Selasa, 25 Maret 2014

Skripsi Manajemen: PENGARUH RASIO KEBIJAKAN MODAL KERJA TERHADAP KEMAMPUAN MEMPEROLEH LABA (ROI) PADA PT. PRIMARINDO ASIA



BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan operasionalnya bertujuan  untuk memaksimalkan nilai perusahaan agar dapat mempertahankan  kelangsungan kegiatan usahanya. Salah satu peran bagian yang paling  menentukan jalannya perusahaan adalah bagian keuangan, dimana diketahui  bahwa kebutuhan, penggunaan, serta pengalokasian dana merupakan tugas berat  bagi bagian keuangan dan dapat dijadikan sebagai salah satu alat untuk  mempertimbangkan dan membuat keputusan-keputusan tersebut di masa akan  datang.

Salah satu masalah perusahaan yang utama adalah berkaitan dengan  tersedianya dana untuk digunakan sebagai modal kerja. Modal kerja adalah dana  yang disediakan untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari, misalnya  untuk membeli bahan baku, membayar upah karyawan dan sebagainya.
Seorang manajer keuangan harus mampu dan tanggap untuk melihat  perubahan-perubahan yang terjadi di perusahaan terutama yang menyangkut  pengelolaan modal kerja yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan  pengawasan modal kerja itu sendiri.
Pengelolaan modal kerja akan sangat menentukan posisi keuangan  perusahaan, sehingga dalam setiap penggunaan modal kerja dapat tercapai tujuan  suatu perusahaan jika adanya suatu keseimbangan dalam hal penyediaan dan  penggunaan modal kerja tersebut. Modal kerja yang lebih kecil dari kebutuhan  akan menimbulkan kerugian atau hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba  dan sebaliknya modal kerja yang jumlahnya terlalu besar dari yang dibutuhkan  akan mengakibatkan terjadinya dana yang menganggur, sehingga tidak efisien  dalam penggunaan dana.
Pengelolaan modal kerja merupakan salah satu aspek penting dari  keseluruhan manajemen finansial perusahaan. Modal kerja mengidentifikasikan  besarnya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan setelah diperkirakan untuk  memenuhi keseluruhan hutang lancarnya selama satu periode operasi dan  mengidentifikasikan bahwa perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang baik  ataupun sebaliknya.
Modal kerja juga menggambarkan kemampuan perusahan untuk mencapai  salah satu tujuan perusahaan yaitu kemampuan memperoleh laba melalui  pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan operasionalnya. Kemampuan  menghasilkan laba akan dapat ditingkatkan bila perusahaan mampu mengelola  modal kerja dengan tepat.
Modal kerja sangat penting bagi perusahaan karena dengan modal kerja  yang cukup memungkinkan perusahaan untuk melakukan kegiatan operasionalnya  secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat  menutupi kerugian-kerugian dan dapat mengatasi keadaan krisis tanpa  membahayakan keadaan keuangan perusahaan. Manfaat dari tersedianya modal  kerja yang cukup akan melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya  nilai aktiva lancar seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar  hutangnya atau turunnya nilai persediaan karena harganya yang merosot.
1Peranan modal kerja yang sangat penting dalam kegiatan suatu perusahaan  membuat penulis tertarik untuk membahasnya lebih lanjut. Permasalahan yang  timbul dalam kebijakan modal kerja ini adalah menyangkut penentuan besar  kecilnya jumlah aktiva lancar yang akan dipertahankan perusahaan.
PT. Primarindo Asia, Tbk merupakan suatu perusahaan yang bergerak  dalam bidang produksi. Produk yang dihasilkan adalah sepatu dan sandal yang  dipasarkan ke pasar domestik dan pasar Internasional. Salah satu produk yang  dihasilkan adalah sepatu olah raga Reebok. Skala produksi perusahaan yang besar  memerlukan kinerja manajemen keuangan yang baik yang didukung oleh  kebutuhan modal kerja perusahaan. Perolehan laba diusahakan terus meningkat  sehingga perusahaan berkesempatan mengembangkan usahanya.
Modal kerja yang biasanya digunakan untuk membelanjai kebutuhan  operasional perusahaan PT. Primarindo Asia,Tbk adalah berasal dari aktiva  lancar, hutang lancar, penjualan, laba operasional perusahaan, dan sumber dana  lainnya yang diperoleh perusahaan. Informasi mengenai kebijakan modal kerja  dalam membelanjai kebutuhan operasional perusahaan dapat dilihat pada PT.
Primarindo Asia, Tbk periode 2003 sampai dengan 2006 adalah sebagai berikut  Tabel 1.Perkembangan Aktiva Lancar, Hutang Lancar,  Penjualan Bersih, dan Laba Bersih  PT. Primarindo Asia, Tbk Periode 2004 – 2006 (Dalam Jutaan) Tahun  Aktiva  Lancar Hutang  Lancar Penjualan  Bersih Laba  Bersih  2003  Rp.22.757,35  Rp.11.327,88  Rp.29.826,91  Rp.4.194,32004  Rp.21.046,40  Rp.10.020,95  RP.25.804,76  Rp.4.038,52005  Rp.24.012,82  RP.9.867,92  Rp.28.011,85  Rp.4.357,32006  Rp.26.230,21  Rp.10.894,59  Rp.30.418,27  Rp.4.773,5Sumber : Laporan Keuangan PT. Primarindo Asia, Tbk. 2007(data diolah) 1Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa aktiva lancar mengalami  kenaikan pada tahun 2003 dan 2006, tetapi pada tahun 2003 ketahun 2004  mengalami penurunan aktiva lancar. Pada tahun 2003 aktiva lancar sebesar Rp  22.757.351.125 dan pada tahun 2004 mengalami penurunan dengan jumlah Rp  21.046.400.877 dan kembali meningkat pada tahun 2006 sebesar Rp.
26.230.206.435.
Hutang lancar pada tahun 2003 sebesar Rp 11.327.877.567 sedangkan  pada tahun 2004 sebesar Rp 10.020.953.059, pada tahun 2005 mengalami  penurunan kembali menjadi Rp 9.867.916.000, namun pada tahun 2006  mengalami peningkatan sebesar Rp. 10.894.590.000.
Penjualan bersih mengalami kenaikan dari tahun 2003 sampai dengan  2006, namun pada tahun 2004 dan 2005 mengalami penurunan. pada tahun 2003  sebesar Rp 29.826.911.000 dan mengalami penurunan pada tahun 2004 sebesar  Rp 25.804.756.000 dan pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp 30.418.273.00Laba bersih yang diperoleh pada tahun 2003 Rp 4.194.304.533 dan pada  tahun 2004 turun menjadi Rp 4.038.552.335 dan pada tahun 2005 mengalami  peningkatan kembali menjadi Rp. 4.357.303.42Berdasarkan informasi diatas dapat diketahui bahwa aktiva lancar, penjualan bersih dan laba bersih mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun  pada hutang lancar mengalami fluktuasi yaitu dari tahun 2003, 2004, ketahun  2005 mengalami penurunan sedangkan tahun 2006 mengalami peningaktan  kembali.Peningkatan aktiva lancar  yang diperoleh dan hutang lancar yang  mengalami penurunan pada tahun 2003, hal ini menunjukkan adanya uang kas  1yang berlebihan dibandingakan dengan tingkat kebutuhan atau aktiva lancarnya  yang rendah likuiditasnya.
Melihat begitu berpengaruhnya modal kerja terhadap kemampuan  memperoleh laba suatu perusahaan, maka penulis tertarik untuk lebih mendalami  bahasan mengenai pengaruh rasio kebijakan modal kerja terhadap kemampuan  memperoleh laba perusahaan (ROI). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis  tertarik untuk mengambil judul “ Pengaruh Rasio Kebijakan Modal Kerja  Terhadap Kemampuan Memperoleh Laba  (ROI)   Pada PT. Primarindo  Asia, Tbk ”.
B.  Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka dirumuskan  masalah sebagai berikut : 1.  Apakah variabel rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, tingkat  perputaran modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva  mempunyai pengaruh terhadap kemampuan memperoleh laba PT.
Primarindo Asia, Tbk ? 2.  Variabel manakah diantara rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio  lancar, tingkat perputaran modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar terhadap  jumlah aktiva mempunyai pengaruh dominan terhadap kemampuan  memperoleh laba PT. Primarindo Asia, Tbk ? 1C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sintesa atau kesimpulan sementara  tentang hubungan antara variabel yang diteliti, yang disusun dari berbagai teori  yang telah dideskripsikan.
Menurut Van Horne (2005 : 127) menyatakan bahwa pembahasan  mengenai berbagai kebijakan modal kerja menggambarkan dua prinsip dasar  utama dalam keuangan, yaitu : 1.  Kemampuan memperoleh laba (profitabilitas) berbanding terbalik dengan  likuiditas. Likuiditas yang meningkat merupakan biaya dari kemampuan  memperoleh laba yang menurun.
2.  Kemampuan memperoleh laba (profitabilitas) bergerak searah dengan resiko  dan untuk memperoleh tingkat profitabilitas yang lebih tinggi harus berani  mengambil resiko yang lebih besar.
Menurut Syamsuddin (2002 : 209) menyatakan bahwa bilamana rasio  aktiva lancar atas total aktiva meningkat, maka baik profitabilitas maupun resiko  yang dihadapi akan menurun. Profitabilitas yang menurun disebabkan karena  aktiva lancar menghasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan aktiva tetap.
Resiko ketidakmampuan membayar kewajiban-kewajiban pada saat jatuh tempo  (technical insolvency) menurun karena peningkatan jumlah aktiva lancar akan  semakin memperbesar modal kerja bersih (selisih antara aktiva lancar dengan  hutang lancar). Pengaruh peningkatan rasio aktiva lancar atas total aktiva  berbanding terbalik dengan pengaruh dari penurunan rasio aktiva lancar atas total  aktiva perusahaan.
1Menurut Alwi (2000 : 5) menyatakan bahwa laba perusahaan dapat  ditingkatkan dengan meningkatkan pendapatan dari penjualan dan menurunkan  ongkos-ongkos. Ongkos dapat dikurangi dengan meningkatkan efisiensi  pengeluaran pada pos-pos tertentu sedangkan profit  dapat dinaikkan dengan  meningkatkan investasi dalam asset yang profitable, yang mampu menghasilkan  tingkat pendapatan yang lebih tinggi.
Menurut Sutrisno (2002 : 49) menyatakan bahwa masa perputaran modal  kerja yakni sejak kas ditanamkan pada elemen-elemen modal hingga menjadi kas  lagi adalah kurang dari satu tahun atau berjangka pendek. Masa perputaran modal  kerja ini menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan modal kerja tersebut.
Semakin cepat masa perputaran modal kerja akan semakin efisiensi penggunaan  modal kerja dan tentunya investasi pada modal kerja semakin kecil.
Gambar model kerangka konseptual yang mengkaji pengaruh antara  variabel-variabel : rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, tingkat  perputaran modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva dengan  kemampuan memperoleh laba yang diukur dengan return on investment (ROI)  dapat dilihat sebagai berikut : D.
G Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Van Horne (2005 : 313) Aspek- aspek Rasio Kebijakan Modal Kerja : 1.  Rasio cara pembelanjaan modal kerja  2.  Rasio lancar  3.  Rasio tingkat perputaran modal kerja 4.  Rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah  aktiva Return on  Investment (ROI)  1D. Hipotesis Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang telah  dikemukakan diatas adalah sebagai berikut : 1.  Variabel-variabel : rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, tingkat  perputaran modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva  mempunyai pengaruh terhadap kemampuan memperoleh laba PT. Primarindo  Asia, Tbk.
2.  Variabel-variabel : rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, tingkat  perputaran modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva  mempunyai pengaruh dominan terhadap kemampuan memperoleh laba PT.
Primarindo Asia, Tbk.
E.  Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.  Tujuan Penelitian a.  Mengetahui dan menganalisis pengaruh kebijakan modal kerja terhadap  kemampuan memperoleh laba PT. Primarindo Asia, Tbk.
b.  Mengetahui dan menganalisis variabel yang mempunyai pengaruh  dominan terhadap kemampuan memperoleh laba PT. Primarindo Asia,  Tbk.
2.  Manfaat Penelitian a.  Bagi Penulis Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang keuangan terutama  dalam memahami kebijakan modal kerja dan pengaruhnya terhadap  kemampuan memperoleh laba perusahaan.
1b.  Bagi Pihak Lain Memberikan sumbangan pemikiran dalam referensi bagi berbagai pihak  untuk penelitian selanjutnya.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Batasan operasional dari penelitian yang penulis tetapkan yaitu variabel  tidak bebas pada kemampuan memperoleh laba yang diukur dengan return on  investment (ROI) dan variabel bebas terbatas pada kebijakan modal kerja yang  dilihat dari empat aspek yaitu : rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio  lancar, rasio tingkat perputaran modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar  terhadap jumlah aktiva. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi  berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel  kebijakan modal kerja terhadap kemampuan memperoleh laba perusahaan.
2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Definisi operasional dan pengukuran variabel yang dimaksud dalam  penelitian ini adalah : a.  Rasio cara pembelanjaan modal kerja (XAktiva Lancar – Hutang Lancar Rasio cara pembelanjaan modal kerja  = ———————————————— Hutang Jangka Panjang+Modal Sendiri ) sebagai variabel bebas. Rasio ini  diukur dengan rumus sebagai berikut : b.  Rasio lancar (X2) sebagai variabel bebas, menunjukkan sejauh mana aktiva  lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan  aktiva lancar dengan hutang lancar, maka akan semakin tinggi kemampuan  1perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2004 : 301).
Rasio ini diukur dengan rumus sebagai berikut : Aktiva Lancar  Rasio lancar  = ——————— Hutang Lancar c.  Tingkat perputaran modal kerja (XPenjualan Bersih  Tingkat perputaran modal kerja = ————————— Jumlah Aktiva Lancar ) sebagai variabel bebas, adalah kecepatan  berputarnya modal kerja dalam suatu periode. Semakin tinggi tingkat  perputarannya semakin efektif penggunaan dana yang tertanam pada aktiva  lancar dalam mempengaruhi penjualan (Harahap, 2004 : 302). Rasio ini diukur  dengan rumus sebagai berikut : d.  Rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva (XJumlah Aktiva Lancar  Rasio investasi aktiva lancar = ————————— Jumlah Aktiva  ) sebagai variabel  bebas, menunjukkan porsi aktiva lancar ats total aktiva (Harahap, 2004 : 302).
Rasio ini diukur dengan rumus : e.  Return on Investment (ROI) merupakan rasio untuk menetapkan kemampuan  perusahaan dalam pengguanaan total aktiva dalam menghasilkan laba Rasio  ini dapat diukur dengan menggunakan formula berikut (Abdullah : 2005 : 57) : Earning After Tax(EAT) Return on Investment (ROI) = —————————  x 100 % Total Asset 3. Tempat dan Waktu Penelitian  1Penelitian dilaksanakan pada PT. Primarindo Asia, Tbk yang berlokasi di  Gedung Dana Pensiun – Bank Exim lantai 3A/F Jl. Tanjung Karang No. 3-4A  Jakarta. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Oktober sampai dengan  Desember 2007.
4. Jenis Data Data yang diperlukan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah : a.  Data primer Data primer  diperoleh secara langsung melalui internet dari PT.
Primarindo Asia, Tbk  b.  Data Sekunder Data sekunder yang digunakan penulis adalah : 1.  Sejarah singkat PT. Primarindo Asia, Tbk.
2.  Struktur organisasi PT. Primarindo Asia, Tbk.
3.  Laporan keuangan bulanan PT. Primarindo Asia, Tbk dari tahun 2003  sampai dengan 2006 yaitu laporan laba rugi dan neraca.
4.  Hasil publikasi, buku-buku ilmiah dan literatur lainnya berkaitan  dengan masalah yang diteliti.
5.  Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah  studi dokumentasi yang dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang  berasal dari neraca, laporan laba rugi, hasil publikasi, buku-buku ilmiah dan  literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
6.  Metode Analisis Data a.  Metode Analisis Deskriptif  1Metode analisis deskriptif yang digunakan dengan cara  mengumpulkan, mengklasifikasikan, menginterpretasikan dan  menganalisis data, sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai  objek penelitian.
b.  Metode Analisis Kuantitatif Metode analisis kuantitatif merupakan metode yang digunakan untuk  menganalisis data yang disajikan dalam bentuk angka. Penulis akan menggunakan  regresi berganda untuk melihat seberapa besar pengaruh aspek kebijakan modal  kerja terhadap kemampuan memperoleh laba dengan menggunakan bantuan  aplikasi komputer program SPSS for windows versi 12.0.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap,  yaitu : Tahap I  : a. Perhitungan Variabel Variabel tidak bebas dan variabel bebas akan dihitung dalam  kurun waktu tiga tahun, yaitu tahun 2003 sampai dengan 2006.
b. Uji Asumsi Klasik Statistik Menurut Nugroho (2005:57-62) pengujian asumsi klasik statistik itu terdiri  dari : 1. Uji Normalitas Sebaran Uji normalitas sebaran yaitu pengujian untuk melihat pola  distribusi dari data sampel yang diambil, telah mengikuti sebaran distribusi  normal atau tidak. Uji normalitas ini dapat diketahui dan dapat dideteksi  dengan menggunakan histogram dan plot normal serta dengan uji statistik  seperti uji Chi-square, kalmogorov-smirnov dan lain-lain. Ketentuannya  2adalah apabila output histogram menggambarkan bahwa sebaran data yang  ada menyebar merata kesemua daerah kurva normal, dapat disimpulkan  bahwa data mempunyai distribusi normal. Apabila output kurva normal PPlot menggambarkan sebaran data yang ada menyebar merata dan  membentuk suatu garis liner  (lurus), dapat disimpulkan bahwa data  mempunyai distribusi normal. Apabila diperoleh dari nilai sig.uji  kalmogorov Smirnov  lebih besar dari (>) 0,05 maka distribusi data  dinyatakan normal.
2. Multikolinieritas Multikolinieritas mengacu kepada asumsi dimana dua atau lebih  variabel bebas yang dimasukkan dalam suatu model regresi mempunyai  kolerasi yang tinggi, sehingga variabel-variabel bebas yang dimasukkan  kedalam model tersebut tidak memberikan pangaruh yang signifikan  terhadap variabel terikat. Suatu model regresi linier akan menghasilkan  estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung  multikolinieritas. Persyaratan untuk dapat dikatakan bebas dari  multikolinieritas adalah apabila nilai Varience Inflation Factor (VIF) tidak  melebihi nilai 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 .
3. Autokolerasi Autokolerasi digunakan untuk menguji apakah ada kolerasi antara  variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu  periode sebelumnya. Untuk menguji ada tidaknya autokolerasi dalam  suatu model regresi, maka digunakan metode statistik Durbin-Waston  dengan ketentuan sebagai berikut, jika terdapat nilai1,65 < DW < 2,35  2kesimpulannya tidak terjadi autokolerasi. Nilai 1,21 < DW < 1,65 atau  2,35 < DW < 2,79 kesimpulannya tidak dapat disimpulkan. Nilai DW <  1,21 atau Dw > 2,79 kesimpulannya terjadi autokolerasi.
4. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji terjadinya perbedaan  varian residual suatu periode pengamatan terhadap periode pengamatan  yang lain. Pemeriksaan terhadap gejala heteroskedastisitas dalam suatu  model regresi adalah dengan melihat pola diagram pencar dengan  ketentuan adalah jiak diagram pencar membentuk pola-pola tertentu yang  teratur pada  suatu sudut atau bagian maka model regresi mengalami  gangguan heteroskedastisitas. Jika diagram pencar tidak membentuk suatu  pola atau terlihat acak maka model regresi tidak mengalami gangguan  heteroskedastisitas.
Tahap II : Pengembangan Model Analisis Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah  regresi berganda. Menurut Supranto (2002 : 236) bentuk model  regresi berganda dalam penelitian ini adalah : Dimana : Yi = Kemampuan Memperoleh Laba (ROI) X1  = Rasio cara pembelanjaan modal kerja X2  = Rasio Lancar X3   = Tingkat Perputaran Modal Kerja X4    = Rasio Jumlah Aktiva Lancar terhadap Jumlah Aktiva  Yi = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4  + e  2b0  = Konstanta b1  a.  Koefisien determinasi = Koefisien Regresi e  = Variabel Pengganggu Tahap III : Pengujian Hipotesis Pengujian terhadap hipotesis penelitian ini meliputi : Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa jauh  kemampuan seluruh variabel bebas yang dimasukkan dalam model dan  dalam menjelaskan variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi  adalah diantara nol dan satu ( 0 < R² < 1).
Menurut Suharyadi dan Purwanto (2004 : 515) menyatakan bahwa nilai R²  lebih besar dari 0,5 menunjukkan variabel bebas (X )  dapat  menjelaskan  variabel terikat Y dengan baik atau kuat, sama dengan 0,5 dikatakan sedang  dan kurang dari 0,5 relatif kurang baik.
b.  Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F menunjukkan apakah seluruh variabel bebas yang ada  dimasukkan dalam model secara simultan (bersama-sama) mempunyai  pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut : H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = Artinya adalah seluruh variabel bebas (X1) secara bersama-sama tidak  mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat Y  (profitabilitas).
H : b ≠ 0  2Artinya adalah seluruh variabel bebas (X) secara bersama-sama mempunyai  pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat Y (profitabilitas).
Ketentuannya adalah jika H0 diterima maka variabel tidak signifikan jika Hditolak maka variabel signifikan. Kedua hipotesis ini diuji dengan  menggunakan statistik F. Cara melakukan uji F ini adalah dengan  membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel.
Tingkat  signifikan  (α)  5%  ditentukan  dengan  derajat  kebebasan  df  =  (n-k)  dan (k-1).
Kriteria pengujian hipotesis : Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak (H1 diterima) Jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 ditolak (Hc.  Uji Signifikan Individual ( Uji Statistik t ) ditolak) Uji statistik t menunjukkan apakah setiap variabel bebas (X ,  X2, X3 dan  X4) secara individual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap  variabel terikat Y (profitabilitas).
Pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut : H0 : b1 = Artinya adalah setiap variabel bebas (X) secara individual tidak mempunyai  pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat Y (profitabilitas).
H1 : bKedua hipotesis ini diuji dengan menggunakan statistik t. Cara melakukan  uji t ini adalah dengan membandingkan nilai t hasil perhitungan dengan nilai  ≠ Artinya adalah setiap variabel bebas (X )  secara  individual  mempunyai  pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat Y (profitabilitas).
2t  menurut  tabel.  Tingkat  signifikan  (α)  5%  ditentukan  dengan  derajat  kebebasan df = (n-k) dan (k-1).
Kriteria pengujian hipotesis : Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak (H1 diterima) Jika thitung ≤ ttabel maka H0 ditolak (H1 ditolak) Statistik F maupun nilai statistik t dapat dilihat hasil perhitungannya melalui  bantuan aplikasi komputer program SPSS for windows versi 12.0.


Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi