Senin, 26 Mei 2014

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP NEGERI 01 KARANGPLOSO MALANG


BAB I  
PENDAHULUAN  
A. Latar Belakang Masalah  
Terjadinya aksi dan tindak kekerasan (violence) akhir-akhir ini merupakan  fenomena yang seringkali kita saksikan. Bahkan hal  itu hampir selalu menghiasi  informasi  di  media  massa.  Sebagai  contoh  adalah,  terjadinya  tawuran  antar  pelajar,  pemerkosaan,  pembunuhan,  mabuk-mabukkan,  penyalahgunaan  narkotika, dan tindak anarkis yang lain. Itulah salah satu fenomena krisis akhlak  yang  kini  tengah  menimpa  bangsa  kita,  seperti  krisis  multi  dimensional  yang  menimpa bangsa ini, salah satu penyebabnya dan boleh jadi ini merupakan sebab  yang paling utama, adalah karena terjadinya krisis moral atau akhlak. Krisis moral  terjadi  karena  sebagian  besar  orang  tidak  mau  lagi  mengindahkan  tuntunan  agama,  yang  secara  normatif  mengajarkan  kepada  pemeluknya  untuk  berbuat  baik, meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat dan munkarat.
  Ajaran  Islam  sangat  mengutamakan  pembinaan  kepribadian  terhadap  siswa,  sebagai  generasi  penerus  dalam  memegang  masa  depan  bangsa,  maka  sangat  dibutuhkan  generasi  yang  mempunyai  kualitas  intelektual  yang  tinggi,  dengan  kualitas akhlak yang baik, dan Islam menyebutnya sebagai akhlak al karimah. Di  tengah kondisi yang kompleks ini, apa yang seharusnya terjadi, harus ada benteng  pengaman yang mulai hilang yaitu akhlak. Pendidikanakhlak bagi setiap pemuda   Amir Said az-Zaibari, Manajemen Qalbu: Resep Sufi Menghentikan Kemaksiatan(Yogyakarta:  Mitra Pustaka, 2003), hlm. 5-6  tidak  dilakukan  sesuai  dengan  semestinya.  Dan  Untuk menghentikan  kerusakan  diperlukan sebuah akhlak.
  Pendidikan  merupakan  sarana  yang  strategis  dalam  mewujudkan  tujuan  pendidikan  nasional  atau  lebih  jauh  melahirkan  masyarakat  madani,  Namun  kenyataan  sekarang  banyak  sekali  problema  siswa  tentang  pelanggaran  nilainilai/norma yang diyakini, seperti; terjadinya perkelahian antar pelajar, pergaulan  bebas, perjudian, narkoba, dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor,  antara lain; arus globalisasi (internet), tayangan TV, tokoh idola fiktif, lingkungan  individualis  (hilangnya  amar  ma’ruf  nahi  mungkar),  ketidak-harmonisan  hubungan  anggota  keluarga,  sistem  pendidikan  yang  tidak  konsisten,  dan  anak  yang  diduga  belum  diaqiqahi.  Fungsi  pendidikan  agama  dan  pendekatan  pembelajaran agama menjadi modal bagi guru dalam memaksimalkan pendidikan  agama kepada peserta didik dalam membina moral siswa. Ada tiga elemen yang  dapat memperbaiki moral siswa atau anak remaja, yaitu, pihak sekolah, keluarga  dan masyarakat. Ketiga unsur ini harus kompak dan sinergis.
  sebagai  generasi  penerus  bangsa,  siswa  sebagai  anak  bangsa  sangat  diharapkan  memberikan  yang  terbaik  bagi  bangsa  ini, maka  dari  itu  pendidikan  dan pembinaan akhlak siswa sebagai generasi penerusmerupakan tanggung jawab  semua  lapisan  masyarakat,  dari  lingkungan  keluarga, masyarakat  sosial  dan  masyarakat sekolah.
 Mahmud Muhammad al hazandar, the most perfect habbit, perilaku mulia yang membina  keberhasilan anda (Jakarta; Embun publishing, 2006 ) hlm. ix   Hamdan HM, problematika-pendidikan-agama-di sekolah (http://d3ipiiantasari.blogspot.com,  diakses 03 maret 2009)  Akhlak  ialah  suatu  sistem  yang  menilai  perbuatan  zahir  dan  batin  manusia  baik  secara  individu,  kumpulan  dan  masyarakat  dalam interaksi  hidup  antara  manusia dengan baik secara individu, kelompok dan masyarakat dalam interaksi  hidup  antara  manusia  dengan  Allah,  manusia  sesama  manusia,  manusia  dengan  hewan, dengan malaikat, dengan jin dan juga dengan alam sekitar.
 Secara umum kedudukan akhlak adalah universal. Nilai-nilai standar tentang  akhlak  sudah  dihujamkan  oleh  Allah  Swt.  Kedalam jiwa  manusia  sejak  mereka  lahir. Sebagaimana Firman Allah Swt
ُ
 [1]َ
ََ
[1]َ
 ) ا :٨( Artinya : Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan  ketaqwaannya (QS. Asy-Syams: 8).
 Seorang muslim menjadikan akhlaknya sebagai sarana mendekatkan diri pada  Allah. Dia mengerjakan itu semua bukan didasarkan atas motivasi ingin mencari  pamrih,  pujian  atau  kebanggaan.  Akhlak  adalah  rangkaian  amal  kebajikan  yang  diharapkan akan mencukupi untuk menjadi bekal ke negeri akhirat nanti. Namun  demikian  untuk  memiliki  akhlak  yang  mulia  perlu  adanya  bimbingan  secara  khusus.  Salah  satunya  adalah  melalui  pendidikan  akhlak.  Hal  inilah  yang  kemudian dijadikan alasan oleh penulis untuk memfokuskan pembahasan skripsi  ini hanya pada pendidikan akhlak.
Maka  dari  itu  di  sini  peneliti  menganggap  pentingnya  masalah  moral  dan  akhlak siswa sebagai generasi masa depan ini perlu  diteliti dan diberikan solusi   Myrazano, kajian akhlak tauhid (http://noradila.tripod.com/skimatarbiyyahipij/id98.html, diakses  15 januari 2009)   Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemah, ( Surabaya: Mahkota, Edisi revisi, 1989) hlm. 1064  agar  mereka  terihindar  dari  perbuatan  negatif.  Sehingga  penulis  tertarik  untuk  mengadakan  penelitian  tentang  “PERAN  GURU  PENDIDIKAN  AGAMA  ISLAM  DALAM  PEMBINAAN  AKHLAK  SISWA  DI  SMP  NEGERI   KARANGPLOSO MALANG”.
Penelitian  ini  juga  didasarkan  pada  penelitian-penelitian  sebelumnya,  yang  memfokuskan  pembahasan  pada  kajian  akhlak,  pembinaan  moral  peserta  didik,  maupun  kajian  tentang  guru  pendidikan  agama  Islam  untuk  saling  melengkapi  kekurangan.  Begitu  juga  dalam  penulisan  skripsi  ini,  yang  tidak  lepas  dari  kekurangan  dan  kesalahan.  Oleh  karena  itu,  dengan  segala  ketulusan  dan  kerendahan  hati  penulis  sangat  mengharapkan  saran  dan  kritik  yang  bersifat  konstruktif demi penyempurnaan skripsi ini.
B. Rumusan Masalah  Berdasarkan  latar  belakang  di  atas,  maka  masalah  yang  penulis  ungkapkan  meliputi:  1.  Bagaimana  pelaksanaan  pendidikan  agama  Islam  di  SMP Negeri  01  Karangploso Malang?  2.  Bagaimana  pelaksanaan  pembinaan  akhlak  siswa  di  SMP Negeri  01  Karangploso Malang?  3.  Apa  kendala  yang  dihadapi  oleh  guru  agama  Islam  SMP Negeri  01  Karangploso  Malang  dalam  melaksanakan  pendidikan  agama  Islam  dan  pembinaan akhlak siswa?  4.  Apa  upaya  yang  dilakukan  oleh  guru  agama  Islam  dalam  mengatasi  kendala yang dihadapi dalam pembinaan akhlak siswa  di SMP Negeri 01  Karangploso Malang? C. Tujuan penelitian  Sesuai  dengan  rumusan  masalah  di  atas,  maka  tujuan  yang  hendak  dicapai  dalam penelitian ini adalah:  1.  Untuk  mendeskripsikan  pelaksanaan  pendidikan  agama  Islam  di  SMP  Negeri 01 Karangploso Malang  2.  Untuk  mendeskripsikan  pelaksanaan  pembinaan  akhlak  siswa  di  SMP  Negeri 01 Karangploso Malang  3.  Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru agama SMP Negeri 01  Karangploso  Malang  dalam  melaksanakan  pendidikan  agama  Islam  dan  pembinaan akhlak siswa  4.  Untuk  mengetahui  usaha  yang  dilakukan  oleh  guru  agama  Islam  dalam  mengatasi kendala yang dihadapi dalam pembinaan akhlak siswa di SMP  Negeri 01 Karangploso Malang D. Manfaat Penelitian.
Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan atau masukan bagi  SMP  Negeri  01  Karangploso  Malang  dalam  melaksanakan pendidikan  agama  Islam dan pembinaan akhlak siswa  1.  Sebagai  sumbangan  pikiran   dari  peneliti  yang  merupakan   wujud  aktualisasi peran mahasiswa dalam pengabdiannya terhadap sekolah  2.  Bagi  penulis  sendiri  untuk  mendapatkan  tambahan  ilmu,  informasi,  wawasan luas terkait dengan pembinan akhlak siswa  di SMP Negeri 01  Karangploso Malang  E. Batasan Masalah  Sesuai dengan judul diatas, yaitu  Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam  Pembinaan  Akhlak  Siswa  Di  SMP  Negeri  01  Karangploso Malang,  maka  penelitian ini diadakan dengan subyek guru pendidikan agama Islam dan akhlak  siswa .
Guru pendidikan agama Islam dalam skripsi ini adalah guru pendidikan agama  Islam  yang  aktif  mengajar  di  SMP  Negeri  01  Karangploso  Malang,  dan  akhlak  siswa yakni tabiat, kelakuan, perangai, tingkah laku, matuah, adat kebiasaan siswa  yang ada di SMP Negeri 01 Karangploso Malang.
BAB II  KAJIAN PUSTAKA  A. Pembahasan tentang Guru pendidikan Agama  1.  Pengertian Guru pendidikan Agama  Pembahasan  tentang  guru  agama  sangatlah  luas,  karena  begitu  banyaknya  referensi  dan  kajian  tentang  pembahasan  mengenai  guru  agama,  maka  dari  itu  untuk  mempermudah  dalam  memahami  tentang  pengertian  guru  agama  penulis  menjelaskan  bahwa  yang  dimaksud  guru  dalam skripsi ini adalah guru sebagai pendidik formal.
Secara  umum  definisi  pengertian  guru  agama  menurut  para  ahli  sebagai berikut :  a. Dalam kamus besar bahasa Indonesia dinyatakan :  Guru adalah seseorang yang profesinya atau pekerjaannya mengajar,  jadi  kalau  guru  pendidikan  agama  adalah  seseorang  yang  profesinya  mengajar pendidikan agama Islam.
  b. Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan:    Guru  adalah  pendidik  profesional  dengan  tugas  utama  mendidik,  mengajar,  melatih,  menilai,  dan  mengevaluasi  peserta  didik  pada  pendidikan anak  usia  dini  jalur  pendidikan  formal,  pendidikan  dasar,  dan pendidikan menengah.
  W.J.S Purwa darmito, Kamus Umum Bahasa Indonesia(Jakarta :Balai Pustaka), hlm. 335   Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, (Surabaya: Pustaka Eureka,2006),  hlm. 7  c. H.M. Arifin  Guru agama adalah hamba  Allah yang  mempunyai  cita-cita Islami,  yang telah matang rohaniah dan jasmaniah serta mamahami kebutuhan  perkembangan  siswa  bagi  kehidupan  masa  depannya,  ia tidak  hanya  mentransfer  ilmu  pengetahuan  yang  diperlukan  oleh  siswa  akan  tetapi  juga  memberikan  nilai  dan  tata  aturan  yang  bersifat Islami  ke  dalam  pribadi  siswa  sehingga  menyatu  serta  mewarnai  perilaku  mereka  yang  bernafaskan Islam.
 d. Zuhairini dkk  Guru agama adalah orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap  pembentukan  pribadi  anak  yang  sesuai  dengan  ajaran  Islam,  ia  juga  bertanggung jawab kepada Allah SWT.
 e. Athiyah Al Abrosy mengatakan  Guru  dalam  hal  ini  adalah  guru  agama  yang  merupakan  guru  spiritual  bagi  seorang  murid  atau  seorang  bapak  spiritual  kepada  anaknya dengan maksud memberikan santapan rohani berupa pelajaran  ahklak dan budi pekerti yang luhur.
 Dan  masih  banyak  ahli  dan  para  pakar  pendidikan  mendefinisikan  istilah guru pendidikan agama akan tetapi beberapa  definisi tersebut dapat  disimpulkan  bahwasanya  guru  agama  adalah  seseorang  yang  bertugas  mengajarkan  agama  Islam  sekaligus  membimbing  anak  didik  kearah   H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam(Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 193   Zuhairini Dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama(Jakarta: Usaha Nasional, 2004), hlm. 54   Athiyah Al-Abrosy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang), hlm. 136  pencapaian kedewasaan serta terbentuknya akhlak anak didik yang Islami  sehingga terjalin keseimbangan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Demikian juga guru pendidikan agama tersebut berbeda dengan guruguru bidang studi lainnya, guru agama di samping melaksanakan tugas dan  pembinaan  bagi  peserta  didik  ia  juga  membantu  dalam pembentukan  akhlak dan mental anak didik tersebut sehingga anakdidik tersebut dapat  meningkatkan dan mengembangkan potensi keimanan danketaqwaannya  kepada Sang Pencipta, karena itu guru pendidikan agama masuk ke dalam  kelas dengan apa yang ada padanya sangat menunjang keberhasilan dalam  melaksanakan  tugas  pendidikan  agama  bagi  peserta  didik,  misalnya  caranya berpakaian, berbicara, bergaul, makan, minum, serta diamnyapun  sangat  mempunyai  arti  yang  sangat  penting  karena  paling  tidak  segala  perilaku  aktifitasnya  disoroti  oleh  lingkungan  terutama  tauladan  bagi  peserta didik.
 Agama  Islam  mengajarkan  baik  di  dalam  Al  Qur’an  maupun  Hadits  Rasulullah  SAW,  bahwa  setiap  umat  Islam  wajib  mendakwahkan  menyampaikan  dan  memberikan  pendidikan  agama  Islam  kepada  yang  lain  sebagaimana  dipahami  dari  firman  Allah  dalam  surat  An-Nahl  ayat  125 : ِ2َ َ!َ3ْ ا ِ2َ4ِْ5َ ْ اَو ِ2َ ْ#ِْ3 [1]ِ َ67َر ِ 8ْ
ِ َ  َ ِا ُعْدُا ) 83 ا : ١٢٥ (   Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga, (Jakarta: Ruhama, 1995), hlm. 99  Artinya : Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah  dan pelajaran yang baik’.
 Berdasarkan  ayat  tersebut  dapat  dipahami  bahwa  siapapun  dapat  menjadi  pendidik  agama  Islam  atau  disebut  guru  agama  asalkan  dia  memiliki kemampuan, pengetahuan serta mampu mengimplikasikan nilai  yang relevan dalam pengetahuan itu yakni sebagai penganut agama yang  patut  dicontoh  dalam  agama  yang  diajarkan  dan  bersedia  menularkan  pengetahuan  agama  serta  nilainya  kepada  orang  lain. Akan  tetapi  lebih  merupakan  masalah  yang  sangat  kompleks  dalam  arti  setiap  kegiatan  pembelajaran  pendidikan  agama  akan  dihadapkan  dengan  permasalahan  yang  kompleks  misalnya  masalah  peserta  didik  dengan berbagai  macam  latar  belakangnya,  sarana  apa  saja  yang  diperlukan  untuk  mencapai  keberhasilan pendidikan agama, bagaimana cara atau pendekatan apa yang  digunakan  dalam  pembelajaran,  bagaimana  mengorganisasikan  dan  mengelola  isi  pembelajaran  agama  tersebut   dan  seberapa  jauh  tingkat  efektifitas dalam kegiatan tersebut serta usaha apayang dilakukan untuk  menimbulkan daya tarik siswa demikian seterusnya.
Dengan dasar seperti itulah maka pendidik agama mempunyai masalah  sangat  kompleks,  yang  membutuhkan  kajian  secara  mendalam,  dalam  kerangka kependidikan secara umum dapat dikatakan bahwa perilaku guru  agama dipandang sebagai sumber pengaruh sedangkan tingkah laku siswa   Depag RI, op.cit., hlm. 421  sebagai  efek  dari  berbagai  proses  tingkah  laku  dari kegiatan  interaksi  dalam kehidupan.
2.  Tugas Guru Agama di Sekolah  Dalam  Undang-undang  No  14  tahun  2005  tentang  guru  dan  dosen  Pasal  20  disebutkan  Dalam  melaksanakan  tugas  keprofesionalan,  guru  berkewajiban:  a.  merencanakan  pembelajaran,  melaksanakan  proses  pembelajaran  yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
b.  Meningkatkan  dan  mengembangkan  kualifikasi  akademik dan  kompetensi  secara  berkelanjutan  sejalan  dengan  perkembangan  ilmu pengetahuan, teknoogi, dan seni.
c.  Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan  jenis  kelamin,  agama,  suku,  ras,  dan  kondisi  fisik  tertentu,  atau  latar  belakang  keluarga,  dan  status  sosial  ekonomi  peserta  didik  dalam pembelajaran.
d.  Menjunjung  tinggi  peraturan  pendidikan,  perundang-undangan,  hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika  e.  Dan memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
 Mengenai  tugas  guru  agama  bagi  pendidikan  Islam  adalah  mendidik  serta  membina  anak  didik  dengan  memberikan  dan  menanamkan  nilainilai  agama  kepadanya.  Menurut  para  pakar  pendidikan  berpendapat  bahwa tugas guru agama adalah mendidik. Mendidik sendiri mempunyai   Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, (Surabaya: Pustaka Eureka,2006),  hlm. 19  makna  yang  cukup  luas  jika  dikaji  secara  mendalam,  mendidik  di  sini  sebagian  dilakukan  dalam  bentuk  mengajar  sebagaimana  dalam  bentuk  memberikan  dorongan,  memuji,  menghukum,  memberikan  contoh,  membiasakan hal yang baik dan sebagainya.
Menurut  seorang  tokoh  sufi  yang  terkenal  yakni  Imam Al-Ghozali  memberikan  spesifikasi  tugas  guru  agama  yang  paling utama  adalah  menyempurnakan,  membersikan,  serta  mensucikan  hati  manusia  agar  dapat  mendekatkan  diri  kepada  Allah  SWT,  karena  tindakan  yang  akan  dan  telah  dilakukan  oleh  seorang  guru  senantiasa  mempunyai  arti  serta  pengaruh  yang  kuat  bagi  para  santri  atau  siswanya,  maka  guru  harus  berhati-hati dalam menjalankan aktivitas sehari- hari.
 Menurut Zuhairini,  tugas guru agama yang antara lain adalah :  1.  Mengajarkan ilmu pengetahuan agama Islam  2.  Menanamkan keimanan dalam jiwa anak  3.  Mendidik anak agar taat dalam menjalankan ibadah  4.  Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.
 Berkaitan dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu pembentukan ahklak  dan  budi  pekerti  yang  mampu  menghasilkan  orang-orang  yang  bermanfaat, jiwa yang bersih, mempunyai cita-cita yang luhur, berakhlak  mulia,  mengerti  tentang  kewajiban  dan  pelaksanaannya,  dapat  menghormati  orang  lain  terutama  kepada  kedua  orang  tua,  mampu  membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
 Abu Hamid Al Ghozali, Ihya’ Ulumuddin, Ismail Ya’qub, Faizin, 1979, hal. 65   Zuhairini Dkk,op.cit.,hlm. 55  Seorang pendidik yang mempunyai sosok figur Islami akan senantiasa  menampilakan perilaku pendukung nilai-nilai yang dibawa oleh para Nabi  dan Rasul, dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya seorang guru  agama memiliki dua tugas, yakni mendidik dan mengajar. Mendidik dalam  arti membimbing atau memimpin anak didik agar mereka memiliki tabiat  dan akhlak yang baik, serta dapat bertanggung jawabterhadap semua yang  dilakukan, terutama berguna bagi bangsa dan Negara.
 Adapun  tugas  dari  guru  agama  itu  sendiri  yang  terkait  dengan  peran  guru agama di sekolah sebagai berikut :  a.  Guru agama sebagai pembimbing agama bagi anak didik  Atas dasar tanggung jawab dan kasih sayang serta keikhlasan  guru, dalam hal ini adalah guru agama mempunyai peran yang  sangat penting bagi anak didik dalam mempelajari, mengkaji,  mendidik dan membina mereka di dalam kehidupannya, juga  dalam mengantarkan menuntut ilmu untuk bekal kelak mengarungi  samudra kehidupan yang akan mereka lalui, hendaknyaseorang  guru tidak segan-segan memberikan pengarahan kepadaanak  didiknya, ketika bekal ilmu yang mereka dapatkan  untuk  menjadikan mereka menjadi insan kamil, di samping itu juga  seorang guru haruslah memberikan nasehat-nasehat kepada anak   Zuhairini, op.cit., hlm. 10  didiknya tentang nilai-nilai akhlak yang harus diamalkan dalam  kehidupan sehari-hari 


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi