BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan
operasionalnya bertujuan untuk
memaksimalkan nilai perusahaan agar dapat mempertahankan kelangsungan kegiatan usahanya. Salah satu
peran bagian yang paling menentukan
jalannya perusahaan adalah bagian keuangan, dimana diketahui bahwa kebutuhan, penggunaan, serta
pengalokasian dana merupakan tugas berat bagi bagian keuangan dan dapat dijadikan
sebagai salah satu alat untuk mempertimbangkan
dan membuat keputusan-keputusan tersebut di masa akan datang.
Salah satu masalah
perusahaan yang utama adalah berkaitan dengan tersedianya dana untuk digunakan sebagai modal
kerja. Modal kerja adalah dana yang
disediakan untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari, misalnya untuk membeli bahan baku, membayar upah
karyawan dan sebagainya.
Seorang manajer
keuangan harus mampu dan tanggap untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi di perusahaan
terutama yang menyangkut pengelolaan
modal kerja yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan modal kerja itu sendiri.
Pengelolaan modal
kerja akan sangat menentukan posisi keuangan perusahaan, sehingga dalam setiap penggunaan
modal kerja dapat tercapai tujuan suatu
perusahaan jika adanya suatu keseimbangan dalam hal penyediaan dan penggunaan modal kerja tersebut. Modal kerja
yang lebih kecil dari kebutuhan akan
menimbulkan kerugian atau hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba dan sebaliknya modal kerja yang jumlahnya
terlalu besar dari yang dibutuhkan akan
mengakibatkan terjadinya dana yang menganggur, sehingga tidak efisien dalam penggunaan dana.
Pengelolaan modal
kerja merupakan salah satu aspek penting dari keseluruhan manajemen finansial perusahaan.
Modal kerja mengidentifikasikan besarnya
aktiva lancar yang dimiliki perusahaan setelah diperkirakan untuk memenuhi keseluruhan hutang lancarnya selama
satu periode operasi dan mengidentifikasikan
bahwa perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang baik ataupun sebaliknya.
Modal kerja juga
menggambarkan kemampuan perusahan untuk mencapai salah satu tujuan perusahaan yaitu kemampuan
memperoleh laba melalui pendapatan yang
dihasilkan dari kegiatan operasionalnya. Kemampuan menghasilkan laba akan dapat ditingkatkan bila
perusahaan mampu mengelola modal kerja
dengan tepat.
Modal kerja sangat
penting bagi perusahaan karena dengan modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk
melakukan kegiatan operasionalnya secara
ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutupi kerugian-kerugian dan dapat mengatasi
keadaan krisis tanpa membahayakan
keadaan keuangan perusahaan. Manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup akan melindungi perusahaan
dari akibat buruk berupa turunnya nilai
aktiva lancar seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar hutangnya atau turunnya nilai persediaan
karena harganya yang merosot.
1Peranan modal
kerja yang sangat penting dalam kegiatan suatu perusahaan membuat penulis tertarik untuk membahasnya
lebih lanjut. Permasalahan yang timbul
dalam kebijakan modal kerja ini adalah menyangkut penentuan besar kecilnya jumlah aktiva lancar yang akan
dipertahankan perusahaan.
PT. Primarindo
Asia, Tbk merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi. Produk yang dihasilkan
adalah sepatu dan sandal yang dipasarkan
ke pasar domestik dan pasar Internasional. Salah satu produk yang dihasilkan adalah sepatu olah raga Reebok.
Skala produksi perusahaan yang besar memerlukan
kinerja manajemen keuangan yang baik yang didukung oleh kebutuhan modal kerja perusahaan. Perolehan
laba diusahakan terus meningkat sehingga
perusahaan berkesempatan mengembangkan usahanya.
Modal kerja yang
biasanya digunakan untuk membelanjai kebutuhan operasional perusahaan PT. Primarindo Asia,Tbk
adalah berasal dari aktiva lancar,
hutang lancar, penjualan, laba operasional perusahaan, dan sumber dana lainnya yang diperoleh perusahaan. Informasi
mengenai kebijakan modal kerja dalam
membelanjai kebutuhan operasional perusahaan dapat dilihat pada PT.
Primarindo Asia,
Tbk periode 2003 sampai dengan 2006 adalah sebagai berikut Tabel 1.Perkembangan Aktiva Lancar, Hutang
Lancar, Penjualan Bersih, dan Laba
Bersih PT. Primarindo Asia, Tbk Periode
2004 – 2006 (Dalam Jutaan) Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Penjualan Bersih Laba Bersih 2003 Rp.22.757,35
Rp.11.327,88 Rp.29.826,91 Rp.4.194,32004 Rp.21.046,40
Rp.10.020,95 RP.25.804,76 Rp.4.038,52005 Rp.24.012,82
RP.9.867,92 Rp.28.011,85 Rp.4.357,32006 Rp.26.230,21
Rp.10.894,59 Rp.30.418,27 Rp.4.773,5Sumber : Laporan Keuangan PT.
Primarindo Asia, Tbk. 2007(data diolah) 1Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat
bahwa aktiva lancar mengalami kenaikan
pada tahun 2003 dan 2006, tetapi pada tahun 2003 ketahun 2004 mengalami penurunan aktiva lancar. Pada tahun
2003 aktiva lancar sebesar Rp 22.757.351.125
dan pada tahun 2004 mengalami penurunan dengan jumlah Rp 21.046.400.877 dan kembali meningkat pada
tahun 2006 sebesar Rp.
26.230.206.435.
Hutang lancar pada
tahun 2003 sebesar Rp 11.327.877.567 sedangkan pada tahun 2004 sebesar Rp 10.020.953.059,
pada tahun 2005 mengalami penurunan
kembali menjadi Rp 9.867.916.000, namun pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar Rp.
10.894.590.000.
Penjualan bersih
mengalami kenaikan dari tahun 2003 sampai dengan 2006, namun pada tahun 2004 dan 2005 mengalami
penurunan. pada tahun 2003 sebesar Rp
29.826.911.000 dan mengalami penurunan pada tahun 2004 sebesar Rp 25.804.756.000 dan pada tahun 2006
meningkat menjadi Rp 30.418.273.00Laba bersih yang diperoleh pada tahun 2003 Rp
4.194.304.533 dan pada tahun 2004 turun
menjadi Rp 4.038.552.335 dan pada tahun 2005 mengalami peningkatan kembali menjadi Rp. 4.357.303.42Berdasarkan
informasi diatas dapat diketahui bahwa aktiva lancar, penjualan bersih dan laba
bersih mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun pada hutang lancar mengalami fluktuasi yaitu
dari tahun 2003, 2004, ketahun 2005
mengalami penurunan sedangkan tahun 2006 mengalami peningaktan kembali.Peningkatan aktiva lancar yang diperoleh dan hutang lancar yang mengalami penurunan pada tahun 2003, hal ini
menunjukkan adanya uang kas 1yang
berlebihan dibandingakan dengan tingkat kebutuhan atau aktiva lancarnya yang rendah likuiditasnya.
Melihat begitu
berpengaruhnya modal kerja terhadap kemampuan memperoleh laba suatu perusahaan, maka penulis
tertarik untuk lebih mendalami bahasan
mengenai pengaruh rasio kebijakan modal kerja terhadap kemampuan memperoleh laba perusahaan (ROI). Berdasarkan
uraian diatas, maka penulis tertarik
untuk mengambil judul “ Pengaruh Rasio Kebijakan Modal Kerja Terhadap Kemampuan Memperoleh Laba (ROI)
Pada PT. Primarindo Asia, Tbk ”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
masalah yang diuraikan, maka dirumuskan masalah
sebagai berikut : 1. Apakah variabel
rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, tingkat perputaran modal kerja, rasio jumlah aktiva
lancar terhadap jumlah aktiva mempunyai
pengaruh terhadap kemampuan memperoleh laba PT.
Primarindo Asia,
Tbk ? 2. Variabel manakah diantara rasio
cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar,
tingkat perputaran modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva mempunyai pengaruh dominan
terhadap kemampuan memperoleh laba PT.
Primarindo Asia, Tbk ? 1C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan
sintesa atau kesimpulan sementara tentang
hubungan antara variabel yang diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
Menurut Van Horne
(2005 : 127) menyatakan bahwa pembahasan mengenai berbagai kebijakan modal kerja
menggambarkan dua prinsip dasar utama
dalam keuangan, yaitu : 1. Kemampuan
memperoleh laba (profitabilitas) berbanding terbalik dengan likuiditas. Likuiditas yang meningkat
merupakan biaya dari kemampuan memperoleh
laba yang menurun.
2. Kemampuan memperoleh laba (profitabilitas)
bergerak searah dengan resiko dan untuk
memperoleh tingkat profitabilitas yang lebih tinggi harus berani mengambil resiko yang lebih besar.
Menurut Syamsuddin
(2002 : 209) menyatakan bahwa bilamana rasio aktiva lancar atas total aktiva meningkat,
maka baik profitabilitas maupun resiko yang
dihadapi akan menurun. Profitabilitas yang menurun disebabkan karena aktiva lancar menghasilkan lebih sedikit
dibandingkan dengan aktiva tetap.
Resiko
ketidakmampuan membayar kewajiban-kewajiban pada saat jatuh tempo (technical insolvency) menurun karena
peningkatan jumlah aktiva lancar akan semakin
memperbesar modal kerja bersih (selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar). Pengaruh peningkatan rasio
aktiva lancar atas total aktiva berbanding
terbalik dengan pengaruh dari penurunan rasio aktiva lancar atas total aktiva perusahaan.
1Menurut Alwi (2000
: 5) menyatakan bahwa laba perusahaan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pendapatan
dari penjualan dan menurunkan ongkos-ongkos.
Ongkos dapat dikurangi dengan meningkatkan efisiensi pengeluaran pada pos-pos tertentu sedangkan
profit dapat dinaikkan dengan meningkatkan investasi dalam asset yang
profitable, yang mampu menghasilkan tingkat
pendapatan yang lebih tinggi.
Menurut Sutrisno
(2002 : 49) menyatakan bahwa masa perputaran modal kerja yakni sejak kas ditanamkan pada
elemen-elemen modal hingga menjadi kas lagi
adalah kurang dari satu tahun atau berjangka pendek. Masa perputaran modal kerja ini menunjukkan tingkat efisiensi
penggunaan modal kerja tersebut.
Semakin cepat masa
perputaran modal kerja akan semakin efisiensi penggunaan modal kerja dan tentunya investasi pada modal
kerja semakin kecil.
Gambar model
kerangka konseptual yang mengkaji pengaruh antara variabel-variabel : rasio cara pembelanjaan
modal kerja, rasio lancar, tingkat perputaran
modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva dengan kemampuan memperoleh laba yang diukur dengan
return on investment (ROI) dapat dilihat
sebagai berikut : D.
G Gambar 1.1
Kerangka Konseptual Sumber : Van Horne (2005 : 313) Aspek- aspek Rasio
Kebijakan Modal Kerja : 1. Rasio cara
pembelanjaan modal kerja 2. Rasio lancar 3.
Rasio tingkat perputaran modal kerja 4.
Rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva Return on Investment (ROI) 1D. Hipotesis Hipotesis atau jawaban sementara
atas permasalahan yang telah dikemukakan
diatas adalah sebagai berikut : 1. Variabel-variabel
: rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, tingkat perputaran modal kerja, rasio jumlah aktiva
lancar terhadap jumlah aktiva mempunyai
pengaruh terhadap kemampuan memperoleh laba PT. Primarindo Asia, Tbk.
2. Variabel-variabel : rasio cara pembelanjaan
modal kerja, rasio lancar, tingkat perputaran
modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva mempunyai pengaruh dominan terhadap kemampuan
memperoleh laba PT.
Primarindo Asia,
Tbk.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui dan menganalisis pengaruh
kebijakan modal kerja terhadap kemampuan
memperoleh laba PT. Primarindo Asia, Tbk.
b. Mengetahui dan menganalisis variabel yang
mempunyai pengaruh dominan terhadap
kemampuan memperoleh laba PT. Primarindo Asia, Tbk.
2. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis Menambah wawasan dan pengetahuan
dalam bidang keuangan terutama dalam
memahami kebijakan modal kerja dan pengaruhnya terhadap kemampuan memperoleh laba perusahaan.
1b. Bagi Pihak Lain Memberikan sumbangan
pemikiran dalam referensi bagi berbagai pihak untuk penelitian selanjutnya.
F. Metode
Penelitian 1. Batasan Operasional Batasan operasional dari penelitian yang
penulis tetapkan yaitu variabel tidak
bebas pada kemampuan memperoleh laba yang diukur dengan return on investment (ROI) dan variabel bebas terbatas
pada kebijakan modal kerja yang dilihat
dari empat aspek yaitu : rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, rasio tingkat perputaran modal kerja,
rasio jumlah aktiva lancar terhadap
jumlah aktiva. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh beberapa variabel kebijakan
modal kerja terhadap kemampuan memperoleh laba perusahaan.
2. Definisi Operasional
dan Pengukuran Variabel Definisi operasional dan pengukuran variabel yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah : a. Rasio cara pembelanjaan modal kerja (XAktiva
Lancar – Hutang Lancar Rasio cara pembelanjaan modal kerja = ———————————————— Hutang Jangka
Panjang+Modal Sendiri ) sebagai variabel bebas. Rasio ini diukur dengan rumus sebagai berikut : b. Rasio lancar (X2) sebagai variabel bebas,
menunjukkan sejauh mana aktiva lancar
menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, maka akan
semakin tinggi kemampuan 1perusahaan
menutupi kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2004 : 301).
Rasio ini diukur
dengan rumus sebagai berikut : Aktiva Lancar Rasio lancar
= ——————— Hutang Lancar c.
Tingkat perputaran modal kerja (XPenjualan Bersih Tingkat perputaran modal kerja = ————————— Jumlah
Aktiva Lancar ) sebagai variabel bebas, adalah kecepatan berputarnya modal kerja dalam suatu periode.
Semakin tinggi tingkat perputarannya
semakin efektif penggunaan dana yang tertanam pada aktiva lancar dalam mempengaruhi penjualan (Harahap,
2004 : 302). Rasio ini diukur dengan
rumus sebagai berikut : d. Rasio jumlah
aktiva lancar terhadap jumlah aktiva (XJumlah Aktiva Lancar Rasio investasi aktiva lancar = ————————— Jumlah
Aktiva ) sebagai variabel bebas, menunjukkan porsi aktiva lancar ats
total aktiva (Harahap, 2004 : 302).
Rasio ini diukur
dengan rumus : e. Return on Investment
(ROI) merupakan rasio untuk menetapkan kemampuan perusahaan dalam pengguanaan total aktiva
dalam menghasilkan laba Rasio ini dapat
diukur dengan menggunakan formula berikut (Abdullah : 2005 : 57) : Earning
After Tax(EAT) Return on Investment (ROI) = ————————— x 100 % Total Asset 3. Tempat dan Waktu
Penelitian 1Penelitian dilaksanakan pada
PT. Primarindo Asia, Tbk yang berlokasi di Gedung Dana Pensiun – Bank Exim lantai 3A/F
Jl. Tanjung Karang No. 3-4A Jakarta.
Waktu penelitian berlangsung dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2007.
4. Jenis Data Data
yang diperlukan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah : a. Data primer Data primer diperoleh secara langsung melalui internet
dari PT.
Primarindo Asia,
Tbk b.
Data Sekunder Data sekunder yang digunakan penulis adalah : 1. Sejarah singkat PT. Primarindo Asia, Tbk.
2. Struktur organisasi PT. Primarindo Asia, Tbk.
3. Laporan keuangan bulanan PT. Primarindo Asia,
Tbk dari tahun 2003 sampai dengan 2006
yaitu laporan laba rugi dan neraca.
4. Hasil publikasi, buku-buku ilmiah dan
literatur lainnya berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi yang dilakukan dengan
mengumpulkan informasi yang berasal dari
neraca, laporan laba rugi, hasil publikasi, buku-buku ilmiah dan literatur lainnya yang berkaitan dengan
penelitian.
6. Metode Analisis Data a. Metode Analisis Deskriptif 1Metode analisis deskriptif yang digunakan
dengan cara mengumpulkan,
mengklasifikasikan, menginterpretasikan dan menganalisis data, sehingga memberikan
gambaran yang jelas mengenai objek
penelitian.
b. Metode Analisis Kuantitatif Metode analisis
kuantitatif merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis data yang disajikan dalam bentuk
angka. Penulis akan menggunakan regresi
berganda untuk melihat seberapa besar pengaruh aspek kebijakan modal kerja terhadap kemampuan memperoleh laba
dengan menggunakan bantuan aplikasi
komputer program SPSS for windows versi 12.0.
Analisis data dalam
penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu : Tahap I : a. Perhitungan Variabel Variabel tidak
bebas dan variabel bebas akan dihitung dalam kurun waktu tiga tahun, yaitu tahun 2003
sampai dengan 2006.
b. Uji Asumsi
Klasik Statistik Menurut Nugroho (2005:57-62) pengujian asumsi klasik statistik
itu terdiri dari : 1. Uji Normalitas
Sebaran Uji normalitas sebaran yaitu pengujian untuk melihat pola distribusi dari data sampel yang diambil,
telah mengikuti sebaran distribusi normal
atau tidak. Uji normalitas ini dapat diketahui dan dapat dideteksi dengan menggunakan histogram dan plot normal
serta dengan uji statistik seperti uji
Chi-square, kalmogorov-smirnov dan lain-lain. Ketentuannya 2adalah apabila output histogram menggambarkan
bahwa sebaran data yang ada menyebar
merata kesemua daerah kurva normal, dapat disimpulkan bahwa data mempunyai distribusi normal.
Apabila output kurva normal PPlot menggambarkan sebaran data yang ada menyebar
merata dan membentuk suatu garis
liner (lurus), dapat disimpulkan bahwa
data mempunyai distribusi normal.
Apabila diperoleh dari nilai sig.uji kalmogorov
Smirnov lebih besar dari (>) 0,05
maka distribusi data dinyatakan normal.
2.
Multikolinieritas Multikolinieritas mengacu kepada asumsi dimana dua atau lebih
variabel bebas yang dimasukkan dalam
suatu model regresi mempunyai kolerasi
yang tinggi, sehingga variabel-variabel bebas yang dimasukkan kedalam model tersebut tidak memberikan
pangaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat. Suatu model regresi linier akan menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut
tidak mengandung multikolinieritas.
Persyaratan untuk dapat dikatakan bebas dari multikolinieritas adalah apabila nilai
Varience Inflation Factor (VIF) tidak melebihi
nilai 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 .
3. Autokolerasi Autokolerasi
digunakan untuk menguji apakah ada kolerasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu
dengan variabel pengganggu periode
sebelumnya. Untuk menguji ada tidaknya autokolerasi dalam suatu model regresi, maka digunakan metode
statistik Durbin-Waston dengan ketentuan
sebagai berikut, jika terdapat nilai1,65 < DW < 2,35 2kesimpulannya tidak terjadi autokolerasi.
Nilai 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35
< DW < 2,79 kesimpulannya tidak dapat disimpulkan. Nilai DW < 1,21 atau Dw > 2,79 kesimpulannya terjadi
autokolerasi.
4.
Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji terjadinya perbedaan
varian residual suatu periode pengamatan
terhadap periode pengamatan yang lain.
Pemeriksaan terhadap gejala heteroskedastisitas dalam suatu model regresi adalah dengan melihat pola
diagram pencar dengan ketentuan adalah
jiak diagram pencar membentuk pola-pola tertentu yang teratur pada
suatu sudut atau bagian maka model regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas. Jika diagram
pencar tidak membentuk suatu pola atau
terlihat acak maka model regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.
Tahap II :
Pengembangan Model Analisis Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah regresi berganda. Menurut
Supranto (2002 : 236) bentuk model regresi
berganda dalam penelitian ini adalah : Dimana : Yi = Kemampuan Memperoleh Laba
(ROI) X1 = Rasio cara pembelanjaan modal
kerja X2 = Rasio Lancar X3 = Tingkat Perputaran Modal Kerja X4 = Rasio Jumlah Aktiva Lancar terhadap
Jumlah Aktiva Yi = b0 + b1 X1 + b2 X2 +
b3 X3 + b4 X4 + e 2b0 =
Konstanta b1 a. Koefisien determinasi = Koefisien Regresi e = Variabel Pengganggu Tahap III : Pengujian
Hipotesis Pengujian terhadap hipotesis penelitian ini meliputi : Koefisien
determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan seluruh variabel bebas yang dimasukkan
dalam model dan dalam menjelaskan
variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu ( 0 < R² <
1).
Menurut Suharyadi
dan Purwanto (2004 : 515) menyatakan bahwa nilai R² lebih besar dari 0,5 menunjukkan variabel bebas
(X )
dapat menjelaskan variabel terikat Y dengan baik
atau kuat, sama dengan 0,5 dikatakan sedang dan kurang dari 0,5 relatif kurang baik.
b. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F) Uji
statistik F menunjukkan apakah seluruh variabel bebas yang ada dimasukkan dalam model secara simultan
(bersama-sama) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat.
Pengujian ini
digunakan hipotesis sebagai berikut : H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = Artinya adalah
seluruh variabel bebas (X1) secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat Y (profitabilitas).
H : b ≠ 0 2Artinya adalah seluruh variabel bebas (X) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat Y (profitabilitas).
Ketentuannya adalah
jika H0 diterima maka variabel tidak signifikan jika Hditolak maka variabel
signifikan. Kedua hipotesis ini diuji dengan menggunakan statistik F. Cara melakukan uji F
ini adalah dengan membandingkan nilai F
hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel.
Tingkat signifikan
(α) 5% ditentukan
dengan derajat kebebasan
df = (n-k) dan
(k-1).
Kriteria pengujian
hipotesis : Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak (H1 diterima) Jika Fhitung
≤ Ftabel maka H0 ditolak (Hc. Uji
Signifikan Individual ( Uji Statistik t ) ditolak) Uji statistik t menunjukkan
apakah setiap variabel bebas (X , X2, X3 dan X4) secara individual mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat Y
(profitabilitas).
Pengujian ini
digunakan hipotesis sebagai berikut : H0 : b1 = Artinya adalah setiap variabel
bebas (X) secara individual tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat Y (profitabilitas).
H1 : bKedua
hipotesis ini diuji dengan menggunakan statistik t. Cara melakukan uji t ini adalah dengan membandingkan nilai t
hasil perhitungan dengan nilai ≠ Artinya
adalah setiap variabel bebas (X ) secara
individual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat Y (profitabilitas).
2t menurut
tabel. Tingkat signifikan
(α) 5% ditentukan
dengan derajat kebebasan df = (n-k) dan (k-1).
Kriteria pengujian
hipotesis : Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak (H1 diterima) Jika thitung
≤ ttabel maka H0 ditolak (H1 ditolak) Statistik F maupun nilai statistik t
dapat dilihat hasil perhitungannya melalui bantuan aplikasi komputer program SPSS for
windows versi 12.0.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi