BAB I.
PENDAHULUAN.
1.6 Latar Belakang..
Kesejahteraan
masyarakat adalah tujuan utama dan cita-cita setiap negara. Tingkat
kesejahteraan suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di negara
tersebut. Pola konsumsi suatu masyarakat
mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut khususnya dalam perekonomian. Konsumsi rumah tangga
berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya
dikarenakan pendapatan, jumlah tanggungan, jabatan dan kebutuhan yang berbeda-beda pula. Konsumsi rumah tangga yang
tinggi namun dapat diseimbangkan dengan
pendapatan yang tinggi merupakan suatu
kondisi yang wajar, tapi apabila konsumsi
yang tinggi dengan pendapatan yang rendah bisa menyebabkan masalah perekonomian yang dapat mengurangi tingkat
kesejahteraan di suatu negara.
Setiap orang atau
keluarga mempunyai skala kebutuhan yang dipengaruhi oleh pendapatan. Kondisi pendapatan seseorang akan
mempengaruhi tingkat konsumsinya. Makin tinggi pendapatan, makin banyak jumlah
barang yang dikonsumsi. Sebaliknya, makin
sedikit pendapatan, makin berkurang jumlah barang yang dikonsumsi. Bila konsumsi ingin ditingkatkan sedangkan
pendapatan tetap, terpaksa tabungan digunakan
akibatnya tabungan berkurang.
Secara
umum dapat dikatakan bahwa persoalan yang dihadapi masyarakat adalah bersumber dari jumlah kebutuhan yang
tidak terbatas. Biasanya manusia tidak pernah
merasa puas dengan mendapatkan benda yang mereka peroleh dan prestasi yang mereka capai. Apabila keinginan dan
kebutuhan masa lalu sudah dipenuhi, maka
keinginan-keinginan yang baru akan muncul. Di negara-negara yang miskin hal seperti itu memang lumrah. Konsumsi makanan
yang masih rendah dan perumahan yang
kurang memadai telah mendorong masyarakat untuk berusaha mencapai taraf hidup yang lebih tinggi. Di negara yang sangat
kaya sekalipun, seperti di Jepang dan Amerika
Serikat, masyarakat masih mempunyai keinginan untuk mencapai kemakmuran yang lebih tinggi dari yang telah
mereka capai pada masa sekarang ini (Sukirno.2008:6).
Pengeluaran
konsumsi rumah tangga memiliki porsi terbesar dalam total pengeluaran agregat. Misalnya, porsi
pengeluaran rumah tangga di Indonesia pada tahun 1996 (sebelum krisis ekonomi) mencapai
sekitar 60% dari pengeluaran agregat.
Bahkan pada awal
tahun 1970 porsi pengeluaran rumah tangga mencapai angka sekitar 70% dari pengeluaran agregat.
Sedangkan pengeluaran pemerintah umumnya berkisar antara 10%-20% dari pengeluaran
agregat. Mengingat porsinya yang besar tersebut,
maka konsumsi rumah tangga mempunyai pengaruh yang besar pula terhadap stabilitas perekonomian. Berbeda
dengan konsumsi pemerintah yang bersifat ekso-genus, konsumsi rumah tangga bersifat
endogenus. Dalam arti, besarnya konsumsi
rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhinya. Oleh karena itu, dapat pula
disusun teori dan model yang menghasilkan
pemahaman tentang hubungan tingkat konsumsi dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.(Rahardja dan
Manurung.2002 : 225) Tenaga kerja menerima gaji, pemilik alat-alat modal
menerima bunga, pemilik tanah dan harta
tetap lain menerima sewa, dan pemilik keahlian keusahawanan menerima keuntungan. Berbagai jenis pendapatan
tersebut akan digunakan oleh rumah
tangga untuk membeli berbagai barang ataupun jasa yang diperlukan. Dalam perekonomian yang masih rendah taraf
perkembangannya, sebagian besar pendapatan yang dibelanjakan tersebut digunakan untuk
membeli makanan, pakaian, dan kebutuhan
sehari- hari lainnya. Pada tingkat
perekonomian yang lebih maju pengeluaran
untuk makanan dan pakaian bukan lagi bagian yang terbesar dari konsumsi rumah tangga. Pengeluaran-pengeluaran
lain seperti pendidikan, pengangkutan,
perumahan, dan rekreasi menjadi sangat bertambah penting.(www.journal.com) Sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia, maka semakin
banyak tumbuh perusahaan-perusahaan baik dalam skala besar maupun kecil. Setiap perusahaan yang kecil maupun
yang besar, semuanya memiliki masalah dalam
menjalankan kegiatan operasional untuk perkembangannya. Salah satu yang menjadi masalah adalah karyawan. Dengan adanya
karyawan, maka perusahaan dapat menjalankan
kegitan-kegiatannya. Sebagai imbalan perusahaan memberikan gaji atau upah kepada karyawan. Gaji atau upah inilah
yang nantinya akan digunakan oleh karyawan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain daripada itu, gaji atau upah ini juga merupakan suatu alat motivasi
karyawan agar bekerja dengan produktivitas yang tinggi.
Pada prinsipnya,
dalam menggunakan karyawan perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Dalam hal ini
diperlukan suatu kebijaksanaan dari pimpinan
serta tanggung jawab pimpinan dalam pemberian gaji atau upah bagi karyawan. Hal ini dikarenakan upah sangat
berpengaruh pada tingkat kesejahteraan karyawan
dimana gaji yang diterima akan dijadikan sebagai sumber pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga seperti pangan,
sandang, biaya pendidikan dan kebutuhan
yang lainnya. Di negara berkembang, pengeluaran pangan masih merupakan bagian terbesar dari pengeluaran
konsumsi rumah tangga. Tingginya pengeluaran
pangan di negara berkembang berkaitan dengan proses perbaikan pendapatan yang dirasakan masyarakat. Di
samping itu, untuk meningkatkan pemenuhan
nutrisi penduduk di negara berkembang adalah dengan menambah pengeluaran pangan.
Jika pendapatan
yang diterima karyawan bisa dipergunakan dengan baik maka kesulitan finansial bisa teratasi. Banyak
faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Adanya anggapan bahwa faktor
pendapatan menjadi penentu besarnya tingakat
konsumsi, karena konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. Semakin besar pendapatan maka
semakin besar pula pengeluaran untuk
konsumsi. Namun dengan demikian, tingkat pendapatan bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi konsumsi. Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “ Analisis Pola Konsumsi
Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber
Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun”.
1.7 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dikaji dan dibahas dalam penelitian ini
adalah “ Apakah pendapatan ,jumlah tanggungan
dan umur karyawan mempengaruhi pola konsumsi karyawan PT.
Bridge stone
Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun?” 1.8 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya
harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesisnya adalah “ Pendapatan, jumlah
tanggungan dan umur karyawan berpengaruh
positif terhadap pola konsumsi karyawan
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten
Simalungun”.
1.9 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian
ini adalah “Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan, jumlah tanggungan dan
umur karyawan terhadap pola konsumsi
karyawan PT. Bridge stone Sumatra Rubber
Estate Dolok Merangir Kabupaten
Simalungun”.
1.10 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang
diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan
penulis dalam disiplin ilmu yang penulis
tekuni.
2. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi
mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara terutama mahasiswa/i Departemen
Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutunya.
3. Sebagai masukan maupun perbandingan bagi
kalangan akademisi dan penelitian lain
yang tertarik dan menaruh perhatian pada penelitian sejenis.
4. Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus
pembanding hasil-hasil penelitian yang
sudah ada menyangkut topik yang sama.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi