BAB I.
PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang.
Pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang (developing countries) membutuhkan dana yang cukup tinggi. Tetapi di
sisi lain pengerahan sumber dana untuk
menjalankan pembangunan dan meningkatkan pertumbuhan tersebut mengalami kendala. Dan
hal ini menjadi masalah umum yang dihadapi
oleh negara-negara berkembang tersebut. Sumber dana pembiayaan pembangunan dapat berasal dari dalam dan
luar negeri. Di tengah serangkaian pemikiran dan perdebatan tentang penolakan
ketergantungan terhadap utang luar negeri
maka sumber dana domestik menjadi isu yang menarik. Jika dibandingkan dengan sumber pembiayaan pembangunan
eksternal, menggantungkan harapan pada sumber
dana pembiayaan pembangunan domestik jauh lebih aman terhadap fluktuasi mekanisme global.
Sumber dana yang
berasal dari luar negeri belakangan ini telah menyebabkan Indonesia mengalami ketergantungan terhadap
hutang luar negeri (Kuncoro, 1989). Sementara sumber dana
yang berasal dari dalam negeri pada umumnya berasal dari penerimaan pajak, investasi swasta, serta
tabungan masyarakat dan pemerintah.
Penghimpunan
dana dari masyarakat bukanlah hal yang mudah, hal ini terjadi karena sistem produksi untuk meningkatkan
pendapatan masih menggunakan pola tradisional.
Kemudian terbatasnya sektor modern dan belum berfungsinya secara efektif dan efisien institusi – intitusi
keuangan yang disebabkan pola pikir masyarakat yang masih tradisional dan masalah
kependudukan lainnya. Hal ini memaksa pemerintah
untuk membuat kebijakan baru, kebijakan itu terwujud dalam Paket Kebijakan Oktober 1988 atau yang lebih dikenal
dengan ‘PAKTO 88’, yang pokok – pokok
kebijakan antara lain untuk mengerahkan dana dari masyarakat dengan cara memudahkan pembukaan kantor cabang baru,
pendirian bank swasta baru. Setelah adanya
‘PAKTO 88’ ini, semakin mudahlah bank didirikan dan semakin bervariasi juga bentuk
– bentuk tabungan yang ditawarkan oleh bank- bank yang sudah terbentuk baik swasta maupun pemerintah.
Kebijakan tersebut tampak membuahkan hasil
dengan semakin meningkatnya jumlah tabungan masyarakat.
Kegiatan
penghimpunan dana dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan. Pengertiaan penghimpunan dana
maksudnya adalah mengumpul atau mencari
dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Pembelian dana dari masyarakat itu
dilakukan oleh bank dengan cara memasang
strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya. Jenis simpanan yang dapat
dipilih oleh masyarakat adalah simpanan giro, tabungan, serta deposito berjangka dimana masing – masing jenis
simpanan yang ada memiliki kelebihan dan keuntungan tersendiri (Kasmir: 2002).
Rekening
tabungan merupakan bagian terpenting dari proses penghimpunan dana dari masyarakat. Rekening pada umumnya
merupakan penghimpunan secara berangsur
– angsur dari kelebihan penghasilan pribadi selama suatu jangka waktu, produk yang belum dikonsumsi dari investasi
modal atau tenaga kerja pemegang rekening
sendiri. Srategi bank dalam penghimpunan dana dengan membuka rekening menunjukan perluasan secara berangsur -angsur
yang sifatnya paling stabil.
Stabilitas dana
dalam rekening tabungan merupakan konsekuensi wajar dari fakta bahwa sebagian besar rekening- rekening
tabungan merupakan tujuan penghematan jangka
panjang dari pemegang rekening. Jika dilihat secara keseluruhan simpanan dalam rekening tabungan dan deposito berjangka
dianggap lebih cepat menunjang investasi.
Karena dana yang ada pada bank menghasilkan pembelian barang – barang modal, maka rekening berjangka ini
sanggup merangsang laju produksi.
Perkembangan jumlah
rekening mulai tahun 2002 sampai tahun 2005 mengalami penurunan. Tahun 2002 jumlah
rekening sebanyak 4.059.667 buah kemudian
turun menjadi 4.040.226 pada tahun 2003, dan terus turun sampai 3.259.560 di tahun 2005. Hal ini menunjukkan
banyaknya rekening masyarakat yang ditutup,
atau dinyatakan tidak aktif. Kejadian ini timbul karena situasi ekonomi dan politik yang kurang stabil saat itu. Kondisi
yang tidak mendukung dan pengalaman masa
gulingnya orde baru membuat masyarakat wawas untuk menyimpan dananya di bank. Dengan penurunan jumlah rekening
tersebut kita dapat terlihat perilaku menabung
yang menurun pada masyarakat.
Aspek
lain dari tabungan adalah demografi atau kependudukan. Hal ini menjadi sangat penting mengingat sumber dana
utama bank adalah masyarakat. Dan dalam
kenyataan masyarakat atau penduduk tentunya memiliki alasan masing – masing untuk dapat menabung. Untuk dapat
menyisihkan sebagian dari pendapatan untuk
dapat ditabung maka seseorang harus memiliki pendapatan yang cukup atau bahkan lebih. Namun di negara – negara yang
sedang membagun terdapat masalah kependudukan
yang lumayan kompleks. Seseorang yang memiliki pendapatan yang relatif tinggi
tidak secara otomatis memiliki tabungan yang banyak. Salah satu yang menjadi alasan adalah tingginya angka
ketegantungan hidup masyarakat. Angka ketergantungan
hidup merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun
ke atas) dengan banyaknya penduduk
golongan usia produktif (umur 15 sampai 64 tahun) yang kemudian dikali dengan konstanta (k = 100). Jumlah masyarakat
yang tidak produktif jumlahnya cenderung
lebih banyak daripada penduduk yang berusia produkif. Hal ini terjadi karena pada umumnya masyarakat kita cenderung
memiliki anak yang relatif banyak.
Sumatera Utara
sebagai daerah yang relatif maju di bagian Indonesia barat memiliki jumlah penduduk yang cukup besar.
Pada tahun 2006 penduduk Sumatera Utara
berjumlah 12.643.494. Dan dari jumlah ini angka ketergantungan hidup penduduknya sebesar 54.28%. Angka ini masih
cukup tinggi karena dari 100 orang penduduk
yang produktif harus menanggung dan membiayai sekitar 54 orang yang tidak produktif.
Ciri
dan komposisi masyarakat Sumatera Utara ini pada ujungnya akan memberikan pertimbangan dan alasan pada
masyarakat itu sendiri untuk menabung.
Penghimpunan dana
masyarakat dalam bentuk rekening untuk pembiayaan pembangunan akan kembali pada masyarakat itu sendiri. Dan pihak
perbankan dengan segala cara dan
kreatifitas pelayanannya akan tetap menghimpun dana dari masyarakat tersebut.
Pertumbuhan yang
secara terus menerus dari perekonomian kita bergantung pada pemeliharaan arus tabungan yang cukup dan
relatif stabil kedalam sistem perbankan
dan demikan juga dengan rekening giro yang masih merupakan bagian dari tabungan mayarakat merupakan uang yang
bergerak (alat pembayaran utama yang
tersedia untuk menutupi pembelian pemerintah, perusahaan – perusahaan dan masyarakat) pendeknya rekening ini merupakan
modal kerja bangsa.
Dan dari uraian di
atas, penulis tertarik untuk membahas dan melakukan penelitian melalui penulisan skripsi dengan
mengangkat judul “Analisis Pengaruh Angka
Beban Tanggungan Hidup Dan Jumlah Rekening Tabungan Terhadap Perilaku Tabungan Masyarakat Di Sumatera
Utara” 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di
atas maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini antara lain: 1.
Bagaimana pengaruh angka beban tanggungan hidup penduduk terhadap perilaku tabungan masyarakat di Sumatera Utara
? 2.
Bagaimana pengaruh jumlah rekening tabungan terhadap perilaku tabungan masyarakat di Sumatera Utara ? 1.3.
Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada,
dimana kebenarannya masih perlu dikaji
dan diteliti melalui data yang terkumpul serta melihat hasil-hasil penelitian sebelumnya maka
disusun hipotesis sebagai berikut: 1. Angka beban tanggungan hidup penduduk
memiliki hubungan yang negatif terhadap
perilaku tabungan masyarakat di Sumatera Utara.
2. Jumlah rekening tabungan memiliki hubungan
positif terhadap perilaku tabungan masyarakat
di Sumatera Utara.
1.4 Tujuan
Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
angka beban tanggungan hidup penduduk
terhadap perilaku tabungan masyarakat di Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
jumlah rekening terhadap perilaku
tabungan masyarakat di Sumatera Utara.
1.5. Manfaat
Penelitian Adapun manfaat yang di
peroleh dari penelitian ini adalah: 1.
Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu tambahan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama mahasiswa Departemen
Ekonomi Pembangunan.
2. Sebagai masukan bagi kalangan akademis yang
dan peneliti yang tertarik untuk
membahas topik yang sama.
3. Sebagai proses pembelajaran dan penambah
wawasan ilmiah penulis dalam disiplin
ilmu yang penulis tekuni.
4. Sebagai bahan masukan bagi lembaga perbankan
untuk dapat meningkatkan kinerja lembaga
tersebut dengan melihat kondisi dan perilaku
masyarakat yang akan menjadi nasabah.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi