BAB I.
PENDAHULUAN.
1.1 LATAR BELAKAN.G Pembangunan ekonomi
yang ditempuh oleh Negara-negara sedang berkembang
bertujuan antara lain tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakatnya. Untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat tersebut, masalah utama yang dihadapi oleh setiap Negara yang
membangun termasuk Indonesia adalah pengangguran,
ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan.
Kebanyakan negara
maju menganggap sektor industri merupakan motor penggerak bagi pertumbuhan perekonomian karena
mampu memberikan keuntungan yang lebih
dibandingkan dengan produk lainnya seperti pertanian. Oleh karena itu, strategi industrialisasi sering digunakan
untuk mencapai kesejahteraan. Pengamatan empiris menunjukkan bahwa sebagian besar
negara hanya dapat mencapai tahapan tinggal
landas menuju pembangunan ekonomi
berkelanjutan yang digerakkan oleh sektor
industri dan jasa (Rostow, 1960).
Investasi dilakukan
untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana sebagian dari investasi tersebut digunakan
untuk pengadaan berbagai barang modal yang
akan digunakan dalam kegiatan proses produksi. Melalui investasi, kapasitas produksi dapat ditingkatkan yang kemudian
mampu untuk meningkatkan output dan pada
akhirnya juga meningkatkan pendapatan. Iklim investasi mencerminkan sejumlah faktor yang berkaitan dengan lokasi
tertentu yang membentuk kesempatan dan
insentif bagi perusahaan-perusahaan untuk melakukan investasi secara produktif,
menciptakan pekerjaan dan perkembangan.
Suatu iklim investasi yang baik akan meningkatkan
manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Persaingan juga memainkan suatu peran kunci dalam memicu
inovasi produktifitas serta menjamin bahwa
manfaat dari perbaikan produktifitas akan turut dinikmati oleh para perkerja dan konsumen.
Melihat pertumbuhan
ekonomi dan pengentasan kemiskinan melalui suatu sudut pandang iklim investasi akan memberikan
beberapa pandangan sebagai berikut: sudut
pandang ini meletakkan perusahaan sebagai pemain yang menentukan keputusan
investasi dan penggunaan tenaga kerja. Sudut pandang ini melihat bahwa perusahaan melakukan penilaian terhadap
kesempatan investasi dan kebijakan serta perilaku pemerintah yang terkait sebagai
bagian dari suatu paket. Cara pandang menyoroti
sifat dari aktifitas investasi yang senantiasa memandang ke depan.
Investasi
didasarkan pada ekspektasi-ekspektasi mengenai masa depan dan tidak hanya berdasarkan keadaan-keadaan saat ini
saja. Suatu iklim investasi yang baik akan memberikan masyarakat kesempatan-kesempatan
untuk meningkatkan keadaan dirinya
sendiri dan memperbaiki iklim investasi merupakan tonggak pertama dari strategi pembangunan.
Investasi
sektor industri diharapkan dapat membantu
memecahkan masalah pengangguran
yang dihadapi oleh Indonesia dan di Sumatera Utara khususnya. Badan Pusat Statistik (BPS) dengan menggunakan data
dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
tahun 2005 menggambarkan bahwa jumlah angkatan kerja Indonesia mencapai 105.8 juta orang atau meningkat 1.76%
dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari keseluruhan
angkatan kerja pada tahun 2005, sekitar 62,2 juta orang (58,8%) berada di wilayah pedesaan, sedangkan
43,6 juta orang (41,2%) berada di wilayah
perkotaan. Dari angka tersebut, angkatan kerja yang termasuk ke dalam kategori pengangguran terbuka berjumlah 10,8
juta orang (10,3%), atau meningkat dari
tahun sebelumnya yang mencapai 10,4 juta orang (9,9%). Secara geografis sejumlah 5 juta orang (45,7%) pengangguran
terbuka berada di wilayah pedesaan dan 5,9
juta orang (54,3%) berada di wilayah perkotaan. Selanjutnya, sebanyak 3,9 juta orang dari total angka pengangguran terbuka
merupakan penganggur usia muda (15-24 tahun), atau meningkat dibandingkan tahun
2004 yang berjumlah 3,4 juta orang (BPS,
2006).
Secara ekonomis,
upaya menurunkan jumlah pengangguran terbuka melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi masih belum
mampu mengurangi jumlah pengangguran
yang ada. Disamping kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masih terbatas, kemampuan menciptakan
lapangan kerja relatif kecil dan terdapat
kecenderungan mengalami penurunan.
Secara
teoritis, meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dengan asumsi terjadi
peningkatan investasi. Studi empiris menunjukkan
bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah untuk industri akan meningkatkan PDB, kemudian direspon dengan
peningkatan permintaan tenaga kerja sehingga
proporsi pengangguran dapat ditekan.
Selama terjadi
krisis ekonomi, penyerapan tenaga kerja secara nasional mangalami penurunan sehingga terjadi
pengangguran. Pengangguran merupakan masalah
di bidang ketenagakerjaan. Di satu sisi yang menjadi sasaran adalah pemerataan distribusi pendapatan dalam menjaga
serta meningkatkan stabilitas nasional.
Salah satu masalah
yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan tenaga
kerja (demand for labor) dan penawaran tenaga
kerja (supply of labor), pada satu tingkat upah (Kusumosuwhido, 1981).
Penyediaan
kesempatan kerja yang luas sangat diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk usia muda yang masuk ke
pasar tenaga kerja. Sempitnya lapangan
kerja yang tersedia akan menyebabkan terjadinya penganggur an yang akan membawa masalah yang lebih besar lagi.
Menurut pemerintah,
pertumbuhan ekonomi didukung oleh peningkatan konsumsi di dalam negeri, di samping
peningkatan ekspor dan membaiknya investasi.
Faktor konsumsi
menjadi penopang terbesar pertumbuhan ekonomi 75% baru sisanya ditopang oleh ekspor dan investasi. Laju
konsumsi ini bisa dilihat dari ekspansi kredit konsumsi yang terbilang luar biasa.
Rata-rata kredit konsumsi tumbuh lebih dari 40% tiap tahun di periode 2000-2003. Nilai ini
jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan kredit
investasi dan modal kerja yang masing-masing sekitar 12% dan 10,5%.
Target pembangunan
Perekonomian Indonesia tahun 2009 antara lain yaitu mengurangi tingkat pengangguran dari 9,7%
menjadi 5%, mengurangi tingkat kemiskinan
dari 16,6% menjadi 8,1%, meningkatkan pertumbuhan di atas 6,6% dengan rata-rata pertumbuhan pertanian 3.5%
per tahun, dan rasio investasi terhadap PDB
harus naik menjadi 24,4%.
Untuk mencapai
target tersebut, Presiden RI periode 2004-2009 mencanangkan Triple track strategy sebagai
acuan, yakni: (1) pertumbuhan ekonomi yang
bertumpu pada peningkatan ekspor dan peningkatan investasi baik dalam negeri maupun luar negeri, (2) penciptaan lapangan
kerja dengan memacu sektor riil, (3) revitalisasi
pertanian dan pedesaan untuk mengurangi kemiskinan (Priyarsono, 2005).
Investasi dalam
arti yang luas memegang peranan sangat penting dalam pencapaian target-target tersebut, mengingat peran
kegiatan tersebut signifikan dalam perekonomian
Indonesia, lebih khusus pada penyerapan tenaga kerja.
Berdasarkan uraian
di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Investasi dan Konsumsi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada
Sektor Industri di Sumatera Utara”.
1.2 PERUMUSAN
MASALAH 1. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) Terhadap Penyerapan tenaga
kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara? 2. Bagaimana
pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Industri di Sumatera
Utara? 3. Bagaimana Pengaruh Konsumsi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara? 1.3 HIPOTESIS Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
permasalahan yang menjadi objek
penelitian, dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji secara empiris.
Berdasarkan
perumusan masalah yang dikemukakan di atas maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang positif antara
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja 2. Terdapat
hubungan yang positif antara Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja 3. Terdapat hubungan positif antara Konsumsi
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja 1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Adapun
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor
Industri di Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Penanaman
Modal Asing (PMA) terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja pada sektor Industri di Sumatera Utara.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi