Jumat, 30 Mei 2014

Skripsi Ekonomi Pembangunan: ANALISIS POLA KONSUMSI KARYAWAN PT. BRIDGESTONE

BAB I.
PENDAHULUAN.
1.6   Latar Belakang..
Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama dan cita-cita setiap negara. Tingkat kesejahteraan suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk  mengetahui keberhasilan pembangunan di negara tersebut. Pola konsumsi suatu  masyarakat mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut khususnya  dalam perekonomian. Konsumsi rumah tangga berbeda-beda antara yang satu dengan  lainnya dikarenakan pendapatan, jumlah tanggungan, jabatan dan kebutuhan yang  berbeda-beda pula. Konsumsi rumah tangga yang tinggi namun dapat diseimbangkan  dengan pendapatan yang tinggi  merupakan suatu kondisi yang wajar, tapi apabila  konsumsi yang tinggi dengan pendapatan yang rendah bisa menyebabkan masalah  perekonomian yang dapat mengurangi tingkat kesejahteraan di suatu negara.

Setiap orang atau keluarga mempunyai skala kebutuhan yang dipengaruhi oleh  pendapatan. Kondisi pendapatan seseorang akan mempengaruhi tingkat konsumsinya. Makin tinggi pendapatan, makin banyak jumlah barang yang dikonsumsi. Sebaliknya,  makin sedikit pendapatan, makin berkurang jumlah barang yang dikonsumsi. Bila  konsumsi ingin ditingkatkan sedangkan pendapatan tetap, terpaksa tabungan  digunakan akibatnya tabungan berkurang.
    Secara umum dapat dikatakan bahwa persoalan yang dihadapi masyarakat  adalah bersumber dari jumlah kebutuhan yang tidak terbatas. Biasanya manusia tidak  pernah merasa puas dengan mendapatkan benda yang mereka peroleh dan prestasi  yang mereka capai. Apabila keinginan dan kebutuhan masa lalu sudah dipenuhi,  maka keinginan-keinginan yang baru akan muncul. Di negara-negara yang miskin hal  seperti itu memang lumrah. Konsumsi makanan yang masih rendah dan perumahan  yang kurang memadai telah mendorong masyarakat untuk berusaha mencapai taraf  hidup yang lebih tinggi. Di negara yang sangat kaya sekalipun, seperti di Jepang dan  Amerika Serikat, masyarakat masih mempunyai keinginan untuk mencapai  kemakmuran yang lebih tinggi dari yang telah mereka capai pada masa sekarang ini  (Sukirno.2008:6).
Pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki porsi terbesar dalam total  pengeluaran agregat. Misalnya, porsi pengeluaran rumah tangga di Indonesia pada  tahun 1996 (sebelum krisis ekonomi) mencapai sekitar 60% dari pengeluaran agregat.
Bahkan pada awal tahun 1970 porsi pengeluaran rumah tangga mencapai angka  sekitar 70% dari pengeluaran agregat. Sedangkan pengeluaran pemerintah umumnya  berkisar antara 10%-20% dari pengeluaran agregat. Mengingat porsinya yang besar  tersebut, maka konsumsi rumah tangga mempunyai pengaruh yang besar pula  terhadap stabilitas perekonomian. Berbeda dengan konsumsi pemerintah yang bersifat  ekso-genus, konsumsi rumah tangga bersifat endogenus. Dalam arti, besarnya  konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang dianggap  mempengaruhinya. Oleh karena itu, dapat pula disusun teori dan model yang      menghasilkan pemahaman tentang hubungan tingkat konsumsi dengan faktor-faktor  lain yang mempengaruhinya.(Rahardja dan Manurung.2002 : 225) Tenaga kerja menerima gaji, pemilik alat-alat modal menerima bunga, pemilik  tanah dan harta tetap lain menerima sewa, dan pemilik keahlian keusahawanan  menerima keuntungan. Berbagai jenis pendapatan tersebut akan digunakan oleh  rumah tangga untuk membeli berbagai barang ataupun jasa yang diperlukan. Dalam  perekonomian yang masih rendah taraf perkembangannya, sebagian besar pendapatan  yang dibelanjakan tersebut digunakan untuk membeli makanan, pakaian, dan  kebutuhan sehari-  hari lainnya. Pada tingkat perekonomian yang lebih maju  pengeluaran untuk makanan dan pakaian bukan lagi bagian yang terbesar dari  konsumsi rumah tangga. Pengeluaran-pengeluaran lain seperti pendidikan,  pengangkutan, perumahan, dan rekreasi menjadi sangat bertambah  penting.(www.journal.com)  Sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, maka  semakin banyak tumbuh perusahaan-perusahaan baik dalam skala besar maupun  kecil. Setiap perusahaan yang kecil maupun yang besar, semuanya memiliki masalah  dalam menjalankan kegiatan operasional untuk perkembangannya. Salah satu yang  menjadi masalah adalah karyawan. Dengan adanya karyawan, maka perusahaan dapat  menjalankan kegitan-kegiatannya. Sebagai imbalan perusahaan memberikan gaji atau  upah kepada karyawan. Gaji atau upah inilah yang nantinya akan digunakan oleh  karyawan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain daripada itu, gaji atau upah      ini juga merupakan suatu alat motivasi karyawan agar bekerja dengan produktivitas  yang tinggi.
Pada prinsipnya, dalam menggunakan karyawan perusahaan bertujuan untuk  mendapatkan keuntungan. Dalam hal ini diperlukan suatu kebijaksanaan dari  pimpinan serta tanggung jawab pimpinan dalam pemberian gaji atau upah bagi  karyawan. Hal ini dikarenakan upah sangat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan  karyawan dimana gaji yang diterima akan dijadikan sebagai sumber pengeluaran  untuk konsumsi rumah tangga seperti pangan, sandang, biaya pendidikan dan  kebutuhan yang lainnya. Di negara berkembang, pengeluaran pangan masih  merupakan bagian terbesar dari pengeluaran konsumsi rumah tangga. Tingginya  pengeluaran pangan di negara berkembang berkaitan dengan proses perbaikan  pendapatan yang dirasakan masyarakat. Di samping itu, untuk meningkatkan  pemenuhan nutrisi penduduk di negara berkembang adalah dengan menambah  pengeluaran pangan.
Jika pendapatan yang diterima karyawan bisa dipergunakan dengan baik maka  kesulitan finansial bisa teratasi. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi  seseorang. Adanya anggapan bahwa faktor pendapatan menjadi penentu besarnya  tingakat konsumsi, karena konsumsi seseorang berbanding lurus dengan  pendapatannya. Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran  untuk konsumsi. Namun dengan demikian, tingkat pendapatan bukanlah satu-satunya  faktor yang mempengaruhi konsumsi.       Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka penulis tertarik untuk  meneliti tentang “ Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra  Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun”.
1.7   Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan  yang dikaji dan dibahas dalam penelitian ini adalah “ Apakah pendapatan ,jumlah  tanggungan dan umur karyawan mempengaruhi pola konsumsi karyawan  PT.
Bridge stone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun?” 1.8   Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang  kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas,  maka hipotesisnya adalah “ Pendapatan, jumlah tanggungan dan umur karyawan  berpengaruh positif terhadap pola konsumsi karyawan  PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun”.
1.9   Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui seberapa besar  pengaruh pendapatan, jumlah tanggungan dan umur karyawan terhadap pola  konsumsi karyawan PT. Bridge stone Sumatra  Rubber Estate Dolok Merangir  Kabupaten Simalungun”.
    1.10    Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.  Sebagai wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin  ilmu yang penulis tekuni.
2.  Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswa/i Fakultas  Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswa/i  Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian  selanjutunya.
3.  Sebagai masukan maupun perbandingan bagi kalangan akademisi dan  penelitian lain yang tertarik dan menaruh perhatian pada penelitian  sejenis.
4.  Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus pembanding hasil-hasil  penelitian yang sudah ada menyangkut topik yang sama.



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi