Selasa, 25 Maret 2014

Skripsi Manajemen: PENGARUH STORE ENVIRONMENT TERHADAP MINAT PEMBELIAN ULANG PADA KONSUMEN METRO SUPERMARKET



BAB I PENDAHULUAN
 A. Latar Belakang Masalah
 Sepuluh tahun yang lalu, konsumen masih betah berlama-lama di sebuah  toko. Berbelanja menjadi bentuk pilihan rekreasi bagi konsumen. Konsumen  meluangkan waktu untuk melihat etalase sambil mencari produk yang di-launch  dan dipajang di toko itu. Kini saat berbelanja di dalam toko konsumen berjalan  lebih cepat daripada beberapa tahun lalu. Berbelanja bukan lagi menjadi pilihan  rekreasi. Konsumen mulai mencari alternatif bentuk rekreasi yang lain.Direktur  Retailer Service The Nielsen Indonesia menyatakan adanya kecenderungan social  media menjadi bentuk rekreasi yang baru bagi konsumen Indonesia. Internet  menjadi pilihan otomatis rekreasi sehingga berbelanja membosankan dan menjadi  pekerjaan rutin.(Aruman,”Ketika Berbelanja Bukan Lagi Rekreasi” MIX, Juli  2010, h.30) Pelaku bisnis menyadari perubahan perilaku konsumen berbelanja. Namun banyak perusahaan ritel yang belum melakukan adaptasi terhadap perubahan.

Pentingnya trade marketing  tidak menjadi prinsipal akibat biaya  trading Sehingga perkembangan trade marketing di indu stri consumer goods  Indonesia  tidak signifikan. Perusahaan ritel hanya mengandalkan diskon yang bersifat short  term. Tidak ada yang menyentuh emosi apalagi membangun loyalty. Kepuasaan  panca indera dituntut, jadi dalam usaha ritel experience juga turut dijual.
Dalam menciptakan experience  ini, lingkungan toko  sebuah  outlet  memberikan pengaruh yang cukup besar. Seyogyanya desain sebuah outlet itu  menjadi sebuah cerita yang baik. Setiap toko mempunyai sekuen (babak) awal,   tengah, dan akhir.  Menurut Aruman berbagai studi perilaku konsumen  menunjukkan bahwa persentase tertinggi dari seluruh pembelian di  pasar  swalayan serta gerai ritel lainnyaadalah tak terencana  Dalam pengertian lainnya  keputusan pemilihan produk dan merek dibuat saat berada dalam toko Lingkungan toko seperti desain toko, layout,  musik, cahaya merupakan  rangsangan yang berpengaruh pada sebuah toko. Karena keputusan pembelian  konsumen dipengaruhi oleh rangsangan yang ada di sekitarnya pemilik toko  harus dapat menciptakan rangsangan yang dapat membuat konsumen tertarik dan  betah berada di dalam toko mulai memasuki toko, mengakses produk, melakukan  pembelian, hingga meninggalkan kesan bagi konsumen untuk melakukan  pembelian kembali ke toko tersebut Proses pembelian dimulai ketika konsumen mengenali kebutuhan yang belum  terpenuhi. Konsumen mulai mencari informasi tentang cara memenuhi kebutuhan  tersebut meliputi produk apa yang akan memberi konsumen manfaat dan  bagaimana cara memperolehnya. Konsumen kemudian mengevaluasi berbagai  alternatif produk melalui ritel, katalog, dan internet hingga memilih salah satu  diantaranya. Pada suatu kondisi, konsumen akan mempertimbangkan ritel dan  produk yang akan dibeli, mengevaluasi, melakukan keputusan pembelian, dan  proses yang terakhir membuat keputusan pasca pembelian.
Minat pembelian ulang merupakan perilaku yang muncul sebagai respon  terhadap objek. Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk  akan mempengaruhi perilaku  selanjutnya (Kotler,2000:209). Minat pembelian  ulang menunjukkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian ulang.
Konsumen yang merasa nyaman dan puas berbelanja pada suatu toko akan   menyatakan perilakunya pasca pembelian, yaitu dengan berminat kembali  berbelanja di toko tersebut Perusahaan ritel berformat supermarket lebih senang berfokus kepada  penurunan harga produk.  Tetapi tidak demikian dengan perusahaan ritel  berformat hypermarket yang menyadari bahwa lingkungan toko dapat  dimanfaatkan untuk membentuk arah maupun durasi perhatian konsumen bahkan  mengekspresikan berbagai aspek mengenai toko kepada konsumen. Dengan  keunggulan lingkungan toko, maka dengan cepat perusahaan asing dapat merebut  bagian pasar (market share ) nasional Kehadiran berbagai perusahaan ritel berformat besar pada satu sisi sangat  menggembirakan konsumen. Ekspansi peritel asing di Indonesia seperti:  Hypermart, Giant, Carrefour sangat signifikan. Perusahaan ritel ini menawarkan  berbagai hal positif antara lain kenyamanan saat berbelanja, keamanan,  kemudahan, variasi produk yang semakin beragam, dan tentu saja harga produk  yang semakin murah sehingga  dapat mempengaruhi keputusan pembelian  konsumen.
Perusahaan  ritel modern  lain yang mengalami perkembangan dengan  performa yang signifikan dalam kurun lima tahun terakhir adalah minimarket.
Pada tahun 2005-2008 gerai minimarket meningkat cukup tinggi yakni 16,4 %  pertahun. Ditinjau dari kedekatan lokasi dengan konsumen, supermarket kalah  bersaing dengan minimarket yang umumnya berlokasi di perumahan penduduk Supermarket merupakan format toko ritel yang memiliki posisi paling sulit  dalam persaingan pasar ritel modern saat ini. Daya tarik supermarket semakin  menurun seiring berkembangnya hipermarket  dan minimarket  . Penguasaan   pangsa omzet supermarket mengalami penurunan terus menerus. Tabel 1.1  berikut memperlihatkan kondisi pasar ritel modern di Indonesia.
Tabel 1.1 Kondisi Pasar Ritel Modern di Indonesia 2005- 2008  Keterangan  Rata-Rata  Omset Kenaikan Omset  (%) Pertumbuhan  Gerai Hipermarket  23,1 Triliun  41,7  39,8 % Supermarket  17,7 Triliun  26,2  10,9 % Minimarket  14,5 Triliun  32,1  16,4 % Sumber : Balai Uji, 2010 (www.balaiuji.detik.com/ 8 Oktober 2010)  Berdasarkan Tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa supermarket memiliki  pertumbuhan omzet dan pertumbuhan gerai paling rendah di tahun 2005-2008  dibanding hipermarket dan minimarket Keberadaan supermarket menjadi tanggung dan sulit di antara kepopuleran  toko skala besar berformat hipermarket dan meluasnya minimarket. Konsumen  tidak lagi memperhatikan selisih harga produk yang tidak terlalu banyak, tapi  lebih mementingkan efisiensi waktu. Menciptakan lingkungan toko yang baik  bagi konsumen berarti memuaskan konsumen.  Konsumen yang merasa puas  diharapkan akan melakukan pembelian ulang bahkan memberitahukannya kepada  yang lain Dinamika persaingan bisnis ritel pada saat ini mengharuskan setiap  perusahaan yang bergerak di bidang ini untuk senantiasa melakukan strategi yang  dapat merebut hati konsumen. Perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat  dalam menarik minat konsumen melakukan pembelian ulang. Store Environment  yang baik adalah lingku ngan toko yang menghadirkan kenyamanan bagi para  pengunjungnya serta mampu merangsang mereka untuk berbelanja di toko  tersebut. Pentingnya  store environment  terbukti dari suatu penelitian yang   menyatakan bahwa 70-80% persen dari keputusan membeli dilaksanakan di  dalam toko, (Simamora,2003:164) Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia menjadi tujuan ekspansi  pengusaha ritel dari luar daerah maupun peritel asing. Kehadiran peritel baik  berformat hipermarket seperti: Carrefour, Hypermart serta minimarket Indomaret  yang melakukan ekspansi sejak pertengahan tahun 2008 membuat posisi peritel  yang berformat supermarket seperti Macan Yaohan, Gelora, Yuki, dan Suzuya  menjadi sulit dalam meraih pasar akibat perubahan tren masyarakat berbelanja Salah satu jaringan supermarket yang berdiri di Medan adalah Metro Pasar  Swalayan atau yang lebih dikenal dengan Metro Supermarket. PT Metro Makmur  Nusantara yang bertempat kedudukan di Medan, Jl. Iskandar Muda No. 321  Lantai III Medan Plaza didirikan untuk jangka waktu 75 tahun lamanya  berdasarkan akte No. 13 tertanggal 9 September 1982 yang dibuat di hadapan  Lina Herawati SH selaku Notaris di Medan. Perusahaan ini bergerak di bidang  supermarket.
Sejak berdirinya sampai sekarang PT Metro Makmur Nusantara atau Metro  Supermarket telah berkembang dan membuka cabang di daerah lain di Sumatera  antara lain Lhoksomawe (Aceh) dan Pematangsiantar. Metro Supermarket adalah  salah satu perusahaan ritel yang bergerak melayani kebutuhan konsumsi  keseharian (fast moving consumers goods) seperti: perlengkapan rumah tangga,  perlengkapan sekolah dan kantor, kebutuhan bayi dan anak, makanan, minuman,  pakaian, produk kecantikan, dan sebagainya Sebagai perusahaan ritel, tentunya Metro Supermarket memiliki preferensi  tersendiri di dalam persaingan di antara pebisnis ritel yang ada. Letak Metro   Supermarket yang strategis yaitu di salah satu plaza yang telah lama dikenal  masyarakat yaitu Medan Plaza, serta dapat diakses dengan kendaraan pribadi dan  kendaraan umum memungkinkan masyarakat mudah untuk menjangkaunya.
Metro Supermarket juga berupaya menerapkan lingkungan toko yang baik guna  menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian ulang. Lingkungan dalam  toko Metro Supermarket cukup bersih dengan tata cahaya yang diupayakan  menarik perhatian pengunjung, pengaturan barang dibuat berkelompok (free  flow). Konsumen yang melakukan pembelanjaan di Metro didominasi wanita  baik ibu rumah tangga maupun mahasiswi Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut  tentang usaha eceran terutama dari aspek lingkungan toko dan menuangkannya  dalam bentuk skripsi dengan judul : “Pengaruh Store EnvironmentTerhadap  Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza” B.  Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka perumusan  masalah adalah sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh store environment  terhadap minat pembelian ulang konsumen Metro Supermarket Medan Plaza,  Medan” C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan dari beberapa  variabel yang diteliti yang disusun dari beberapa teori yang dideskripsikan.
Kerangka konseptual merupakan dasar pembuatan hipotesis (Sugiyono,2005:49).
 Menurut model perilaku pembeli (Kotler,2003:202), proses pengambilan  keputusan konsumen dipengaruhi oleh rangsangan pemasaran dan lingkungan  yang masuk ke kesadaran pembeli. Perusahaan ritel berupaya mempengaruhi  konsumen dengan rangsangan dalam  toko agar konsumen datang dan mau  membeli kembali di toko tersebut dalam upaya mempertahankan pelanggan Lingkungan toko (Store environment)  mampu mempengaruhi  perilaku  membeli konsumen. Citra toko (Store image) terdiri atas kesan terhadap eksterior  dan interior toko. Atmosfer toko (Store atmospherics) dapat dilihat dari atribut  yang dapat menarik ke lima indera manusia, yaitu penglihatan (sight appeal),  pendengaran (sound appeal), penciuman (scent appeal), peraba dan perasa (touch  appeal). Pertunjukkan  toko (Store theatrics) dapat dibagi menjadi dua bagian,  yaitu tema dekorasi toko (decor themes) dan peristiwa yang special (store event)  (Lewinson dalam Umar, 2003:60) Dua variabel mental yang biasanya menjadi perhatian manajemen ritel ialah  citra toko dan atmosfer toko. Keduanya berkaitan terhadap kognisi dan sikap  konsumen (uyungs.wordpress.com). Menurut Sunarto (2007:92) pemilihan musik  sebagai elemen atmosfer toko harus disesuaikan dengan event tertentu yang  sedang berlangsung di toko tersebut. Selanjutnya Sunarto menyatakan bahwa  pertunjukkan toko yang diselenggarakan oleh ritel akan menggugah keinginan  konsumen untuk datang berbelanja dan melakukan pembelian ulang.
Dari uraian di atas, pengaruh lingkungan toko dengan minat pembelian ulang  dapat digambarkan secara singkat yaitu lingkungan toko mampu mempengaruhi  perilaku membeli konsumen. Bila teknik menata lingkungan toko menarik bagi  konsumen maka konsumen akan merasa puas menghabiskan waktu dan berbelanja   dalam toko. Kepuasan pelanggan dapat mendorong minat pelanggan melakukan  pembelian ulang pada suatu toko Berdasarkan teori pendukung dan perumusan masalah yang dikemukakan,  berikut disajikan kerangka konseptual yang berfungsi sebagai penuntun, sekaligus  mencerminkan alur berpikir yang merupakan dasar dari perumusan hipotesis.
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Citra Toko(Store Image) (X1) Desain Arsitektur Penampilan Tampak Depan Logo Toko Pintu Masuk Etalase Warna Ruang Toko Tata Letak Ruang Toko Ukuran Ruang Toko Kemudahan Akses Penempatan Barang Tata Cahaya Atmosfer Toko(Store  Atmospherics) (X2) Pemandangan Toko Musik Toko Aroma Toko Daya Tarik Sentuhan Sumber :  Lewinson dalam Umar(2003:60), (diolah) D. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis  penelitian ini adalah : Minat  Pembelian  Ulang Pemandangan Toko(Store  Threatrics) (X3)  Tema Dekorasi Toko Store Event   Terdapat pengaruh store environment  terhadap minat pembelian ulang  konsumen  Metro Supermarket Medan Plaza E.  Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah  untuk mengungkapkan dan menganalisis  seberapa besar pengaruh store environment terhadap minat pembelian ulang  konsumen yang terjadi pada Metro Supermarket Medan Plaza 2.  Manfaat Penelitian a.  Bagi Perusahaan Memberikan informasi tambahan dan menjadi bahan pertimbangan  perusahaan dan pihak yang berkepentingan dalam perusahaan untuk  menetapkan kebijakan baru perusahaan tentang konsep lingkungan toko.
b.   Bagi Peneliti Menambah pemahaman tentang konsep lingkungan toko serta kaitannya dengan minat pembelian ulang konsumen c.   Bagi Peneliti Lanjutan Memberikan sumbangan pemikiran atau referensi bagi pihak yang  berminat melakukan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang F. Metode Penelitian  1. Batasan Operasional Variabel Pembatasan penelitian yang sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan  peneliti serta keterbatasan informasi yang diperoleh pada objek penelitian   diperlukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan  menganalisa permasalahan Penelitian yang dilakukan peneliti terbatas pada faktor-faktor sebagai  berikut:  a.  Variabel Independent (X) terdiri atas citra toko (X1), atmosfer toko (X2),  dan pertunjukkan toko (X3 b.  Variabel Dependent (Y) adalah minat pembelian ulang  )  Penelitian yang dilakukan peneliti  juga terbatas pada  Metro Supermarket  Medan Plaza 2. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional yang terdapat dalam tulisan ini adalah: a. Variabel Independent  1. Variabel X1 Citra toko adalah gambaran apa yang dilihat dan dirasakan oleh konsumen  terhadap toko tertentu. Citra konsumen terhadap sebuah toko terdiri atas kesan  interior dan eksteriornya.
(Citra toko) 2.VariabelX2 Atmosfer toko adalah keseluruhan efek emosional yang diciptakan oleh  atribut fisik toko. Atmosfer toko yang menyenangkan hendaknya dapat dilihat  dari atribut yang dapat menarik ke lima indera manusia, yaitu penglihatan,  pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa. Untuk  menciptakan atmosfer  toko yang merangsang pembelian, sebuah  retailer  harus mampu  membangkitkan niat atau keinginan untuk berbelanja dalam benak konsumen (Atmosfer toko)  3.Variabel X3 Pertunjukkan toko merupakan ekspresi toko baik melalui dekorasi maupun  peristiwa spesial untuk menarik pembeli potensial (Pertunjukkan toko) b.Variabel Dependen (Y)  Minat pembelian ulang didefenisikan sebagai pernyataan tentang  keinginan konsumen untuk melakukan pembelian kembali di Metro  Supermarket, Medan Plaza Tabel 1.2 OperasionalVariabel  Variabel  Definisi Variabel  Indikator Variabel Skala Ukur Citra Toko (X1 Gambaran apa yang  dilihat dan dirasakan  oleh konsumen  terhadap toko  Metro  Supermarket. Citra  konsumen terhadap  sebuah toko terdiri  atas kesan interior dan  eksteriornya )  1. Penampilan  Tampak Depan 2.Logo Toko 3.Pintu Masuk 4.Etalase 5.Warna Ruang  Toko 6.Tata Letak Ruang  Toko 7.Ukuran Ruang  Toko 8.Kemudahan  Akses 9.Penempatan  Barang 10.Tata Cahaya Skala Likert Atmosfer Toko (X2 Keseluruhan efek  emosional yang  diciptkan oleh atribut  fisik took  Meto  Supermarket  dimana  hendaknya mampu  memuaskan kedua  belah pihak yang  terkait baik retailer  maupun  konsumennya )  1.Pemandangan  Toko 2.Musik Toko 3.Aroma Toko 4.Daya Tarik  Sentuhan Skala Likert  Lanjutan  Tabel 1.2           Operasional Variabel Variabel  Definisi Variabel  Indikator  Variabel Skala Ukur Pertunjukkan  Toko(X3)  Ekspresi  toko  Metro Supermarket  baik melalui  dekorasi maupun  peristiwa spesial  untuk menarik  pembeli potensial 1.Tema Dekorasi  Toko 2.Acara Toko Skala Likert Minat Pembelian  Ulang (Y) Pernyataan tentang  keinginan  konsumen  untuk  melakukan  pembelian kembali di Metro  Supermarket  Medan Plaza 1.Memilih Metro  Supermarket  sebagai tempat  berbelanja di waktu  yang akan datang 2.Keinginan  berbelanja secara  rutin di Metro  Supermarket Skala Likert Sumber : Lewinson dalam Umar(2003:60), (diolah)  3. Skala Pengukuran Variabel Skala pengukuran variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah skala  likert, “ Skala Likert sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi  seseorang atau sekempok orang tentang kejadian atau gejala sosial (Sugiyono,  2005:86) .Untuk keperluan analisis maka pengukuran dengan skala Likert ini  dilakukan dengan pembagian: a. Nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) b. Nilai 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS) c. Nilai 3 untuk jawaban Kurang Setuju (KS) d. Nilai 4 untuk jawaban Setuju (S) e. Nilai 5 untuk jawaban Sangat Setuju (SS)  4. Tempat dan waktu penelitian Peneliti melakukan penelitian pada  Metro Supermarket Medan Plaza Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2010 sampai dengan Januari 2010.
5. Populasi dan Sampel a.  Populasi  Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang  mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk  dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:73).  Populasi  dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang pernah melakukan pembelian  atau konsumen yang pernah melakukan pembelian di Supermarket Metro  Supermarket Medan Plaza yang jumlahnya tidak diketahui karena tidak ada data  stastistik pendukung b. Sampel Menurut Supramono dan Haryanto (2003:63) alternatif formula yang dapat  digunakan untuk menentukan sampel pada populasi yang sulit diketahui adalah  sebagai berikut: n = (Z 2 d α)  (p)(q) 2 dimana : n   =  jumlah sampel minimal Zα = Z tabel dengan tingkat signifikansi tertentu p   = Estimator proporsi populasi  q =(1-P) d = kesalahan yang dapat ditoleransi  Untuk memperoleh n (jumlah sampel) yang besar dan nilai p belum diketahui,  maka dapat digunakan p = 0,5. Dengan demikian, jumlah sampel yang mewakili  populasi dalam penelitian ini adalah:  n = (Z 2 d α)  (p)(q) 2 n = (1,65 2 0,1 ) (0,5)(0,5) 2 n= 96,04 = 96 orang (pembulatan) Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan karakter dan ciri yang ditentukan  terlebih dahulu untuk membatasi sampel.Adapun karakter yang ditentukan adalah  pengunjung yang pernah dan sedang melakukan pembelian minimal telah 2 kali  berbelanja dan telah berusia 16-45 tahun.
6. Jenis Data Data yang digunakan sebagai informasi untuk melakukan analisis dan evaluasi  adalah:   a.  Data Primer Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden terpilih  pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan cara memberikan  daftar pertanyaan (questionnaire).
b.  Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil publikasi media massa  dan berbagai tulisan yang diperoleh berkenaan dengan Metro Supermarket  Medan Plaza baik melalui buku, majalah, surat kabar, literatur, website  ataupun internet untuk mendukung penelitian ini  7. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tiga cara, yaitu: a.  Pengamatan  Pengamatan dilakukan secara langsung pada obyek yang diteliti yaitu pada  bangunan fisik dan lingkungan toko Metro Supermarket b.  Kuesioner  Teknik ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar  pertanyaan yang diisi oleh konsumen Metro Supermarket MedanPlaza c.  Studi Dokumentasi Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara meninjau, membaca,  dan mempelajari berbagai macam buku maupun artikel yang berhubungan  dengan masalah yang diteliti 8. Uji Validitas dan Reliabilitas Dalam penelitian ini, data diuji melalui beberapa tahapan, yaitu : a.Uji Validitas, dilakukan sebelum instrumen digunakan dalam penelitian Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid (Sugiyono, 2005:109). Pengujian validitas menggunakan  pendekatan koefisien korelasi yaitu dengan cara mengkorelasikan antara skor  butir pertanyaan dengan skor totalnya. Valid bermakna data yang diperoleh  melalui kuesioner dapat menjawab tujuan penelitian.
Pengujian validitas dilakukan terhadap 30 konsumen Metro Supermarket  Medan Plaza, di luar sampel, dengan menggunakan Statistic Product and Service  Solution (SPSS) 16.00 for windows dengan kriteria sebagai berikut:  i.Jika rhitung  > rtabel ii.Jika r , maka pernyataan tersebut dinyatakan valid hitung < rtabel b.Uji Reliabilitas, dilakukan untuk melihat kereliabelan instrumen Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali  untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Pengujian  dilakukan dengan program Statistic Product and Service Solution (SPSS) 16.00  dengan kriteria sebagai berikut: , maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid i.  Jika ralpha  positif atau > rtabel ii. Jika r maka pernyataan reliabel alpha negatif atau < rtabel 9. Uji Asumsi Klasik  , maka pernyataan tidak reliabel Dalam penggunaan model analisis regresi linier berganda, agar dihasilkan  Fast Linier Unbiased Estimator (BLUE) harus dilakukan evaluasi ekonometri.
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan model regresi  berganda sebagai alat analisis telah memenuhi asumsi klasik. Asumsi klasik yang  digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas a) Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah  data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan  menggunakan pendekatan Kolmogrov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat  signifikan 5% maka jika nilai Asymp.sig. (2-tailed) diatas nilai signifikan 5%  artinya variabel residual berdistribusi normal  10. Analisis Data Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah : a. Metode analisis deskriptif Metode analisis deskriptif merupakan metode penganalisisan yang  dilakukan dengan cara menentukan data, mengelompokkan data dan  menginterpretasikan data sehingga dapat memberikan gambaran masalah yang  dihadapi. Data diperoleh dari data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh  sejumlah responden penelitian b. Metode analisis statistik  1)  Analisis Regresi Berganda Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengadakan prediksi  nilai dari variabel terikat yaitu minat pembelian ulang konsumen Metro  Supermarket Medan Plaza (Y) dengan ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel  bebas, yaitu citra toko (store image)  (X1), suasana toko (store atmosphere )  (X2), dan pertunjukkan toko (store theatrics) (X3 Adapun model persamaan yang digunakan (Sugiyono, 2005:211), adalah: ) sehingga dapat diketahui  pengaruh positif atau negatif dari faktor-faktor citra toko, suasana toko, dan  pertunjukkan toko terhadap minat pembelian ulang konsumen pada Metro  Supermarket,  Medan Plaza. Analisis regresi Linear berganda dalam penelitian  ini menggunakan bantuan aplikasi software SPSS (Statistic Product And Service  Solution) 16.00 For Windows Y = a+ b1X1 + b2X2 + b3X3+e   Y   = Pembelian ulang a  = Nilai Intersep 1 b  = Koefisien  1 x 1 x  = Citra toko 2 b  = Koefisien  2 x   2 x   = Atmosfer toko b3  = Koefisien  x x 3 3  e   = Standar error = Pertunjukkan toko 2)  Pengujian Koefisien Determinasi (R 2 Pengujian ini digunakan untuk melihat besar pengaruh besar pengaruh  variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari persamaan dengan model tersebut  akan dapat dihitung R )  2  Selanjutnya, dengan membandingkan besarnya nilai R atau coefficient of determination yang menunjukkan  persentase dari variasi variabel keputusan pembelian yang mampu dijelaskan oleh  model.
2 Jika determinan (R untuk masingmasing variabel lingkungan dalam toko, dapat diketahui faktor terpenting atau  dominan yang menentukan pengaruhnya terhadap minat pembelian ulang 2 ) semakin besar atau mendekati satu maka variabel  bebas citra toko(store image) (X1), suasana toko(store atmosphere ) (X2), dan  pertunjukkan toko (store theatrics) (X3) terhadap variabel terikat minat pembelian  ulang (Y) semakin kuat. Jika determinan (R 2 ) semakin kecil atau mendekati satu  maka variabel citra toko (store image)  (X1), suasana toko (store atmosphere )   (X2), dan pertunjukkan toko (store theatrics) (X3 3) Pengujian Hipotesis ) terhadap variabel terikat minat  pembelian ulang (Y) semakin kecil.
 a.Uji-F (uji secara serentak) Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang  dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap  variabel terikat H0 : b1 = b2 = b3 = 0, artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang  signifikan dari variabel bebas (X1, X2,X3 H ) yaitu berupa citra toko(store image) ,  suasana toko (store atmosphere ), dan pertunjukkan toko  (store theatrics), terhadap minat pembelian ulang konsumen(Y) a : b1 ≠  b2  ≠ b3 ≠ 0, artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (X1, X2,X3 Kriteria Pengambilan Keputusan : ) yaitu berupa citra toko (store image)  suasana toko (store atmosphere  ), dan pertunjukkan toko  (store theatrics) terhadap minat pembelian ulang konsumen(Y) H0 diterima jika Fhitung < Ftabel  H pada α = 5 % a diterima jika Fhitung > Ftabel   b.Uji-t (uji secara parsial) pada α = 5 %, atau nilai signifikansi < 0,05 Uji – t menunjukkan seberapa besar  pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat H0 : bi  = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas citra toko(store image) (X1), suasana toko(store   atmosphere ) (X2), dan pertunjukkan toko (store theatrics) (X3 H ) terhadap minat  pembelian ulang konsumen(Y) a : bi ≠ 0, artinya  secara parsial terdapat pengaruh  yang positif dan signifikan  dari variabel bebas  yaitu  citra toko (store image)  (X1),  suasana toko (store  atmosphere ) (X2), dan pertunjukkan toko (store theatrics) (X3 Kriteria Pengambilan Keputusan : ) terhadap minat  pembelian ulang konsumen(Y) H0 diterima jika t hitung < t tabel  H pada α = 5 % a diterima jika t hitung > t tabel  pada α = 5 %, atau nilai signifikansi < 0,05   

Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi