BAB I.
PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang.
Perusahaan memiliki berbagai
alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Alternatif
pendanaan dari dalam perusahaan, umumnya
dengan menggunakan laba yang ditahan perusahaan. Sedangkan alternatif pendanaan
dari luar perusahaan dapat berasal dari kreditor berupa utang, pembiayaan bentuk lain atau
dengan penerbitan surat-surat utang, maupun
pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham (equity).
Pendanaan melalui mekanisme
penyertaan umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat atau sering
disebut dengan go public (Darmadji,
2001: 40). Untuk perusahaan yang sudah go public, tuntutan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan akan semakin kuat,
karena pemilik menginginkan keuntungan
yang semakin meningkat juga, sehingga akan berpengaruh terhadap besarnya dividen yang akan dibagikan.
Disamping itu, dengan pertumbuhan dan perkembangan
yang bagus akan meningkatkan citra dari perusahaan, sehingga harga saham di pasar sekunder juga akan semakin
meningkat (Anoraga, 2001: 49).
Besarnya deviden dan eraning yang
diharapakan dari suatu perusahaan akan tergantung
dari prospek keuntungan yang dimiliki perusahaan. Karena prospek perusahaan sangat tergantung dari keadaan
ekonomi secara keseluruhan, maka 1 analisis penilaian saham yang dilakukan oleh
investor juga harus memperhitungkan beberapa
variabel ekonomi makro yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Dalam melakukan analisis
penilaian saham, investor bisa melakukan analisis fundamental secara “top-down” untuk menilai
prosepek perusahaan. Pertama kali perlu
dilakukan analisis terhadap faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan, kemudian
dilanjutkan dengan analisis industri, dan pada akhirnya dilakukan analisis terhadap perusahaan
yang mengeluarkan sekuritas bersangkutan
untuk menilai apakah sekuritas yang dikeluarkannya menguntungkan atau merugikan bagi investor.
Lingkungan ekonomi makro adalah
lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan
sehari-hari. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro dimasa datang, akan
sangat berguna dalam pengambilan keputusan
investasi yang menguntungkan. Untuk itu, seorang investor harus memperhatikan
beberapa indikator ekonomi makro yang
bisa membantu mereka dalam memahami dan
meramalkan kondisi ekonomi makro.
Faktor-faktor ekonomi makro
secara empiris telah terbukti mempunyai pengaruh
terhadap perkembangan investasi di beberapa negara. Tandelilin (1998), merangkum beberapa faktor ekonmoi makro yang
berpengaruh terhadap investasi di suatu
negara, sebagai berikut: tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), laju pertumbuhan inflasi, tingkat suku bunga
dan nilai tukar mata uang (exchange rate).
Tabel 1.1. memperlihatkan hubungan faktor-faktor tersebut dan dampaknya terhadap investasi di suatu negara
(Tandelilin, 2001:213).
Leo Ibrahim Sihombing : Pengaruh
Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT.
Bank Rakyat Indonesia, (Tbk) di Bursa Efek Indonesia, 2010.
Tabel 1.1. Matriks Hubungan
Beberapa Faktor Makro Ekonomi Terhadap
Profitabilitas Perusahaan Indikator Ekonomi
Pengaruh Penjelasan PDB Inflasi Tingkat Bunga Kurs Rupiah Anggaran
Defisit Investasi Swasta Neraca Perdagangan dan Pembayaran Meningkatnya PDB merupakan sinyal yang baik (positif) untuk investasi dan sebaliknya jika PDB menurun.
Peningkatan inflasi secara
relatif merupakan sinyal negatif bagi
pemodal di pasar modal.
Tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga saham.
Menguatnya kurs rupiah terhadap
mata uang asing merupakan sinyak positif
bagi perekonomian yang mengalami inflasi.
Anggaran yang defisit merupakan
sinyal positif bagi ekonomi yang sedang
mengalami resesi, tetapi merupakan
sinyal degatif bagi ekonomi yang
mengalami inflasi.
Meningkatnya investasi swasta adalah sinyal positif bagi pemodalan.
Defisit neraca perdagangan dan pembayaran merupakan sinyak negatif bagi pemodal.
Meningkatkan PDB mempunyai
pengaruh positif terhadap daya beli
konsumen sehingga dapat meningkatkan
permintaan terhadap produk perusahaan.
Inflasi meningkatkan pendapatan
dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun.
Tingkat suku bunga yang meningkat
akan menyebabkan peningkatan suku bunga
yang diisyaratkan atas investasi pada
suatu saham.
Disamping itu tingkat suku bunga
yang meningkat bisa juga menyebabkan
investor menarik investasinya pada saham
dan memindahkannya pada investasi berupa
tabungan atau deposito.
Menguatnya kurs rupiah terdahap
mata uang asing akan menurunkan biaya
impor bahan baku untuk produksi, dan
akan menurunkan tingkat suku bunga yang
berlaku.
Anggaran defisit akan mendorong
konsumsi dan onvestasi pemerintah,
sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan.
Akan tetapi, anggaran defisit
disisi lain justru akan meningkatkan
jumlah uang beredar dan akibatnya akan
mendorong inflasi.
Meningkatnya investasi swasta
akan meningkatkan PDB sehingga dapat
meningkatkan pendapatan konsumen Defisit
neraca perdagangan dan pemabayaran harus
dibiayai dengan menarik modal asing.
Untuk melakukan hal itu, suku
bunga harus dinaikkan.
Sumber: Dikutip dari Harianto, F. dkk., 1998,
“Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia”, PT. Bursa Efek Jakarta, Jakarta,
hal. 158. Dalam Tandelilin, 2001, hal. 214.
Alasan peneliti mengambil
variabel Inflasi, Kurs, Investasi, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai variabel
penelitian adalah sebagai berikut: pertama, perubahan harga saham sebuah perusahaan
tidak terlepas dari kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih per lembar saham dan kemampuan perusahaan membagikan dividen yang tidak
terlepas dari kinerja operasi perusahaan.
Kinerja operasi perusahaan sediri
dipengaruhi oleh banyak faktor yang salah satunya adalah faktor-faktor makro ekonomi. Pengaruh
faktor makro ekonomi seringkali dipakai sebagai acuan untuk mengambil
keputusan investasi dalam saham. Kedua, semakin
berkembangnya pasar modal di Indonesia menuju ke arah yang efisien dimana semua informasi yang relevan bisa
dipakai sebagai masukan untuk menilai harga
saham. Oleh karena itu peneliti memberikan judul: ”Analisis pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi, Suku Bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham PT.
Bank Rakyat Indonesia, (Tbk) di Bursa
Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan
urutan yang disampaikan dalam latar belakang, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.
Apakah variabel inflasi, kurs, investasi, sertifikat bank indonesia (SBI) berpengaruh
terhadap harga saham PT. Bank Rakyat Indonesia, (Tbk).
2. Apakah variabel inflasi, kurs, investasi,
sertifikat bank indonesia (SBI) dan harga saham
berpengaruh terhadap volume
perdagangan saham PT. Bank Rakyat Indonesia, (Tbk) di Bursa Efek Indonesia. Leo
Ibrahim Sihombing : Pengaruh Inflasi, Kurs, Investasi dan Suku Bunga Sertifikat
Bank Indonesia Terhadap Harga Saham dan
Volume Perdagangan Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, (Tbk) di Bursa Efek
Indonesia, 2010.
1.3 Tujuan Penelitian Adapun
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.
Untuk menganalisis pengaruh variabel inflasi, kurs, investasi dan SBI
terhadap harga saham dan volume
perdagangan saham PT. Bank Rakyat Indonesia, (Tbk) di Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan
pengaruhnya terhadap harga saham dan
volume perdafangan saham PT. Bank Rakyat Indonesia, (Tbk).
1.4 Manfaat Penelitian 1 Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh
variabel inflasi, kurs, investasi dan
SBI terhadap harga saham dan volume perdagangan saham PT. Bank Rakyat Indonesia, (Tbk) yang bisa dijadikan sebagai
acuan untuk penelitian selanjutnya.
2
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi bagi investor
khususnya terhadap saham PT.
Bank Rakyat Indonesia, (Tbk).
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi