BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah kebutuhan
setiapmanusia untuk membuka jalan hidup
melalui pengetahuan. Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam
kehidupan, maka sejak itu timbul gagasan
untuk melakukan pengalihan. Dalam sejarah
pertumbuhan masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama
dalam rangka memajukan kehidupan
generasi sejauh dengan tuntutan kemajuan masyarakat.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan itu kita harus
melewati proses yang mencakup tiga
referensi: individu, masyarakat atau komunitas
nasional dari individu tersebut, dan seluruh kandungan realitas baik
material maupun spiritual.
Sebelum mengulas lebih jauh dibawah ini penulis akan mencoba
mengutip pendapat dari beberapa tokoh
dan sumber lain mengenai arti atau definisi dari pendidikan itu sendiri: 1. Ahmad D. Marimba mengajukan definisi
sebagai berikut: Pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh
sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Prof. H. M. Arifin M, Ed Ilmu Pendidikan Islam
: Dr. Syed Sajjad Husain, Dr. Syed Ali
AsharafMenyongsong Keruntuhan Pendidikan. Gema
Risalah Press Bandung, tanpa tahun, hlm iv 2.
Prof. Dr. Hasan Langgulung menyebutkan dalam salah satu bukunya bahwa pendidikan dapat ditinjau dari2 segi
yakni dari segi sudut pandang masyarakat
dan darisegi pandangan individu.
a. Dari sudut pandang masyarakat: ysitu pewarisn
budaya dari generasi tua ke generasi
mudaagar hidup masyarakat tetap
berlanjut.
b. Dari sudut pandang individu menganggap
kekayaan yang terdapat pada setiap
individu agar dapat dinikmati oleh individu dan
selanjutnya oleh masyarakat.
Dari beberapa definisi diatas maka jelaslah
bahwa pendidikan bertujuan untuk
menjadikan manusia yang sempurna dalam artian manusia yang mempunyai nilai tambah dalam semua segi, seperti
spiritualitas, moralitas, sosialitas, rasa,
rasionalitas, semuanya perlu
mendapatkan porsi dalam pendidikan guna bekal
untuk menusia terjun kedalam masyarakat untuk melanjutkan proses kehidupannya.
Begitu pula dalam Islam, pendidikan adalah
sarana atau media dalam pembentukan
insan kamil berbudi dan berakhlak mulia serta bermanfaat bagi bangsa, negara dan agamanya. Pendidikan dalam
Islam juga memiliki makna sentral dan
berarti prosespencerdasan secara utuh as a whole, dalam rangka pencapaian sa’adatuddarain,kebahagiaan dunia
akhirat, atau keseimbangan materi dan
religious-spiritual.salah satu ajaran Nabi adalah intelektualisasi total, Prof. Dr. Hasan Langgulung. Azas-azas
Pendidikan Islam, Pustaka Al Husna, Jakarta 1992. hlm 3
Paul Suparno, SJ, dkk, Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendas.Kanisius.
Yogyakarta 2002.
hlm 13 yakni proses penyadaran kepada umat dalam
pelbagai dimensi dengan mau’idhah
hasanah, wisdomatau hikmah dan exelent argumentation (wa jadiluhum
billati hia ahsan: Qur an: 6: 125).
Oleh karena itu Islam sebagai agama yang
universal memberikan pedoman hidup bagi
manusia menuju kehidupan yang bahagia. Kebahagiaan hidup bagi manusia itulah yang menjadi sasaran hidup
manusia yang pencapaiannya sangat
bergantung pada masalah pendidikan. Selain itu pendidikan merupakan
kunci untuk membuka kearah modernisasi.
Dari penjelasan diatas maka dapat kita
simpulkan bahwa tujuan dari pendidikan
Islam itu sendiri adalah menciptakan insan kamil yakni manusia yang baik dan bertakwa yang menyembah Allah. Dalam
arti yang sebenarnya, yang membangun
struktur pribadinya sesuai dengan syari'at Islam serta melaksanakan segenap aktifitas kesehariannya sebagai wujud
ketundukannya kepada Tuhan (Khan: 1998).
Disini perlu diperjelas bahwa
yang dimaksud dengan pendidikan Islam di
sini bukanlah dalam arti pendidikan ilmu-ilmu agama Islam yang pada
gilirannya mengarah pada lembaga-lembaga
pendidikan Islam semacam madrasah, pesantren
atau UIN (dulu IAIN). Akan tetapi yang dimaksud dengan pendidikan Islam
di sini adalah menanamkan nilai-nilai
fundamental Islam kepada setiap Muslim
terlepas dari disiplin ilmu apapun yang akan dikaji. Sehingga diharapkan
akan bermunculan anak-anak muda enerjik
yang berotak Jerman dan berhati Makkah
Dr. H. Abdurrachman Mas’ud, M. A. dkk. Paradigma Pendidikan Islam.
Pustaka Pelajar. Tth.
Hlm 7 Ismail SM, Nurul Huda, Abd Kholiq Paradigma
Pendidikan Islam : 56 seperti yang
sering dikatakan oleh mantan Presiden B.J. Habibie. Kata-kata senada dan lebih komprehensif diungkapkan
oleh Al-Faruqi (1987) pendiri
International Institute of Islamic Thought, Amerika Serikat, dalam
upayanya mengislamkan ilmu pengetahuan.
Namun perjalanan pendidikan Islam tidak
sepenuhnya berhasil dan tercapai seperti
yang telah disebutkan dalam tujuannya, karenadiluar itu masih ada lingkungan yang disebut era globalisasi
yang didalamnya penuh dengan tantangan
modernisasi pasar bebas, dan apabila pendidikan Islam tidak mampu menyaingi segala budaya dan sistem yang masuk
dari barat maka hal ini akan mengancam
keberadaan Islam di muka bumi ini.
Dalam konteks pendidikan yang
seperti ini tidakkah kita pernah berpikir
bahwa sistem pendidikan yang kita terapkan di sekolah-sekolahadalah
bentuk adopsi sistemik dari sistem
pendidikan barat “sekuler” padahal dalam beberapa hal karakter paradigma sekuler yang mendasari
sistem pendidikan banyak yang
bertentangan dengan nilai-nilai religiusitas dari Islam itu sendiri.
Maka sudah menjadi tanggung jawab moral
dan keharusan (a must) bagi setiap pakar muslim
untuk membangun teori Islam sebagai paradigma ilmu pendidikan Islam
sebagai paradigma yang mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan paradigmaparadigma lainnya yang mendasari
konseppendidikan. Khususnya bagi ilmuan
yang concerndalam bidang
pendidikan untuk merekonstruksi
bangunan paradigma yang dapat dijadikan
dasar bagi sistem pendidikan.
WWW.Sidogiri.com Ada banyak tokoh-tokoh Islam baik klasik dan
kontemporer yang penulis lihat dan
klasifikasi dari melihat masa ketika para tokoh tersebut hidup yang telah menuliskan hasil pemikirannya tentang pendidikan
diantaranya yang klasik adalah: Al
Ghazali, K.H.M. Hasyim Asy’ari. Ibn Jama’ah dan masih banyak lagi, sedangkan yang kontemporer adalah SyedNaquib
al Attas, Hasan Langgulung, Muhammad
Abduh, Dr. Abdullah NashihUlwan dan masih banyak lagi.
Begitupun dengan tokoh-tokoh
barat tidaksedikit tokoh-tokoh yang mempunyai
pengaruh yang sangat besar dalam bidang pendidikan yang telah
menuliskan banyak konsepnya dalam banyak
karangannya, antara lain yang klasik adalah:
John Dewey, John Locke, Jean Jaques Rousseau. Dan pemikir
kontemporer diantaranya adalah: Leo
Tolstoy, Max Rafferty, Paulo Freire, yang kesemua dari tokoh-tokoh pendidikan baik yang Islam maupun
yang barat akan dibahas dalam pembahasan
selanjutnya.
Sedangkan salah satu pemikir
pendidikan Islam yang belum penulis
sebutkan yang hidup pada zaman pertengahan, sorang tokoh pendidikan
yang kompeten dan konsekuen dalam
mengembangkan konsep pendidikan Islam dan
hasil karyanya yang besar dan monumental berisi tentang gagasan
pendidikan telah menjadi rujukan
pendidikan Islam pesantren-pesantren salaf
pada saat itu beliau adalah Syekh
Al Zarnujipenulis kitab “ta’lim al muta’allim thariq al ta’allum”.Penulis yakin hampir setiap orang
yang pernah belajar di pesantren akrab
dengan kitab yang satu ini, masalahnya kitab ini boleh dikatakan dijadikan Kata salaf atau salafiyyahdiambil dari
nomenklatur Arab yaitu salafittununtuk sebutan
sekelompok umat Islam yang ingin kembali kepada ajaran Al Qur an dan as
Sunnah, sebagaimana praktik kehidupan
generasi pertama Islam (assalafussalih).
sebagai “buku suci” bagi para pelajar pemula yang
akan memulai tugas belajarnya.
Kitab ini memuat bagaimana
seorang pelajar harus belajar dengan caracara yang benar, mulai dari persoalan
niat, metode belajar dan bagaimana
menghindari dan menjaga diri untuk tidak menjadi pelupa. Pembelajarn kitab
ini terutama menjadi bimbingan agar
pelajar dapat mencapai ilmu yang diharapkan
yakni ilmu yang bermanfaat tidak hanya pada dirinya sendiri tetapi juga
bagi masyarakat.
Namun demikian, kitab ini
disinyalir juga di samping sebagai salah satu
faktor yang cukup urgen dalam membangun “feodalisme ulama” di
kalangan pesantren terutama yang ada di
Jawa, jugatelah membuat siswa menjadi pasif dan
tidak kritis. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika ada sebagian
pengkritisi yang menganjurkan agar kitab
Ta‘lîm al-Muta‘allim dan yang sejenisnya untuk
tidak lagi diajarkan di pesantren. Perlu diketahui bahwa kitab ini
disusun oleh seorang ulama yang hidup
pada sekitar abad ke 12, sudah barang tentu dengan berbagai pertimbangan situasi dan kondisi yang dihadapinya waktu itu.
Permasalahannya sekarang, apakah
kitab itu masih laik untuk diterapkan dalam
situasi dan kodisi yang telah berbeda secara diameteral dengan situasi
dan kondisi penulisnya.
Kupasan-kupasan teknis-aplikatif
al-Zarnuji tentang etika belajar-mengajar
itu kemudian mengesankan bahwa Ta’limmasih kental dengan pengaruh
budaya lokal. Dalam sebuah seminar
(sekitar Th. 1999-2000), Ghazali Said pernah
mengemukakan kritiknya terhadap Ta’limtentang hal ini. Ia menyatakan
bahwa daerah ma wara’a al-nahar(lembah
sungai Amudarya/Transoxinia) adalah daerah
pedalaman yang jauh dari dinamika urban di Baghdad. Budaya
Transoxiana (tempat di mana al-Zarnuji
menyusun kitabnya), kata Ghazali, sangat
mempengaruhi pemikiran al-Zarnuji dalam Ta’lim.
Bentuk-bentuk teknis pendidikan
ala Ta’limketika dibawa ke dalam wilayah
dengan basis budaya berbeda, maka akan terkesan canggung. Saat itulah, Ta’limkemudian banyak dipandang secara “tidak
adil” (baca: apriori), ditolak dan
disudutkan.
Untuk itu, melalui tulisan ini, penulis
mencoba mengelaborasi sekaligus
mengkritisi paradigma pendidikan Islam klasik yang telah dikonsepsikan
oleh alZarnuji tersebut. Atas dasar inilahyang mendorong peneliti untuk
mengambil judul : “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM
PERSPEKTIF SYEKH AL ZARNUJI” (Study
kitab Ta’lim Al Muta’allim)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan diatas dan untuk lebih
memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka peneliti menguraikan
rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana
konsep Syekh Al Zarnuji tentang pendidikan Islam? 2.
Bagaimana Relevansi konsep Syekh AlZarnuji tentang pendidikan Islam dalam konteks pendidikan masa kini? Elaborasi adalah pengerjaan (mencoba
mengungkapkan)dengan teliti. Kamus Ilmiah Populer. M.
Dahlan al Barry. ARKOLA,
Surabaya. tth
C. TUJUAN PENELITIAN
Dengan penelitian ini penulis
ingin mendeskripsikan tentang: 1. konsep
Syekh Al Zarnuji tentang pendidikan Islam
2. Relevansi konsep Syekh Al Zarnuji tentang pendidikan Islam dalam konteks pendidikan masa kini? D. KEGUNAAN PENELITIAN 1. Sebagai sumbangan pemikiran yang bersifat
literat dalam memperkaya khazanah intelektual
muslim.
2. Sebagai bahan pertimbnangan
dalam melakukan pembaharuan dan
pengembangan pendidikan Islam.
3. Untuk menambah paradigma
penelitian tentang pendidikan Islam.
E. PEMBATASAN PERMASALAHAN
Seperti kita ketahui bahwasanya
Syekh Al Zarnuji menuangkan buah
pikirannya mengenai konsep pendidikan dalam kitab karangannya yakni
ta’lim al muta’allimyang memuat tiga
belas pasal yang menjelaskan tentang berbagai ilmu dan cara mencarinya dimulai dari pasal (1)Pengertian ilmu fiqih serta keutamaannya, (2) Niat diwaktu belajar, (3)
Memilih Ilmu, guru, teman dan ketabahan
berilmu, (4) Mengagungkan Ilmu dan ahli ilmu, (6) Sungguh-sungguh, kontinuitas dan cita-cita luhur, (5)
Permulaan belajar, cara belajar dan tata
tertibnya, (7) Bertawakkal, (8) Masa Belajar, (9) kasih sayang dan
nasehat, (10) Mengambil pelajaran, (11)
Waro’ pada masabelajar, (12) hal-hal yang membuat mudah hafal dan mudah lupa, (13)Hal-hal yang
mendatangkan rizqi dan menjauhkan dan
yang memperpanjang usia dan yang memotong.
Dalam penelitian ini peneliti tidak akan
membahas pasal-pasal tersebut secara
satu persatu akan tetapi dengan melihat pasal-pasal tersebut sebagai satu rumpun konsep yang telah disusun oleh syekh
Al Zarnuji sebagai satu formula dalam
suatu konsep pendidikan Islam.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi