BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi saat ini memberikan pengaruh
dan dorongan yang besar untuk perusahaan agar tetap bertahan dan berkembang di dalam
masyarakat. Kekuatan pertama dalam perusahaan adalah kekuatan sumber daya manusia.
Cara pegawai (manajer, teknisi, dan staf
spesialis) bekerja, berpikir, dan berperilaku menentukan arah dan keberhasilan suatu perusahaan. SDM di dalam
perusahaan merupakan suatu yang sangat
penting untuk menjalankan roda perusahaan untuk mencapai tujuannya (Ivancevich,
2009). Sumber Daya Manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan saat ini. Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki prestasi kerja dan produktivitas yang baik akan mendukung
perusahaan mencapai tujuannya. Oleh karena
itu perusahaan harus memberikan timbal balik kepada pegawai dalam bekerja yaitu dengan memperhatikan faktor
kepuasan kerja para pegawai.
Kepuasan kerja
merupakan sikap emosional pegawai yang menyenangkan dan mencintai pekerjaan (Hasibuan, 2006 :
202). Menurut Howell dan Robert dalam
Wijono (2010 : 100) kepuasan kerja merupakan hasil dari keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya pegawai
terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya.
Kepuasan kerja mencerminkan sikap pegawai terhadap pekerjaannya. Jika pegawai bersikap positif
terhadap pekerjaan yang dikerjakannya,
maka ia akan memperoleh perasaan puas terhadap apa yang dikerjakannya. Sebaliknya, jika pegawai
bersikap negatif (tidak suka), maka ia akan
merasa tidak puas terhadap apa yang akan dikerjakannya. Kepuasan kerja pegawai berhubungan langsung dengan
produktivitas pegawai, tingkat kehadiran di tempat kerja, dan tingkat keluar masuk
pegawai (turn over). Apabila produktivitas
kerja tinggi, tidak terdapat absensi, dan turn over pegawai rendah maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja
dalam kelompok dan organisasi terpenuhi
(Tampubolon 2008 : 38) Dalam sebuah organisasi pada masa sekarang ini, mungkin
saja timbul berbagai macam
pertentangan-pertentangan dan perselisihan baik diantara para pegawai maupun antara pegawai dengan pemimpin,
hal ini mungkin terjadi karena adanya
tuntutan-tuntutan yang berbeda-beda pada setiap jenis pekerjaan yang ditangani sumber daya manusia yang
bermacam-macam sifat dan perilaku sehingga
memungkinkan terjadinya stres pada pegawai.
Stres merupakan
respon adaptif, dimoderasi oleh perbedaan individu yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan,
situasi, atau peristiwa yang memberikan
tuntutan khusus pada pekerjaan (Ivancevich 2009 : 295). Ivancevich membagi tiga faktor yang menentukan suatu
pekerjaan yang menghasilkan stres yaitu
kepentingan, ketidakpastian, dan durasi. Kepentingan dikaitkan dengan seberapa signifikan peristiwa tersebut bagi
individu, ketidakpastian merujuk pada kurangnya
kejelasan tentang apa yang terjadi sedangkan durasi berhubungan dengan seberapa lama sebuah tuntutan khusus
itu ditempatkan kepada pegawai.
Menurut Hasibuan
(2006 : 203) stres pegawai timbul akibat kepuasan kerja tidak terwujud dari pekerjaannya. Hasibuan (2006 :
204) mejelaskan ada enam faktor penyebab
stres pegawai yaitu : 1. Beban kerja yang sulit dan berlebihan.
2. Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil
dan wajar.
3. Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai
4. Konflik antara pribadi dengan
pimpinan atau kelompok kerja.
5. Balas jasa yang terlalu rendah.
6. Masalah-masalah keluarga.
Rumah sakit sebagai
salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk
masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan
pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medis, rehabilitasi medis, dan pelayanan
perawatan. Pada masa sekarang ini rumah
sakit sedang berada dalam suasana global dan kompetitif, termasuk bersaing dengan pelayanan kesehatan alternatif
lainnya seperti dukun dan tabib.
Pada keadaan
demikian pelayanan rumah sakit sebaiknya dikelola dengan dasar konsep manajemen yang baik. Tanpa konsep
manajemen yang baik perkembangan rumah
sakit akan berjalan lambat.
Pada perusahaan
jasa seperti rumah sakit peran sumber daya manusia sangat diperlukan karena ia berhubungan
langsung dengan kepuasan yang akan dirasakan
pelanggan/ pasien rumah sakit tersebut. Oleh karena itu kepuasan kerja dari pegawai
sangat menentukan kepuasan pelanggan karena pegawai yang mengalami
kepuasan dalam pekerjaannya akan menunjukkan perilaku dan aktivitas yang citizenship seperti menolong
sesama pekerja, menolong pelanggan dan
lebih kooperatif. Sikap positif bagi pegawai sangat penting, karena akan berpengaruh terhadap keberhasilan strategi
perusahaan. Menurut Robbins (2003) sikap
pegawai yang positif dapat ditunjukkan karena pegawai memiliki tingkat kepuasan kerja, sedangkan pegawai yang tidak
puas dengan pekerjaannya akan menunjukkan
sikap yang negatif terhadap pekerjaan bahkan menurut Mayo (2007) dapat menimbulkan stres terhadap mereka
Manajemen pada rumah sakit merupakan sebuah usaha yang padat karya, padat modal dan padat teknologi. Karena itu
sumber daya manusia pada rumah sakit
dipacu untuk bekerja dengan maksimal, disamping memberikan pelayanan yang bernilai sosial dan etika, juga harus
memperhitungkan dari segi ekonomi, sehingga
pegawai-pegawai pada rumah sakit rentan terhadap stres.
Tenaga kesehatan
khususnya perawat beban kerjanya dapat
dilihat berdasar aspek-aspek tugas yang
dijalankan menurut fungsi utamanya. Beberapa aspek yang berhubungan dengan beban kerja
tersebut adalah jumlah pasien yang harus
dirawatnya, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang di peroleh, shift yang di gunakan untuk mengerjakan
tugasnya yang sesuai dengan jam kerja yang
berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik..
Selain itu, pegawai-pegawai medis pada
rumah sakit merupakan sumber daya manusia dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda seperti dokter, perawat,
apoteker, farmasis, dll., hal ini memungkinkan
terjadinya pertentangan-pertentangan diantara para pegawai sehingga berpengaruh terhadap stres kerja
mereka yang berujung pada penurunan kepuasan
kerja mereka.
Demikian halnya pada Rumah Sakit Umum Daerah
dr. R. M. Djoelham Kota Binjai. RSUD dr.
R. M. Djoelham kota Binjai merupakan sebuah rumah sakit milik pemerintah yang dikelola oleh
Pemerintah Kota Binjai. RSUD dr. R.
M. Djoelham Binjai
sebagai Rumah Sakit Umum Daerah kelas B, memberikan pelayanan kesehatan didasarkan pada
ketersediaan fasilitas dan sarana rumah sakit.
Didasari bahwa keterbatasan fasilitas pada saat ini, maka RSUD dr. R. M.
Djoelham tengah
berupaya meningkatkan pelayanan kesehatan melalui rencana pengembangan rumah sakit. Jangkauan pelayanan
RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai meliputi
pelayanan kesehatan pada masyarakat Binjai sendiri (61,42%), masyarakat Kabupaten Langkat khusunya Langkat
Hulu (26,54%), masyarakat Kabupaten Deli Serdang (7,46%), dan sebagian
masyarakat Medan (4,58%).
Rumah Sakit Umum
dr. R.M. Djoelham Binjai memiliki pegawai-pegawai yang tergolong kedalam tenaga medis dokter, tenaga
paramedis perawatan, tenaga paramedis
non perawatan, dan tenaga non medis. Pegawai-pegawai medis pada rumah sakit ini merupakan tenaga medis yang
berkualitas dan berdedikasi tinggi.
Namun dengan
banyaknya pasien yang masuk dan rawat inap dengan berbagai jenis penyakit yang memerlukan tindakan medis
yang cepat dan tepat menambah beban
kerja pegawai yang pada akhirnya menurunkan gairah kerja mereka.
Pegawai-pegawai
medis pada rumah sakit ini juga merasakan adanya stres kerja pada mereka. Menurut mereka fluktuasi
dari beban kerja yang mereka terima
menjadi pemicu stres kerja bagi mereka. Untuk jangka tertentu bebannya sangat ringan dan saat-saat lain bebannya bisa
berlebihan. Yang mempengaruhi beban
kerja tenaga medis pada Rumah Sakit dr. R. M. Djoelham Binjai ini adalah kondisi pasien yang selalu berubah dan jumlah
rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan
untuk melayani pasien secara langsung. Beban kerja yang berlebihan ini tentu akan mempengaruhi produktivitas
tenaga medis itu sendiri dan akan mempengaruhi
produktivitas rumah sakit.
Selain
itu,berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada Rumah Sakit dr.
R. M. Djoelham
Binjai terdapat faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan stres pada pegawai medis. Faktor-faktor itu antara
lain : hubungan yang kurang baik dengan
penyelia, dokter, rekan perawat, pasien dan keluarga pasien, adanya pekerjaan rutin yang diulang-ulang,
perpindahan perawat dari tempat lain, bahaya fisik dalam pekerjaan seperti ancaman
kesalahan penggunaan jarum suntik dan paparan
sinar radiasi, pasien yang tidak sadarkan diri, bunyi yang terus menerus dari alat monitor maupun dari pasien yang
menjerit atau merintih, dan terlalu sering
melihat/mencium bau kotoran dari pasien ataupun darah yang berceceran pada ruang pasien.
Berdasarkan uraian
di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Stres Kerja
Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Medis
Pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. M. Djoelham Kota Binjai.” 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar
belakang di atas maka perumusan masalah yang dijadikan objek penelitian adalah sebagai
berikut : “Apakah stres
kerja berpengaruh terhadap
kepuasan kerja pegawai medis pada RSUD dr. R. M.
Djoelham Kota
Binjai?” 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di
atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah : a. Mengetahui
dan menganalisis pengaruh stres kerja
terhadap kepuasan kerja pegawai pada
RSUD dr. R. M. Djoelham Kota Binjai.
b. Mengetahui indikator variabel yang paling
dominan diantara konflik kerja, beban
kerja, dan waktu kerja yang mempengaruhi peningkatan kepuasan kerja pada RSUD dr. R. M.
Djoelham Kota Binjai 1.4 Manfaat
Penelitian a. Bagi RSUD dr. R. M.
Djoelham Kota Binjai Memberikan masukan
dan tambahan informasi bagi RSUD dr. R.
M. Djoelham untuk
mengetahui seberapa jauh pengaruh stres
kerja terhadap kepuasan kerja
pegawainya.
b. Bagi Peneliti Lanjutan Diharapkan hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian selanjutnya di bidang
yang sama.
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi