Kamis, 24 April 2014

Skripsi Farmasi: Gambaran Karakteristik Infeksi Menular Seksual (IMS) Di RSUD

 BAB 1 .
PENDAHULUAN .
1.1.  Latar Belakang .
Pada  zaman  dahulu  penyakit  kelamin  dikenali  sebagai  Venereal  Disease (VD) yang berasal dari mitologi Romawi yaitu Venus (dewi cinta). Yang termasuk  dalam  Venereal  Disease ini,  yaitu  sifilis,  gonore,  ulkus  mole,  limfogranuloma  venereum, granuloma inguinale. Ternyata pada akhir-akhir ini ditemukan berbagai  penyakit  lain  yang  juga  dapat  timbul  akibat  hubungan  seksual.  Oleh  karena  itu  istilah  VD  makin  lama  makin  ditinggalkan  dan  diperkenalkan  istilah  Penyakit  Menular  Seksual  (PMS).  Sehubungan  P.M.S  ini sebagian  besar  disebabkan  oleh  infeksi, maka kemudian istilah PMS telah diganti menjadi IMS (Infeksi Menular  Seksual) (Daili,2013).

Infeksi  Menular  Seksual  (IMS)  adalah  penyakit  yang  ditularkan  melalui  hubungan seksual.  Terdapat lebih  daripada 30 jenis  mikroba  (bakteri,  virus,  dan  parasit)  yang  dapat  ditularkan  melalui  hubungan  seksual.  Kondisi  yang  paling  sering ditemukan adalah infeksi gonore, klamidia, sifilis, trikomoniasis, chancroid,  kutil  kelamin,  dan  human  immunodeficiency  virus (HIV).  Beberapa  IMS  khususnya  HIV  dan  sifilis,  dapat  juga  ditularkan  dari  ibu  ke  anaknya  selama  kehamilan dan melahirkan, dan melalui darah serta jaringan tubuh (WHO 2009).
Menurut  WHO  (2009),  pada  tahun  1999  diperkirakan  prevalensi  IMS  sebanyak 340 juta kasus seperti C. trachomatis, N. gonorhoeae, T. pallidum dan T.
Vaginalis. Wilayah Asia Selatan dan Tenggara mempunyai kasusIMS terbanyak  yaitu  151  juta  kasus  dan  wilayah  Australia  1juta  kasus  .Pada  tahun  200 diperkirakan prevalensi IMS sebanyak 321,1 juta kasus seperti C. trachomatis, N.
gonorhoeae,  T.  pallidum  dan  T.  vaginalis.  Wilayah  Pasifik  Barat  merupakan  wilayah yang mempunyai kasus IMS terbanyak yaitu 77,4 juta kasus dan wilayah  yang paling sedikit kasus IMS adalah wilayah Mediterania Timur yaitu 17,1 kasus  IMS. Disamping itu, negara Indonesia termasuk dalamwilayah Asia Tenggara dan  jumlah  kasus  IMS  pada  wilayah  tersebut  adalah  sebanyak  54,4  juta  kasus.
 Ternyata  prevalensi  IMS  tahun  1999  dan  tahun  2005  terjadi  peningkatan,  prevalensi pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.
Secara global pada tahun 2008, diperkirakan bahwa ada 498.9 juta kasus  baru  IMS  seperti  C.  trachomatis,  N.  gonorhoeae,  T.  pallidum  dan  T.  vaginalis pada  orang  dewasa  berusia  15-49  tahun.  Wilayah  Pasifik  Barat  masih  lagi  mempunyai  angka  prevalensi  yang  tinggi  yaitu  128,2  kasus  dan  wilayah  Mediterania Timur masih terendah yaitu 26,4 juta kasus(WHO 2008). Sementara  Di Indonesia sendiri, telah banyak laporan mengenai prevalensi infeksi menular  seksual  ini.  Beberapa  laporan  yang  ada  dari  beberapa  lokasi  antara  tahun  199 sampai  2001  menunjukkan  prevalensi  infeksi  gonore  dan  klamidia  yang  tinggi,  antara  20%-35%(Jazan,  2003).  Disamping  itu,  di  RS  Dr.  Pirngadi  Medan  pada  tahun 1989 dilaporkan kasus gonore sebanyak 16% dari sebanyak 326 penderita  IMS  dan  didapati  prevalensi  Uretritis  Non  Gonore  (UNG)  di  RS  Dr.  Pirngadi  Medan sebesar 54% pada tahun 1990-1991 (Hakim, 2011).
Hampir seperempat dari semua infeksi menular seksual (IMS) terjadi pada  remaja aktif secara seksual. Berbagai faktor yang berkontribusi terhadap tingginya  angka  penderita  IMS  yaitu  pertama,  faktor  biologis  yaitu  jenis  kelamin,  usia,  hidup dikalangan penderita IMS. Kedua, faktor kognitif yaitu tingkat pengetahuan  mengenai  IMS  dan  dampaknya  pada  mereka.  Ketiga,  faktor  psikologikal  yaitu  karena  tertarik  melihat  fisik  seseorang,  untuk  mengeratkan  hubungan  sesama  pasangan,  untuk  kepuasan  seksual  seseorang,  dan  mengurangi  rasa  stres  seseorang.  Keempat,  faktor  perilaku  yaitu  bergantian  pasangan  seksual,  anoseksual,  narkoba  dan  alkohol.  Kelima,  faktor  sosial  yaitu  sosial  ekonomi,  pergaulan  bebas  di  kalangan  dewasa  muda  dan  sebagainya  (Sanders,  2007).
Tingkat  penularan  IMS  yang  spesifik  seperti  bakteri klamidia  dan  gonore  lebih  rentan pada remaja. Pada tahun 2003, tingkat penularan infeksi menular seksual  klamidia tertinggi pada remaja perempuan berusia 15-19 tahun (Sanders, 2007).
Pada tahun 2011, Hasil penelitian STBP (Surveilans Terpadu Biologis dan  Perilaku)  di  Indonesia  menunjukkan  karateristik  penderita  IMS  menurut  kelompok  usia  paling  banyak  adalah  kelompok  usia  20-29  tahun.  Selain  itu,  didapati jumlah laki-laki lebih banyak daripada jumlah perempuan dan majoritas   memiliki  tingkat  pendidikan  terakhir  adalah  tingkat SMA  serta  lebih  ramai  penderita IMS yang belum nikah.
Menurut  hasil  penelitian  Silitonga  (2010),  gambaran IMS  di  RSUP.H.Adam  Malik  Medan  tahun  2009  menunjukkan  bahwa  jenis  Infeksi  Menular Seksual (IMS) yang paling banyak adalah kondiloma akuminata dengan  jumlah 20 orang (29,9%). Jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) terbanyak kedua  adalah gonore dengan jumlah responden sebanyak 19 orang (28,4%), yang diikuti  oleh IMS jenis lainnya seperti  moluscum contangiosum, kandidiasis genitalis dan  lainnya  sebanyak  18  orang  (26,9%),  sifilis  sebanyak 5  orang  (7,5  %),  IGNS  sebanyak 3 orang (4,5 %) dan herpes simpleks sebanyak 2 orang (3 %). Selain itu,  kelompok usia yang paling sering menderita IMS adalah pada kelompok usia 30 –  34 tahun dengan jumlah 15 orang (22,4%) dan didapati jumlah perempuan lebih  banyak menderita IMS daripada laki-laki yaitu terdapat 33 orang (49,3%) laki-laki  dan 34 orang (50,7%) perempuan. Disamping itu, tingkat pendidikan terakhir pada  penderita  IMS  yang  paling  banyak  didapati  adalah  tingkat  pendidikan  sedang  dengan jumlah 45 orang (67,2%). Pada gambaran IMS mengenai status pekerjaan,  didapati  lebih banyak  penderita  IMS yang bekerja daripada  penderita  IMS  yang  tidak bekerja yaitu sebanyak 36 orang (53,7%) sertalebih banyak penderita IMS  yang sudah menikah dibandingkan dengan responden yang belum menikah yaitu  yang sudah menikah adalah 40 orang (59,7%).
Sampai saat ini ternyata prevalensi penyakit IMS masih tinggi dan sukar  ditanggulangi karena dalam penanggulangan penyakit  kelamin ada beberapa segi  yang  perlu  mendapat  perhatian,  yaitu  dari  segi  medis,  segi  epidemiologik,  segi  sosial,  ekonomi,  dan  budaya(Daili,2008).  Oleh  karena  itu,  peneliti  ingin  mengetahui  karakteristik  kejadian  IMS  di  RSUD  Dr.  Pirngadi  Medan  dari   Januari  sampai  31  Desember  2012,  agar  dapat  memberi gambaran  kepada  pemerintah  dan   masyarakat  tentang  penyakit  IMS  sehingga  nantinya  dapat  direncanakan  usaha-usaha  untuk  mencegah  terjadinya  IMS  yang  pada  akhirnya  nanti  dapat  menurunkan  prevalensi  IMS  serta  meningkatkan  kualitas  hidup  masyarakat.
 1.2.  Rumusan Masalah  Bagaimana  gambaran  karakteristik  infeksi  menular  seksual  (IMS)  di  RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2012.
1.3.  Tujuan Penelitian  1.3.1. Tujuan Umum  Tujuan  umum  pelaksanaan  penelitian  ini  adalah  untuk mengetahui  gambaran  karakteristik  infeksi  menular  seksual  (IMS)  di  RSUD  Dr.
Pirngadi pada tahun 2012.
1.3.2.  Tujuan Khusus  1.  Untuk  mengetahui  proposi  infeksi  menular  seksual  berdasarkan  jenis  penyakit yang paling sering terjadi.
2.  Untuk mengetahui proposi infeksi menular seksual berdasarkan usia.
3.  Untuk  mengetahui  proposi  infeksi  menular  seksual  berdasarkan  jenis  kelamin.
4.  Untuk  mengetahui  proposi  infeksi  menular  seksual  berdasarkan  tingkat  pendidikan.
5.  Untuk mengetahui proposi infeksi menular seksual berdasarkan pekerjaan.
6.  Untuk  mengetahui  proposi  infeksi  menular  seksual  berdasarkan  status  pernikahan.
1.4.  Manfaat Penelitian  1.4.1. Bagi Pemerintah dan Masyarakat:  1. Memberikan informasi kepada pemerintah akan gambaran infeksi menular  seksual di RSUD Dr. Pirngadi Medan agar hal tersebut dapat ditindaklanjuti  dengan  membuat  program  tentang  pencegahan  Infeksi  Menular  Seksual  (IMS) kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkankualitas kesehatan.
1.4.2. Bagi RSUD Dr. Pirngadi Medan:  1. Memberikan informasi mengenai jenis IMS yang paling sering dijumpai di  RSUD Dr. Pirngadi.
 2. Menggunakan informasi yang di teliti sebagai bahan pertimbangan dalam  melakukan tindakan pencegahan IMS.
1.4.3.Bagi peneliti:  1.  Menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai karakteristik IMS  2.  Mendapat pengalaman untuk melakukan penelitian.

3.  Menyediakan data awal untuk penelitian selanjutnya.   
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi