Kamis, 24 April 2014

Skripsi Obat-obatan: Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pencuci Piring Di Beberapa Restoran Mengenai Dermatitis Kontak Iritan

BAB 1 .
PENDAHULUAN .
1.1  Latar Belakang.
Dermatitis  kontak  iritan  (DKI)  merupakan  reaksi  peradangan  non  imunologik  pada  kulit  yang  disebabkan  oleh  kontak  dengan  faktor  eksogen  ataupun  endogen.  Faktor  eksogen  berupa  bahan-bahan  iritan  (kimiawi,  fisik,  maupun biologik) dan faktor endogen memegang peranan penting pada penyakit  ini (Wolff, 2008).

Secara  garis  besar,  dermatitis  kontak  ini  diklasifikasikan  menjadi  dua  bagian besar, yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi, keduanya  dapat  bersifat  akut  dan  kronis.  Dermatitis  kontak  iritan  merupakan  reaksi  perandangan  non-imunologik,  jadi  kerusakan  kulit  langsung  tanpa  didahului  proses sensitasi. Sebaliknya, dermatitis kontak alergik terjadi seseorang yang telah  mengalami sensitif terhadap suatu allergen (Djuanda, 2008).
 Dari  data  yang  didapatkan  dari  U.S.  Bureau  of  Labour  Statistic menunjukkan  bahwa  249.000  kasus  penyakit  okupasional  nonfatal  pada  tahun  2004 untuk kedua jenis kelamin, 15,6% (38.900 kasus) adalah penyakit kulit yang  merupakan  penyebab  kedua  terbesar  untuk  semua  penyakit  okupational.(Wolff,  2008)  Di  Jerman,  angka  insiden  DKI  adalah  4,5  setiap  10.000  pekerja,  dimana  insiden  tertinggi  ditemukan  pada  penata  rambut  (46,9  kasus  per  10.000  pekerja  setiap tahunnya), tukang roti dan tukang masak.(Hogan, 2010).Di RSUP H. Adam  Malik Medan, selama tahun 2000 terdapat 731 pasien  baru di poliklinik dimana  201 pasien (27,50%) menderita dermatitis kontak. Dari bulan Januari hingga Juni  2001 terdapat 270 pasien dengan 64 pasien (23,70%) menderita dermatitis kontak  (Iwan Trihapsoro, 2003).
Menurut  Kurniati  SC  di  RSUD  Tangerang  (  dari  Oktober  1996  sampai  Oktober 1997 ), ditemukan 51 kasus penderita , 41,17% DKI dan 5,88% berupa  dermatitis  akinat  kerja.  Kasus-kasus  tersebut  disebabkan  pekerjaan  mencuci,  yakni kontak langsung dengan sabun dan deterjen. Sedangkan dari tahun 1999 –  2001  di  RSUPN  Dr.  Cipto  Mangunkusumo  kasus  DKI  akibat  deterjen  pertahun  berkisar 9.09% hingga 20.95% dari seluruh dermatitis kontak (Donna, 2008).
 Zat  yang  menyebabkan  DKI  akut  adalah  zat  yang  cukup  iritan  untuk  menyebabkan  kerusakan  kulit  bahkan  dalam  sekali  pajanan.  Zat-zat  yang  dapat  menyebabkan  adalah  asam  pekat,  basa  pekat,  cairan  pelarut  kuat,  zat  oksidator  dan reduktor kuat. Sedangkan pada DKI kronis kerusakan terjadi setelah beberapa  kali  pajanan  pada  lokasi  kulit  yang  sama,  yaitu  terhadap  zat-zat  iritan  lemah  seperti:  air,  deterjen,  zat  pelarut  lemah,  minyak  dan  pelumas.  Zat-zat  ini  tidak  cukup  toksik  untuk  menimbulkan  kerusakan  kulit  pada satu  kali  pajanan,  melainkan  secara  perlahan-lahan  hingga  pada  sutau  saat  kerusakannya,  mampu  menimbulkan inflamsi. Penyebab DKI kumulatif biasanya bersifat multifaktorial  (Donna, 2009).
 Dermatitis  kontak  iritan,  termasuk akibat  deterjen,  biasanya  memberikan  gambaran  sebagai  berikut,  kulit  sedikit  membengkak, terasa  kaku  dan  tebal,  kering  dan  pecah-pecah serta  muncul lepuh  berisi  cairan.  Hal  ini  timbul  karena  paparan berulang terhadap bahan tertentu, termasuk  deterjen. Akibatnya, lapisan  minyak  dan  kelembaban  kulit  yang  terpapar  akan  hilang.  Kerusakan  ini  menyebabkan deterjen dapat memasuki lapisan kulit lebih dalam dan mencetuskan  reaksi peradangan. Reaksi inilah yang muncul sebagai kelainan kulit (Zain, 2009).
 Pekerjaan seperti pencuci piring sering menderita dermatitis kontak iritan  dengan  menunjukkan  dehidrasi di lapisan  keratin di  kulit. Paparan  secara  terusmenerus  dan  berlebihan  terhadap  sabun  dan  deterjen  akan  menyebabkan  pengeringan  kulit.  Deterjen  yang  biasanya  mengandungsodium  silikat,  sodium  fosfat,  sodium  karbonat  akan  membahayakan  kulit.  (The  Internet  Dermatology  Society, 2000) Di Indonesia, tidak sulit mencari restoran-restoran makan apalagi  di kota besar seperti Medan. Apabilakita amati makadi sepanjang jalan besar akan  tampak restoran-restoran makan baik bermodal besar  maupun kecil. Pengetahuan  mereka tentang dermatitis kontak iritan dapat mempengaruhi sikap dan tindakan  mereka terhadap masalah kulit yang sering terjadi di antara pekerja pencuci piring  ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian bagaimana pengetahuan, sikap dan  perilaku para pencuci piring terhadap dermatitis kontak iritan.
1.2. Rumusan Masalah   Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah  dari  penelitian  ini  adalah  bagaimana  tingkat  pengetahuan,  perilaku  dan  sikap  pencuci piring di beberapa restoran Medan mengenai Dermatitis Kontak Iritan.
1.3. Tujuan Penelitian  1.3.1 Tujuan Umum  Adapun  tujuan  umum  penelitian  ini  adalah  untuk  mengetahui  tingkat  pengetahuan, sikap dan perilaku pencuci piring terhadap dermatitis kontak iritan.
1.3.2  Tujuan Khusus  1.  Mengetahui  tingkat  pengetahuan  pencuci  piring  mengenai  definisi,  penyebab  dan  gejala  dari  Dermatitis  Kontak  Iritan  di  beberapa  restoran  Medan.
2.  Mengetahui  sikap  pencuci  piring  bagaimana  tindakan  bila  terkena  dari  Dermatitis Kontak Iritan di beberapa restoran Medan.
3.  Mengetahui perilaku pencuci piring tentang pencegahan dan pengobatan  Dermatitis Kontak Iritan di beberapa restoran Medan.
1.4. Manfaat Penelitian  1.  Untuk  menambah  pengetahuan  dan  pengalaman  dalam  melakukan  penelitian kesehatan khususnya tentang Dermatitis Kontak Iritan.
2.  Menambah  pengetahuan  yang  berhubungan  tentang  faktor  pekerjaan  dengan masalah Dermatitis Kontak Iritan.

3.  Sebagai  sumber  penelitian  selanjutnya  dan  dapat  mengaplikasikan  pengetahuan yang diperoleh untuk mendeteksi Dermatitis Kontak Iritan.   
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi