BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang .
Seiring dengan laju
perkembangan yang terus terjadi sekarang ini, maka semakin banyak bermunculan perusahaan, baik
perusahaan kecil maupun perusahaan
besar. Dimana tujuan utama perusahaan yaitu memperoleh laba sebesar-besarnya dan mengawasi jalannya
perusahaan serta perkembangan perusahaan,
maka dalam hal ini yang perlu dilakukan oleh suatu perusahaan adalah mengadakan penilaian terhadap
persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan.
Dalam suatu
perusahaan pelaporan mengenai persediaan sangat penting bagi perusahaan dalam mengambil keputusan.
Persediaan merupakan investasi yang
paling besar dalam aktiva lancar pada suatu perusahaan yang secara terus menerus diperoleh atau diproduksi dan dijual.
Oleh karena itu manajemen persediaan itu
sendiri harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga perusahaan tidak mengalami hal-hal yang mengganggu
jalannya operasi perusahaan.
Laporan persediaan
yang teliti dan relevan dianggap sangat penting untuk memberikan informasi yang berguna dalam
laporan keuangan perusahaan. Selain itu
juga penyajian nilai persediaan dalam laporan keuangan bila mengikuti standart akuntansi keuangan akan mempengaruhi
kewajaran laporan keuangan tersebut.
Dalam menjalankan
aktivitas perusahaan, pimpinan memiliki banyak sekali permasalahan yang berhubungan dengan
persediaan, diantaranya, untuk menentukan
tingkat laba dalam perusahaan dagang yang aktivitasnya membeli suatu barang untuk dijual kembali, akan
mengalami kerugian bila barang dagangannya
tidak tersedia pada saat dibutuhkan, dan begitu juga perusahaan jasa, jika persediaan tidak ada dalam jumlah yang
dibutuhkan perusahaan tersebut terpaksa
menghentikan kegiatannya dan ini akan mengalami kerugian perusahaan.
Pada umumnya
sekitar 25% modal usaha ditanam dalam persediaan, dengan demikian pelaksanaannya harus dilakukan
secermat mungkin karena merupakan
informasi bagi para manajer dalam hal menentukan perencanaan dan pengendaliaan persediaan. Manajer sangat
berkepentingan dengan persoalan seperti
memutuskan kapan harus melakukan pemesanan persediaan kembali dan berapa banyak persediaan yang akan dibeli
setiap kali melakukan pesanan yang ekonomis.
Pengadaan
persediaan yang terlalu besar dan tidak sesuai dengan kebutuhan akan memperbesar biaya penyimpanan
dan pemeliharaan gudang.
Juga, memperbesar
kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas dan keusangan, sehingga semua ini akan
memperkecil keuntungan perusahaan.
Begitu pula
sebaliknya, pengadaan persediaan yang kecil akan dapat menyebabkan terganggunya proses produksi.
Oleh karena itu
persediaan memerlukan perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan yang baik sehingga tidak menjadi
penimbunan persediaan berlebihan, serta
terjadi kekurangan persediaan yang dapat mengakibatkan terganggunya proses produksi atau aktifitas perusahaan.
Berdasarkan uraian
di atas, maka penulis tertarik untuk memilih judul : ANALISA MANAJEMEN
PERSEDIAAN PADA PT. (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I UNIT KEMAS (UTPK) BELAWAN.
B. Perumusan
Masalah Melihat kembali uraian di atas yang mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi laba perusahaan di dalam laporan
keuangan antara lain aktiva lancar, maka
yang menjadi permasalahaan adalah : “Apakah manajemen persediaan pada PT. (PERSERO) PELABUHAN
INDONESIA I UNIT KEMAS (UTPK) BELAWAN sudah efektif ?” C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian : a.
Mengetahui secara jelas bagaimana kebijakan perusahaan dalam mengelola persediaan dan menganalisa masalah
persediaan yang ada di perusahaan serta
mengembangkannya dengan biaya yang timbul.
b. Untuk mengetahui metode pencatatan persediaan
barang yang dilakukan perusahaan.
2.
Manfaat penelitian : a. Bagi penulis,
untuk memperluas wawasan mengenai analisa manajemen persediaan dalam praktek yang sebenarnya dan
membandingkannya dengan teori yang
dipelajari.
b. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukkan bagi
perusahaan-perusahaan terutama PT.
(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I UNIT KEMAS (UTPK) BELAWAN dalam menngambil keputusan terhadap pengadaan persediaan dan
sebagai bahan pertimbangan di dalam
memutuskan kebijaksaan yang diambil dimasa yang akan datang supaya dapat bekerja dengan
produksi yang optimal serta tercapainya
tujuan perusahaan.
c. Bagi lembaga pendidikan, diharapkan
bermanfaat sebagai masukan bagi yang
membutuhkan.
D. Metodologi
Penelitian Dalam membahas permasalahan, tentu diperlukan data-data yang mendukung ke arah penyelesaian secara lengkap
dan berhubungan dengan permasalahan.
Menurut Teguh (2005), ada empat tahap pengumpulan data yaitu: 1. Lokasi Penelitian PT. (PERSERO) PELABUHAN
INDONESIA I UNIT KEMAS (UTPK) BELAWAN terletak di Jalan Raya
Pelabuhan Gabion Belawan.
2. Sumber Data Adapun jenis data yang dipergunakan adalah
sebagai berikut : a. Data Primer Merupakan
data yang dikumpulkan khususnya untuk riset tertentu yang sedang dilaksanakan. Data-data yang
diperoleh langsung dari objeknya
mengenai data manajemen persediaan perusahaan.
b. Data Sekunder Merupakan data yang diperolah
dari sumber lain dalam bentuk laporan atau
publikasi sering disebut juga data eksternal, yang datangnya dari luar perusahaan seperti buku dan media lainnya
yang ada kaitannya dengan judul paper
ini.
3. Teknik Pengumpulan Data Adapun
teknikpengumpulan data yang digunakan dalam penulisan paper ini adalah sebagai berikut : a.
Observasi (pengamatan) Yaitu dengan cara mengamati secara langsung dalam
perusahaan mengenai kegiatan operasi
perusahaan di lapangan.
b. Interview (wawancara) Yaitu dengan cara
melakukan wawancara langsung terhadap pegawai yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap
persediaan guna untuk mendapatkan data
yang diperlukan dalam menyusun paper ini.
4. Metode Analisa Metode Deskriptif merupakan
serangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan
dengan jalan mengumpulkan data yang diperoleh, selanjutnya diolah kembali sehingga memperoleh ganbaran
yang jelas, terarah, menyeluruh dari
masalah yang dibahas secara umum BAB
II PT. (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I UNIT KEMAS (UTPK) BELAWAN A. Sejarah Singkat
Berdirinya Perusahaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I merupakan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang bergerak di
bidang jasa kepelabuhanan yang secara teknis operasional berada di bawah lingku ngan
Departemen Perhubungan. Dalam perkembangan
perusahaan ini, memiliki sejarah yang sangat panjang dimulai sejak Jaman Hindia- Belanda dengan nama “Haven Bedrijf Belawan Deli”.
Haven Bedrijf
memiliki pegawai lebih kurang 50 orang berstatus sebagai pegawai federal. Nama ini digunakan hingga tahun 1950.
Periode 1951-1956
Haven Bedrijf berubah menjadi “Jawatan Pelabuhan” yang dipimpin oleh seorang Direktur Pelabuhan.
Jawatan Pelabuhan berubah menjadi
“Perusahaan Pelabuhan Negara” pada periode 1956-1961 yang dipimpin oleh Direktur Perusahaan Pelabuhan Belawan.
“Perusahaan Negara Pelabuhan Daerah I”
menggantikan Perusahaan Pelabuhan Negara berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 128 Tahun 1961. Selanjutnya
pada tahun 1964 berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1964 terjadi perubahan dalam struktur kepelabuhanan dengan diperkenalkannya istilah
“Komando Pelabuhan” sebagai penguasa
Pelabuhan yang membawahi Syahbandar dan Perusahaan Negara Pelabuhan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 1 Tahun 1969 Penguasa Pelabuhan
berubah menjadi “Badan Pengusahaan Pelabuhan” (BPP). Pemerintah
kemudian mendirikan “Perusahaan Pelabuhan” melalui Peraturan pemerintah No. 14 Tahun 1983 sebagai
respon meningkatnya kebutuhan akan
sarana kepelabuhanan yang kemudian disempurnakan menjadi “Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan I” yang
memiliki wilayah kerja meliputi tiga
propinsi Aceh, Sumatera Utara dan Riau melalui Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1985. Bentuk ini semakin disempurnakan
melalui Peraturan Pemerintah No. 56
Tahun 1991 dengan Akta Notaris Imas Fatimah, Perusahaan Umum Pelabuhan I secara resmi berubah menjadi “PT.
(Persero) Pelabuhan Indonesia I” yang
selanjutnya disingkat menjadi PT. Pelabuhan I.
Pada dasarnya,
maksud dan tujuan dibentuknya PT. Pelabuhan I adalah untuk menyediakan dan mengusahakan jasa
kepelabuhanan guna menunjang kelancaran
angkutan laut dalam rangka turut serta dalam pembangunan nasional serta membuka usaha yang lebih luas dan dapat
menjadi motor penggerak perkembangan
sektor swasta dan koperasi.
Sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 tentang Kepelabuhanan, fungsi pelabuhan adalah sebagai
simpul jaringan transportasi dan kegiatan
alih moda transportasi darat dan laut yang merupakan pintu gerbang kegiatan perekonomian nasional dan
internasional. Melihat fungsinya tersebut (sesuai dengan Pasal 29 butir 1g) maka salah
satu jasa yang diusahakan oleh pelabuhan
adalah penyediaan jasa kemas, yang dalam
penjabarannya PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia I melaksanakan pengusahaan dan pelayanan jasa bongkar muat peti kemas. Unit
Usaha Kemas (UTPK) merupakan salah satu
unit pelaksanaan teknis PT (Persero)
Pelabuhan Indonesia I yang melaksanakan pengusahaan
dan pelayanan jasa bongkar muat peti kemas yang berlokasi di daerah Gabion Belawan. Unit Usaha Kemas Belawan terletak di Timur Laut Sumatera, tepatnya sekitar 30 km
dari Medan merupakan Terminal Peti Kemas
terbesar di Sumatera UTPK Balawan terletak di dataran rendah diantara sungai Belawan dan Sungai Deli. Alur
pelayaran sepanjang 13,5 menghubungkan
pelabuhan dengan perairan di Selat Malaka. UTPK Belawan memiliki hinterland yang cukup luas meliputi
Sumatera Utara, Aceh, Riau dan sebagian
Sumatera Barat. Wilayah hinterland yang terdiri dari daratan pantai yang mempunyai populasi penduduk dalam jumlah besar
bercirikan pertanian seperti perkebunan
pemerintah dan rakyat maupun industri manufaktur. Wilayah hinterland yang terpenting adalah kota Medan
dengan industri manufaktur yang berada
pada daerah Kawasan Industri Medan (KIM).
UTPK Balawan mulai
di bangun Tahun 1980 pada areal hasil urugan seluas
+ 30 hektar, dan diresmikan
pemakaiannya oleh Presiden Republik Indonesia
pada tanggal 17 Maret 1987. Pelayanan peti kemas di Gabion Balawan dilaksanakan secara bertahap baik
organisasinya maupun tingkat pelayanannya, dimulai dengan dibentuknya organisasi Divisi
UTPK dibawah Cabang Belawan pada tanggal
1 September 1984 dan mulai beroperasi melayani bongkar muat dengan crane kapal 10 Februari 1985 dan
beroperasi secara penuh sebagai terminal
kontainer setelah dilengkapi 2 unit container crane pada Maret 1984.
Seiring
dengan perkembangan permintaan pelayanan peti kemas yang terus meningkat dan dalam rangka terus
berbenah menyongsong era AFTA dan pasar
bebas serta tuntutan perkembangan lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang mengharuskan manajemen lebih
luwes dalam mengambil keputusan,
meningkatkan efektifitas, efisiensi dan peningkatan mutu pelayanan yang diberikan kemas, maka dirasakan sangat mendesak untuk dilakukannya perubahan struktur organisasi,
memutus birokrasi, pemberian otonomi
yang lebih luas.
Dengan
memperhatikan perkembangan lingku ngan eksternal dan internal perusahaan tersebut, maka berdasarkan Surat
Keputusan Direksi PT Pelabuhan I Nomor :
OT.09/I/IPI-98 tanggal 16 Januari 1998 ditetapkan struktur organisasi dan tata kerja Unit Usaha Kemas Belawan. Dengan demikian resmilah Divisi UTPK pada Pelabuhan Cabang
Belawan berubah status menjadi unit
usaha mandiri dari PT. Pelabuhan I dengan nama Unit Usaha Kemas
Belawan disingkat UTPK Belawan.
Berdasarkan
Anggaran Dasar PT. Pelabuhan I, bidang usaha yang dilaksanakan dalam menyelenggarakan pelayanan
jasa kepelabuhanan yang menunjang
pencapaian tujuan perusahaan meliputi : 1. Kolam-kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu
lintas pelayaran dan tempattempat berlabuhnya kapal; 2.
Jasa-jasa yang berhubungan dengan
pemanduan (pilotage) dan penundaan kapal;
3.
Dermaga dan fasilitas lain untuk berlambat, bongkar muat barang termasuk
hewan dan fasilitas naik turunnya
penumpang; 4. Gudang-gudang dan tempat
penimbunan barang-barang, angkutan bandar, alat bongkar muat serta peralatan pelabuhan; 5.
Tanah untuk berbagai bangunan dan lapangan, industri dan
gedunggedung/bangunan yang berhubungan dengan kepentingan kelancaran angkutan laut; 6.
Penyediaan listrik, bahan bakar minyak, air minum dan instalasi limbah pembuangan; 7. Jasa
terminal, kegiatan konsolidasi dan distribusi barang termasuk hewan; 8. Jasa
konsultasi, pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan kepelabuhanan; 9.
Usaha-usaha yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi