat penting untuk diperhatikan oleh manajemen. Lingkungan kerja  memiliki pengaruh langsung terhadap para pegawai yang  melaksanakan pekerjaan. Indikator – indikator lingkungan kerja antara  lain penerangan ruangan, sirkulasi udara, suara bising, tata ruang  kantor, penggunaan warna, keamanan pegawai, kebersihan pegawai )  Tabel 1.4 Defenisi Operasional Variabel Variabel  Indikator Variabel  Skala  Pengukuran Disiplin Kerja (Y)  a)  Kehadiran b)  Ketepatan Jam Kerja c)  Menyelesaikan tugas  sesuai jadwal d)  Ketaatan terhadap  peraturan Likert Perilaku Pimpinan (X1 a)  Kepedulian terhadap  tugas  ) b)   Penggunaan otoritas c)   Ketegasan d)   Kepercayaan Diri e)   Insiatif  Likert Lingkungan Kerja Fisik (X2)  a)   Penerangan/cahaya  diruang kerja b)  Penggunaan warna c)  Keamanan Pegawai d)  Sirkulasi Udara e)  Tata Ruangan f)  Kebersihan pegawai Likert Sumber : Bond dan Meyer (2004). Komarudin (2002) dan Nitisimeto (2002),  Diolah, 2009  3.  Pengukuran Variabel Skala pengukuran yang digunakan untuk menyatakan tanggapan  responden terhadap setiap instrumen dengan menggunakan skala Likert dengan 5  alternatif jawaban. Urutan skala penilaian dari masing – masing item : Sangat Setuju   (SS)  :  Skor 5 Setuju  ( S )  :  Skor 4 Kurang Setuju  (KS)  :  Skor 3 Tidak Setuju   (TS)  :  Skor 2 Sangat Tidak Setuju   (STS) :  Skor 1 4.  Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan, yang berlokasi di Jln. K.H. Wahid Hasyim No. 3-I. Medan.
Penelitian ini direncanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2009.
5.  Populasi dan Sampel a.  Populasi  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di Kepolisian Daerah  Sumatera Utara Satuan Brimob Medan yang berjumlah 200 orang, dapat dilihat  pada Tabel 1.5 sebagai berikut : Tabel 1.5 Jumlah Pegawai di Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan No  Golongan  I  II  III  IV 1  A  -  14 Orang  27 Orang  10 Orang 2  B  2 Orang  22 Orang  33 Orang  3 Orang 3  C  3 Orang  23 Orang  32 Orang  5 Orang 4  D  5 Orang  12 Orang  9 Orang  -  Jumlah   10 Orang  71 Orang  101 Orang  18 Orang Sumber : Tata Usaha dan Urusan Kepegawaian (Diolah), 2009  b. Sampel Penulis dalam penarikan sampel menggunakan metode “quota sampling” dimana penulis menentukan target kuota yang dikehendaki dengan kriteria yang  telah ditentukan. Pada penelitian ini, penulis menetapkan sampel sebanyak 60  orang. Apabila populasi di atas 200 orang dapat mengambil sampel minimal 60  orang (Umar, 2003:78).
Tabel 1.6 Penarikan Sampel Berdasarkan Jumlah Populasi Pegawai No   Golongan   Jumlah   Jumlah Sampel 1  1a  -  -2  1b  2  1 3  1c  3  2 4  1d  5  3 5  2a   14  5 6  2b   22  6 7  2c   23  6 8  2d   12  7 9  3a   27  10 10  3b   33  8 11  3c   32  3 12  3d  9  3 13  4a   10  3 14  4b   3  2 15  4c   5  1 16  4d  -  -Jumlah   200  60 Sumber : (Umar, 2003:48), Diolah, 2009      Tabel 6.1 menunjukkan bahwa kriteria penarikan sample ditentukan  berdasarkan golongan-golongan pegawai di Kepolisian Daerah Sumatera Utara  Satuan Brimob Medan.
Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik “sampling  aksidental” yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan siapa saja yang  bertemu dengan peneliti dan dipandang cocok sebagai sumber data dan dapat  dijadikan sampel (Sugiyono, 2003:77).
 6.  Jenis dan Sumber Data Supranto (2000:10), dilihat dari cara memperolehnya, data yang digunakan  dalam penelitian ini berupa : a.  Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti  dari sumber utama untuk kemudian diolah dan dianalisis berupa hasil  pengisian kuesioner dan hasil wawancara yang dilakukan penulis  sebagai data pendukung.
b.  Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari perusahaan sebagai  tambahan dan data pelengkap dari data  primer, antara lain seperti  sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi,  Job Description  pegawai  dan keterangan-keterangan lain yang diperlukan penulis  berhubungan dengan penelitian ini.
7.  Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dari penelitian ini dilakukan dengan cara: a.  Angket/kuesioner  Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan  kepada responden untuk dijawab, kemudian dari jawaban setiap  pertanyaan tersebut ditentukan skornya dengan menggunakan skala  likert.
b.  Wawancara  Wawancara dan diskusi dengan para karyawan, untuk memperoleh  informasi mendalam tentang berbagai hal yang berkaitan dengan  perilaku pimpinan dan lingkungan kerja fisik terhadap disiplin kerja   pada Pegawai Kepolisian Daerah Sumatera Utara Satuan  Brimob  Medan.
c.  Studi Dokumentasi  Studi dokumentasi yaitu memperoleh data dengan cara meninjau ke  lapangan, membaca dan mempelajari dokumen yang berhubungan  dengan masalah yang diteliti.
8.  Uji Validitas dan Uji Reliabilitas  a.  Uji Validitas  Uji validitas dilakukan untuk mengukur data yang telah didapat setelah  penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan dalam  meneliti yaitu kuesioner (Sugiyono, 2005:146).
b.  Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan  tersebut menunjukkan konsistensi dalam mengukur gejala yang sama (Sugiyono,  2005:120).
9.  Metode Analisis Data a.  Analisis Deskriptif Analisis deskriptif, merupakan suatu cara menganalisis dimana data yang  sudah dikumpulkan, dikelompokkan, dianalisis dan diinterpretasikan sehingga  diperoleh gambaran yang jelas tentang  pengaruh  perilaku pimpinan dan  lingkungan kerja fisik berpengaruh terhadap disiplin kerja Pegawai di Kepolisian  Daerah Sumatera Utara Satuan Brimob Medan.
b.  Analisis Regresi Linier Berganda  Analisis regresi liniear berganda digunakan untuk mengetahui variabel  bebas (X) yang lebih dari 2 (dua) variabel terhadap variabel terikat (Y).
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 12.00  for windows.  Analisis Regresi Berganda menggunakan persamaan, sebagai  berikut:  Y = a + b1X1 + b2X2 Dimana:  + ei Y    = Disiplin kerja a    = Nilai intercept b1–b5   X = Koefisien Regresi yang akan dihitung 1 X = Variabel Perilaku Pimpinan 2 Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai  uji statistiknya berada di dalam daerah kritis (daerah apabila nilai uji statistiknya  berada di dalam daerah kritis (daerah dimana H = Variabel Lingkungan Kerja Fisik 0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak  signifikan bila uji nilai statistiknya berada dalam daerah dimana H0  1.  Uji-F diterima.
Dalam analisis regresi ada 3 (tiga) jenis kriteria ketepatan yaitu: Uji-F digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (X)  mempunyai pengaruh yang positif dan sifnifikan terhadap variabel terikat (Y)  secara serentak.
(Uji serempak) Jika F hitung < F tabel, maka H0 ditolak dan Ha Kriteria Pengujian sebagai berikut:  diterima.
 H0 H : b1, b2 = 0, Artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara  bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
1 Kriteria Pengambilan Keputusan: : b1, b2 ≠ 0, Artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan secara bersamasama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
H0 diterima apabila Fhitung < Ftabel H pada α = 5% 1 diterima apabila Fhitung > Ftabel  F  pada α = 5%.
tabel Rumus F dapat dilihat dengan Tabel F kemudian dibandingkan apakah F  hitung > atau < dari F hitung. Sehingga dapat diperoleh keputusan apakah  seluruh variabel bebas (X) secara serempak signifikan terhadap variabel terikat  (Y).
hitung 2.  Uji-T (Uji secara parsial) = mean sguare regression ⁄  mean square residual.
Uji-t digunakan untuk menguji setiap variabel bebas (X) apakah  mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y)  secara parsial.
Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima atau Ha ditolak, sedangkan jika t hitung > t  tabel, maka H0 ditolak dan Ha Kriteria Pengujian sebagai berikut: diterima.
H0 H : b1, b2 = 0, Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan  signifikan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
0 Kriteria Pengambilan Keputusan sebagai berikut :    : b1, b2 ≠ 0, Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh  yang positif dan  signifikan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
 H0 diterima apabila thitung < ttabel H pada α = 5% 1 diterima apabila thitung > ttabel 3.  Uji Koefisien Determinasi (R pada α = 5%    2 Koefisien Determinasi (R )  2 ) merupakan ukuran untuk mengetahui  kesesuaian atau ketepatan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat  dalam suatu persama regresi dapat dilihat dari koefisien determinasi (R 2 ) dimana  0<R 2 <1. Hal ini menunjukkan jika nilai R2 semakin dekat dengan 1 maka  pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) semakin kuat.
Sebaliknya jika R 2 semakin mendekati 0 maka pengaruh variabel bebas (X)  terhadap variabel terikat (Y) semakin lemah.
  

Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi