BAB I.
PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang.
Sejak tahun 1990,
United Nations Development Program (UNDP)
telah menerbitkan suatu indikator
yang mengabungkan faktor ekonomi dan non-ekonomi yang mendenisikan kesejahteraan secara lebih
luas dari sekedar Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang dinamakan Human
Development Index (HDI) atau yang sering
disebut dengan Indeks pembangunan Manusia (IPM). Human Development index memberikan suatu ukuran gabungan tiga
dimensi tentang pembangunan manusia: panjang umur dan menjalani hidup sehat
(diukur dari usia harapan hidup), pendidikan
(diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan
tinggi)dan memiliki standart hidup yang layak
(diukur dari paritas daya beli/PPP, penghasilan). Indeks tersebut bukanlah
suatu ukur an yang menyeluruh tentang
pembangunan manusia, tetapi Indeks ini memberikan
sudut pandang yang lebih luas untuk menilai kemajuan manusia serta meninjau hubungan yang rumit antara
penghasilan dan kesejahteraan.
Modal manusia
(Human capital) merupakan salah satu faktor penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Dengan modal
manusia yang berkualitas kinerja ekonomi
diyakini juga akan lebih membaik. kualitas modal manusia ini misalnya dilihat dari tingkat pendidikan, kesehatan,
ataupun indikator- indikator lainya. Dalam rangka memacu pertunbuhan ekonomi perlu pula
dilakukan pembangunan manusia.
Kebijakan
pembangunan yang tidak mendorong peningkatan kualitas manusia hanya akan membuat negara bersangkutan tertinggal
dari negara lain, termasuk dalam hal kinerja
ekonominya. Dengan kata lain, peningkatan kualitas modal manusia juga akan memberikan manfaat dalam mengurangi
ketimpangan .berdasarkan hal itu dapat dikatakan
bahwa antara modal manusia dan
pertumbuhan ekonomi sebetulnya terdapat
hubungan yang saling mempengaruhi.
Studi Ramirez dkk
(1998) yang dari studi cross-country mereka menemukan bukti adanya hubungan positif dan kuat pada
kedua jalur hubungan pembangunan manusia
dan pertumbuhan ekonomi. Ditambah pula bahwa Pengeluaran Pemerintah untuk
sektor sosial dan pendidikan penting artinya dalam memperkuat hubungan pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan
manusia, sementara tingkat investasi dan distribusi pendapatan memperkuat
hubungan antara pembangunan manusia dan pertumbuhan
ekonomi. Studi tersebut juga mengkomfirmasikan bahwa pengeluaran pemerintah dan investasi juaga memiliki andil
dalam memperkuat pembangunan manusia dan
pertumbuahan ekonomi.
Kondisi
perekonomian Indonesia yang cukup menjanjikan pada awal dekade 1980-an sampai pertengahan dekade 1990-an.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
(BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak awal tahun 1986 sampai tahun 1989 terus mengalami peningkatan, yakni
masing-masing 5,9% ditahun 1986, kemudian
6,9% ditahun 1988 dan menjadi 7,5% ditahun 1989.namun pada tahun 1990 dan 1991 pertumbuhan ekonomi sedikit
mengalami kemunduran walaupun bernilai
positif yakni masing-masing 7,0% di dua tahun tersebut. kemudian tahun 1992, 1993, 1994, 1995, 1996, dan 1997,
masing-masing sebesar 6,2%, 5,8%, 7,2%, 6,8%,
5,8%,dan 4,7%. tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun tajam menjadi -13,13% disebabkan krisis moneter yang
melanda Indonesia dan beberapa negara-negara
Asia. namun tahun-tahun berikutnya perekonomian indonesia perlahan bangkit menujukkan perbaikan.
Perkembangan
pembangunan manusia Indonesia yang selama ini sangat tergantung pada pertumbuhan ekonomi dari awal
tahun 1970-an sampai akhir 1990-an, sedangkan untuk Anggaran Pengeluaran
Pemerintah sendiri, baik itu Pengeluaran rutin maupun Pengeluaran Pembangunan (sekarang
telah digabungkan) mulai diperhatikan
dan dirasakan peningkatannya mulai dari tahun 1990-an, yang selama ini pemerintah hanya sibuk dalam mengurusi
pembanguan infrastruktur, pertumbuhan tersebut
memungkinkan penduduk untuk mengalokasikan pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan lebih banyak. Sementara
pengeluaran pemerintah untuk pelayanan
seperti kesehatan dan pendidikan relatif sedikit, sedangkan investasi di Indonesia
yang di harapkan sebagai modal untuk membuka lapangan kerja baru sehingga dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat mengalami pasang surut akibat keadaan ekonomi dalam negeri yang tidak
stabil. (IHDR, 2004).
Table
1.1 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia (1990 - 2007) Tahun
IPM 1990 0.449 1991 0.515 1992
0.637 1993 0.641 1994 0.668 1995
0.679 1996 0.643 1997 0.681 1998
0.670 1999 0.677 2000 0.684 2001
0.682 2002 0.692 2003
0.697 2004 0.711 2005 0.728 2006
0.726 2007 0.731 Sumber : UNDP.
Sejak tahun 1990
sampai dengan 1995 Indeks Pembangunan Manusia Indonesia umumnya mengalami peningkatan.
Penurunan pernah terjadi yakni pada tahun
1996 dan 1998. Dan meningkat kembali mulai sejak tahun 1999 hingga 2005.
kemudian pada tahun 2006 terjadi sedikit penurunan dan pada
tahun 2007 IPM Indonesia meningkat
kembali. Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisisnya dengan judul “Analisis Faktor
– Faktor Yang Mempengaruhi Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Di Indonesia”.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
rumusan masalah yang dapat diambil
sebagai kajian dalam penelitian yang akan dilakukan.
Hal ini bertujuan
untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini. Selain itu, rumusan masalah ini diperlukan sebagai suatu
cara untuk mengambil keputusan dari akhir
penulisan skripsi, antara lain : 1.
Bagaimana pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.
2. Bagaimana pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.
3. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Asing
(PMA) terhadap Indeks Pembangunan
Manusia di Indonesia.
4. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di Indonesia.
1.3 Hipotesis Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada, dimana keberadaannya masih perlu dikaji dan
diteliti melalui data yang terkumpul.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi